LAPORAN MAKALAH TEKNIK PRODUKSI TANAMAN PANGAN
”POTENSI DAN KENDALA MEWUJUDKAN SWASWMBADA PANGAN BERKELANJUTAN”
Di susun oleh :
Nama : Della Ony Sabrina br Saragih NPM : E1J022012
Dosen : Dr. IR., Reny Herawati M.P
Matkul : Teknik Pengelolaan Tanaman Pangan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latarbelakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian PDRB, PDB Serta sumber Pendapatan Daerah dan Nasiomal 3 B. Mengenai Subsektor Dominan Dalam Menopang Perekonomian 4 Daerah Maupun Nasional
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 5
A. Kesimpulan 5
B. Saran 5
DAFTAR PUSTAKA 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengenai potensi dan kendala mewujudkan swasbada pangan berkelanjutan mencakup berbagai aspek yang penting untuk memahami kompleksitas masalah ini.
Beberapa poin latar belakang yang relevan meliputi:
Ketidakseimbangan pangan global seperti di dunia ini, terdapat ketidakseimbangan dalam produksi dan distribusi pangan. Beberapa wilayah mengalami kelimpahan pangan, sementara wilayah lain mengalami kelangkaan. Swasbada pangan berkelanjutan bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan menghasilkan cukup makanan untuk populasi lokal. Selanjutnya, perubahan iklim menyebabkan tantangan serius bagi pertanian.
Peningkatan suhu, cuaca ekstrem, dan pola hujan yang tidak stabil dapat merusak produksi pangan. Dalam konteks ini, pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan menjadi penting.
Degradasai tanah dan penurunan kesuburan ini biasanya praktek pertanian yang tidak berkelanjutan, seperti penggunaan berlebihan pestisida dan pupuk kimia, dapat menyebabkan degradasi tanah dan penurunan kesuburan. Ini adalah kendala penting dalam mencapai swasbada pangan yang berkelanjutan. Akses terhadap sumber daya di banyak negara, akses terhadap sumber daya pertanian, seperti lahan yang baik, air, dan benih berkualitas, sering kali tidak merata. Hal ini dapat menjadi hambatan serius dalam mencapai swasbada pangan.
Kebijakan pertanian dan perdagangan internasional memiliki dampak signifikan terhadap kemampuan suatu negara untuk mencapai swasbada pangan. Beberapa kebijakan dapat mendorong atau menghambat produksi pangan lokal. Inovasi Teknologi yamg dimaksud ialah perkembangan teknologi dalam pertanian, seperti pertanian berbasis data dan bioteknologi, memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam produksi pangan. Ketahanan pangan adalah seperti konsep yang terkait erat dengan swasbada pangan. Hal ini mencakup aspek-aspek seperti akses pangan yang stabil, keamanan pangan, dan ketahanan terhadap bencana alam atau konflik.
Hutapea dan Mashar (2005) menjelaskan bahwa untuk mengatasi permasalahan di atas pemerintah harus memberikan subsidi teknologikepada petani dan melibatkatkan stakeholder dalam melakukan percepatan perubahan di bidang budidaya pertanian.Subsidi teknologi yang dimaksud adalah adanya modal bagi petani untuk memperoleh atau dapat membeli teknologi produktivitas dan pengawalannya sehingga teknologi budidaya dapat dikuasai secara utuh dan efisien sampai tahap pasca panennya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas dapat kita rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa potensi sumber daya alam dan pertanian yang dapat digunakan untuk mencapai swasbada pangan di suatu wilayah atau negara?
2. Bagaimana perbandingan kedudukan sub sektor tanaman pangan dalam perekonomian di Indonesia, dan politik Pertanian tanaman pangan (C2,C3)
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari PDRB, PDB dan sumber pendapatan daerah dan nasional.
2. Mampu menyimpulkan subsektor dominan dalam menopang perekonomian daerah maupun nasional, serta politik pertanian tanaman pangan.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian PDRB, PDB Serta sumber Pendapatan Daerah dan Nasional
PDRB adalah singkatan dari Produk Domestik Regional Bruto, yang merupakan nilai total semua barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu wilayah, seperti provinsi atau kabupaten. PDB, atau Produk Domestik Bruto, adalah ukuran yang sama, tetapi mencakup seluruh negara.
Sumber PDRB dan PDB berasal dari aktivitas ekonomi dalam wilayah tersebut, seperti pertanian, industri, perdagangan, dan jasa. Data ini biasanya dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) atau lembaga serupa di setiap negara.
PDRB dan PDB penting sebagai sumber pendapatan daerah dan nasional karena mereka memberikan gambaran tentang seberapa besar ekonomi suatu wilayah atau negara. Pemerintah daerah menggunakan PDRB untuk menghitung berbagai pajak dan anggaran, sementara PDB digunakan untuk mengukur kesejahteraan ekonomi nasional dan pertumbuhannya. Kedua ukuran ini membantu dalam perencanaan pembangunan ekonomi, pengambilan keputusan kebijakan, dan alokasi sumber daya.
Swasbada adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang merujuk pada kemampuan suatu negara, wilayah, atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka secara mandiri tanpa harus bergantung pada impor atau bantuan eksternal. Dalam konteks pangan, swasbada pangan berarti negara atau masyarakat memiliki kemampuan untuk memproduksi dan memasok cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya sendiri tanpa bergantung pada impor pangan dari negara lain. Swasbada pangan berkelanjutan juga mencakup konsep menjaga keseimbangan ekologi, ekonomi, dan sosial dalam produksi pangan untuk jangka panjang.
Sumber pendapatan daerah umumnya berasal dari beberapa sumber, seperti pajak daerah, retribusi daerah, dana perimbangan dari pemerintah pusat, dan pendapatan asli daerah (PAD) yang meliputi pajak, retribusi, hasil usaha daerah, dan lain-lain.
Sumber pendapatan nasional meliputi pendapatan rumah tangga (gaji, sewa, dividen, dll.), pendapatan perusahaan (laba, bunga, dividen, dll.), pendapatan pemerintah (pajak, retribusi, dana perimbangan, dll.), serta perdagangan internasional (ekspor dan impor barang dan jasa).
B. Mengenai Subsektor Dominan Dalam Menopang Perekonomian Daerah Maupun Nasional
Subsektor pertanian yang dominan dalam menopang perekonomian suatu daerah atau negara dapat bervariasi tergantung pada kondisi geografis, iklim, dan kebijakan pertanian
yang berlaku. Namun, dalam konteks Indonesia, beberapa subsektor pertanian yang sering menjadi penopang perekonomian daerah dan nasional adalah:
1. Pertanian Padi: Tanaman padi adalah komoditas utama dalam sektor pertanian Indonesia dan menjadi sumber utama bahan makanan bagi penduduk. Produksi padi yang tinggi penting untuk ketahanan pangan.
2. Pertanian Hortikultura: Tanaman hortikultura seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias juga memiliki peran penting dalam perekonomian daerah dan nasional.
Tanaman ini tidak hanya untuk konsumsi lokal tetapi juga untuk ekspor.
3. Pertanian Perkebunan: Kelapa sawit, karet, kakao, dan kopi adalah beberapa komoditas perkebunan yang signifikan dalam ekonomi Indonesia. Ekspor produk perkebunan ini mendukung penerimaan devisa negara.
4. Peternakan: Subsektor peternakan juga berperan penting dalam menyediakan daging, susu, dan produk ternak lainnya. Itu juga menciptakan lapangan kerja di sektor pedesaan.
5. Perikanan: Indonesia adalah negara maritim dengan sumber daya perikanan yang kaya.
Perikanan memberikan kontribusi penting terhadap ekonomi daerah yang berbatasan dengan laut.
Tentang politik pertanian tanaman pangan, ini mencakup berbagai kebijakan pemerintah yang mengatur produksi, distribusi, dan harga tanaman pangan seperti padi, jagung, dan gandum. Tujuannya adalah untuk mencapai ketahanan pangan dan stabilitas harga dalam negeri. Kebijakan ini sering kali menjadi topik perdebatan karena dampaknya pada petani, konsumen, dan pasar global. Dalam konteks Indonesia, Badan Ketahanan Pangan (BKP) memiliki peran penting dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan pertanian tanaman pangan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan untuk mewujudkan swasbada pangan berkelanjutan adalah bahwa ini adalah tujuan penting yang membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, petani, dan masyarakat. Potensi untuk mencapai swasbada pangan berkelanjutan terletak pada keanekaragaman agraris, inovasi teknologi, edukasi pertanian, diversifikasi pangan, dan investasi infrastruktur. Namun, ada beberapa kendala, seperti perubahan iklim, keterbatasan sumber daya, urbanisasi, pencemaran lingkungan, dan ketidaksetaraan akses, yang perlu diatasi.
Untuk berhasil dalam upaya mewujudkan swasbada pangan berkelanjutan, diperlukan komitmen jangka panjang, kebijakan yang mendukung, investasi strategis, dan kesadaran akan pentingnya ketahanan pangan. Ini bukan hanya masalah produksi, tetapi juga tentang akses yang adil terhadap pangan berkualitas tinggi, pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan, dan perlindungan lingkungan. Dengan kolaborasi dan tindakan yang tepat, swasbada pangan berkelanjutan dapat dicapai untuk memenuhi kebutuhan pangan generasi saat ini dan yang akan datang.
B. Saran
Saran mengenai potensi dan kendala mewujudkan swasbada pangan berkelanjutan adalah sebagai berikut: Sumber Daya Alam, dalam hial ini banyak negara memiliki potensi sumber daya alam yang cukup untuk mendukung produksi pangan berkelanjutan seperti lahan pertanian, air, dan iklim yang sesuai. Tidak hanya itu ada juga Teknologi Pertanian dimana Kemajuan dalam teknologi pertanian, termasuk pertanian organik, sistem irigasi cerdas, dan pemupukan yang efisien, dapat meningkatkan produktivitas tanaman secara berkelanjutan.
Serta yang terakhir Keterlibatan Masyarakat dalam hal ini, Kesadaran masyarakat tentang pentingnya pangan berkelanjutan dapat memicu perubahan dalam pola konsumsi dan dukungan terhadap praktik pertanian yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Ario. 2010. Menuju Swasembada Pangan, Revolusi Hijau II: Introduksi Managemen Dalam Pertanian, RBI, Jakarta.
Hutapea dan Mashar. 2005. Ketahanan Pangan dan Teknologi Produktivitas Menuju Kemandirian Pertanian di Indonesia. Kementerian Pertanian RI. Jakarta.
Purba, Teddy. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengeruhi Kesejahteraan Petani Padin di Indonesia Periode 2008-2012. Skripsi, Jember. Universitas Jember