• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH-KONSEP DAN URGENSI INTEGRASI NASIONAL

N/A
N/A
Icha Effriliasani

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH-KONSEP DAN URGENSI INTEGRASI NASIONAL"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN

“KONSEP DAN URGENSI INTEGRASI NASIONAL”

Dosen Pengampu:

Nopisari, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Feronika Putri (231402048) Mutia wijayanti (231402052) Gladis soraya putri (231402022)

Rohmawati (231402020)

Ririn agustina (231402030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AL-MA’ARIF WAY KANAN TAHUN 2024/2025

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul: “Konsep dan Urgensi Integrasi Nasional”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan. Besar harapan kami semoga segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan.

Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan tugas-tugas kami mendatang.

Baradatu, 15 Maret 2024

(3)

iii DAFTAR ISI

COVER ... 1

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

DAFTAR TABEL... 5

BAB I ... 6

PENDAHULUAN ... 6

A. Latar Belakang ... 6

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan ... 7

BAB II ... 8

PEMBAHASAN ... 8

A. Perkembangan Sejarah Integrasi di Indonesia ... 8

1. Model Integrasi Imperium Majapahit ... 8

2. Model Integrasi Kolonial ... 8

3. Model Integrasi Nasional Indonesia ... 9

B. Pengertian Integrasi Nasional ... 11

C. Jenis-Jenis Integrasi Nasional ... 13

1. Integrasi Politik ... 13

2. Integrasi Ekonomi ... 15

3. Integrasi Sosial Budaya ... 15

4. Integrasi Wilayah Nusantara ... 17

5. Integrasi Ideologi... 18

6. Integrasi Pertahanan Keamanan ... 18

D. Konsep Integrasi Nasional ... 19

1. Konsep Integrasi Nasional Secara Vertikal ... 20

2. Konsep Integrasi Nasional Secara Horizontal ... 21

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Integrasi Nasional ... 22

1. Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Nasional ... 23

2. Faktor Pendukung Integrasi Nasional ... 24

(4)

iv

3. Faktor Penghambat Integrasi Nasional ... 25

F. Urgensi Integrasi Nasional ... 26

G. Dinamika dan Tantangan Integrasi Nasional ... 29

1. Dinamika Integrasi Nasional di Indonesia ... 29

2. Tantangan Dalam Membangun Integrasi ... 30

H. Ancaman Terhadap Integrasi... 32

1. Ancaman Militer ... 33

2. Ancaman Non-Militer ... 35

I. Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional ... 37

J. Contoh Masalah Integrasi Nasional Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara ... 38

1. Perbedaan Kepentingan ... 38

2. Dendam Kekalahan ... 38

3. Pertentangan Sosial ... 39

4. Aksi Protes dan Demonstrasi ... 40

5. Meningkatnya Kriminalitas ... 40

6. Kenakalan Remaja... 41

7. Korupsi ... 41

K. Peran Tokoh Etnik Dalam Integrasi ... 42

BAB III ... 46

PENUTUP ... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(5)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengertian Integrasi Nasional Menurut Ahli atau Penulis ... 12

(6)

6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Integrasi nasional adalah salah satu aspek krusial dalam membangun keberlangsungan sebuah negara. Dalam konteks globalisasi dan dinamika sosial-politik yang semakin kompleks, penting bagi suatu negara untuk memiliki fondasi yang kuat dalam mempersatukan beragam elemen masyarakatnya. Di banyak bagian dunia, terutama di negara-negara yang multikultural dan multi-etnis, tantangan dalam memelihara integrasi nasional menjadi semakin mendesak. Di Indonesia, sebagai negara dengan keberagaman yang sangat kaya, integrasi nasional memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan kesatuan dan stabilitas bangsa. Dengan lebih dari 17.000 pulau, ratusan suku bangsa, dan beragam agama serta budaya, Indonesia dihadapkan pada tugas yang besar dalam membangun kesatuan di tengah keberagaman tersebut.1 Perjalanan sejarah bangsa Indonesia juga telah memberikan pengalaman berharga dalam merumuskan konsep integrasi nasional yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam konteks global, integrasi nasional juga menjadi isu yang relevan. Negara-negara di seluruh dunia menghadapi tantangan dalam membangun integrasi di tengah arus migrasi global, konflik etnis dan agama, serta polarisasi politik yang semakin meningkat.2 Oleh karena itu, pembahasan tentang konsep dan urgensi integrasi nasional tidak hanya relevan bagi Indonesia, tetapi juga bagi masyarakat internasional secara luas. Melalui pemahaman yang mendalam tentang konsep dan urgensi integrasi nasional, diharapkan dapat tercipta kesadaran yang lebih kuat akan pentingnya menjaga persatuan dan solidaritas di tengah keberagaman, serta mengimplementasikan kebijakan yang mendukung pembangunan integrasi nasional secara berkelanjutan. Dengan

1 Lamri, “Menanamkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Mempererat Integrasi Bangsa”, Jurnal Bawi Ayah, Vol. 9 No. 2, (Palangkaraya: Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangkaraya, 2018), h. 57.

2 Yayuk Hidayah, “Memperkuat Integrasi Nasional di Era Digital: Penguatan Resolusi Konflik di Era Digital Sebagai Perwujudan Warga Negara yang Baik” Journal of Social and Humaniora, Vol.

2 No. 2, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2023), h. 107.

(7)

7

demikian, latar belakang ini membentuk dasar yang kuat untuk menjelajahi topik ini lebih lanjut dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah terbentuknya integrasi di Indonesia?

2. Apa itu integrasi nasional?

3. Apa saja jenis-jenis integrasi nasional?

4. Bagaimana konsep integrasi nasional?

5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi nasional?

6. Apa urgensi dari integrasi nasional?

7. Bagaimana dinamika dan tantangan integrasi nasional?

8. Apa saja ancaman terhadap integrasi?

9. Bagaimana cara mengatasi ancaman integrasi nasional?

10. Apa saja contoh masalah integrasi nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?

11. Bagaimana peran tokoh etnik dalam integrasi nasional?

C. Tujuan

1. Dapat mengetahui tentang sejarah integrasi nasional 2. Untuk mengetahui definisi integrasi

3. Dapat mengetahui jenis-jenis integrasi nasional 4. Untuk mengetahui tentang konsep integrasi nasional

5. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi nasional 6. Untuk mengetahui urgensi integrasi nasional

7. Dapat mengetahui dinamika dan tantangan integrasi nasional 8. Untuk mengetahui ancaman integrasi nasional

9. Untuk mengetahui cara mengatasi ancaman integrasi nasional

10. Dapat mengetahui contoh masalah integrasi nasional dalam berbangsa dan bernegara

11. Dapat mengetahui peran tokoh etnik dalam integrasi nasional

(8)

8 BAB II PEMBAHASAN A. Perkembangan Sejarah Integrasi di Indonesia

Menurut Suroyo (2002), sejarah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah mengalami pembangunan integrasi sebelum masa kemerdekaan.

Terdapat tiga model integrasi yang berbeda dalam sejarah perkembangan integrasi di Indonesia: model integrasi imperium Majapahit, model integrasi kolonial, dan model integrasi nasional Indonesia.3

1. Model Integrasi Imperium Majapahit

Model integrasi pertama ini terkait dengan keberadaan kemaharajaan Majapahit. Struktur kemaharajaan Majapahit memiliki ciri konsentris.

Wilayah inti kerajaan (nagaragung) terdiri dari Jawa dan Madura yang diperintah langsung oleh raja dan keluarganya. Wilayah kedua mencakup kerajaan-kerajaan otonom di luar Jawa (mancanegara dan pasisiran).4 Wilayah ketiga meliputi negara-negara mitra di luar Jawa dengan hubungan diplomatik dan dagang, seperti Champa, Kamboja, dan Ayudyapura (Thailand).

2. Model Integrasi Kolonial

Model integrasi kedua, atau lebih tepat disebut sebagai integrasi wilayah Hindia Belanda, dicapai pada awal abad XX dengan wilayah yang mencakup dari Sabang hingga Merauke. Pemerintah kolonial mampu membangun integrasi wilayah dengan menguasai sektor maritim. Namun, integrasi vertikal antara pemerintah pusat dan daerah diatur melalui birokrasi kolonial yang terdiri dari pegawai Belanda dan pribumi yang tidak memiliki kedekatan dengan rakyat. Dalam kata lain, pemerintah tidak memiliki dukungan dari massa rakyat yang signifikan. Model integrasi kolonial ini bertujuan menciptakan kesetiaan tunggal pada penguasa kolonial, namun tidak mampu menyatukan seluruh keragaman bangsa Indonesia.

3 Agustina Magdalena Djuliati Suroyo, Integrasi Nasional Dalam Perspektif Sejarah Indonesia, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2002), h. 22.

4 Pujiono, Nunuk Suryani, Akhmad Arif, “Hubungan Antara Pemahaman Sejarah Nasional Indonesia dan Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Sikap Integrasi Nasional”, Jurnal Candi, Vol. 19 No. 2, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2019), h. 56.

(9)

9 3. Model Integrasi Nasional Indonesia

Model integrasi ketiga ini mencerminkan proses integrasi bangsa Indonesia sejak kemerdekaan pada tahun 1945. Meskipun sebelumnya telah terjadi integrasi kolonial, namun integrasi dalam model ketiga ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan model sebelumnya. Integrasi pada model kedua lebih berfokus pada upaya mendapatkan dukungan rakyat jajahan untuk pemerintahan kolonial dengan memperkuat birokrasi dan pengendalian wilayah.

Integrasi dalam model ketiga bertujuan membentuk kesatuan baru, yaitu bangsa Indonesia yang merdeka, dengan semangat kebangsaan yang baru atau kesadaran kebangsaan yang baru. Proses integrasi nasional ini dimulai dengan munculnya kesadaran berbangsa, terutama di kalangan orang Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan sebagai dampak dari kebijakan politik etis pemerintah kolonial Belanda. Mereka mendirikan berbagai organisasi pergerakan, termasuk yang bersifat keagamaan, kepemudaan, kedaerahan, politik, ekonomi, perdagangan, dan kelompok perempuan.

Kaum terpelajar ini mulai menyadari bahwa mereka merupakan bagian dari bangsa jajahan yang harus berjuang untuk meraih kemerdekaan agar bisa menjadi bangsa yang merdeka dan setara dengan bangsa-bangsa lainnya. Meskipun mereka berasal dari berbagai daerah dan suku bangsa, mereka merasa memiliki nasib dan penderitaan yang sama sehingga bersatu untuk menggalang kekuatan bersama.5 Contohnya, Sukarno berasal dari Jawa, Mohammad Hatta dari Sumatera, AA Maramis dari Sulawesi, dan Tengku Mohammad Hasan dari Aceh.

Dalam sejarahnya, perkembangan kesadaran berbangsa ini melalui beberapa tahapan, antara lain:

a. Periode Perintis

5 Andi Aco Agus, “Integrasi Nasional Sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Bangsa Negara Republik Indonesia”, Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi, (Malang:

Universitas Negeri Malang, 2018), h. 23

(10)

10

Periode ini ditandai dengan munculnya semangat kebangsaan melalui pembentukan organisasi pergerakan, seperti Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908, yang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

b. Periode Penegasan

Periode penegasan adalah saat di mana semangat kebangsaan pada masyarakat Indonesia ditegaskan secara tegas, yang ditandai oleh peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Melalui Sumpah Pemuda, masyarakat Indonesia yang beragam menyatakan diri sebagai satu bangsa yang memiliki satu Tanah Air, satu bangsa, dan satu bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.6

c. Periode Percobaan

Bangsa Indonesia melalui organisasi pergerakan berupaya untuk memperoleh kemerdekaan dari penjajahan Belanda.7 Organisasi- organisasi pergerakan yang tergabung dalam GAPI (Gabungan Politik Indonesia) pada tahun 1938 mengusulkan gagasan tentang Indonesia Berparlemen. Namun, upaya untuk mencapai kemerdekaan tidak berhasil pada saat itu.

d. Periode Pembebasan

Pada periode ini, semangat dan gerakan kebangsaan Indonesia berhasil mengatasi penjajahan dan menghasilkan kemerdekaan.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak saat itu, bangsa Indonesia menjadi negara merdeka, bebas, dan setara dengan bangsa-bangsa lainnya. Nasionalisme menjadi landasan bagi pembentukan negara kebangsaan Indonesia modern.

Dari segi politik, proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan pernyataan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia telah merdeka, bebas dari penjajahan, dan setara dengan bangsa-bangsa lainnya.

6 Gunawan Santoso, dkk, “Kajian Integrasi Nasional dalam NKRI Tidak Dapat Diubah dan Sumpah Pemuda Indoesia Abad 21”, Jurnal Pendidikan Transformatif, Vol. 2 No. 1, (Jakarta:

Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2023), h. 271.

7 Kt. Sukawati Lanang P. Perbawa, “Peran Integritas Nasional Dalam Memperkuat Kemajemukan Negara Indonesia yang Berlandaskan Pancasila dan Kebinekaan”, Jurnal Pendidikan Sosiologi, (Denpasar: Universitas Mahasaraswati, 2019), h. 80.

(11)

11

Dari segi sosial budaya, Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 menandai sebuah revolusi integratif bagi bangsa Indonesia, mengubahnya dari kelompok-kelompok dengan identitas yang beragam menjadi satu bangsa yang dikenal sebagai bangsa Indonesia.

B. Pengertian Integrasi Nasional

Integrasi nasional adalah proses menggabungkan elemen-elemen yang beragam dalam suatu wilayah, seperti kebudayaan, suku, agama, dan bahasa, menjadi satu kesatuan yang kuat dan utuh.8 Tujuannya adalah untuk memperkuat identitas nasional dan mengurangi kemungkinan konflik atau perpecahan akibat perbedaan tersebut. Integrasi nasional bertujuan untuk menyatukan komponen-komponen yang berbeda di dalam negara, menciptakan keselarasan, dan meningkatkan kesadaran akan persatuan dan kebersamaan dalam kerangka kebangsaan. Hal ini dilakukan untuk memungkinkan berbagai elemen yang beragam dapat hidup bersama secara harmonis. Integrasi nasional juga mencakup pembentukan identitas nasional dan penyatuan kelompok sosial dan budaya yang berbeda di dalam satu wilayah, dengan maksud untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan negara sebagai entitas yang berdaulat dan independen. Integrasi nasional memiliki peran penting dalam kelangsungan dan kemajuan suatu negara, memfasilitasi pembangunan, menjaga stabilitas politik, sosial, dan ekonomi, serta meningkatkan posisi negara di kancah internasional.

Istilah integrasi nasional dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu etimologi dan terminologi.9 Etimologi adalah cabang ilmu yang mengkaji asal-usul suatu kata, sejarahnya, serta perubahan makna dari waktu ke waktu.

Dalam konteks integrasi nasional, etimologi mempelajari asal-usul kata serta perubahan maknanya dari waktu ke waktu. Secara etimologi, integrasi nasional terbentuk dari dua kata, yaitu "integrasi" dan "nasional". Sementara

8 Edwin Nurdiansyah, Aulia Novemy Dhita, “Perwujudan Integrasi Nasional pada Masyarakat Kota Palembang”, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 10 No. 1, (Palembang: Universitas Sriwijaya, 2020), h. 29.

9 Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016), h. 56.

(12)

12

itu, terminologi merujuk pada penggunaan kata sebagai istilah yang terkait dengan konteks tertentu. Konsep integrasi nasional didefinisikan dalam konteks yang spesifik dan umumnya dijelaskan oleh para ahli atau penulis yang memahami topik tersebut. Di bawah ini disajikan beberapa definisi integrasi nasional dalam konteks Indonesia yang dikemukakan oleh para ahli atau penulis.

Tabel 1. Pengertian Integrasi Nasional Menurut Ahli atau Penulis

Nama Tahun Pengertian Integrasi Nasional

Saafroedin Bahar 1996 Upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya

Riza Noer Arfani 2001 Pembentukan suatu identitas nasional dan penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya ke dalam suatu kesatuan wilayah

Djuliati Suroyo 2002 Bersatunya suatu bangsa yang menempati wilayah tertentu dalam sebuah negara yang berdaulat Ramlan Surbakti 2010 Proses penyatuan berbagai kelompok sosial

budaya dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu identitas nasional

Dalam bahasa Inggris, istilah “Integrasi nasional” diterjemahkan sebagai “national integration”. “Integration” mengacu pada kesempurnaan atau keseluruhan. Kata ini berasal dari bahasa Latin “integer”, yang berarti utuh atau menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya, integrasi dapat dijelaskan sebagai proses penyatuan hingga mencapai kesatuan yang utuh atau bulat. Sedangkan “Nation” merujuk pada bangsa, sebagai bentuk persekutuan dari individu-individu yang memiliki latar belakang yang berbeda, berada dalam suatu wilayah tertentu, dan berada di bawah satu kekuasaan politik.10 Kurana (2010) menyatakan, “National integration is the awareness of a common identity amongst the citizens of a common identity amongst the citizens of a country. It means that though we belong to different

10 Drs. Syamsu Ridhuan, M.pd, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Universitas Esa Unggul, 2018), h. 7.

(13)

13

castes, religions and regions and speak different languages we recognize the fact that we are all one. This kind of integration is very important in the building of a strong and prosperous nation”. Dari kalimat tersebut berarti meskipun kita berasal dari kasta yang berbeda, memiliki keyakinan agama yang beragam, tinggal di berbagai daerah, dan menggunakan bahasa yang berbeda-beda, kita mengakui fakta bahwa kita semua satu kesatuan. Jenis integrasi ini memiliki peran yang sangat penting dalam upaya membangun suatu bangsa yang kokoh dan sejahtera.

C. Jenis-Jenis Integrasi Nasional

Dalam konteks integrasi nasional, terdapat tiga aspek yang dapat diamati, yaitu aspek politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Dalam aspek politik, ini sering disebut sebagai integrasi politik, di mana negara berupaya untuk mempersatukan kekuasaan dan otoritas di bawah satu pemerintahan yang sah. Aspek ekonomi, atau integrasi ekonomi, mengacu pada ketergantungan ekonomi yang saling melengkapi antar daerah yang bekerja sama secara sinergis. Sementara itu, aspek sosial-budaya, atau integrasi sosial-budaya, menggambarkan hubungan antara suku, kelas, dan golongan dalam masyarakat. Dengan demikian, integrasi nasional mencakup tiga dimensi utama yaitu integrasi politik, integrasi ekonomi, dan integrasi sosial- budaya.11

1. Integrasi Politik

Secara etimologi, asal-usul kata “politik” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “politeia”, yang terdiri dari dua suku kata. "Polis" merujuk pada kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, atau negara, sedangkan "teia"

berarti urusan. Dengan demikian, politik dapat diartikan sebagai kesatuan masyarakat yang mengurus negara. Secara terminologi, politik berasal dari bahasa Inggris, yakni “politic” dan “policy”. “Politic” merujuk pada serangkaian asas, prinsip, keadaan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan “policy"” mengacu pada kebijakan

11 Yehezkiel Mais, “Integrasi Sosial Antara Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat Setempat di Desa Trans Kecamatan Sahu Timur”, Jurnal Holistik, Vol. 12 No. 1, (Manado: Universitas Sam Ratulangi, 2019), h. 11.

(14)

14

yang diambil oleh pengambil keputusan, seperti negara, untuk meningkatkan kondisi dari sebelumnya.

Implementasi politik mencakup urusan ketatanegaraan, sistem pemerintahan, berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan, serta tindakan terkait siasat dan kebijaksanaan negara atau pemerintah demi kepentingan masyarakat dalam menangani masalah. Menurut Miriam Budiarjo (2008), politik melibatkan serangkaian kegiatan yang menyangkut penentuan dan pelaksanaan suatu tujuan, yang seharusnya ditujukan untuk kepentingan masyarakat bukan individu.

Integrasi politik mengacu pada upaya menyatukan politik untuk membangun bangsa dan mencapai tujuan nasional. Aktivitas, cara, bentuk, gaya, dan strategi politik bervariasi, mulai dari individu, kelompok, organisasi, partai politik, pemerintah, hingga negara, yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Meskipun terdapat keragaman dalam cara, gaya, strategi, dan bentuk aktivitas politik, hal ini harus selalu didasarkan pada prinsip yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar hukum yang mengikat. Integrasi politik yang mencakup berbagai ragam cara, gaya, strategi, dan bentuk aktivitas politik haruslah menjadi satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh dalam mencapai tujuan nasional.12

Sebagai contoh integrasi politik melalui aktivitas partai politik di Indonesia, pada Pemilu 2014 dan 2019, terdapat proses verifikasi partai politik oleh Komisi Pemilihan Umum Indonesia (KPU) untuk menentukan partai-partai yang dapat berpartisipasi dalam pemilu.

Meskipun setiap partai politik memiliki cara, gaya, strategi, dan bentuk aktivitas politik yang berbeda, tujuan jangka panjangnya tetap sama, yaitu untuk mensukseskan pencapaian tujuan nasional Indonesia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

12 Afriadi S. Hasibuan, Djoko Sulistyono, “Peranan Ideologi dalam Integrasi Nasional”, Jurnal Kebijakan Pemerintahan, Vol, 1 No. 1, (Sumedang: Institut Pertahanan Dalam Negeri, 2018), h. 8

(15)

15 2. Integrasi Ekonomi

Pembangunan ekonomi nasional pada dasarnya merupakan rangkaian proses integrasi dari berbagai bentuk, prinsip, cara, model, dan strategi ekonomi yang beragam. Di Indonesia, salah satu bentuk pembangunan ekonomi masyarakat dilakukan melalui model pemberdayaan koperasi.

Namun, meskipun koperasi dianggap sebagai pilar utama dalam perekonomian Indonesia, namun koperasi menghadapi kendala yang signifikan dalam pengembangannya. Pengaruh sistem perekonomian neoliberal, etatisme, dan dominasi pemodal kuat menyebabkan model ekonomi koperasi menjadi terpinggirkan. Meskipun semangat integrasi ekonomi yang mencerminkan identitas ke-Indonesia-an masih ada, namun koperasi dihadapkan pada sejumlah kelemahan yang perlu diatasi, terutama terkait dengan masalah permodalan, manajemen, dan konsinyasi.

Dalam konteks aktivitas ekonomi nasional yang bertujuan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, konsep integrasi ekonomi menurut Kemristek-Dikti (2016) mengacu pada adanya saling ketergantungan antar daerah dalam memenuhi kebutuhan hidup rakyat. Integrasi ekonomi juga berarti menghilangkan hambatan-hambatan antar daerah yang dapat menghambat hubungan ekonomi. Hal ini dapat dicapai melalui pengaturan, perlindungan, dan penguatan perekonomian daerah yang terkoneksi baik antar daerah maupun antara daerah dengan pemerintah pusat. Dengan demikian, integrasi ekonomi nasional menjadi penting dalam meningkatkan daya saing dan kesejahteraan ekonomi masyarakat, terutama dalam menghadapi pasar bebas dan meningkatkan perekonomian nasional.13

3. Integrasi Sosial Budaya

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keberagaman suku bangsa, bahasa lokal, adat-istiadat, norma, kebiasaan, dan sistem sosial.

Jumlah suku bangsa di Indonesia mencapai 1.340, serta terdapat pula

13 Yulia Sariwaty, “Integrasi Ekonomi dan Kesiapan Indonesia dalam Pelaksanaan Asean Economic Community”, Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Bisnis, Vol. 2 No. 2, (Bandung:

Universitas BSI, 2014), h. 243.

(16)

16

warga keturunan Tionghoa, India, Arab, dan Kaukasia, yang telah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia selama bertahun-tahun. Semua ini menyebabkan keanekaragaman semakin meningkat di Indonesia.

Setiap kelompok etnis memiliki ikatan emosional dan primordial dengan sesama etnisnya, begitu juga dengan bahasa daerah atau lokal, yang menurut data BPS (2010) mencapai 1.211 bahasa, ditambah bahasa asing yang digunakan oleh warga keturunan.

Integrasi sosial budaya pada dasarnya adalah kemampuan setiap etnis untuk beradaptasi, menerima, dan bertoleransi terhadap keberagaman suku bangsa, bahasa daerah, adat-istiadat, norma, kebiasaan, dan sistem sosial-budaya yang ada di Indonesia, sehingga membentuk suatu kebersamaan yang kokoh dan utuh. Kesetiaan yang baru adalah kesetiaan terhadap tanah air Indonesia, dengan semangat kebangsaan yang baru, yaitu nasionalisme Indonesia. Kemerdekaan dan kedaulatan negara yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi pengikat yang mengikat semua warga negara Indonesia. Pemecah belah terhadap bangsa dan negara Indonesia tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, integrasi nasional menjadi pilihan yang tepat untuk mempertahankan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.14

Penulis menyampaikan pesan sebagai berikut: "Biarkanlah unsur-unsur sosial budaya bangsa ini menjadi bagian dari integrasi nasional karena kebersamaan dalam perbedaan adalah anugerah Tuhan yang indah." Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan sosial budaya sangat penting untuk memperkuat integrasi sosial budaya. Namun, yang perlu diwaspadai adalah pengaruh negatif dari unsur-unsur sosial budaya luar yang dapat mempengaruhi Indonesia. Infiltrasi sosial dan hegemoni kebudayaan dari luar telah membentuk penjajahan baru dalam bidang sosial budaya di negara-negara baru, termasuk Indonesia. Semakin kuat integrasi sosial budaya bangsa, semakin kuat pula integrasi sosial budaya nasional.

Dengan demikian, pengaruh negatif dari unsur-unsur sosial budaya asing

14 Saidin Ernas, Zuly Qodir, “Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial (Belajar dari Pengalaman

Masyarakat Fakfak di Provinsi Papua Barat”, Jurnal Pemikiran Sosiologi, Vol. 2 No. 2, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2013), h. 48.

(17)

17

dapat diatasi dan ditolak agar tidak menggerus dan melemahkan integrasi sosial budaya nasional Indonesia.

4. Integrasi Wilayah Nusantara

Indonesia, sebagai negara kepulauan, mencakup integrasi dari seluruh kumpulan pulau, baik besar maupun kecil, yang terletak di dalam wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Indonesia. Ini berbeda dengan negara pulau, yang hanya terdiri dari satu pulau besar yang dikelilingi oleh laut. Negara kepulauan, di sisi lain, memiliki banyak pulau yang tersebar dalam satu wilayah negara yang dihubungkan oleh laut.

Integrasi wilayah nusantara mencerminkan kesatuan pulau-pulau dalam wilayah nusantara yang membentang dari Sabang hingga Merauke, di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Pasifik dan India). Jumlah pulau di Indonesia mencapai sekitar 17.504 pulau. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk menjaga keutuhan wilayah nusantara, dengan tidak mengizinkan penjualan atau perebutan wilayah oleh negara lain. Hal ini juga ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan bahwa tanah dan air adalah milik negara Indonesia.

Keharusan menjaga keutuhan wilayah juga tercermin dalam moto Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) “harga mati”, yang menegaskan bahwa tidak ada pemisahan wilayah yang diizinkan, baik melalui referendum kemerdekaan maupun gerakan separatisme. Gerakan separatisme seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS), dan Gerakan Papua Barat Merdeka bertentangan dengan integrasi nasional dan melanggar konstitusi Indonesia.15

Dalam upaya menjaga integrasi wilayah, pemekaran wilayah otonom menjadi penting. Ini tidak hanya membantu meminimalisir gerakan separatisme, tetapi juga mempercepat pembangunan daerah. Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara gerakan separatisme dan pemekaran wilayah. Gerakan separatisme bertujuan memisahkan diri dari

15 Eva Nurhayati, Yus Darusman, Iman Hilman, “Integrasi Sosial Masyarakat Multikultural di Kampung Nusantara”, Journal of Geography Educationi, Vol. 2 No. 1, (Tasikmalaya: Universitas Siliwangi, 2021), h. 3.

(18)

18

NKRI, sementara pemekaran wilayah bertujuan memperkuat integrasi nasional dan mendukung pembangunan bangsa.

5. Integrasi Ideologi

Pancasila merupakan Ideologi Negara Indonesia yang menjadi landasan bagi kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam konteks ideologi, Pancasila dianggap sebagai pilar utama yang mampu mengintegrasikan beragam elemen dalam masyarakat dan negara Indonesia. Semangat integrasi tercermin dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, yang mengajarkan tentang keberagaman namun tetap bersatu. Di tengah masyarakat yang sangat beragam, ideologi Pancasila memiliki peran sentral dalam menciptakan kesatuan dan persatuan nasional. Kesatuan dan persatuan ini merupakan prinsip dasar nasionalisme yang harus dihormati dan dilaksanakan oleh seluruh warga negara Indonesia.

Pancasila bukan hanya sekadar ideologi, tetapi juga merupakan filsafat hidup bagi bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa Pancasila memberikan panduan dan pedoman bagi masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupan bersama, baik dalam konteks sosial, nasional, maupun negara. Pancasila menitikberatkan pada sistem nilai yang mencakup peradaban, kesopanan, dan kemanusiaan yang adil. Selain itu, Pancasila diakui sebagai dasar negara yang menjadi sumber segala hukum di Indonesia. Oleh karena itu, segala sesuatu yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Pancasila tidak diperbolehkan beredar di Indonesia. Contohnya, organisasi atau gerakan yang tidak sejalan dengan Pancasila, gerakan separatisme, pemberontakan, dan perilaku anarkis yang bertentangan dengan Pancasila tidak diperkenankan keberadaannya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).16

6. Integrasi Pertahanan Keamanan

Fungsi pemerintahan dalam bidang pertahanan dan keamanan sangat penting dalam menjalankan pembangunan negara Indonesia. Fungsi pertahanan bertujuan untuk memastikan bahwa Negara Kesatuan

16 M. Abdul Roziq, “Integrasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa yang Berbasis pada Lingkungan Sekolah”, Jurnal Rontal Keilmuan PPKn, Vol. 2 No. 1, (Jawa Timur: STKIP PGRI Tulung Agung, 2016), h. 4.

(19)

19

Republik Indonesia (NKRI) tetap merdeka, berdaulat, dan dihormati. Di sisi lain, fungsi keamanan bertujuan untuk memberikan jaminan akan keamanan dan ketertiban masyarakat dalam melaksanakan kemerdekaan dan pembangunan nasional. Kedua fungsi ini perlu berkolaborasi dan berintegrasi untuk menciptakan lingkungan yang aman, tenteram, kondusif, demokratis, dinamis, dan harmonis.

Dalam konteks bela negara, TNI dan Polri merupakan unsur utama dalam menjaga keamanan dan kedaulatan negara, sementara masyarakat sebagai unsur pendukung memiliki hak dan kewajiban untuk turut serta dalam pembelaan negara. Masyarakat berinisiatif membentuk kesatuan dan gugus keamanan seperti hansip, wanra, Satpam, dan lain sebagainya untuk memberikan kontribusi dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Namun, implementasi inisiatif ini perlu dilakukan dengan hati-hati dan pengawasan yang memadai, karena seringkali terjadi pelanggaran terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi dan pemulihan fungsi agar partisipasi dalam bidang pertahanan dan keamanan dapat terpenuhi dengan baik.

Integrasi antara pertahanan dan keamanan pada dasarnya merupakan pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara dalam membela negara.

Salah satu bentuk nyata dari bela negara adalah memberikan rasa aman, tenteram, tertib, dan kondusif dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, seluruh warga negara, baik secara individu maupun melalui berbagai kelompok dan lembaga, perlu bersinergi dalam menjaga negara dari berbagai ancaman baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam hal ini, TNI bertanggung jawab atas bidang pertahanan, sedangkan Polri bertanggung jawab atas bidang keamanan dan ketertiban masyarakat.17

D. Konsep Integrasi Nasional

Konsep integrasi nasional melibatkan upaya penyatuan berbagai perbedaan yang ada dalam masyarakat, seperti suku, budaya, bahasa, ras,

17 Dewie Mardhani, dkk, “Keamanan dan Pertahanan dalam Studi Ketahanan Nasional Guna Mewujudkan Sistem Keamanan Nasional”, Jurnal Pertahanan & Bela Negara, Vol. 10 No. 3, (Jawa Barat: Universitas Indonesia, 2020), h. 284.

(20)

20

agama, dan faktor kebangsaan lainnya, sehingga menciptakan keselarasan dalam sebuah bangsa. Integrasi nasional bertujuan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, serta menghindari perpecahan antar- masyarakat. Terdapat dua konsep utama dalam integrasi nasional, yaitu:

1. Konsep Integrasi Nasional Secara Vertikal

Konsep integrasi nasional secara vertikal merujuk pada upaya untuk mengintegrasikan berbagai tingkat pemerintahan atau struktur kekuasaan dalam suatu negara. Integrasi ini terjadi dari pusat ke daerah atau dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah dalam sistem politik suatu negara.

Secara umum, integrasi nasional vertikal bertujuan untuk menciptakan kesatuan dan kohesi di antara berbagai wilayah atau entitas politik di dalam suatu negara. Ini melibatkan upaya untuk menjamin keterlibatan dan partisipasi yang merata dari semua wilayah atau daerah dalam proses pembangunan, pengambilan keputusan, dan penentuan kebijakan nasional.

Dalam konteks negara dengan sistem pemerintahan desentralisasi atau federal, integrasi nasional vertikal menjadi penting untuk memastikan bahwa kebijakan dan program yang diimplementasikan oleh pemerintah pusat diadopsi dan dijalankan secara efektif oleh pemerintah daerah. Hal ini melibatkan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam berbagai aspek, seperti pembangunan ekonomi, penyediaan layanan publik, pengelolaan sumber daya alam, dan lain-lain.

Integrasi nasional secara vertikal juga berhubungan dengan pembangunan kapasitas pemerintah daerah agar mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka secara efisien dan efektif sesuai dengan kebijakan nasional. Selain itu, hal ini melibatkan upaya untuk mengatasi disparitas atau kesenjangan antara wilayah-wilayah yang berbeda dalam hal pembangunan ekonomi, akses terhadap layanan publik, dan kesempatan ekonomi.18

18 Bali Widodo, “Membangun Wawasan Kebangsaan yang Religius Demi Mewujudkan Integrasi Nasional Melalui Pendidikan Kewarganegaraan”, Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4 No. 3, (Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 2019), h. 17.

(21)

21

Pentingnya integrasi nasional secara vertikal juga terkait dengan upaya untuk mencegah konflik antara pemerintah pusat dan daerah, serta antara daerah-daerah yang berbeda. Dengan memastikan adanya koordinasi dan kolaborasi yang baik antara semua tingkatan pemerintahan, diharapkan dapat tercipta stabilitas politik dan keamanan yang memperkuat kesatuan dan integritas nasional.

2. Konsep Integrasi Nasional Secara Horizontal

Konsep integrasi nasional secara horizontal mengacu pada upaya memperkuat hubungan antarberbagai kelompok atau komunitas yang berbeda di dalam suatu negara. Ini mencakup berbagai strategi dan kebijakan yang bertujuan untuk mempromosikan persatuan, solidaritas, dan kohesi di antara masyarakat yang memiliki perbedaan dalam hal budaya, agama, etnis, bahasa, dan identitas lainnya.

Berikut adalah beberapa poin penting yang menjelaskan konsep integrasi nasional secara horizontal secara lengkap:

a. Penghormatan Terhadap Keberagaman: Konsep integrasi nasional secara horizontal didasarkan pada prinsip penghormatan terhadap keberagaman. Ini mengakui pentingnya memahami, menghargai, dan merayakan perbedaan budaya, agama, bahasa, dan latar belakang lainnya yang ada di dalam masyarakat.19

b. Inklusi dan Partisipasi: Integrasi nasional secara horizontal mendorong inklusi dan partisipasi semua kelompok dalam proses pembangunan negara. Ini termasuk memberikan akses yang adil terhadap kesempatan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan partisipasi politik bagi semua warga tanpa memandang latar belakang atau identitas mereka.

c. Dialog Antar-Kelompok: Pentingnya terjalinnya dialog dan komunikasi yang konstruktif antara berbagai kelompok dalam masyarakat untuk membangun pemahaman yang lebih baik, mengatasi prasangka, dan memecahkan konflik yang mungkin timbul akibat perbedaan tersebut.

19 Kementrian Pertahanan, Kewaspadaan Nasional, Bela Negara, dan Integrasi Nasional, (Jakarta:

Puskom Publik Kemhan, 2017), h. 33.

(22)

22

d. Pemberdayaan Kelompok Marginal: Konsep ini menekankan pentingnya memperkuat kedudukan dan kesejahteraan kelompok- kelompok yang marginal atau terpinggirkan dalam masyarakat. Ini dapat dilakukan melalui program-program pembangunan yang berorientasi pada pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan sosial bagi kelompok-kelompok tersebut.

e. Pendidikan Multikultural: Integrasi nasional secara horizontal juga mencakup pendidikan multikultural yang bertujuan untuk mengajarkan nilai-nilai toleransi, penghargaan terhadap keberagaman, dan pemahaman antar-budaya kepada generasi muda. Pendidikan ini membantu membentuk sikap inklusif dan menghargai perbedaan.20 f. Keadilan Sosial: Konsep ini menekankan pentingnya menciptakan

sistem yang adil dan inklusif di mana semua warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Ini termasuk kebijakan yang mengurangi kesenjangan sosial, ekonomi, dan politik antar kelompok.

g. Penyelesaian Konflik dan Perdamaian: Integrasi nasional secara horizontal juga melibatkan penyelesaian konflik dan promosi perdamaian antara berbagai kelompok yang mungkin memiliki ketegangan atau konflik. Hal ini dapat dilakukan melalui dialog, rekonsiliasi, dan penyelesaian konflik yang adil dan damai.

Melalui implementasi konsep integrasi nasional secara horizontal, diharapkan dapat tercipta masyarakat yang lebih harmonis, inklusif, dan stabil, yang memperkuat kesatuan dan keutuhan negara.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Integrasi Nasional

Faktor-faktor yang memengaruhi Integrasi Nasional merupakan hal yang penting untuk dipahami. Ada beberapa faktor yang mempercepat atau mendorong terwujudnya Integrasi Nasional, dan faktor-faktor ini memengaruhi kemajuan suatu proses atau tindakan tertentu yang dilakukan

20 Ramot Peter, Masda Surti Simatupang, “Pendidikan Multikultural Sebagai Sarana Membangun Integritas Bangsa”, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya, (Jakarta: Universitas Bina Nusantara, 2019), h. 222.

(23)

23

oleh individu atau kelompok. Dalam konteks Indonesia, terdapat beberapa faktor pendorong yang memainkan peran penting dalam mewujudkan Integrasi Nasional.

1. Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Nasional

a. Adanya kesadaran akan rasa seiring dan perjuangan yang diakibatkan oleh peristiwa sejarah

Indonesia telah mengalami masa lalu yang penuh tantangan, terutama selama masa penjajahan yang berlangsung bertahun-tahun.

Perjuangan yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat untuk mencapai kemerdekaan bukanlah hal yang ringan. Kesadaran akan rasa seiring dan perjuangan yang terus mengakar dalam sejarah masa lalu merupakan salah satu pendorong utama untuk mewujudkan Integrasi Nasional. Rasa solidaritas yang terbentuk dari masa lalu ini saat ini menjadi landasan penting untuk memperkuat stabilitas nasional dan mencapai persatuan dalam Integrasi Nasional.21

b. Kehadiran ideologi nasional

Pancasila memainkan peran penting dalam memperkuat Integrasi Nasional. Pancasila sebagai ideologi nasional Indonesia memiliki peran yang tak tergantikan. Meskipun Indonesia adalah negara dengan beragam keyakinan, pentingnya dan fungsinya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia tidak bisa diabaikan.

Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari masyarakat menjadi kunci untuk mewujudkan Integrasi Nasional di Indonesia. Dengan memaknai dan mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, upaya untuk mencapai Integrasi Nasional akan menjadi lebih mudah.22

c. Keberadaan tekad dan keinginan untuk bersatu kembali

21 Dara Fatia, Dr. Alamsyah Taher, M.Si, “Proses Integrasi Sosial dalam Masyarakat Multikultural”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Vol 3 No. 1, (Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, 2017), h. 227.

22 Firdaus Agitara De Gani, Muammar Yury Gargarin Sembiring, “Mengenal Identitas dan Integrasi Nasional Indonesia, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 1 No. 2, (Surakarta:

Universitas Sebelas Maret, 2023), h. 169.

(24)

24

Perbedaan dan keragaman di Indonesia tidak harus menjadi alasan untuk konflik sosial di antara masyarakat. Sebaliknya, perbedaan ini memicu dorongan masyarakat Indonesia untuk menyatukan keragaman tersebut dalam satu kesatuan bangsa yang kokoh. Baik dalam masyarakat tradisional maupun modern, keinginan untuk menyatukan perbedaan dalam kehidupan sehari-hari adalah nyata.

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, upaya untuk menyatukan bangsa adalah manifestasi dari nilai-nilai Pancasila yang menjadi landasan negara.

d. Ancaman dari luar

Meskipun Indonesia telah merdeka selama 71 tahun, kemungkinan adanya ancaman dari luar tetap terbuka. Ancaman tersebut tidak lagi berupa upaya penjajahan seperti pada masa kemerdekaan Indonesia.

Namun, di era globalisasi saat ini, ancaman dari luar mengambil bentuk yang berbeda terkait dengan dampak globalisasi dan modernisasi. Oleh karena itu, untuk menghadapi ancaman dari luar yang berkaitan dengan fenomena globalisasi dan modernisasi, Integrasi Nasional harus diperkuat di semua lapisan masyarakat di wilayah Indonesia.23

2. Faktor Pendukung Integrasi Nasional a. Penggunaan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia telah lama diakui sebagai bahasa yang menyatukan bangsa. Sejarah mencatat bahwa semangat ini ditegaskan dalam Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang menyatakan "Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan Bahasa Indonesia". Dengan semangat tersebut, Bahasa Indonesia disepakati sebagai bahasa yang mengikat tanpa memandang perbedaan di antara kita.24

b. Semangat Persatuan dan Kesatuan dalam Bangsa

23 Sewo Yohanes, “Penerapan Nilai-Nilai Bhinneka Tunggal Ika dalam Menghadapi Ancaman Integrasi Nasional Menuju Kemandirian Bangsa”, Jurnal Investasi, Vol. 7 No. 4, (Papua: Badan Pengambangan Sumber Daya Manusia, 2021), h. 6.

24 Rukni Setyawati, Bahasa Indonesia Sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia (Semarang: Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, 2016), h. 280.

(25)

25

Kesadaran akan pentingnya persatuan harus ditekankan melalui semangat kesatuan dan persatuan. Ini diperlukan untuk memupuk rasa kekeluargaan, persahabatan, serta sikap tolong-menolong antar sesama. Semangat nasionalisme harus ditanamkan, serta menciptakan kemanusiaan yang bersifat toleran dan harmonis untuk hidup bersama.

c. Kepribadian dan Pandangan Hidup Kebangsaan yang Seragam, yaitu Pancasila

Pancasila merupakan fondasi moral bangsa yang sangat memengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi individu yang memiliki rasa patriotisme yang kuat, ia akan selalu menerapkan prinsip-prinsip Pancasila dalam setiap aspek kehidupannya.

d. Jiwa dan Semangat Gotong Royong

Gotong royong berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Semangat gotong royong adalah bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas dan merasakan hasilnya secara adil. Ini melibatkan partisipasi sukarela dari seluruh anggota masyarakat sesuai dengan kemampuan mereka.25

3. Faktor Penghambat Integrasi Nasional

a. Kurangnya Penghargaan terhadap Kemajemukan

Indonesia memiliki kekayaan suku dan kebudayaan yang sangat beragam, namun sayangnya, ada pandangan yang kurang menghargai keragaman ini. Beberapa aspek keberagaman, terutama yang terkait dengan budaya lokal, sering kali tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari pemerintah dan masyarakat.

Kurangnya penghargaan terhadap keragaman ini, baik dari pemerintah maupun masyarakat, dapat secara perlahan mengikis keberagaman tersebut.26

b. Kurangnya Toleransi antar Golongan

25 Nelly Marhayati, “Internalisasi Budaya Gotong Royong Sebagai Identitas Nasional”, Jurnal Pemikiran Sosiologi, Vol 8 No. 1, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2021), h. 28.

26 Drs. Emil El Faisal, M. Si, dkk, Buku Ajar Integrasi Nasional, (Palembang: Bening Media Publishing, 2022), h. 29.

(26)

26

Kurangnya toleransi terhadap keberagaman dan keragaman di masyarakat merupakan salah satu penyebab konflik sosial. Konflik ini dapat mengurangi rasa persatuan dan kesatuan dalam bangsa.

Kurangnya toleransi terhadap perbedaan yang terus-menerus dapat mengancam integritas nasional.

c. Kurangnya Kesadaran Individu

Kurangnya kesadaran individu dalam masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan juga menjadi faktor penghambat integrasi nasional. Di era globalisasi, masyarakat cenderung menjadi lebih individualistis dan kurang memperhatikan kondisi sekitarnya.

d. Ketidakpuasan terhadap Ketimpangan Pembangunan

Dengan diberlakukannya otonomi daerah, terjadi ketimpangan sosial dan ekonomi antar daerah. Untuk mengatasi ketimpangan ini, diperlukan kesadaran akan pentingnya keadilan sosial yang merata di seluruh wilayah Indonesia.

F. Urgensi Integrasi Nasional

Menurut Myron Weiner seperti yang dijelaskan dalam Surbakti (2010), dalam konteks negara merdeka, keberadaan pemerintah yang sah (legitimate) menjadi faktor krusial dalam pembentukan negara-bangsa. Hal ini dikarenakan tujuan negara hanya dapat tercapai jika terdapat pemerintahan yang mampu memobilisasi dan mengarahkan seluruh potensi masyarakat agar mau bersatu dan bekerja sama.27

Kemampuan ini tidak hanya terbatas pada penggunaan kekuasaan fisik yang sah, tetapi juga bergantung pada persetujuan dan dukungan rakyat terhadap pemerintah. Oleh karena itu, terdapat kebutuhan akan hubungan yang ideal antara pemerintah dan rakyatnya sesuai dengan nilai-nilai dan sistem politik yang disepakati. Hal ini menuntut adanya integrasi politik.28

27 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta Barat: Grasindo, 2010), h. 292.

28 Yunita Yasmin Istiqomah, Dinie Anggraeni Dewi, “Memperkuat Integrasi Nasional Melalui Generasi Bangsa dan Teknologi pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Journal of Education, Humaniora and Social Sciences, Vol 4 No. 1, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2021), h. 274.

(27)

27

Negara-bangsa baru seperti Indonesia pasca tahun 1945 juga memiliki tugas penting dalam membangun integrasi. Terdapat dua hal yang menjelaskan urgensi hal ini. Pertama, pemerintah kolonial Belanda tidak pernah memprioritaskan pembangunan kesetiaan nasional dan semangat kebangsaan di kalangan rakyat Indonesia. Mereka lebih mengutamakan pembangunan kesetiaan kepada penjajah dan integrasi kepentingan kolonial pribadi. Oleh karena itu, setelah merdeka, penting bagi kita untuk memperkuat kesetiaan nasional melalui pembangunan integrasi bangsa.

Kedua, bagi negara-negara baru, tuntutan integrasi ini juga menjadi tantangan kompleks, tidak hanya karena perilaku pemerintah kolonial sebelumnya, tetapi juga karena latar belakang etnis bangsa yang beragam.

Negara-bangsa merupakan negara yang terdiri dari berbagai etnis yang setuju untuk bersatu dalam satu entitas bangsa yang lebih besar. Etnis-etnis tersebut memiliki ikatan primordial yang menjadi bagian integral dari negara dan telah berkembang menjadi kesatuan etnik yang menuntut pengakuan dan perhatian dari negara. Kesetiaan dan ikatan etnik ini bersifat alami dan mendasar, sedangkan kesetiaan nasional bersifat sekunder. Jika ikatan etnik ini diabaikan atau terganggu, mereka cenderung kembali kepada kesatuan asalnya dan mengurangi komitmen mereka sebagai satu bangsa.

Dilihat dari beragamnya etnis dan ikatan primordial, pembangunan integrasi nasional menjadi semakin penting. Ironisnya, upaya pembangunan integrasi nasional selalu dihadapkan pada situasi dilematis seperti yang dijelaskan di atas. Setiap pembentukan negara yang kuat dan berdaulat juga cenderung memicu sentimen primordial, yang dapat berupa gerakan separatis, rasialis, atau keagamaan.29

Pengalaman kekacauan dan disintegrasi bangsa pada awal pembentukan negara, seperti yang terjadi di India dan Sri Lanka, tidak hanya disebabkan oleh politik pecah belah kolonial, tetapi juga karena persaingan dominasi antar kelompok primordial untuk menguasai negara. Ini menunjukkan bahwa setelah memperoleh kemerdekaan dari kolonialisme, kelompok-kelompok tersebut bersaing untuk memperoleh dominasi dalam pemerintahan negara.

29 Dra. Sri Hartati, M. Si, Konsep Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia, (Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media, 2020), h. 45.

(28)

28

Mereka berupaya agar identitas mereka diakui dan diterima sebagai identitas nasional yang sah. Oleh karena itu, integrasi diperlukan untuk menciptakan kesetiaan baru terhadap identitas nasional yang baru terbentuk, seperti bahasa nasional, simbol negara, semboyan nasional, ideologi nasional, dan sebagainya.

Harapan setiap negara adalah memiliki masyarakat yang terintegrasi dengan baik, karena integrasi masyarakat adalah kondisi yang sangat penting bagi negara dalam membangun kejayaan nasional dan mencapai tujuan yang diinginkan. Ketika masyarakat suatu negara terus-menerus mengalami pertentangan atau konflik, maka akan timbul banyak kerugian, baik secara fisik seperti kerusakan infrastruktur yang vital bagi masyarakat maupun secara mental seperti perasaan kekhawatiran, kecemasan, ketakutan, bahkan tekanan mental yang berkepanjangan. Di sisi lain, potensi sumber daya yang seharusnya digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat harus dialihkan untuk menangani konflik tersebut. Oleh karena itu, negara yang terus menerus dilanda konflik akan kesulitan untuk mencapai kemajuan.

Menciptakan integrasi masyarakat yang sempurna memang tidak mungkin, karena setiap masyarakat memiliki potensi untuk integrasi sekaligus potensi untuk konflik atau pertentangan. Faktor-faktor seperti kesamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerja sama, dan kesepakatan tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat dapat menjadi pendorong integrasi. Namun, perbedaan seperti perbedaan etnis, agama, budaya, dan kepentingan juga bisa memicu konflik, terutama jika tidak dikelola dengan baik. Meskipun demikian, integrasi masyarakat tetap sangat penting dalam membangun kejayaan bangsa dan negara, sehingga harus terus diupayakan.

Kegagalan dalam mencapai integrasi masyarakat berarti gagal dalam membangun kejayaan nasional, bahkan bisa mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara tersebut.30

30 Rifqi Ghaida Sakhi, Fatma Ulfatun Najicha, “Memperkuat Integrasi Nasional Dengan Memanfaatkan Generasi Mudadan Teknologi Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan”, Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol. 15, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2023), h. 534.

(29)

29 G. Dinamika dan Tantangan Integrasi Nasional

1. Dinamika Integrasi Nasional di Indonesia

Sejak kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, upaya untuk memperkuat integrasi terus-menerus dilakukan. Ada banyak perkembangan dan dinamika yang terjadi dalam upaya integrasi di Indonesia, yang selalu menyesuaikan diri dengan tantangan zaman.31 Dinamika tersebut dapat diilustrasikan dengan lima jenis integrasi berikut:

a. Integrasi Bangsa

Pada tanggal 15 Agustus 2005, melalui Memorandum of Understanding (MoU) di Vantaa, Helsinki, Finlandia, pemerintah Indonesia berhasil secara damai menyatukan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) kembali dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Proses ini berhasil menyelesaikan kasus disintegrasi yang terjadi di Aceh sejak tahun 1975 hingga 2005.

b. Integrasi Wilayah

Dengan Deklarasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957, pemerintah Indonesia mengumumkan kedaulatan wilayah Indonesia, termasuk penetapan lebar laut teritorial seluas 12 mil yang diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik terluar pada pulau-pulau Indonesia. Deklarasi ini menghasilkan integrasi wilayah teritorial Indonesia, di mana wilayah Indonesia dianggap sebagai kesatuan yang utuh dan laut tidak lagi menjadi pemisah antar-pulau, melainkan sebagai penghubung di antara mereka.

c. Integrasi Nilai

Pancasila adalah nilai yang dianggap integratif bagi bangsa Indonesia.

Upaya untuk mengembangkan Pancasila sebagai nilai integratif terus dilakukan, termasuk melalui pendidikan Pancasila baik di perguruan tinggi maupun di sekolah-sekolah. Sebagai contoh, mulai diberlakukannya mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dalam kurikulum 1975 di sekolah. Saat ini, melalui kurikulum 2013,

31 Abdul Hamid, “Dinamika Integrasi Nasional Bangsa Indonesia”, Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol.

4 No. 2, (Palu: Universitas Tudalako, 2016), h. 326.

(30)

30

terdapat mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) yang juga menyampaikan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda.

d. Integrasi Elit-Massa

Dinamika integrasi antara elit dan massa ditunjukkan melalui kegiatan-kegiatan seperti kunjungan pemimpin ke daerah, pertemuan dengan anggota masyarakat, dan kotak saran presiden. Kegiatan yang memperkuat hubungan antara elit dan massa ini akan meningkatkan dimensi integrasi nasional secara vertikal.

e. Integrasi Perilaku

Untuk mewujudkan perilaku yang terintegrasi, langkah-langkah dilakukan dengan pembentukan lembaga-lembaga politik dan pemerintahan, termasuk juga dalam ranah birokrasi. Dengan adanya lembaga-lembaga dan birokrasi yang terstruktur, individu-individu dapat bekerja secara terpadu sesuai dengan aturan dan pola kerja yang telah ditetapkan, dengan tujuan yang jelas serta sistem yang teratur. Di Indonesia, pembentukan lembaga-lembaga politik dan birokrasi dimulai dengan hasil sidang I PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, di mana Presiden dan Wakil Presiden dipilih. Selanjutnya, pada sidang PPKI kedua tanggal 19 Agustus 1945, diputuskan untuk membentuk dua belas kementerian dan delapan provinsi di Indonesia.

2. Tantangan Dalam Membangun Integrasi

Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi datang dari dimensi horizontal dan vertikal. Dalam dimensi horizontal, tantangan yang ada berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar pada perbedaan suku, agama, ras, dan geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, di mana latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda dari massa yang cenderung berpandangan tradisional.32 Masalah yang berkenaan dengan dimensi vertikal lebih sering muncul ke permukaan setelah berbaur dengan

32 Saidin Ernas, “Dinamika Integrasi Sosial di Papua Fenomena Masyarakat Fakfak di Provinsi Papua Barat”, Jurnal Kawistara, Vol 4 No. 21, (Ambon: Institut Agama Islam Negeri Ambon, 2014), h. 5.

(31)

31

dimensi horizontal, sehingga hal ini memberikan kesan bahwa dalam kasus Indonesia dimensi horizontal lebih menonjol daripada dimensi vertikalnya. Terkait dengan dimensi horizontal ini, salah satu persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam mewujudkan integrasi nasional adalah masalah primordialisme yang masih kuat. Titik pusat goncangan primordial biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah (kesukuan), jenis bangsa (ras), bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan dapat menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar- golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa. Hal ini bisa berpeluang mengancam integrasi horizontal di Indonesia. Terkait dengan dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah kesediaan para pemimpin untuk terus menerus bersedia berhubungan dengan rakyatnya. Pemimpin mau mendengar keluhan rakyat, mau turun kebawah, dan dekat dengan kelompok-kelompok yang merasa dipinggirkan.

Tantangan dari dimensi vertikal dan horizontal dalam integrasi nasional Indonesia semakin nyata terlihat setelah masuknya era reformasi tahun 1998. Konflik, baik horizontal maupun vertikal, sering kali muncul bersamaan dengan penurunan otoritas pemerintah pusat. Kebebasan yang diperjuangkan selama era reformasi sebagai bagian dari proses demokratisasi seringkali disalahgunakan oleh sejumlah kelompok dalam masyarakat untuk kepentingan pribadi mereka.33 Hal ini memicu gesekan antar kelompok dalam masyarakat serta memicu timbulnya konflik atau kerusuhan antar kelompok. Tidak jarang, demonstrasi menentang kebijakan pemerintah disertai dengan tindakan-tindakan anarkis.

Integrasi dalam arti vertikal tercermin dari keinginan pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat, kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, dukungan masyarakat terhadap

33 Pusat Pengkajian MPR RI, Bhinneka Tunggal Ika dan Integrasi Nasional, (Jakarta: Pusat Pengkajian MPR RI, 2014), h. 213.

(32)

32

pemerintah yang sah, dan ketaatan warga masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Namun, kebijakan yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat atau penolakan terhadap kebijakan pemerintah menandakan kurangnya integrasi vertikal. Meskipun tidak mungkin ada kebijakan yang memuaskan semua pihak, pemerintah harus berupaya memenuhi kebutuhan dan harapan sebagian besar masyarakat.

Di sisi lain, integrasi dalam arti horizontal tercermin dari hubungan dan kerjasama antar kelompok masyarakat yang berbeda, serta kesediaan untuk hidup berdampingan secara damai dan menghargai perbedaan.

Namun, integrasi horizontal ini juga tidak pernah terwujud sepenuhnya.

Konflik antar kelompok dengan latar belakang perbedaan yang ada selalu mungkin terjadi. Yang diharapkan adalah konflik tersebut dapat dikelola dan diselesaikan dengan baik, tanpa mengganggu pembangunan dan pencapaian tujuan nasional.

Di tengah era globalisasi, tantangan tambahan datang dari tarikan global yang seringkali melampaui batas-batas negara-bangsa. Hal ini menempatkan negara dalam dua tarikan sekaligus, yaitu tarikan globalisasi yang cenderung mengaburkan batas-batas negara, dan tarikan internal yang menekankan pada ikatan-ikatan sempit seperti etnis, kesukuan, atau kedaerahan. Dalam situasi ini, nasionalisme dan keberadaan negara nasional menghadapi tantangan yang semakin berat.

H. Ancaman Terhadap Integrasi

Indonesia, yang terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia serta diapit oleh dua samudera, Hindia dan Pasifik, memiliki posisi geografis yang sangat strategis. Namun, posisi geografis ini tidak hanya memengaruhi wilayahnya saja, tetapi juga memengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial, antara lain:34

34 Safiah, “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Materi Mewaspadai Ancaman Terhadap Integrasi Nasional Melalui Penerapan Metode Contextual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas XI-IS3 SMA Negeri 11 Banda Aceh”, Jurnal Serambi Edukasi, Vol. 3 No 1, (Banda Aceh: Universitas Serambi Mekkah, 2019), h. 33.

(33)

33

a. Penduduk Indonesia berada di antara daerah dengan populasi padat di utara dan daerah dengan populasi yang lebih jarang di selatan.

b. Ideologi Indonesia berada di antara komunisme di utara dan liberalisme di selatan.

c. Sistem demokrasi Pancasila berada di antara demokrasi rakyat di utara (Asia daratan bagian utara) dan demokrasi liberal di selatan.

d. Ekonomi Indonesia berada di antara sistem ekonomi sosialis di utara dan sistem ekonomi kapitalis di selatan.

e. Masyarakat Indonesia berada di antara masyarakat sosialis di utara dan masyarakat individualis di selatan.

f. Kebudayaan Indonesia berada di antara kebudayaan timur di utara dan kebudayaan barat di selatan.

Sistem pertahanan dan keamanan Indonesia berada di antara sistem pertahanan continental di utara dan sistem pertahanan maritim di barat, selatan, dan timur. Posisi silang Indonesia, seperti yang dijelaskan di atas, memiliki potensi positif untuk kemajuan bangsa, tetapi juga menghadirkan ancaman terhadap integrasi nasional. Ancaman terhadap integrasi nasional Indonesia dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, baik dalam bentuk militer maupun non-militer. Ancaman tersebut dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

1. Ancaman Militer

Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi dan dianggap dapat membahayakan kedaulatan, wilayah, dan keselamatan suatu negara. Ancaman ini bisa berupa agresi, pelanggaran wilayah, spionase, sabotase, aksi teror bersenjata, pemberontakan, atau perang saudara. Ancaman militer dapat dibagi menjadi dua kategori sebagai berikut:35

a. Ancaman Militer Dalam Negeri:

35 Winda Nur Azizah, Dinie Anggraeni Dewi, Yayang Furi Furnamasari, “Peran seorang Mahasiswa dalam Menyadarkan Masyarakat Indonesia untuk Saling Berintegrasi”, Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol. 5 No. 3, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2021), h. 8331.

(34)

34

 Disintegrasi bangsa melalui gerakan separatis berdasarkan sentimen kesukuan atau pemberontakan karena ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintahan pusat.

 Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran hak asasi manusia yang dapat menyebabkan kerusuhan massal.

 Upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi ekstrem atau tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat Indonesia.

 Makar dan penggulingan pemerintahan yang sah dan konstitusional.

b. Ancaman Militer Luar Negeri:

 Pelanggaran batas negara oleh negara lain.

 Pemberontakan bersenjata yang didukung oleh negara lain.

 Aksi terorisme internasional.36

Berikut adalah beberapa contoh ancaman militer terhadap suatu negara:

a) Agresi, yang merujuk pada ancaman militer oleh negara lain menggunakan kekuatan bersenjata, mengancam kedaulatan, wilayah, dan keselamatan suatu bangsa.

b) Invasi, merupakan serangan oleh kekuatan bersenjata negara lain terhadap wilayah suatu negara.

c) Bombardemen, yang mencakup penggunaan senjata lain oleh angkatan bersenjata negara lain terhadap suatu negara.

d) Blokade, dilakukan di pelabuhan, pantai, atau wilayah udara suatu negara oleh angkatan bersenjata negara lain.

e) Spionase, kegiatan mata-mata oleh negara lain untuk mendapatkan informasi rahasia militer suatu negara.

f) Sabotase, kegiatan untuk merusak instalasi militer dan obyek vital nasional suatu negara.

g) Ancaman teror bersenjata oleh jaringan terorisme internasional atau teroris internasional bekerja sama dengan terorisme lokal.

36 Yudi Sutrasna, “Strategi Pertahanan Indonesia dalam Menghadapi Ancaman Militer dan Non Militer Melalui Perspektif Ekonomi Pertahanan”, Jurnal Ilmiah Indonesia, Vol. 8 No. 7, (Bogor:

Universitas Pertahanan, 2023), h. 41.

(35)

35

h) Pemberontakan, menggunakan senjata untuk melawan pemerintah atau sistem yang ada.

i) Perang saudara, konflik bersenjata antar kelompok di dalam suatu negara.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) dipersiapkan untuk menghadapi ancaman militer melalui Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

2. Ancaman Non-Militer

Ancaman nonmiliter memiliki sifat yang berbeda dengan ancaman militer karena tidak bersifat fisik dan tidak terlihat secara langsung seperti ancaman milit

Gambar

Tabel 1. Pengertian Integrasi Nasional Menurut Ahli atau Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa integrasi nasional bangsa indonesia berarti hasrat dan kesadaran untuk bersatu sebagai suatu bangsa,

Upaya-upaya yang Ditempuh dalam Mengatasi Pergeseran Nilai dan Menyatukan Masyarakat Ternate, sehingga tidak Mengakibatkan Terjadinya Disintegrasi Bangsa

Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara

Identitas Nasional secara etimologis berasal dari kata identitas dan nasional. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah; ciri,

Ancaman Integrasi Nasional Dalam Bidang Ideologi adalah ancaman yang dinilai adalah ancaman yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan pemikiran masyarakat

Berikut ini disajikan beberapa pengertian integrasi nasional dalam konteks Indonesia dari para ahli/penulis: Tabel III.1 Pengertian Integrasi Nasional dari berbagai Pakar Nama

Makalah ini membahas tentang integrasi nasional, pengertian, syarat, faktor penentu, dan

Modul ini membahas tentang Pendidikan Kewarganegaraan, identitas nasional, dan integrasi nasional sebagai elemen penting dalam pembangunan bangsa dan karakter di