• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN RI Kelompok 6

N/A
N/A
Sulthan Raka

Academic year: 2025

Membagikan "Makalah PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN RI Kelompok 6"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN RI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Mata Kuliah Pendidikan Pancasila yang diampu oleh:

Maharani S.E.I., M.E.Sy.

Kelompok 6 Kelas 01IKOK004

Disusun Oleh:

1. Ilham Muhamad Fitra 2. M Yunus Hikmatulloh

3. Mustofa

4. Sulthan Raka Athallah Kusumah 5. Wildan Nasution

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITSAS PAMULANG

2025

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur, kami panjatkan puji dan hormat ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sumber segala ilmu dan inspirasi yang memungkinkan kami menyelesaikan makalah berjudul Pancasila dalam konteks Ketatanegaraan RI.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Maharani, S.E.I., M.E.Sy., selaku dosen Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, atas bimbingan dan dukungan yang beliau berikan selama proses perkuliahan.

Ucapan terima kasih yang tulus juga kami tujukan kepada rekan-rekan seperjuangan atas kerja sama yang luar biasa, serta kepada para peneliti dan ilmuwan atas referensi ilmiah yang menjadi pijakan kami. Tidak lupa kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memfasilitasi hingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan karya ini di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Tangerang Selatan, 25 Juni 2025

Penulis

DAFTAR ISI

(3)

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN RI...1

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI... 3

BAB I... 4

PENDAHULUAN... 4

1. Latar Belakang...4

2. Rumusan Masalah...4

2.1 Bagaimana kedudukan dan peran Pancasila dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia?... 4

2.2 Apa hubungan antara Pancasila dengan Undang-Undang Dasar 1945 dalam membentuk tatanan negara?...4

2.3 Bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila dalam proses hukum dan pemerintahan di Indonesia?...4

2.4 Apa saja tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan sistem ketatanegaraan yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila...4

BAB II... 5

PEMBAHASAN...5

1. Pancasila Sebagai Dasar dan Sumber Hukum Negara...5

2. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka dalam Ketatanegaraan...5

3. Hubungan Pancasila dan UUD 1945...6

4. Struktur Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945...7

5. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Sistem Hukum dan Pemerintahan...8

6. Tantangan Aktual dalam Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila...9

BAB III... 10

KESIMPULAN DAN PENUTUP...10

DAFTAR PUSTAKA... 11

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Oleh sebab itu. dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai pancasila.

Pembentuksn karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa yaitu pancasila. Namun jika dalam pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan kesalahan yang merugikan bangsa Indonesia, itu akan membuat sistem ketatanegaraan indonesia tidak berjalan baik.

Pancasila atau dasar negara milik Indonesia memiliki peran dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Tak hanya itu, UUD 1945 juga memiliki peran sebagai tata tertib hukum tertinggi.

2. Rumusan Masalah

2.1 Bagaimana kedudukan dan peran Pancasila dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia?

2.2 Apa hubungan antara Pancasila dengan Undang-Undang Dasar 1945 dalam membentuk tatanan negara?

2.3 Bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila dalam proses hukum dan pemerintahan di Indonesia?

2.4 Apa saja tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan sistem ketatanegaraan yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila

(5)

BAB II PEMBAHASAN

1. Pancasila Sebagai Dasar dan Sumber Hukum Negara

Pancasila sebagai dasar negara memiliki kedudukan yang sangat fundamental dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Ia bukan hanya menjadi simbol ideologis, tetapi juga menjadi sumber nilai dan norma yang mengikat seluruh aspek penyelenggaraan negara.

Dalam teori Hans Nawiasky, Pancasila menempati posisi sebagai staatsfundamentalnorm, yaitu norma dasar negara yang menjadi sumber dari segala sumber hukum (BPIP, 2021).

Artinya, setiap peraturan perundang-undangan, kebijakan publik, dan tindakan pemerintah harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

Kedudukan ini ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang menyatakan bahwa negara Indonesia berdasar kepada Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila menjadi dasar dalam pembentukan konstitusi, sistem hukum, dan struktur kelembagaan negara. Dalam praktiknya, Pancasila juga menjadi pedoman dalam menjaga integritas nasional, menjamin keadilan sosial, dan memperkuat demokrasi yang

berkeadaban (Tiarylla et al., 2023).

2. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka dalam Ketatanegaraan

Pancasila tidak hanya menjadi dasar negara, tetapi juga berperan sebagai ideologi terbuka yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan nilai-nilai dasarnya. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila bersifat dinamis, aktual, dan antisipatif terhadap perubahan sosial, politik, dan budaya. Hal ini memungkinkan Pancasila untuk tetap relevan dalam menghadapi tantangan global, seperti kemajuan teknologi, arus informasi, dan perubahan nilai-nilai masyarakat. Nilai-nilai dasar seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan tetap dijaga, namun dapat dijabarkan secara fleksibel dalam bentuk kebijakan dan norma hukum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

(6)

Dalam konteks ketatanegaraan, sifat keterbukaan Pancasila memungkinkan negara untuk menyerap aspirasi masyarakat secara demokratis dan merumuskan kebijakan publik yang inklusif. Misalnya, perubahan sistem pemilihan umum dari tidak langsung menjadi langsung mencerminkan kemampuan Pancasila untuk beradaptasi dengan tuntutan demokrasi modern. Selain itu, nilai-nilai Pancasila juga menjadi dasar dalam merespons isu-isu kontemporer seperti perlindungan lingkungan, kesetaraan gender, dan hak digital.

Dengan demikian, Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak hanya menjaga stabilitas ideologis bangsa, tetapi juga menjadi panduan dalam merumuskan arah pembangunan nasional yang berkelanjutan dan berkeadilan.

3. Hubungan Pancasila dan UUD 1945

Hubungan antara Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan fondasi utama dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Pancasila, yang tercantum secara eksplisit dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, menjadi dasar filosofis dan ideologis negara, sementara UUD 1945 berfungsi sebagai konstitusi tertulis yang mengatur norma hukum dan struktur kelembagaan negara. Hubungan ini bersifat formal karena Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara, serta bersifat material karena seluruh isi UUD 1945 harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

Secara hierarkis, Pancasila menempati posisi sebagai staatsfundamentalnorm atau norma dasar negara menurut teori Hans Nawiasky, yang berarti bahwa Pancasila menjadi sumber dari segala sumber hukum. UUD 1945 berada satu tingkat di bawahnya sebagai staatsgrundgesetz atau konstitusi negara. Oleh karena itu, setiap pasal dalam UUD 1945 harus bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang menyatakan bahwa Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum negara.

Hubungan ini juga bersifat historis dan filosofis. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 menjadi titik awal berdirinya negara Indonesia, sedangkan Pembukaan UUD 1945, yang memuat Pancasila, merupakan bentuk pertanggungjawaban moral dan konstitusional atas kemerdekaan tersebut. Dengan demikian, Pancasila dan UUD 1945 membentuk satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Pancasila menjadi jiwa (roh) dari UUD

(7)

1945, sedangkan UUD 1945 menjadi raga yang menjabarkan nilai-nilai Pancasila ke dalam sistem hukum dan pemerintahan.

4. Struktur Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945

Struktur ketatanegaraan Indonesia mengalami perubahan mendasar setelah empat kali amandemen UUD 1945 yang berlangsung antara tahun 1999 hingga 2002. Sebelum amandemen, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan lembaga tertinggi negara yang memegang seluruh kedaulatan rakyat. Presiden dipilih oleh MPR dan bertanggung jawab kepada lembaga tersebut. Namun, pasca amandemen, sistem ketatanegaraan Indonesia menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945.

Hal ini menandai pergeseran dari sistem yang sentralistik menuju sistem demokrasi konstitusional yang lebih terbuka dan partisipatif.

Perubahan tersebut juga membawa dampak pada struktur lembaga negara. MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi, melainkan setara dengan lembaga negara lainnya. Presiden dan Wakil Presiden kini dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu, bukan lagi oleh MPR. Selain itu, dibentuk lembaga-lembaga baru seperti Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Yudisial (KY) untuk memperkuat sistem checks and balances. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) juga dihadirkan sebagai representasi daerah dalam sistem legislatif,

berdampingan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam struktur Majelis Permusyawaratan Rakyat. Mahkamah Agung (MA) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tetap menjalankan fungsi yudikatif dan eksaminatif, namun dengan penguatan independensi dan kewenangan.

Menurut Hadji et al. (2024), amandemen UUD 1945 telah memperjelas pembagian kekuasaan antara lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Presiden sebagai kepala pemerintahan tidak lagi memiliki kekuasaan absolut, melainkan harus bekerja sama dengan DPR dalam pembentukan undang-undang dan pengelolaan anggaran negara.

Mahkamah Konstitusi diberi kewenangan untuk menguji undang-undang terhadap UUD, menyelesaikan sengketa kewenangan antar lembaga negara, serta memutus perselisihan hasil pemilu. Dengan struktur ini, sistem ketatanegaraan Indonesia menjadi lebih

(8)

demokratis, akuntabel, dan menjunjung tinggi supremasi hukum, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.

5. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Sistem Hukum dan Pemerintahan

Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam sistem hukum dan pemerintahan Indonesia diwujudkan melalui perumusan kebijakan publik yang berpihak pada keadilan,

kesejahteraan, dan kemanusiaan. Setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah harus mencerminkan nilai-nilai dasar Pancasila, seperti keadilan sosial, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan musyawarah dalam pengambilan keputusan. Dalam bidang hukum, Pancasila menjadi dasar dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang tidak hanya legal-formal, tetapi juga bermuatan etika dan moral bangsa. Hal ini sejalan dengan prinsip bahwa Indonesia adalah negara hukum yang demokratis dan berkeadaban,

sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945.

Dalam praktiknya, nilai-nilai Pancasila diimplementasikan melalui berbagai kebijakan di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Misalnya, kebijakan pendidikan yang menjamin akses merata bagi seluruh warga negara tanpa diskriminasi merupakan wujud dari sila kedua dan kelima Pancasila. Di bidang ekonomi, pengembangan ekonomi kerakyatan dan pemberdayaan UMKM mencerminkan semangat keadilan sosial dan kemandirian nasional. Pemerintah juga menerapkan prinsip keberlanjutan dalam kebijakan lingkungan hidup, yang mencerminkan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.

Namun demikian, implementasi nilai-nilai Pancasila masih menghadapi tantangan serius, seperti inkonsistensi regulasi, lemahnya penegakan hukum, dan dominasi kepentingan politik dalam proses legislasi. Dalam beberapa kasus, Pancasila hanya dijadikan jargon tanpa aktualisasi nyata dalam kebijakan publik. Oleh karena itu, diperlukan penguatan peran institusi negara, peningkatan literasi ideologi di kalangan masyarakat, serta sinergi antara pemerintah dan rakyat dalam merumuskan dan mengawasi kebijakan. Dengan demikian, Pancasila tidak hanya menjadi dasar normatif, tetapi juga menjadi pedoman operasional dalam mewujudkan pemerintahan yang adil, demokratis, dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat.

(9)

6. Tantangan Aktual dalam Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila

Di era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, nilai-nilai Pancasila menghadapi tantangan serius dalam pengamalannya. Arus informasi yang begitu cepat dan terbuka menyebabkan masyarakat Indonesia terpapar berbagai ideologi asing yang tidak selalu sejalan dengan karakter bangsa. Individualisme, konsumerisme, dan hedonisme menjadi gaya hidup baru yang mengikis semangat gotong royong dan solidaritas sosial yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Hal ini bertentangan langsung dengan sila kedua dan ketiga Pancasila yang menekankan pentingnya kemanusiaan dan persatuan. Dalam konteks ini, globalisasi bukan hanya membawa peluang, tetapi juga ancaman terhadap eksistensi nilai-nilai luhur bangsa.

Selain itu, tantangan juga datang dari dalam negeri, seperti lemahnya kesadaran ideologis di kalangan generasi muda, maraknya ujaran kebencian di media sosial, serta meningkatnya intoleransi dan radikalisme. Menurut Sekarsari et al. (2024), degradasi moral generasi muda yang terpengaruh oleh budaya global menyebabkan nilai-nilai Pancasila semakin terpinggirkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter yang seharusnya menjadi benteng ideologis belum sepenuhnya efektif dalam membentuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan Pancasila. Bahkan, dalam beberapa kasus, nilai-nilai Pancasila hanya dijadikan formalitas dalam kurikulum tanpa penghayatan yang mendalam.

Tantangan lainnya adalah belum adanya Haluan Pembangunan Nasional yang secara eksplisit berlandaskan Pancasila, serta masih banyaknya regulasi yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar tersebut. Prof. Adji Samekto (2022) menyoroti bahwa pembangunan nasional sering kali tidak berpijak pada prinsip keadilan sosial dan kedaulatan rakyat, melainkan lebih condong pada kepentingan ekonomi pasar dan elite politik. Oleh karena itu, aktualisasi Pancasila harus dilakukan secara konkret dan

menyentuh aspek-aspek kehidupan nyata masyarakat, mulai dari kebijakan publik, sistem hukum, hingga budaya politik. Tanpa komitmen kolektif dari seluruh elemen bangsa, Pancasila akan terus menghadapi tantangan dalam mewujudkan cita-cita Indonesia yang adil, makmur, dan berkeadaban.

(10)

BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Pancasila merupakan dasar negara yang menjadi landasan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Sebagai sumber nilai dan norma, Pancasila menjadi acuan dalam pembentukan hukum, arah kebijakan, dan penyelenggaraan pemerintahan. Setiap lembaga negara dan pejabat publik seharusnya menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam menjalankan tugasnya, agar tercipta sistem ketatanegaraan yang adil, demokratis, dan berpihak kepada kepentingan rakyat. Pancasila juga menjadi perekat yang menyatukan masyarakat Indonesia yang beragam, baik dari segi suku, agama, budaya, maupun pandangan hidup. Di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi, Pancasila menghadapi berbagai tantangan, seperti masuknya ideologi asing, pengaruh budaya luar, dan melemahnya semangat gotong royong. Oleh karena itu, diperlukan upaya serius untuk terus menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan. Pendidikan yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan, kebijakan pemerintah yang berpihak pada keadilan sosial, serta partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga persatuan dan kesatuan merupakan bentuk nyata dari pengamalan Pancasila. Dengan semangat ini, diharapkan Indonesia dapat terus berkembang sebagai negara yang berdaulat, maju, dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsanya.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. (2016). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Subandi Al Marsudi. (2001). Pancasila dan UUD ’45 dalam Paradigma Reformasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syahrial Syarbani. (2015). Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Universitas Pamulang. (2025). Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia.

Modul Pertemuan 10, Mata Kuliah Pendidikan Pancasila.

Hadji, F., Nurhidayat, L., & Martadinata, A. (2024). Amandemen Konstitusi dan Dinamika Ketatanegaraan di Indonesia. Jurnal Hukum dan Konstitusi, 10(1), 45–61.

Tiarylla, R., Putri, A., & Handoyo, Y. (2023). Pancasila dan Ketahanan Konstitusi di Tengah Arus Globalisasi. Jurnal Ketatanegaraan Indonesia, 8(2), 122–134.

Sekarsari, D., Fitria, N., & Mukti, A. (2024). Tantangan Internalisasi Pancasila di Era Disrupsi Digital. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 14(1), 73–86.

Tirto.id. (2023). Tantangan Aktualisasi Pancasila di Era Digital.

TambahPinter.com. (2024). Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Bidang Politik, Sosial, dan Hukum.

Universitas Sebelas Maret. (2023). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pemerintahan Modern. Surakarta: LPPM-UNS.

Referensi

Dokumen terkait

Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma, serta kaidah, baik

Upaya mengurai nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara memiliki cakupan yang luas sekaligus dinamis. Luas dalam arti mencakup seluruh aspek

Kita dapat melihat bahwa sila-sila dari pancasila telah tercantum dalam pembukaan dan pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) Jika

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang ditegaskan dalam alinea keempat terdapat kata “berdasarkan” yang berarti,. Pancasila merupakan dasar negara

Dengan bertujuan meletakkan kembali tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945, maka

“kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan

Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan

UUD 1945 terdiri dari rangkaian pasal-pasal yang merupakan perwujudan dari pokok-pokok pikiran terkandung dalam UUD 1945 yang tidak lain adalah pokok pikiran: persatuan Indonesia,