MAKALAH KELOMPOK “ DISABILITAS GANDA”
Mata Kuliah : Pendidikan inklusi Dosen : Nofrita, S.Pd.I.,M.Pd.
Disusun oleh:
Syilvia Rachman 41154030200003 Intan Nuraini 41154030200004 Cita Ghaida Mutmainah 41154030200020
Kelas : A01/3
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA BANDUNG
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Inklusi di SD yang berjudul
“Disabilitas Ganda” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa yang diungkapkan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis, sehingga akan menjadi suatu
kehormatan besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun makalah ini sehingga selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta komprehensif.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan sebagai media pembelajaran, khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat
membuka wawasan serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Bandung, 25 Mei 2022
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.……….…………...……….1
DAFTAR ISI ………...2
BAB 1 PENDAHULUAN ………....3
1.1. Latar Belakang..………...……….…...3
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan ... 5
1.4. Manfaat ……….………... 5
BAB 2 PEMBAHASAN PERMASALAHAN... 6
2.1. Pengertian Penyandang Disabilitas Ganda ... 6
2.2. Asas dan Hak-hak Penyandang Disabilitas ... 7
2.3. Karakteristik Penyandang Disabilitas ganda ... 8
2.4. Penyebab/faktor anak tunaganda ………...9
2.5. Pencegahan/Pengobatan Penanganan TunaGanda ... 9
2.6. Fasilitas Pendukung Pendidikan Anak Tunaganda Fasilitas pendukung... 9
2.7. Kesulitan Dalam Mendidik Anak Tunaganda ... 10
2.8. Tantangan ... 10
BAB 3 PENUTUP ... 12
Kesimpulan ... 12
Daftar Pustaka ... 13
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pada dasarnya ingin mejaga kelestarian hidupnya dengan
menghasilkan keturunan yang dan menjadi orang tua. Sebagai orang tua pasti menginginkan kehadiran seorang anak terlahir sempurna merupakan harapan semua orang tua. Orang tua mendambakan memiliki anak yang sehat, baik secara jasmani maupun rohani. Namun, tidak semua anak dilahirkan dan tumbuh dalam keadaan normal. Beberapa diantaranya memiliki keterbatasan baik secara fisik maupun psikis yang telah dialami sejak awal masa
perkembangan. Memiliki anak disabilitas ganda merupakan beban berat bagi orang tua baik secara fisik maupun mental. Beban tersebut membuat reaksi emosional didalam diri orang tua. Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus dituntut untuk terbiasa menghadapai peran yang berbeda dari sebelumnya, karena memiliki anak berkebutuhan khusus (Miranda, 2013).
Menurut Puspita (Rachmayanti & Zulkaida, 2007), reaksi pertama orang tua ketika awalnya dikatakan bermasalah adalah tidak percaya, shock, sedih, kecewa, merasa bersalah, marah dan menolak. Tidak mudah bagi orang tua yang anaknya menyandang berkebutuhan khusus untuk mengalami fase ini, sebelum akhirnya sampai pada tahap penerimaan
(acceptance). Ada masa orang tua merenung dan tidak mengetahui tindakan tepat apa yang harus diperbuat. Tidak sedikit orang tua yang kemudian memilih tidak terbuka mengenai keadaan anaknya kepada teman, tetangga bahkan keluarga dekat sekalipun, kecuali pada dokter yang menangani anak tersebut.Sedangkan menurut Miranda (2013), ditinjau dari segi keluarga penderita, maka adanya seorang anak yang menderita kelainan perkembangan bisa menjadi beban bagi orang tuanya. Lebih banyak waktu dan perhatian harus diberikan kepada anak tersebut. Oleh sebab itu, keluarga mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritis, bila orang tua tidak mampu mengelola emosi negatifnya dengan baik, bukan tidak mungkin akibatnya akan berimbas pada anak. Selain itu bantuan medis, kesembuhan anak berkebutuhan khusus bertumpu penting pada dukungan orang tua. Anak dengan disabilitas ganda merupakan anak yang membutuhkan pendidikan dan pelayanan khusus untuk mengembangkan segenap potensi yang mereka miliki (Hallahan & Kauffman, 2006).
Para anak disabilitas mungkin saja mengalami gangguan, seperti gangguan fisik (disabilitas daksa), emosional atau perilaku, penglihatan (disabiltas netra), komunikasi, pendengaran (disabilitas rungu), kesulitan belajar (disabilitas laras), atau mengalami retardasi mental (disabilitas grahita). Adapun beberapa anak mengalami lebih dari satu gangguan.
Mereka dikenal sebagai anak disabilitas ganda. Penjelasan mengenai anak penyandang tuna ganda atau disabilitas ganda dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesian nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas pasal 4 Ayat (2) Yang dimaksud dengan
“Penyandang Disabilitas ganda atau multi” adalah Penyandang Disabilitas yang mempunyai dua atau lebih ragam disabilitas, antara lain disabilitas rungu-wicara dan disabilitas netra-tuli.
Yang dimaksud dengan “dalam jangka waktu lama” adalah jangka waktu paling singkat 6 (enam) bulan dan/atau bersifat permanen.
Penyandang disabilitas ganda adalah mereka yang mempunyai kelaianan perkembangan mencangkup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neorologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa atau hubungan pribadi masyarakat (Delphie, 2006). Beberapa kombinasi ketunaan yang termasuk disabilitas ganda adalah disabilitas netra- disabilitas rungu, disabilitas netra- disabilitas daksa, disabilitas netra- disabilitas grahita,disabilitas rungu- disabilitas daksa, disabilitas rungu- disabilita grahita, disabilitas daksa- disabilitas grahita, disabilitas netra- disabilitas rungudisabilitas daksa, disabilitas netra- disabilitas rungu- disabilitas daksa, dan Lain-lain.
Anak disabilitas ganda atau majemuk membutuhkan dukungan besar pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal mandiri, bekerja, dan pemenuhan diri (Hallahan & Kauffman, 2006).
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apa definisi penyandang disabilitas ganda?
2. Apa Karakteristik Disabilitas ganda ? 3. Apa Faktor Penyebab Disabilitas ganda?
4. Apa Asas - Asas dan hak Penyandang Disabilitas ganda ?
5. Apa Fasilitas pendukung pendidikan anak tunaganda ? 6. Bagaimana Kesulitan dalam mendidik anak tuna ganda ?
7. Apa Tantangan dalam menghadapi Penyandang Disabilitas ganda?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi penyandang disabilitas ganda 2. Untuk mengetahui Karakteristik Disabilitas ganda 3. Untuk mengetahui Faktor Penyebab Disabilitas ganda
4. Untuk mengetahui Asas - Asas dan hak Penyandang Disabilitas ganda 5. Untuk mengetahui Fasilitas pendukung pendidikan anak tunaganda 6. Untuk mengetahui Kesulitan dalam mendidik anak tuna ganda
7. Untuk mengetahui Tantangan dalam menghadapi Penyandang Disabilitas ganda 1.4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dalam makalah ini yaitu untuk Mengetahui Karakteristik
Penyandang Disabilitas ganda dan Mengetahui Karakteristik Penyandang Disabilitas ganda.
BAB II
PEMBAHASAN PERMASALAHAN
2.1 Pengertian Penyandang Disabilitas Ganda
Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Tunaganda (disabilitas ganda).Penderita cacat lebih dari satu kecacatan (yaitu cacat fisik dan mental).
Menurut Reefani (2013:17), penyandang disabilitas dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Penyandang Disabilitas fisik, yaitu terganggunya fungsi gerak, antara lain amputasi, lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, celebral palsy
(CP), akibat stroke, akibat kusta, dan orang kecil. Kelainan ini meliputi beberapa macam yaitu:
1. Kelainan Tubuh (Tuna Daksa), Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuromuskular dan stuktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan (kehilangan organ) polio atau lumpuh.
2. Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra), Tunanetra adalah individu yang memiliki hamabatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision.
3. Kelainan Pendengaran (Tunarungu), Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarunggu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
4. Kelainan Bicara (Tunawicara), Tunawicara adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pirikiran melalui bahasa verbal, sehingga
sulit bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan biacara ini dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ biacara maupun ada gangguan pada organ motoric yang berkaitan dengan bicara.
b. Disabilitas Mental
Disabilitas mental atau kelainan mental terdiri dari:
1. Mental Tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga memiliki kreativitas dan tanggungjawab terhadap tugas.
2. Mental Rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual/IQ (Intelligence Quotient) di bawah rata-rata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learnes) yaitu anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) di bawah 70 dikenal dengan anak
berkebutuhan khusus.
4. Berkesulitan Belajar Spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achievment) yang diperoleh.
Tunaganda atau penderita cacat lebih dari satu kecacatan (cacat fisik dan mental) merupakan mereka yang menyandang lebih dari satu jenis keluarbiasaan, misalnya
penyandang tuna netra dengan tuna rungu sekaligus, penyandang tuna daksa disertai dengan tuna grahita atau bahkan sekaligus.
2.2. Asas dan Hak-hak Penyandang Disabilitas
Menurut Rahayu, dkk (2013:111), terdapat empat asas yang dapat menjamin kemudahan atau aksesibilitas penyandang disabilitas yang mutlak harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut:
1. Asas kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
2. Asas kegunaan, yaitu semua orang dapat mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
3. Asas keselamatan, yaitu setiap bangunan dalam suatu lingkungan terbangun harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang termasuk disabilitas.
4. Asas kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai dan masuk untuk mempergunakan semua tempat atau bangunan dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.
2.3. Karakteristik Penyandang Disabilitas ganda
Orang dengan disabilitas berat atau multipel dapat menunjukkan berbagai karakteristik, tergantung pada kombinasi dan tingkat keparahan disabilitas, dan usia orang tersebut.
Namun, ada beberapa sifat yang mungkin mereka bagikan, termasuk:
2.3.1 Psikologis
- Mungkin Merasa dikucilkan
- Kecenderungan untuk menarik diri dari masyarakat
- Siswa dengan disabilitas ganda mungkin menjadi takut, marah, dan kesal dalam menghadapi perubahan yang dipaksakan atau tidak terduga.
- Dapat melakukan perilaku yang merugikan diri sendiri 2.3.2. Perilaku
1. Dapat menunjukkan perilaku tidak dewasa yang tidak sesuai dengan usia kronologis 2. Dapat menunjukkan perilaku impulsif dan tingkat frustrasi yang rendah
3. Mungkin mengalami kesulitan membentuk hubungan interpersonal
4. Mungkin memiliki keterampilan perawatan diri yang terbatas dan keterampilan hidup masyarakat yang mandiri
2.3.3. Kesehatan fisik
Berbagai masalah medis dapat menyertai kecacatan parah. Contohnya termasuk kejang, kehilangan sensorik, hidrosefalus, dan skoliosis. Banyak disabilitas berdampak pada aktivitas kehidupan sehari-hari . Kemungkinan cacat yang dapat menjadi komorbiditas termasuk gangguan penglihatan, gangguan pendengaran , gangguan ortopedi, autisme, dan gangguan bicara/bahasa.
2.4. Penyebab/faktor anak tunaganda.
Penyebab tuna ganda adalah sebagai berikut :
1. Faktor biologis yang dapat terjadi sebelum,selama atau sesudah kelahiran. Anak yang tergolong tunaganda lahir dengan ketidaknormalan kromosom terjadi seperti pada down syndrome atau lahir dengan kelainan genetik atau metabolik yang dapat menyebabkan masalah-masalah berat dalam perkembangan fisik atau intelektual anak, komplikasi-
komplikasi pada masa anak dalam kandungan termasuk kelahiran permatur, ketidak cocokan Rh dan infeksi yang diderita oleh ibu.
2. Kerusakan pada otak dan terkena virus Rubella, mengidap sakit yang tak ditangani serius pada waktu kecil, ada juga yang karena jatuh waktu kecil dan menyebabkan kerusakan saraf.
3. Seorang ibu yang bergizi rendah pada saat mengandung atau terlalu banyak obatobatan atau alkohol.
4. Pengguguran kandungan, namun ternyata usahanya gagal dan anaknya terlahir cacat ganda.
Pada umumnya, anak-anak yang tergolong tunaganda sering dapat diidentifikasikan pada saat atau tidak lama setelah kelahiran.
5. Bayi yang terserang kekurangan oksigen dan luka pada otak dalam proses kelahiran, dalam perkembangan hidupnya mengalami cacat berat karena pada kepalanya mengalami
kecelakaan kendaraan, jatuh, pukulan atau siksaan, pemberian nutrisi yang salah, anak yang tidak dirawat dengan baik, keracunan atau karena penyakit tertentu yang dapat berpengaruh terhadap otak (seperti meningitas dan encephalitis ).
2.5. Pencegahan/Pengobatan Penanganan TunaGanda
Untuk mengatasi masalah anak tunaganda diperlukan tindakan menggunakan pendekatan multidisipliner yang terdiri dari:
1.Terapi wicara dan bahasa, 2. Terapi fisik,
3.Terapi okupasional.
2.6 Fasilitas Pendukung Pendidikan Anak Tunaganda Fasilitas pendukung pendidikan yang berkaitan dengan diri anak adalah :
Brace Brace merupakan alat bantu gerak yang digunakan untuk memperkuat otot dan tulang.
Biasanya digunakan di kaki, punggung atau dileher. Fungsim brace berguna untuk menyangga beban yang tertumpu pada otot atau tulang.
Crutch Kruk adalah alat penyangga tubuh yang ditumpukkan pada tangan atau ketiak untuk menyangga beban tubuh.
Splint Splint adalah alat untuk meletakkan anggota tubuh pada posisi yang benar agar anggota tubuh yang sakit tidak salah bentuk.
Whell chair Menurut bentuknya kursi roda dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kursi roda yang roda besarnya di depan dan kursi roda yang roda besarnya di belakang. Kursi roda yang roda besarnnya di depan dapat berputar di tempat yang sempit. Kursi roda yang roda
besarnya di belakang dapat masuk ke kolong tempat tidur, sehingga memudahkan untuk berpindah tempat.
2.7. Kesulitan Dalam Mendidik Anak Tunaganda Kesulitan dalam mendidik anak tuna ganda yaitu:
1. Anak tunaganda sulit memahami apa yang dikatakan oleh pendidik.
2. Tenaga pendidik membutuhkan banyak alat bantu. Misalanya: gambar dan simbolsombol.
3. Pendidik mengalami kesulitan dalam pengawasan anak tunaganda karena sifatnya yang maunya sendiri.
4. Karena gaya belajarnya secara kontekstual, pendidik diharuskan memberi pengajaran secara mendetail. Misalnya: menunjukkan apa itu pisang, mulai dari bentuk, warna, pohon, daun, dan batang buah hingga cara bagaimana pemanfaatannya.
2.8. Tantangan
Tantangan dalam mendidik,mengurus dan menghadapi penyandang Disabilitas ganda yaitu :
1. Keluarga
- Berbagai masalah medis dapat menyertai kecacatan parah. Contohnya termasuk kejang, kehilangan sensorik, hidrosefalus, dan skoliosis. Diperlukan upaya untuk memastikan keamanan mereka di rumah pada saat terjadi peristiwa seperti kejang.
- Secara finansial, biaya medis/transportasi dapat membebani keluarga.
- Upaya yang diperlukan untuk memastikan keselamatan orang tersebut akan mengharuskan anggota keluarga untuk bergiliran menjaga orang tersebut.
Individu hanya memiliki kemampuan bicara atau komunikasi yang terbatas - Membutuhkan banyak kesabaran dengan individu dengan disabilitas ganda
2. Perorangan
- Kesulitan dalam mobilitas fisik dasar
- Mungkin mengalami defisit motorik halus yang dapat menyebabkan masalah tulisan tangan - Mungkin memiliki kecepatan klerikal yang lambat.
- Mungkin cenderung melupakan keterampilan karena tidak digunakan
- Mungkin mengalami kesulitan menggeneralisasi keterampilan dari satu situasi ke situasi lainnya kurang memiliki keterampilan berpikir dan pemahaman tingkat tinggi
- Mungkin memiliki keterampilan pemecahan masalah yang buruk - Kemampuan untuk terlibat dalam pemikiran abstrak terbatas - Mungkin peserta tes yang buruk karena faktor pembatas kecacatan - Mungkin mengalami kesulitan menemukan arah suara
- Mungkin memiliki pidato yang ditandai dengan substitusi, penghilangan - Mungkin mengalami kesulitan belajar tentang objek dan hubungan objek - Mungkin kurang matang dalam menetapkan tujuan karir
- Mungkin menghadapi masalah dalam bersosialisasi dengan teman sebaya
BAB III KESIMPULAN
a. Meskipun memeliki berbagai macam keterbatasan-keterbatasan dalam mengekspresikan kemampuannya, anak-anak tunaganda tetap dapat diberikan proses belajar mengajar sehingga mereka tetap tidak kehilangan haknya untuk mendapatkan layanan pendidikan seiring dengan program “education for all”.
B. Tes inteligensi tradisional kurang manfaatnya untuk mengukur anak tunaganda. Untuk itu, para guru perlu mengamati kemampuan-kemampuan yang unik serta
keterbatasanketerbatasan yang diperlihatkan oleh anak-anak tunaganda. Walaupun setiap anak memperlihatkan karakteristik individual yang berkaitan dengan fisik, intelektual dan social, anak-anak tunaganda seringkali memperlihatkan perilaku seperti: sedikit atau tidak dapat berkomunikasi, terbelakang dalam perkembangan fisik dan motoriknya, sering berprilaku yang tidak tepat, kurang dalam ketrampilan menolong diri sendiri dan jarang berprilaku atau berinteraksi yang sifatnya konstrutif.
C. Walaupun terdapat banyak kemungkinan kombinasi kecacatan yang berbeda-beda, kondisi-kondisi kecacatan majemuk sudah dikenal oleh para pendidik, seperti kombinasi antara tunagrahita dengan gangguan pendengaran, antara tunagrahita dengan masalah perilaku yang berat, autisme, antara gangguan perilaku dengan gangguan pendengaran dan kombinasi antara ketulian dan kebutaan.
D. Untuk mengatasi masalah anak tunaganda diperlukan tindakan menggunakan pendekatan multidisipliner.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.untag-sby.ac.id
https://en-m-wikipedia org.translate.goog/wiki/Multiple_disabilities?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc,sc
https://www.google.com/amp/s/difabel.tempo.co/amp/1202488/cara-penyandang-disabilitas- ganda-tunanetra-tuli-berkomunikasi