• Tidak ada hasil yang ditemukan

Melakukan Kajian Instrumen Asesmen ADHD

N/A
N/A
tuti sismonita

Academic year: 2024

Membagikan "Melakukan Kajian Instrumen Asesmen ADHD"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MELAKUKAN KAJIAN INSTRUMEN ASESMEN ADHD Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah ADHD

(Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Dr. Martias

Disusun Oleh :

Auliya Azzahra (23003232) M. Rifkilhaq Hasibuan (23003254) Siska Andriani (23003275) Yasero Zendrato (23003283) Eka Trimurti (23003237)

Budiman (23003234)

Nurhidayah (23003264)

Helda Desmayanti (23003246)

Anita (23003228)

Ramini (23003267)

PROGRAM STUDI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KHUSUS UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TAHUN 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Nama ALLAH SWT yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-NYA sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tenang “MELAKUKAN KAJIAN INSTRUMEN ASESMEN ADHD ”. Makalah ini dibuat beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama pengerjaan Makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan YME, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...i Daftar Isi...ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...3 1.3 Tujuan Penulisan...3 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi ADHD...4 2.2 Pengertian Instrumen Asesmen...5 2.3 Instrumen Asesmen Berdasarkan Jurnal Internasional...6 BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ...15 3.2. Saran ...15

DAFTAR PUSTAKA...

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke-4 (DSM-IV) gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) atau lebih dikenal pula dengan istilah ADHD yang dikelompokkan sebagai disruptive behavior disorder. Ini muncul karena adanya kesamaan dalam karakteristik dan gejala yang muncul pada para penderitanya, yaitu mengalami hambatan yang besar dalam memunculkan perilaku yang adaptif serta terkendala dalam melakukan penyesuaian secara sosial. Perilaku pada anak dengan GPPH cenderung impulsif, tidak teratur, excessive, agresifitas cenderung tinggi, disturbing, dan kendali emosional yang cenderung kurang stabil. Gejala tersebut membuat para anak dengan GPPH akan cenderung mengalami hambatan dalam dalam berinteraksi, melakukan kooperasi dengan lingkungan sekitarnya yang mana ini merupakan salah satu bagian esensial dalam fase kehidupan sosial seorang anak (Whalen & Henker, 1992 dalam Barkley, 2004).

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan keadaan yang diidentifikasikan dengan munculnya suatu hambatan dalam memfokuskan konsentrasi pada satu objek, timbulnya perilaku yang tidak terkendali cenderung excessive, kesulitan duduk diam, dan cenderung impulsif, yang mana hal ini bisa muncul pada suatu situasi dengan frekuensi yang intesif (Kementerian Kesehatan RI, 2011). American Psychiatric Association memprediksi bahwa 3 sampai 7 anak dari total 100 anak sekolah memiliki indikasi menderita GPPH (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Penatalaksanaan atau penanganan pada anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas tergambar sebagai suatu sequence dalam aktivitas yang tersusun secara terstruktur, sistematis dan tertuang dalam suatu dokumen atau program tertentu yang penatalaksanaannya berorientasi pada pemenuhan

(5)

kebutuhan dan pencapaian tugas-tugas perkembangan pada anak khususnya yang mengalami GPPH. Oleh sebab itu aspekaspek terkait dengan planning, programming, composing, purposing, criteria, evaluating, dan responsibility yang dapat terpenuhinya kebutuhan perkembangan yang melandasi pencapaian tugas perkembangan anak yang menjadi target layanan program tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan suatu instrumen asesmen kebutuhan yang tepat dan akurat yang akan menjadi bagian dalam pengembangan program terkait penatalaksanaan pada anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian Hiperaktifitas.

Kegiatan untuk penanganan atau penatalakasanaan pada Anak dengan GPPH harus merupakan upaya konkrit yang sistemik, strategis dan kolaboratif dengan aktivitas pembelajaran atau terapis menuju tercapainya proses dan hasil yang diharapkan. Mengenai konsep tersebut, maka efektivitas suatu program bagi anak dengan GPPH sangat ditentukan oleh para orang tua, guru, terapis dan pemerhati yang mampu menunjukkan kepedulian terhadap pemenuhan kesejahteraan para anak dengan GPPH. Kepedulian dapat terwujud dari ketepatan dalam merumuskan rangkaian program penanganan atau penatalaksanaan untuk anak dengan GPPH, karena disisi lain menurut Hargreaves (1982) menyatakan banyak institusi kurang memberikan perhatian pada peserta didik khususnya pada aspek martabat atau harga diri yang rendah, ini memberi implikasi pada anak atau peserta didik yaitu munculnya penolakan terhadap proses sekolah, terapi atau penanganan yang lain dan akhirnya berujung pada keputusan untuk meninggalkan institusi atau drop out. Menanggulangi hal tersebut, maka perlu merumuskan dengan tepat hal-hal yang dibutuhkan untuk penanganan secara tepat pada anak dengan GPPH.

Menurut Permanarian (2005) asesmen sendiri adalah suatu proses dan tahapan untuk memperoleh informasi secara utuh terkait dengan kebutuhan seorang anak yang nantinya dimanfaatkan sebagai bagian dalam proses penyusunan program pada anak secara individual maupun secar komunal. Meskipun asesmen pertama kali dilakukan sebelum kegiatan atau program dilakukan, namun sesungguhnya sebuah proses asesmen berlangsung selama proses berlangsung

(6)

Anak-anak dengan GPPH sangat membutuhkan layanan yang tepat dan sesuai, oleh karena itu dibutuhkan adanya asesmen agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan mereka. Asesmen pada anak berkebutuhan khusus dalam hal ini adalah anak dengan GPPH merupakan suatu langkah yang penting, esensial dan fundamental dalam menentukan tahapan-tahapan dan instrumen yang akan digunakan untuk menjawab tantangan dalam memberikan layanan, meyusun program atau penatalaksanaan khususnya bagi anak-anak ADHD.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apasa saja kajian instrumen identifikasi bagi anak ADHD?

2. Bagaimana melakukan kajian instrumen identifikasi bagi anak ADHD?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk dapat mengetahui kajian instrumen identifikasi bagi anak ADHD 2. Untuk dapat menerapkan kajian instrumen identifikasi bagi anak ADHD

(7)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Anak memiliki gangguan konsentrasi dan interaksi berlebihan (ADHD) adalah salah satu kondisi neurologis yang melibatkan gangguan pada proses memusatkan perhatian dan perilaku hiperaktivitas dan impulsivitas, yang tidak sejalan dengan tingkat usia anak tersebut (Alecya, 2010).

Anak ADHD mengalami kesulitan dalam mengendalikan diri atau mengontrol diri, sehingga terlihat tidak dapat konsentrasi dalam waktu yang lama, perhatiannya mudah sekali teralih karena hal kecil, mudah lupa, dan mudah bingung. Anak ADHD juga sering terlihat selalu bergerak, seperti tidak pernah merasa lelah, sulit melakukan kegiatan dengan tenang, dan mengganggu orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Ciri-ciri tersebut menyebabkan anak ADHD mengalami berbagai masalah ketika kegiatan pembelajaran di dalam kelas berlangsung (Winkel, 1991).

Pengertian ADHD juga didukung oleh hasil observasi yang dipimpin Russell Barkley dan kawan-kawan (dalam Kutscher, 2005) yang menggambarkan ADHD sebagai ketidakmampuan untuk menghambat, bukan ketidakmampuan memperhatikan dalam diri mereka. Anak ADHD yang tidak mampu melakukan pengereman, maka mereka tidak mampu menahan gangguan sehingga menjadi kurang memperhatikan, tidak mampu mengontrol pemikiran sehingga menjadi impulsif dan tidak mampu mengontrol tindakan seperti gangguan atau pikiran hiperaktif Secara garis besar, ADHD menurut DSM V adalah gangguan perkembangan neurologis yang ditunjukkan dengan adanya kurang perhatian, kekacauan sosial, dan/atau hiperaktivitas– impulsivitas. Kurang perhatian dan kekacauan sosial yang dimaksud meliputiketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas, tampak tidak mendengarkan, sering kehilangan barang-barang, pada tingkat yang tidak konsisten dengan level perkembangan. Sedangkan hiperaktivitas–

impulsivitas yang dimaksud meliputi aktivitas yang berlebihan, gelisah, tidak dapat duduk tenang dalam waktu lama, mengganggu atau menyela kegiatan atau

(8)

aktivitas orang lain, dan tidak dapat menunggu giliran (gejala yang berlebihan untuk level perkembangan) (American Psychiatric Association, 2013).

A. Konsep Asesmen Anak ADHD

Asesmen dapat dipandang sebagai upaya yang sistematis untuk mengetahui kemampuan, kesulitan, dan kebutuhan ABK pada bidang tertentu. Data hasil asesmen dapat dijadikan bahan dalam penyusunan program pembelajaran secara individual. Sehubungan dengan itu, asesmen harus menjadi kompetensi bagi seluruh guru khususnya dalam menangani ABK.

Menurut Munir (2016: 30) Asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan anak. Hasil keputusan asesmen dapat digunakan untuk menentukan layanan pendidikan yang dibutuhkan anak dan sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.

Istilah asesmen berasal dari Bahasa Inggris yaitu asessment yang berarti penilaian suatu keadaan. Penilaian yang dimaksud dalam hal ini berbeda dengan evaluasi. Apabila evaluasi dilakukan setelah anak itu belajar dan bertujuan untuk menilai keberhasilan anak dalam mengikuti pelajaran, maka asesmen tidak demikian.

Menurut Lerner (1998) asesmen adalah proses penilaian, pengukuran dan/atau screening terhadap anak untuk mendapatkan informasi mengenai aspek- aspek perkembangan dan prilaku anak berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat dilakukan diagnosis dan intervensi secara tepat sesuai kebutuhannya. Kegiatan asesmen merupakan tindak lanjut dari identifikasi. Kegiatan asesmen dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci, mendalam dan terukur, tentang aspek tertentu dari anak berkebutuhan khusus.

Identifikasi merupakan langkah awal yang mendahului proses asessmen.

Identifikasi ditujukan untuk mengenal dan menandai sesuatu, yang dimaknai sebagai proses penjaringan atau proses menemukan anak apakah memiliki kelainan/masalah.

Anak yang teridentifikasi Attention deficit hyperactive disorder (ADHD) biasanya mengalami 3 jenis masalah yaitu: perilaku yang terlalu aktif

(9)

(Hyperactive), perilaku impulsive, dan kesulitan memperhatikan/konsentrasi.karena terlalu aktif dan impulsif, anak ADHD ini cenderung sulit diterima disekolah. Mereka juga susah bersosialisasi dengan individu lain. Oleh karenanya penting melakukan assessment setelah anak teridentifikasi memiliki ADHD. Yang dapat mengidentifikasi anak dengan gejala ADHD diantaranya:

1. Guru kelas : memberi informasi terkait performa anak ADHD dalam menerima pembelajaran dikelas

2. Orang tua anak : memberi informasi terkait performa anak dirumah

3. Tenaga professional terkait bisa berupa dokter dan psikolog: memberi informasi terkait kondisi kesehatan anak dan kondisi psikologis anak.

Kriteria yang harus diperhatikan dalam melaksanakan identifikasi pada anak ADHD:

a. Durasi : gejala harus ada setidaknya 6 bulan

b. Onset awal : timbulnya gejala sebelum usia 7 tahun

c. Tempat : gejala setidaknya harus Nampak pada 2 tempat berbeda (rumah dan sekolah)

d. Dampak: harus menyebabkan penurunan yang jelas dan signifikan dalam bidang akademik atau kehidupan sosial.

e. Harus ada 3 tipe: inatensi, hyperactive infulsif, dan kombinasi.

2.2 Pengertian Instrumen Asesmen

Menurut para ahli, instrumen asesmen ADHD adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk menilai gejala ADHD pada seseorang. Instrumen asesmen ADHD dapat digunakan untuk mendiagnosis ADHD, memantau perkembangan ADHD, dan mengevaluasi efektivitas intervensi.

Berikut adalah beberapa definisi instrumen asesmen ADHD menurut para ahli:

a. American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan instrumen asesmen ADHD sebagai "alat atau prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku dan fungsi seseorang yang dapat digunakan untuk menilai kemungkinan ADHD".

b. American Psychiatric Association (APA) mendefinisikan instrumen asesmen ADHD sebagai "alat atau prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang gejala ADHD, termasuk inattention, hiperaktivitas, dan impulsivitas".

(10)

c. National Institute of Mental Health (NIMH) mendefinisikan instrumen asesmen ADHD sebagai "alat atau prosedur yang digunakan untuk menilai gejala ADHD pada seseorang".

Instrumen asesmen ADHD dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

 Wawancara

Wawancara adalah jenis instrumen asesmen ADHD yang paling umum digunakan. Wawancara dapat dilakukan dengan orang tua, guru, atau orang dewasa yang mengenal anak dengan baik. Wawancara bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku dan fungsi anak dalam berbagai setting.

 Observasi

Observasi adalah jenis instrumen asesmen ADHD yang dilakukan dengan cara mengamati perilaku anak dalam berbagai setting. Observasi dapat dilakukan oleh tenaga profesional yang memiliki kompetensi dalam bidang ADHD.

 Tes neuropsikologis

Tes neuropsikologis adalah jenis instrumen asesmen ADHD yang digunakan untuk menilai fungsi kognitif dan neuropsikologis anak. Tes neuropsikologis dapat digunakan untuk membedakan ADHD dari kondisi medis lainnya yang memiliki gejala serupa.

Pemilihan instrumen asesmen ADHD yang tepat akan tergantung pada usia dan karakteristik anak. Untuk anak-anak, wawancara dan observasi adalah instrumen asesmen ADHD yang paling sering digunakan. Untuk orang dewasa, wawancara, observasi, dan tes neuropsikologis dapat digunakan.

Diagnosis ADHD sebaiknya dilakukan oleh tenaga profesional yang memiliki kompetensi dalam bidang ADHD. Diagnosis ADHD tidak dapat dilakukan berdasarkan hasil asesmen ADHD saja. Diagnosis ADHD sebaiknya dilakukan dengan menggabungkan berbagai data, termasuk hasil asesmen, riwayat perkembangan, dan kondisi medis lainnya.

(11)

A. Tujuan Asesmen Anak ADHD Tujuan Asesmen

1. Mengumpulkan data secara menyeluruh tentang adhd, agar program latihan yang direncanakan (prioritas program) sesuai dengan kebutuhan anak.

2. Mengetahui hal-hal yang telah dapat dilakukan siswa, sehingga dalam memberikan program tidak mulai dari dasar. Sehingga dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga.

3. Kapan dan di mana kita akan mulai Latihan.

Evaluasi Pendidikan terdiri atas asesmen, diagnosis dan preskriptif.

Asesmen merupakan prosedur yang umum digunakan dalam mengumpulkan informasi. Diagnosa merupakan prosedur yang dipergunakan untuk menentukan sifat dari kecacatan, identitas dan penyebabnya. Preskriptif merupakan prosedur yang ditempuh setelah asesmen dan diagnosa, untuk menentukan program Pendidikan yang cocok bagi siswa. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan model preskriptif yaitu: peralatan dan materi pelajaran, situasi belajar, metode belajar, gaya belajar.

B. Fungsi Asesmen Anak ADHD

Kegunaan asesmen menurut John Salvia & James E. Yssdyke (1981) yang dikutip Musjafak A. (1995). Kegunaan hasil asesmen adalah :

1. Skrining anak

2. Klasifikasi atau penempatan anak 3. Perencanaan program

4. Evaluasi program

5. Asesmen kemajuan individu anak

C. Teknik Asesmen Anak ADHD

Dikemukakan oleh palmer O. James (2003), ada beberapa teknik dalam pelaksanaan asesmen, antara lain: (1) Skala penilaian (2) Wawancara

(12)

(3) Observasi (observasi langsung dengan adhd, observasi langsung tentang gerak gerik adhd, observasi tidak langsung). (4) Tes formal dan informal 1. Skala Penilaian

Skala penilaian merupakan alat asesmen non tes. Disebut non tes karena tidak ada jawaban yang benar atau salah. Kelemahan skala penilaian adalah mudah bias. Hal ini terjadi karena penilaian yang salah, Misal : penilaian terhadap diri seseorang yang semestinya rendah dinilai tinggi. Akibatnya data yang dikumpulkan kurang cocok hasilnya. Kelebihan skala penilaian adalah lebih cepat pelaksanaannya. Mudah digunakan dibading alat asesmen lainnya (observasi, wawancara, test objektif).

2. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan yang bertujuan. Wawancara mudah dipergunakan untuk anak-anak. Hal ini disebabkan karena wawancara bersifat fleksibel atau luwes. Kelebihan wawancara adalah memungkinkan melacak jawaban atau mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Wawancara terdiri atas tiga tahap yang berbeda:

a. pertama, untuk mengadakan pendekatan secara pribadi. Hal ini akan menjalin hubungan yang akrab . hubungan ke arah terbentuknya keterbukaan an penerimaan tujuan-tujuan wawancara secara umum.

a. kedua, saatnya pewawancara mengarahkan pembicaraan ke arah topik-topik yang ingin ditanyakan.

b. ketiga, saat mengambil kesimpulan

Hal lain yang perlu diingat dalam melakukan wawancara adalah proses komunikasi. Dalam proses komunikasi terjadi saling menerima dan merespon satu satu sama lain. Dalam merespon jawaban ada dua teknik yang dapat membantu dalam mengambil kesimpulan. Menurut Lerner (1998), dua teknik wawancara tersebut adalah:

1) Teknik Parafrase

(13)

Teknik untuk menyatakan kembali jawaban yang telah dikatakan anak. Manfaatnya untuk melihat kebenaran jawaban mungkin terjadi salah dalam mengartikan jawaban.

2) Teknik Persepsi

Palmer O, James, 2003 berpendapat teknik ini dipergunakan untuk melihat perasaan orang lain. Maksudnya apakah perasaan yang dirasakan oleh pewawancara sama dengan perasaan anak.

3. Observasi

Observasi merupakan teknik asesmen yang tinggi. Observasi aalah proses pengamatan cermat pada tujuan tertentu. Tujuan utama observasi adalah mengenal siswa: menentukan penyebab masalah tingkah laku anaknya. Dua pendekatan utama dalam observasi adalah:

a. Observasi Klinis

Observasi klinis dilakukan bagi siswa yang mengalami hambatan fisik. Hambatan ini menganggu situasi belajar di kelas.

Observasi dilakukan dalam situasi bebas (istirahat di luar ruang, atau waktu bebas di kelas). Situasi-situasi ini sangat mendukung untuk menghasilkan catatan rinci. Catatan tersebut berupa gerakan motorik (gerakan yang dihasilkan tubuh).

Hal ini disebabkan guru telah mengenal siswa, dan lingkungannya. Di dalam observasi klinis terdapat dua bagian yaitu :

1) gambaran objektif masalah yang dihadapi siswa.

2) gambaran atau penafsiran pengobservasi atau guru terhadap masalah siswa.

Menurut lerner (1998), catatan observasi ini lingkupi dengan data:

1) sketsa autobiografi (gambaran tentang diri siswa).

2) buku agenda proyek (catatan harian tentang perkembangan masalah siswa).

3) sosiogram (gambaran tentang diri siswa terhadap lingkungan kelasnya).

(14)

b. Observasi pengukuran

Observasi pengukuran dikenal dengan sebutan pendekatan ekologi. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan mengamati lingkungan kelas. Pemahaman terhadap lingkungan siswa dapat membantu memberikan penjelasan penyebab permasalahan.

4. Tes Formal dan Informal

Tes adalah alat asesmen. Tes formal bila telah baku. Tes formal dirancang untuk kelompok dan atau perorangan. Prosedur pelaksanaan dan pemberian skor sangay ketat. Ada bermacam jenis tes formal antara lain:

a. Test Intelegensi b. Test bakat.

5. Penilaian klinis

Penilaian klinis (clinic judgement) merupakan penilaian berdasrka pengetahuan, pengalaman dan data diagnosa. Penilaian klinis merupakan penilaian yang benar dipahami bukan merupakan perkiraan yang sembrono (asal-asalan). Penilaian klinis merupakan penilaian yang cocok bagi anak kecil.

D. Menyusun Instrumen Asesmen Anak ADHD

Untuk mendapatkan data yang akurat dari siswa yang akan diases diperlukan instrument yang memadai. Rochyadi & Alimin (2005) mengemukakan bahwa ada beberapa langkah yang harus ditempuh guru dalam penyusunan instrumen asesmen. Langkah penyusunan instrumen yang dimaksud adalah:

1. Memahami aspek dan ruang lingkup yang akan diases.

Merujuk kepada ruang lingkup asesmen dalam pendidikan bagi ABK, guru seyogyanya memiliki pemahaman yang komprehensif tentang bidang yang akan diaseskan. Asesmen hanya akan bermakna, jika guru/asesor mengetahui organisasi materi, jenis keterampilan yang akan dikembangkan, serta tahap-tahap perkembangan anak.

(15)

2. Menetapkan ruang lingkup, yaitu memilih komponen mana dari bidang yang akan diases

Setelah guru/asesor memahami ruang lingkup bidang yang akan diases, langkah selanjutnya adalah memilih komponen/subkomponen mana dari keseluruhan komponen bidang tersebut untuk ditetapkan sebagai komponen/ subkomponen yang akan diaseskan. Apakah guru memilih salah satu komponen dari bidang keterampilan kognitif dasar tersebut, misalnya komponen klasifikasi, atau memilih dua komponen, yaitu klasifikasi dan ordering.

3. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen

Setelah guru/asesor menetapkan atau memilih komponen mana yang akan diases, langkah selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen asesmen tentang komponen yang dipilih/ditetapkan dari keseluruhan komponen bidang yang akan diases.

Kisi-kisi ini bertujuan untuk mempermudah dalam membuat soal atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Kisi-kisi disusun dalam sebuah table atau daftar. Tabel kisi-kisi ini yang berisi kolom-kolom: 1) keterampilan, 2) subketerampilan, dan 3) indikator.

4. Mengembangkan butir soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat Langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir soal tentang keterampilan/subketerampilan dari kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Sama halnya dengan penyusunan kisi-kisi, pengembangan butir soal dapat dibuat dalam bentuk daftar atau tabel.

Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen/ subketerampilan yang telah dipahami baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya.

Metode ini digunakan untuk menghasilkan produk baru dan diuji, sehingga dapat digunakan secara luas. Metode ini berfokus pada analisis kebutuhan dan pengujian efektivitas dari suatu model yang dikembangkan. Metode ini bertujuan untuk menemukan desain prosedur dan produk baru dengan terlebih dahulu melakukan uji

(16)

lapangan, evaluasi, dan revisi, sehingga ditemukan prosedur dan produk yang diharapkan.

2.3 Instrumen asesmen ADHD berdasarkan jurnal internasional

Berikut adalah instrumen asesmen ADHD berdasarkan jurnal internasional:

a. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder Rating Scale-IV (ADHD-RS- IV)

Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder Rating Scale-IV (ADHD-RS-IV) adalah instrumen asesmen ADHD yang paling umum digunakan di dunia.

Instrumen ini terdiri dari 18 item yang menilai gejala ADHD pada anak-anak dan remaja usia 6-18 tahun. ADHD-RS-IV dapat digunakan untuk diagnosis ADHD, memantau respons terhadap pengobatan, dan mengevaluasi efektivitas intervensi.

ADHD-RS-IV terdiri dari dua subskala: inattention dan hyperactivity- impulsivity. Setiap subskala terdiri dari 9 item. Item-item pada ADHD-RS-IV dinilai berdasarkan frekuensi kemunculan gejala ADHD dalam sebulan terakhir.

Penilai dapat orang tua, guru, atau klinisi.

Berikut adalah contoh item-item pada ADHD-RS-IV:

a). Inattention

 Sering tidak memperhatikan detail atau membuat kesalahan ceroboh dalam pekerjaan sekolah, pekerjaan, atau aktivitas lainnya.

 Sering memiliki kesulitan mempertahankan perhatian dalam tugas atau kegiatan bermain.

 Tampak tidak mendengarkan ketika diajak bicara langsung.

 Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan, atau tugas-tugas lainnya (bukan karena perilaku oposisi atau ketidakmampuan untuk memahami instruksi).

 Sering memiliki kesulitan mengatur tugas dan aktivitas.

 Sering menghindari, membenci, atau enggan terlibat dalam tugas yang membutuhkan usaha mental berkelanjutan (seperti pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah).

 Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas atau aktivitas (misalnya, materi sekolah, pensil, buku, alat, dompet, kunci, kertas, kacamata, ponsel).

 Sering mudah teralihkan oleh rangsangan asing.

(17)

 Sering pelupa dalam aktivitas sehari-hari.

b). Hyperactivity-Impulsivity

 Sering menggeliat atau gelisah di kursi.

 Sering meninggalkan kursi di kelas atau situasi lain di mana diharapkan untuk tetap duduk.

 Sering berlarian atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak pantas (pada remaja atau orang dewasa mungkin terbatas pada perasaan gelisah atau subjektif tidak dapat duduk diam).

 Sering memiliki kesulitan bermain atau melakukan aktivitas rekreasi dengan tenang.

 Sering "on the go" atau bertindak seolah-olah "didorong oleh motor".

 Sering berbicara berlebihan.

 Sering menjawab pertanyaan sebelum selesai diajukan.

 Sering kesulitan menunggu giliran.

 Sering menyela atau mengganggu orang lain (misalnya, menyerobot percakapan atau permainan).

ADHD-RS-IV adalah instrumen asesmen ADHD yang valid dan reliabel.

Instrumen ini telah digunakan dalam berbagai penelitian untuk menilai gejala ADHD pada anak-anak dan remaja dari berbagai latar belakang. ADHD-RS-IV juga dapat digunakan untuk menilai respons terhadap pengobatan dan efektivitas intervensi.

b. Conners' Rating Scales-Revised (CRS-R)

Conners' Rating Scales-Revised (CRS-R) adalah instrumen asesmen ADHD yang lain yang sering digunakan. Instrumen ini terdiri dari 28 item yang menilai gejala ADHD pada anak-anak dan remaja usia 3-17 tahun. CRS-R dapat digunakan untuk diagnosis ADHD, memantau respons terhadap pengobatan, dan mengevaluasi efektivitas intervensi.

CRS-R dapat digunakan oleh orang tua dan guru. Orang tua dan guru diminta untuk menilai frekuensi kemunculan gejala ADHD pada anak dalam sebulan terakhir. CRS-R terdiri dari 5 subskala:

Inattention (Kurang Perhatian)

(18)

Conduct Problems (Masalah Perilaku)

Emotional Problems (Masalah Emosional)

Learning Problems (Masalah Belajar)

CRS-R adalah instrumen asesmen ADHD yang valid dan reliabel.

Instrumen ini telah digunakan dalam berbagai penelitian untuk menilai gejala ADHD pada anak-anak dan remaja dari berbagai latar belakang. CRS-R juga dapat digunakan untuk menilai respons terhadap pengobatan dan efektivitas intervensi.

Berikut adalah beberapa manfaat menggunakan CRS-R:

CRS-R adalah instrumen yang komprehensif dan tervalidasi dengan baik untuk asesmen ADHD.

CRS-R mudah untuk diberikan dan dinilai.

CRS-R dapat digunakan oleh orang tua dan guru, yang memberikan berbagai perspektif tentang perilaku anak.

CRS-R menghasilkan skor total serta skor subskala, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bidang perhatian tertentu.

CRS-R sensitif terhadap perubahan gejala ADHD dari waktu ke waktu.

Namun, ada juga beberapa keterbatasan CRS-R:

CRS-R dapat memakan waktu untuk diselesaikan, terutama untuk orang tua.

Penting untuk dicatat bahwa CRS-R adalah instrumen self-report, dan oleh karena itu penilaian dapat bias oleh persepsi dan harapan penilai sendiri.

Penting untuk menggunakan CRS-R bersama dengan ukuran penilaian lain untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang perilaku anak.

Secara keseluruhan, CRS-R adalah instrumen asesmen ADHD yang berharga bagi klinisi dan peneliti yang bekerja dengan anak-anak dan remaja dengan ADHD. CRS-R dapat digunakan untuk mendiagnosis ADHD, memantau respons terhadap pengobatan, dan mengevaluasi efektivitas intervensi.

c. Swanson, Nolan, and Pelham Rating Scale IV (SNAP-IV)

Swanson, Nolan, and Pelham Rating Scale IV (SNAP-IV) adalah instrumen asesmen ADHD yang komprehensif dan tervalidasi dengan baik.

Instrumen ini terdiri dari 90 item yang menilai gejala ADHD dan ODD pada anak-anak dan remaja usia 4-18 tahun. SNAP-IV dapat digunakan untuk diagnosis

(19)

ADHD dan ODD, memantau respons terhadap pengobatan, dan mengevaluasi efektivitas intervensi.

SNAP-IV terdiri dari 10 subskala:

 Inattention (Kurang Perhatian)

 Hyperactivity/Impulsivity (Hiperaktif/Impulsif)

 Oppositional Defiance (Pembangkangan Oposisi)

 Conduct Disorder (Gangguan Perilaku)

 Anxiety/Depression (Kecemasan/Depresi)

 Learning Problems (Masalah Belajar)

 Social Problems (Masalah Sosial)

 Self-Esteem (Harga Diri)

 Family Problems (Masalah Keluarga)

 Global Severity (Keparahan Global)

SNAP-IV adalah alat yang berharga untuk mendiagnosis ADHD dan ODD, memantau respons terhadap pengobatan, dan mengevaluasi efektivitas intervensi. Ini juga merupakan alat penelitian yang berguna untuk memahami sifat dan korelasi ADHD dan ODD.

Berikut adalah beberapa manfaat menggunakan SNAP-IV:

Ini adalah instrumen yang komprehensif dan tervalidasi dengan baik untuk asesmen ADHD dan ODD.

Ini mudah untuk diberikan dan dinilai.

Ini dapat digunakan oleh orang tua, guru, dan profesional lainnya, yang memberikan berbagai perspektif tentang perilaku anak.

Ini menghasilkan skor subskala, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bidang perhatian tertentu.

Ini sensitif terhadap perubahan gejala ADHD dan ODD dari waktu ke waktu.

Namun, ada juga beberapa keterbatasan SNAP-IV:

Ini dapat memakan waktu untuk diselesaikan, terutama untuk orang tua.

(20)

Penting untuk dicatat bahwa SNAP-IV adalah instrumen self-report, dan oleh karena itu penilaian dapat bias oleh persepsi dan harapan penilai sendiri.

Penting untuk menggunakan SNAP-IV bersama dengan ukuran penilaian lain untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang perilaku anak.

Secara keseluruhan, SNAP-IV adalah instrumen penilaian ADHD yang berharga bagi klinisi dan peneliti yang bekerja dengan anak-anak dan remaja dengan ADHD dan ODD. Ini dapat digunakan untuk mendiagnosis ADHD dan ODD, memantau respons terhadap pengobatan, mengevaluasi efektivitas intervensi, dan melakukan penelitian.

d. Child Behavior Checklist (CBCL)

Child Behavior Checklist (CBCL) adalah instrumen asesmen perilaku anak yang paling umum digunakan oleh orang tua untuk menilai masalah emosional dan perilaku pada anak dan remaja usia 1,5-18 tahun. CBCL terdiri dari 113 item yang dinilai pada skala 3 poin (0 = Tidak Benar, 1 = Agak atau Kadang- kadang Benar, 2 = Sangat Benar atau Sering Benar). Item-item tersebut menilai berbagai masalah perilaku, termasuk:

 Masalah emosional (misalnya, kecemasan, depresi, penarikan diri)

 Masalah perilaku (misalnya, agresi, perilaku oposisi, kenakalan)

 Masalah perhatian (misalnya, hiperaktivitas, impulsif, kurang perhatian)

 Masalah somatik (misalnya, sakit kepala, sakit perut, kelelahan)

 Masalah sosial (misalnya, kesulitan berteman, penarikan diri sosial)

CBCL dapat digunakan untuk menyaring masalah perilaku anak, mendiagnosis gangguan kesehatan mental, memantau respons terhadap pengobatan, dan mengevaluasi efektivitas intervensi. CBCL juga merupakan alat penelitian yang berharga untuk memahami sifat dan korelasi masalah perilaku anak.

Berikut adalah beberapa manfaat menggunakan CBCL:

 CBCL adalah instrumen yang komprehensif dan tervalidasi dengan baik untuk asesmen masalah perilaku anak.

 CBCL mudah untuk diberikan dan dinilai.

 CBCL dapat digunakan oleh orang tua, yang memberikan perspektif yang berharga tentang perilaku anak.

(21)

 CBCL menghasilkan skor subskala, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bidang perhatian tertentu.

 CBCL sensitif terhadap perubahan gejala perilaku anak dari waktu ke waktu.

Secara keseluruhan, CBCL adalah instrumen asesmen perilaku anak yang berharga bagi klinisi dan peneliti yang bekerja dengan anak dan remaja dengan masalah perilaku. CBCL dapat digunakan untuk menyaring masalah perilaku anak, mendiagnosis gangguan kesehatan mental, memantau respons terhadap pengobatan, mengevaluasi efektivitas intervensi, dan melakukan penelitian.

e. Achenbach System of Empirically Based Assessment (ASEBA)

Achenbach System of Empirically Based Assessment (ASEBA) adalah chenbach System of Empirically Based Assessment (ASEBA) adalah kumpulan instrumen kuesioner yang digunakan untuk menilai perilaku adaptif dan maladaptif serta fungsi keseluruhan pada individu dari segala usia. ASEBA adalah salah satu sistem penilaian perilaku yang paling banyak digunakan dan tervalidasi dengan baik di dunia.

ASEBA mencakup berbagai kuesioner untuk kelompok usia dan informan yang berbeda, termasuk orang tua, guru, dan laporan diri. Kuesioner tersebut menilai berbagai masalah perilaku dan emosional, serta keterampilan dan kekuatan adaptif.

ASEBA digunakan dalam berbagai pengaturan, termasuk sekolah, klinik kesehatan mental, rumah sakit, dan lembaga penelitian. ASEBA digunakan untuk menyaring masalah perilaku, mendiagnosis gangguan kesehatan mental, memantau respons terhadap pengobatan, dan mengevaluasi efektivitas intervensi.

Berikut adalah beberapa manfaat menggunakan ASEBA:

 ASEBA adalah sistem yang komprehensif dan tervalidasi dengan baik untuk menilai masalah perilaku dan emosional, serta keterampilan dan kekuatan adaptif.

 ASEBA mencakup kuesioner untuk kelompok usia dan informan yang berbeda, yang memberikan berbagai perspektif tentang perilaku individu.

 ASEBA mudah untuk diberikan dan dinilai.

 ASEBA menghasilkan berbagai skor, termasuk skor subskala, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bidang perhatian tertentu.

 ASEBA sensitif terhadap perubahan perilaku dan fungsi emosional dari waktu ke waktu.

Instrumen asesmen ADHD lainnya yang dapat digunakan meliputi:

(22)

Wechsler Adult Intelligence Scale-IV (WAIS-IV)

Wechsler Intelligence Scale for Children-V (WISC-V)

Conners' Continuous Performance Test-3 (CPT-3)

Test of Variables of Attention (TOVA)

Swanson, Kotkin, Agler, and Pelham Rating Scale-IV (SKAMP-IV) Dalam memilih instrumen asesmen ADHD, perlu dipertimbangkan faktor-faktor berikut:

Usia dan tingkat perkembangan anak atau remaja

Tujuan asesmen

Ketersediaan instrumen

Keahlian penilai

Instrumen asesmen ADHD harus digunakan oleh penilai yang terlatih dan berpengalaman. Penilai harus mampu menafsirkan hasil asesmen dengan tepat dan mengembangkan rencana intervensi yang sesuai.

(23)

INSTRUMEN IDENTIFIKASI

GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS DSM V (APA, 2013)

Nama :

Tgllahir/ Usia :

Jeniskelamin : L / P

Sekolah/Kelas :

TanggalPemeriksaan : A. INATENSI

6 / > gejala tidak mampu memusatkan perhatian seperti di bawah ini menetap minimal6 bulan pada derajat maladaptif& tidak sesuai dengantingkat perkembangannya(untukremaja&dewasa minimal 5 gejala).

No Indikator Ya Tidak Keterangan

1 Sering gagal memusatkan perhatian pada hal kecil/membuatkesalahan yang ceroboh (tidak hati-hati) dalam pekerjaan sekolah,pekerjaan / kegiatan lain.

2 Sering sulit mempertahankan perhatian saat melaksanakantugas / kegiatan bermain

3 Sering seperti tidak mendengarkan saat diajak bicara langsung 4 Sering tidak mengikuti petunjuk dan gagal menyelesaikanpekerjaan

sekolah dan tugas (tidak disebabkan oleh perilakumenentang atau kegagalan memahami petunjuk)

5 Sering sulit mengatur tugas dan kegiatan

6 Sering menghindar, tidak suka/enggan terlibat dalam tugasyang memerlukan ketekunan berkesinambungan.

7 Sering menghilangkan benda yang diperlukan untukmelaksanakan tugas/kegiatan

8 Perhatian sering mudah dialihkan oleh rangsangan dari luar 9 Sering lupa dalam kegiatan sehari-hari

Total B. HIPERAKTIVITAS & IMPULSIVITAS

6 / > gejala hiperaktivitas dan impulsivitas seperti dibawah ini menetap minimal6 bulan pada derajat maladaptif dan tidak sesuai dengantingkat perkembangannya (untukremaja&dewasa minimal memenuhi 5 gejala).

No Indikator Ya Tidak Keterangan

1 Sering tangan dan kakinya tidak bisa diam,tidak bisa duduk diam.

2 Sering meninggalkan tempat duduk di dalamkelas / di situasi lain dimana diharapkanuntuk tetap diam.

3 Sering berlari-lari / memanjat berlebihandalam situasi yang tidak sesuai untuk haltersebut.

(24)

4 Sering mengalami kesulitan bermain /mengikuti kegiatan waktu senggang dengan tenang.

5 Sering dalam keadaan “siap bergerak” (ataubertindak seperti digerakkan mesin)

6 Sering bicara berlebihan

7 Sering melontarkan jawaban sebelumpertanyaan selesai ditanyakan.

8 Sering sulit menunggu giliran.

9 Sering menyela/memaksakan diri terhadaporang lain (misal:

memotong percakapan/mengganggu permainan).

Total

Kriteria Diagnosis Ya Tidak Keterangan

A Pola yang tetapkurangperhatian&hiperaktivitas-impulsivitas yang menggangufungsi&perkembangan yang dicirikan pada aspek 1 & 2

B Gejala tersebut yang menimbulkan masalah terjadi sebelum usia 12 tahun.

C Kegagalan yang ditimbulkan oleh gejala-gejala tersebut tampak pada 2/> tempat (di sekolah atau di tempat bermain dan di rumah)

D Ada permasalahan yang bermakna secara klinis pada fungsi sosial, akademik, dan okupasional

E Gejala-gejala tersebut tidak disebabkan oleh gangguan yang lain: perkembangan pervasif, skizofrenia / psikotik dan tidak diakibatkan gangguan mental lain (misalnya : gangguan cemas, gangguan kepribadian)

KESIMPULAN:

GPPH/ADHD:

1. Ya 2. Tidak

Tipe:

1. GPPH Kombinasi 2. GPPH DominanInatensi

3. GPPH DominanHiperatif&Impulsif CATATAN:

_____________, ___________________

Pemeriksa Penanggungjawab

(25)

(_________________________) (__________________________)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asesmen ialah upaya yang sistematis untuk mengetahui kemampuan, kesulitan, dan kebutuhan ABK pada bidang tertentu.. Tujuan dilakukan asesmen adalah untuk mengumpulkan data tentang anak adhd, untuk mengetahui apa yang telah didapat dan melakukan evaluasi. Asesmen memiliki fungsi antara lain sebagai skrining, klasifikasi, perencanaan program, evaluasi, dan asesmen kemajuan individu. Ruang lingkup asesmen yaitu asesmen akademik dan asesmen perkembangan. Yang menjadi sasaran asesmen adalah evaluasi fungsi social, pengembangan keterampilan perkembangan, evaluasi kebutuhan Pendidikan, pengukuran kemampuan keterampilan hidup sehari-hari, evaluasi kebutuhan teknologi bantu, penilaian dukungan psikologis dan emosional. Teknis dalam melakukan asesmen yaitu skala penilaian, wawancara, observasi, tes formal dan informal, serta penilaian klinis. Dalam Menyusun instrument asesmen memperhatikan beberapa factor yaitu memahami aspek dan ruang lingkup yang diases, menetapkan ruang lingkup, Menyusun kisi-kisi dan mengembangkan butir soal.

 Instrumen asesmen ADHD yang tersedia saat ini memiliki validitas dan reliabilitas yang baik untuk mendiagnosis ADHD.

 Instrumen asesmen ADHD dapat digunakan untuk menilai gejala ADHD pada berbagai usia dan setting.

 Instrumen asesmen ADHD dapat digunakan untuk memantau perkembangan ADHD dan efektivitas intervensi.

3.2 Saran

 Instrumen asesmen ADHD sebaiknya digunakan secara komprehensif, dengan menggabungkan berbagai jenis instrumen, termasuk wawancara, observasi, dan tes neuropsikologis.

(26)

 Instrumen asesmen ADHD sebaiknya digunakan oleh tenaga profesional yang memiliki kompetensi dalam bidang ADHD.

 Instrumen asesmen ADHD sebaiknya terus dikembangkan untuk meningkatkan validitas dan reliabilitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

DuPaul, G. J., Power, T. J., Anastopoulos, A. D., & Reid, R. (1998). Attention- Deficit/Hyperactivity Disorder Rating Scale-IV: Revised. Western Psychological Services.

Barkley, R. A. (2006). Attention-Deficit Hyperactivity Disorder: A Handbook for Diagnosis and Treatment. Guilford Press.

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.).

Lerner. 1998. Teaching Children through Behavior Management. Boston: Notes from the lecture series.

Haryanto Syamsuri Ibnu. 2019. Pengantar Identifikasi dan Asesmen Suatu Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta : UNY Press Munir Saeful Endang. 2016. MODUL GURU PEMBELAJAR SLB ADHD

KELOMPOK KOMPETENSI A. Identifikasi dan Asesmen Anak Adhd . BANDUNG: PPPPTK TK DAN PLB

Rochyadi & Alimin, Z. 2005, Pengembangan Program Individual Bagi Anak Tunagrahita, Jakarta: Depdiknas

Palmer, O. James. 2003. The Psychological assessment Of children. Scond editiuon. New York: John Wilet & Sons. Inc

https://spada.uns.ac.id/mod/resource/view.php?id=139212&forceview=1

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang berjudul “ Pengembangan Instrumen Asesmen Autentik Untuk Mengukur Keterampilan Berpikir Kritis dan Kinerja Siswa Kelas XI pada Materi Termokimia ” ini

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa instrumen asesmen bahasa reseptif dan bahasa ekspresif sudah valid, reliabel dan fungsional digunakan untuk

Instrumen ini digunakan pada tahap uji coba lapangan untuk menguji apakah konstruksi instrumen asesmen kinerja peserta didik pada praktikum kenaikan titik didih dan penurunan titik

Saran tersebut adalah (1) instrumen asesmen presentasi ilmiah ini harus digunakan untuk menilai presentasi ilmiah siswa karena telah memenuhi syarat sebagai

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah (1) mengembangkan instrumen asesmen penguasaan konsep dalam bentuk tes testlet pada materi suhu dan kalor untuk siswa kelas X SMA dengan

(3) Menyusun rubrik untuk setiap item asesmen. Sebelum digunakan rubrik asesmen dikasih tahu kepada siswa agar diketahui apa saja yang akan dinilai supaya mereka

Oleh karena itu, peneliti bertujuan untuk mengembangkan instrumen asesmen tes testlet pada materi suhu dan kalor untuk siswa kelas X SMA dengan kategori valid dan

P-ISSN: 2613-9669 E-ISSN: 2613-9650 Open Access: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPAUD/index Instrumen Asesmen Untuk Mengukur Perkembangan Fisik Motorik Kasar pada Anak