• Tidak ada hasil yang ditemukan

sejarah ketatanegaraan Indonesia pada ma (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "sejarah ketatanegaraan Indonesia pada ma (1)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH & SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA PADA TAHUN 1966 - 1998

(Sebuah Kajian Terhadap Sistem KetataNegaraan Orde Baru)

Makalah

Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Semester IV

Oleh

Kelompok 5

Amalah Nur Amanah K6413002

Dias Dianira K6413021

Dwi Meillani K6413023

Emiliana Saras Oktafiani K6413024

Hanry Pratama Putra K6413033

Nur Indah D.S K6413047

Priyanto Hernowo K6413051

Safatia Eka Pertiwi K6413065

Umma Izzatul Fikriyah K6413075

(2)

SEJARAH & SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA PADA TAHUN 1966 - 1998

(Sebuah Kajian Terhadap Sistem KetataNegaraan Orde Baru)

Makalah

Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Semester IV

Oleh

Kelompok 5

Amalah Nur Amanah K6413002

Dias Dianira K6413021

Dwi Meillani K6413023

Emiliana Saras Oktafiani K6413024

Hanry Pratama Putra K6413033

Nur Indah D.S K6413047

Priyanto Hernowo K6413051

Safatia Eka Pertiwi K6413065

Umma Izzatul Fikriyah K6413075

(3)

Kata Pengantar

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah berjudul “Sejarah & Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pada Tahun 1966 - 1998 (Sebuah Kajian Terhadap Sistem KetataNegaraan Orde Baru)” disusun dan diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Tata Negara Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Semester IV Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan makalah ini kami sadari masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan guna perbaikan dimasa yang akan datang.

Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rima Vien Permata Hartanto, S.H, M.Hum. Selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Tata Negara Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Semester IV Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Yang telah membimbing dan memberikan dukungan kepada kami baik moral maupun materiil.

2. Ayahanda dan Ibunda kami tercinta. Yang menjadi sumber semangat kami dan senantiasa memberikan do’a kepada kami.

3. Rekan – rekan kelompok 5 yang telah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran dalam penyusunan makalah ini.

4. Semua pihak terkait yang tidak bisa kami sebut satu persatu.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat terutama bagi dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Maret 2015

Penyusun

(4)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul...i

Kata Pengantar...ii

Daftar Isi...iii

BAB I Pendahuluan...1

1. Latar Belakang Masalah...1

2. Rumusan Masalah...1

3. Tujuan Penulisan...2

BAB II Pembahasan...3

1. Sejarah Singkat Lahirnya Orde Baru...3

2. Sistem Perundang – Undangan Pada Masa Orde Baru...4

3. Struktur Ketatanegaraan Pada Masa Orde Baru...5

4. Sistem Pemerintahan Pada Masa Orde Baru...13

5. Dwi Fungsi ABRI...15

6. Pandangan Orde Baru Terhadap Pancasila...19

7. Pelita (Pembangunan Lima Tahun) Orde Baru...23

BAB III Penutup...30

Simpulan...30

Daftar Pustaka...33

(5)

BAB I ketatanegaraan Indonesia adalah era Orde Baru. Orde Baru adalah sebutan bagi pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Presiden Soekarno. Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966.2 Orde Baru berlangsung selama 32 tahun yakni mulai dari tahun 1966 hingga 1998. Dengan bertujuan meletakkan kembali tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945, maka Orde Baru menjadi tatanan baru di Indonesia sebagai penggarnti sistem pemerintahan dari orde lama yang dianggap menyimpang pada saat itu. Yang selanjutnya akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

2. Rumusan Masalah

2.1. Bagaimana sejarah singkat lahirnya Orde Baru ?

2.2. Bagaimana sistem perundang – undangan masa Orde Baru? 2.3. Bagaimana struktur ketatanegaraan pada masa Orde Baru ? 2.4. Bagaimana sistem pemeritahan pada masa Orde Baru ? 2.5. Bagaimana peran ABRI pada masa Orde Baru ?

2.6. Bagaimana Pandangan Orde Baru terhadap Pancasila ? 2.7. Bagaimana perkembangan repelita V – repelita VI ?

1 “Perbedaan HTN dan HAN: Hukum tata negara mengatur bagaimana keadaan organisasi negara dan tugas – tugasnya, sedangkahan Hukum

Administrasi Negara mengatur cara negara atau alat dan kelengkapan negara dalam menjalankan tugasnya” Lihat Kansil, C.S.T, 1989, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, hlm 177; Lihat Asshiddiqie, Jimly. 2009. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta:

RajaGrafindo Persada. Hlm 21 “Dalam Hukum Tata negara, melihat negara dalam keadaan diam (in trust), sedangkan dalam hukum administrasi negara, melihat negara dalam keadaan bergerak (in beweging).

2 Mustofa, S.H., Suryandari, Titik Mulyati. 2009. Sejarah: Untuk SMA/MA Kelas

XII Program IPA. Jakarta: PT. Grahadi, hlm 2.

(6)

3. Tujuan Penulisan

(7)

BAB II Pembahasan 1. Sejarah Singkat Lahirnya Orde Baru

Orde Baru lahir dari diterbitkannya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1966, yang kemudian menjadi dasar legalitasnya.3 Surat Perintah sebelas Maret 1966 atau yang sangat populer dikenal melalui akronim "Supersemar" adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata/Mandataris MPRS/Pemimpin Besar Revolusi Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966. Isinya adalah perintah Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib)4 agar mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk memulihkan stabilitas situasi keamanan yang sangat buruk pada masa itu, terutama setelah meletusnya peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Dengan adanya pemberian wewenang melalui Supersemar kepada kopkamtib ini maka, kopkamtib dapat melaksanakan amanat yang diemban dengan mengatas namakan presiden, contohnya adalah pada tanggal 16 Maret 1966 Pangkopkamtib ---atas nama Presiden RI---mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap sejumlah 15 menteri yang diduga terlibat G-30 S/PKI. Pada tanggal 27 Maret 1966 dilakukan perombakan terhadap kabinet Dwikora. Sementara presiden tidak setuju kabinet itu dirombak. Banyak wajah-wajah baru yang dianggap kurang dekat dengan Presiden Soekarno. Tapi, tiga hari kemudian, kabinet itu pun dilantik.5 Perombakan terhadap kabinet Dwikora ini secara jelas menunjukkan makna melemahnya kekuatan presiden saat itu hingga

3 Mustofa, S.H., Suryandari, Titik Mulyati. 2009. Sejarah: Untuk SMA/MA Kelas

XII Program IPA. Jakarta: PT. Grahadi, hlm 2.

4 Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban disingkat Kopkamtib adalah organisasi pusat yang langsung berada di bawah komando Presiden RI pada saat itu, yang dibentuk pada didirikan pada tanggal 10 Oktober 1965.

5 Saat-saat Jatuhnya Presiden Soekarno Perjalanan Terakhir Bung

Besar.Diakses melalui: http://www.tempo.co.id/ang/min/02/05/utama7.htm, pada 26 Maret 2015 pukul 19:02 WIB.

(8)

kabinet yang tidak disetuji presiden-pun dapat dilantik. Kekuatan presiden makin melemah dengan puncaknya pada Sidang Istimewa MPRS 1967. Yakni diawali dalam Sidang Umum ke-IV MPRS setelah peristiwa Gerakan 30 September yang mengakibatkan Presiden Soekarno kehilangan kepercayaan dan dianggap tidak mampu mengendalikan keamanan. Setelah pidato pertanggungjawabannya di depan MPRS yang berjudul Nawaksara, dibacakan. MPRS pada masa itu meminta Sukarno untuk memperbaiki pidato pertanggungjawabannya di Sidang Umum MPRS berikutnya, yang direspon Sukarno dengan pidato "Pelengkap Nawaksara". Namun pertanggungjawaban tersebut kembali ditolak dan akhirnya diputuskan bahwa pada 7 Maret 1967 akan dilakukan Sidang Istimewa MPRS.6 Setelah Sidang Istimewa ini, Soekarno diturunkan dari jabatan Presiden dan digantikan oleh Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Inilah tonggak berdirinya Orde Baru.

Tetapi naskah Supersemar yang merupakan landasan berdirinya Orde Baru hingga saat ini yang dipublikasikan dan menyebar di kalangan masyarakat secara luas melalui buku-buku teks pelajaran sejarah nasional adalah keluaran versi Markas Besar TNI Angkatan Darat (TNI AD) yang telah dipublikasikan sejak tahun 1966 dan semakin diperkuat setelah Orde Baru mulai berkuasa di tahun 1968. Tetapi Sebagian kalangan sejarawan Indonesia meyakini bahwa ada beberapa versi naskah Supersemar. Bahkan hingga saat ini, naskah Supersemar yang asli masih misterius dan belum ditemukan.

2. Sistem Perundang – Undangan Pada Masa Orde Baru

Menurut sistem hukum Indonesia, peraturan perundang-undangan (hukum tertulis) disusun dalam suatu tingkatan yang disebut hierarki peraturan perundang-undangan. Pada era Orde Baru, hierarki perundang berdasarkan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966. Dengan ketetapan MPR No. V/MPR/1973, Lampiran II tentang “Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Menurut UUD 1945” dalam

(9)

huruf A, disebutkan tata urutan bentuk-bentuk peraturan perundang-undangan Republik Indonesia ialah sebagai berikut:7

NO Hierarki Peraturan Perundang-undangan Menurut TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 1 Undang-Undang Dasar RI 1945

2 Ketetapan MPRS/MPR

3 Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti UU 4 Peraturan Pemerintah

5 Keputusan Presiden

6 Peraturan-peraturan Pelaksana lainnya, seperti a. Peraturan Menteri

b. Instruksi Menteri

3. Struktur Ketatanegaraan Pada Masa Orde Baru

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) sebelum perubahan terdapat enam lembaga tinggi/tertinggi negara, yaitu MPR sebagai lembaga tertinggi negara, serta DPR, Presiden, MA, BPK, dan DPA sebagai lembaga tinggi negara.8

A. Lembaga Tertinggi Negara

Yang dimaksud sebagai lembaga tertinggi negara menurut UUD 1945 sebelum perubahan adalah MPR. Majelis

7 Huda, Ni’matul & R. Nazriyah. 2011. Teori Pengujian Peraturan Perundang –

Undangan. Bandung: Nusa Media. Hlm 68.

8 Kansil, C.S.T. 1989, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, hlm 195. “Yang dimaksud dengan lembaga – lembaga negara adalah alat perlengkapan negara sebagaimana yang dimaksudkan oleh Undang – undang dasar 1945...”

(10)

Permusyawaratan Rakyat (MPR) Terdiri atas anggota-anggota dari dewan perwakilan rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.9

a. Kedudukan MPR10

- MPR memegang kedaulatan negara

- Sebagai penjelmaan seluruh rakyat indonesia adalah pemegang kekuasaan tertinggi dan pelaksana dari kedaulatan rakyat.

- Sebagai penjelmaan seluruh rakyat indonesia dan merupakan lembaga tertinggi negara pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaukatan rakyat.

- MPR sebagai keseluruhan yang mempunyai kedudukan sebagai lembaga negara tertinggi dengan memegang kedaulatan negara yang tertinggi dan tidak dapat mendelegasikan kedaulatannya pada sebagian anggota ataupun pimpinan.

b. Tugas dan wewenang MPR11

- Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. - MPR menetapkan UUD dan Garis-garis besar Haluan

Negara.

- Presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR dengan suara yang terbanyak.

- Majelis memilih dan mengangkat presiden atau mandataris dan wakil presiden untuk membantu presiden.

- Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 dari daripada jumlah anggota MPR harus hadir. Putusan

9 Undang-undang yang mengatur susunan MPR, dewasa ini adalah UU no. 16 tahun 1969 jo, UU No. 5 tahun 1975, tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR Dan DPRD. Ibid.

10Ibid.

(11)

diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota yang hadir.

- Majelis memberikan mandat untuk melaksanakan Garis-garis besar Haluan Negara dan putusan-putusan majelis lainnnya kepada presiden.

- Majelis dapat menghentikan presiden sebelum habis masa jabatannya.

- Majelis mempunyai tugas:12

- Menetapkan Undang-undang Dasar

- Menetapkan Garis-garis Besar Haluan Neagara - Memilih dan mengangkat presiden dan wakil

presiden.

- Majelis mempunyai wewenang:13

- Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh keputusan lembaga negara yang lain, termasuk menetapkan GBHN yang ditugaskan pelaksanaannya pada presiden atau mandataris.

- Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap putusan-putusan majelis.

- Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya mengangkat presiden dan wakil presiden.

- Meminta dari dan menilai prertanggung jawaban presiden tentang GBHN.

- Mencabut mandat dan memberhentikan presiden dalam masa jabatannya apabila presiden sungguh-sungguh melanggar haluan negara atau Undang – undang Dasar.

- Mengubah Undang-undang Dasar. - Menetapkan peraturan tata tertib majelis.

12Ibid. 13Ibid.

(12)

- Menetapkan pimpinan majelis yang dipilih dari dan oleh anggota.

- Memberikan putusan terhadap anggota yang melanggar sumpah atau janji anggota.

- Meneliti surat-surat yang berhubungan dengan kenggotaan majelis.

A. Lembaga – Lembaga Tinggi Negara14 1. Presiden

Presiden memegang kekuasaan pemerintahan negara meliputi:

- Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-undang Dasar.

- Presiden ialah penyelengara kekuasaan pemerintahan negara tertinggi dibawah majelis.

- Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.

- Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali.15

- Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara16 - Kedudukan presiden17

Selaku kepala negara dan pemerintahan - Tugas dan wewenang Presiden

Selaku kepala negara:18

- Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan darat, laut dan udara.

14 Lembaga – lembaga tinggi negara ialah kelima lembaga dibawah MPR, yakni Presiden, DPA, DPR, BPK, MA. Ibid. Hal 195.

15 UUD 1945 pasal 7 (sebelum amandemen I)

16 Yang dimaksudkan dengan menteri - menteri negara, ialah baik menteri yang memimpin sesuatu Departemen Pemerintahan, maupun menteri yang tidak memimpin sesuatu Departemen Pemerintahan. Ketentuan yang terakhir demikian itu timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggara negara, meskipun tidak tertulis. Ibid. Hal 198

(13)

- Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.

- Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang.

- Presiden mengangkat duta dan konsul. - Presiden menerima duta negara lain.

- Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi (pasal 14 UUD 1945).

- Presiden memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan.

Selaku kepala pemerintahan:19

- Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan DPR.

- Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.

- Presiden ialah kepala kekuasaan eksekutif dalam negara. Untuk menjalankan undang-undnag. Ia mempunyai kekuasaan untuk menetapkan peraturan pemerintah.

- Dalam hal ikhwal kepentingan yang memaksa, presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang.

2. Dewan Pertimbangan Agung (DPA).

Susunan Dewan Pertimbangan Agung meliputi unsur-unsur dari kehidupan masyarakat dan terdiri dari : Tokoh-tokoh politik, tokoh Karya, tokoh Daerah,

Tokoh-19Ibid.

(14)

tokoh Nasional.20 Menurut Undang-undang No 4 tahun

- Dewan ini berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan Presiden dan berhak mengajukan usul kepada pemerintah.

- Dewan Pertimbangan Agung berhak mengajukan usul dan wajib mengajukan pertimbangan kepada Presiden.

- Tugas Dewan Pertimbangan Agung:22

- Berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan singkatan DPR terdiri dari anggota yaitu golongan politik dan golongan karya.23

Tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat:24

- Tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

20 Undang-Undang yang mengatur sususan Dewan Pertimbangan Agung dewasa ini ialah UU no. 3 tahun 1967 tentang Dewan Pertimbangan agung, jo undang-undang no.4 tahun 1978 tentang perubahan dan penyempurnaan undang-undang no. 3 tahun 1967 tentang Dewan Pertimbangan Agung. Ibid. Hlm 199

21Ibid.

22Ibid. Hlm 200

23 Undang - Undang No.16 Tahun 1969 tentang susunan dan kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Ibid.

(15)

- Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak memajukan rancangan undang-undang.

- Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undnag-undang, apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.

- Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturanya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu diberikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

4. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Untuk memeriksa tanggungjawab tentang keuangan negara diadakan suatu badan pemeriksa keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada DPR. Badan pemeriksa keuangan berbentuk dewan yang terdiri atas seorang ketua merangkap anggota dan lima orang anggota.25

Tugas dan wewenang:

- Memeriksa tanggung jawab tentang keuangan Negara. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

- Badan pemeriksa keuangan memriksa semua pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. - Badan pemeriksa keuangan bertugas untuk memeriksa

tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara - Badan pemeriksa keuangan bertugas untuk memeriksa

semua pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara.

25Ibid. Hlm 201

(16)

- Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang.

- Hasil pemeriksaan badan pemeriksa keuangan diberitahukan kepada dewan perwakilan rakyat.

5. Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah Agung adalah badan yang melaksanakan kekuasaan Kehakiman yang dalam pelakasanaan tugasnya, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh-pengaruh lainnya. Susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman diatur dalam undang-undang.26

Tugas dan wewenang Mahkamah Agung

- Mahkamah agung melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan pengadilan lain menurut ketentun yang ditetapkan dengan undnag-undang.

- Mahkamah agung dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum, baik diminta maupun tidak, kepada lembaga-lembag tinggi negara.

- Mahkamah agung mempunyai wewenang menguji secara materiil hanya terhadap peraturan-peraturan perundangan dibawah undang-undang.

4. Sistem Pemerintahan Pada Masa Orde Baru

Sistem pemerintahan dimasa Orde baru berdasarkan UUD 1945 sebelum amandemen adalah sistem pemerintahan quasi-presidentil (semi-presidensial) karena sistem yang diterapkan ciri presidentil nya lebih menonjol dengan mengandung ciri parlementer, yakni dengan adanya MPR yang berstatus sebagai lembaga tertinggi negara, tempat kemana presiden harus tunduk dan bertanggung jawab.27 dalam hal ini presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi di bawah

26Ibid.

(17)

MPR.28 presiden adalah mandataris majelis, presiden wajib menjalankan putusan – putusan majelis.29 Dengan pemerintah berdasarkan pada sisem konstitusional, maka kekuasaan pemerintah tidak tak terbatas artinya tidak

absolute.30Konstitusi yang berlaku pada Orde Baru adalah konstitusi yang

tetap berdasar pada dekrit presiden 5 Juli 1959 yang memberlakukan kembali konstitusi yang disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yang disebut Undang – Undang Dasar 1945.31 Konstitusi berdasar dektrit presiden 5 Juli 1959 ini berlangsung hingga 19 Oktober 1999 yakni setelah tumbangnya Orde baru dan mulai dilakukan perubahan pada konstitusi yang disebut Amandemen UUD 1945.32

Pada masa ini, lembaga kepresidenan tidak hanya diatur dalam pasal – pasal konstitusi, namun juga diatur dalam penjelasan konstitusi yakni melalui ketetapan MPR/MPRS.33 Antara lain adalah:

1. Ketetapan MPRS Nomor X/MPRS/1966 tentang Kedudukan Semua Lembaga – Lembaga Negara Tingkat Pusat dan Daerah pada Posisi dan Fungsi yang diatur dalam Undang – Undang Dasar 1945.

2. Ketetapan MPRS No. XV/ MPRS/ 1966 tentang Pemilihan/ Penunjukan Wakil Presiden dan Tata Cara Pengangkatan Pejabat Presiden.

3. Ketetapan MPR No II. MPR/1973 tentang Tata Cara Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

4. Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/ 1973 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-Kerja Lembaga Tertinggi Negara dan Hubungan Tata – Kerja Lembaga Tertinggi.

28 Kansil, C.S.T. OP.cit. Hlm 185. 29Ibid. Hlm 189.

30Ibid. Hlm 188.

31 “Masa Republik keempat adalah periode diberlakukannya kembali konstitusi yang disahkan PPKI pada 18 Agustus 1945 dengan sebutan UUD 1945” lihat, Maksudi, Beddy Iriawan. 2012. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Hlm 239

32Ibid. Hlm 242 33Ibid. Hlm 240

(18)

5. Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/1973 tentang Keadaan Presiden dan/atau Wakil Presiden Republik Indonesia Berhalangan.

6. Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-Kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau antar Lembaga – Lembaga Tinggi Negara.

7. Ketetapan MPR Nomor XIIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Selain itu, presiden sebagai mandataris MPR juga diberikewenangan dan kekuasaan penuh untuk melakukan tindakan apa pun guna menyelenggarakan pemerintahan,34 antara lain dengan:

1. Ketetapan MPR No. X/MPR/1973 tentang Pelimpahan Tugas dan Kewenangan Kepada Presiden/Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk Melaksanakan Pembangunan. 2. Ketetapan MPR No VIII/MPR/1978 tentang Pelimpahan Tugas

dan Kewenangan Kepada Presiden/Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam Rangka Pensuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional.

3. Ketetapan MPR No VII/MPR/1983 tentang Pelimpahan Tugas dan Kewenangan Kepada Presiden/Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam Rangka Pensuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional.

4. Ketetapan MPR No VI/MPR/1988 tentang Pelimpahan Tugas dan Kewenangan Kepada Presiden/Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam Rangka Pensuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional.

5. Ketetapan MPR No V/MPR/1998 tentang Pemberian Tugas dan Wewenang Khusus kepada Presiden/ Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dalam Rangka

(19)

Penyuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila.

Dengan landasan hukum tersebut lembaga kepresidenan, terutama Presiden, menjadi lembaga tinggi yang “Super Power”dibanding lembaga tinggi lainnya.35

Pada masa Orde Baru, Presiden Soehartodapat berkuasa selama 32 tahun karena dapat dipilih kembali lebih dari dua periode karena mendasarkan kepada UUD 1945 Pasal 7 (sebelum amandemen) yang berbunyi “Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali”.

5. Dwi Fungsi ABRI.

ABRI merupakan singkatan dari Agkatan Bersenjata Republik Indonesia. Pada seminar Hankam yang dipimpin oleh Kepala Staf Hankam Mayor Jendral,M.M Rachmat Kartakusuma yang berlangsung pada 12-21 November 1966, menghasilkan dokumen penting, yaitu Doktrin Pertahanan dan Keamanan Nasional dan Doktrin perdjuangan ABRI Tjatur Dharma Eka Karma. Yang mana isi Doktrin ini meliputi landasan aidiil, asas-asas, dan pedoman pelaksanaan. Dalam landasan aidiil disebutkan bahwa Pancasila galian Bung Karno menjiwai Revolusi Indonesia yang melahirkan kekuasaan pertahanan kemanan Nasional pada era Revolusi yang berkembang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Kepolisan Negara kemudian menjadi ABRI.36

Awalnya ABRI merupakan alat Negara dibidang Hankam dan kekuatan sosial Revolusi Indonesia dengan Pancasila sebagai doktrinnya. Hakikat ABRI merupakan salah satu kekuatan sosial Revolusi Indonesia sekaligus menjadi Angkatan Bersenjata Revolusi, yang memiliki fungsi sosial yang melaksanakan tugas serta fungsi kekaryaan di bidang politik, sosial, ekonomi, ilmu, dan teknologi, serta wawasan Nusantara untuk

35Ibid.

36 Adi, Sudirman. 2014. Sejarah lengkap Indonesia. Yogyakarta: DIVA press. Hlm 417

(20)

mencapai tujuan Nasionalisnya. Bagian asas-asas, berisikan dua bagian utama yang menjelaskan makna Pertahanan Keamanan Nasional tugas serta fungsi ABRI dalam menghadapi hakikat ancaman, sengketa, dan stateginya. Dijelaskan tentang Doktrin Kekaryaan, yaitu doktrin perjuangan ABRI, sebagai golongan karya (GOLKAR), penegak demokrasi yang berjiwa Orde Baru yang secara konstitusional tercantum di dalam UUD 1945, dilaksanakan melalui kekaryaan yaitu semua kegiatan dilakukan di luar bidang Hankam.37

Tahun 1975, lahir doktrin Kekaryaan, ABRI, sebagai doktrin pelaksanaan kegiatan-kegiatan kekaryaan ABRI. Dalam doktrin ini dinyatakan secara tegas istilah Dwifungsi ABRI.38 Istilah Dwifungsi ABRI baru dikenal pada masa Orde Baru, tetapi peran militer dalam politik telah diciptakan oleh Presiden Soekarno. Melalui konsepsi presiden pada Februari 1957, angkatan perang pada saat itu diposisikan sebagai salah satu golongan fungsional, bersama dengan golongan fungsional lainnya, bertujuan membangun kekuatan partai-partai politik. Sejak itu, ABRI mulai terlibat dalam aktivitas politik praktis. Pada hakikatnya partai-partai politik belum rela menerima kehadiran ABRI sebagai kekuatan politik baru. Namun, akhirnya pada tanggal 22 November 1969 partai-partai politik menyetujui 20% anggota badan Legislatif yang diangkat dari ABRI.39

Pada awal 1970 jumlah jabatan Menteri/pimpinan lembaga tertinggi berjumlah 50 %, dan duta eselon 150 %, jabatan gubernur 70 %, bupati 50 % dan duta besar 45 %. Pada tahun 1977, jabatan sipil yang di duduki oleh ABRI mencapai 53,5 %. Persetujuan partai-partai politik ini sebagai pembuka kunci pelaksanaan fungsi kedua ABRI dalam politik

37Ibid.

38 Poesponegoro, Marwati Djoned & Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah

Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka. Hlm 599.

(21)

praktis sebagai golongan karya pada badan legislatif. Fungsi kedua ABRI dalam badan legislatif berdasarkan konsep Dinamistator dan Stabilitator.40

Fungsi ABRI dalam konsep dinamistator adalah :

1. Kemampuan ABRI untuk berkomunikasi dengan rakyat, untuk merasakan dinamika masyarakat, dan untuk memahami serta kebutuhan-kebutuhan rakyat, memungkinkan ABRI untuk secara nyata membimbing, menggugah dan mendorong masyarakat untuk lebih giat melakukan partisipasi dalam pembangunan. Contohnya ABRI Masuk Desa (AMD), ABRI Masuk Desa ini membantu segala hal yang berkaitan dengan pembangunan desa dalam rangka mengabdi kepada masyarakat.

2. Kemampuan tersebut dapat mengarah dua jurusan. Disatu pihak hal tersebut merupakan potensi nyata ABRI untuk membantu masyarakamenegakkan asas-asas serta tata cara kehidupan bermasyarakat dan bernegara, termasuk juga rencana-rencana serta proyek-proyek pembangunan. Di lain pihak itu menyebabkan ABRI dapat berfungsi sebagai penyalur aspirasi-aspirasi dan pendapat-pendapat rakyat. 3. Untuk dapat lebih meningkatkan kesadaran Nasional dan

untuk dapat mensukseskan pembangunan, diperlukan suatu disiplin sosial dan disiplin Nasional yang mantap. Oleh karena disiplin ABRI bersumber dari Saptamarga dan Sumpah Prajurit, sehingga secara masyarakat, maka ABRI dapat berbuat banyak dalam rangka pembinaan serta peningkatan disiplin Nasional tersebut.

4. Sifat ABRI yang modern serta penguasaan ilmu dan teknologi serta peralatan yang maju, memberikan

40 Dwifungsi ABRI. Diakses melalui:

http://sejarah.kompasiana.com/2012/12/21/dwi-fungsi-abri-518674.html pada 26 Maret pukul 20:02 WIB

(22)

kemampuan kepada ABRI untuk juga memplopori usaha-usaha modernisasi.

Fungsi ABRI dalam konsep stabilitator adalah :

1. Kemampuan ABRI untuk berkomunikasi dengan rakyat, dinamika masyarakat dan untuk memahami aspirasi-aspirasi yang hidup dalam masyarakat, membuat ABRI menjadi salah satu jalur penting dalam rangka pengawasan sosial.

2. Kesadaran Nasional yang tinggi dimiliki oleh setiap Prajurit ABRI merupakan suatu penangkal yang efektif terhadap pengaruh sosial yang bersifat negatif dari budaya serta nilai-nilai asing yang kini membanjiri masyarakat Indonesia.

3. Sifat ABRI yang realistis dan fragmatis dapat mendorong masyarakat agar dalam menanggulangi masalah-masalah berlandaskan tata pilar yang nyata dan berpijak pada kenyataan situasi serta kondisi yang dihadapi, dengan mengutamakan nilai kemanfaatan bagi kepentingan NAsional. Kemudian rakyat akan dapat secara tepat waktu menentukan prioritas-prioritas permasalahan dan sasaran-sasaran yang diutamakan.

4. Dengan demikian akan dapat dinetralisasi atau dikurangi ketegangan, gejolak-gejolak dan keresahan-keresahan yang pasti akan melanda masyarakat yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dan karenanya mengalami perubahan sosial.

(23)

G30S/PKI, yang melahirkan Orde Baru. Boleh dikatakan, peran dinamistator telah menempatkan ABRI pada posisi yang terhormat dalam peraturan politik bangsa selama ini. Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto tepatnya pada tanggal 27 Maret 1980 di adakan rapat pimpinan ABRI di Pekanbaru. Yang mana Presiden Soeharto mengingatkan kembali kepada pimpinan ABRI tentang perlunya peningkatan upaya mewujudkan kemanunggalan ABRI dengan rakyat. Perjuangan ABRI dibutuhkan karena rakyat menginginkan kelanjutan dan kelancaran pembangunan. Dalam hal ini tugas kekaryaan di samping lingkungan eksekutif maupun legislatif, juga perlu dilanjutkan dengan pelaksanaan Operasi Bhakti. Tugas tersebut di khususkan bagi daerah-daerah yang memerlukan, tanpa mengurangi kemampuan ABRI dan membangun institusinya. Operasi Bhakti merupakan pengabdian ABRI kepada rakyat guna menangani bidang-bidang yang belum mampu dilaksanakan oleh rakyat, atau untuk membantu instansi lain yang belum mampu menanganinya.41

6. Pandangan Orde Baru Terhadap Pancasila.

Pada masa Orde Baru muncul sebuah gagasan dalam memaknai pancasila, yakni pada tanggal 12 April 1976 Presiden Soeharto mengemukakan gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila, yang terkenal dengan nama “Ekaprasatya Pancakarsa” atau Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila/ P4. Untuk mendukung pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen, maka sejak tahun 1978 pemerintah menyelenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat. Penataran P4 ini bertujuan membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila, sehingga dengan adanya pemahaman yang sama terhadap Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara.42

41Ibid.

42Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4). Orde Baru. Diakses dari:

http://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru pada 26 Maret 2015 pukul 21:12 WIB.

(24)

Sejak tahun 1985 pemerintah menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi. Semua bentuk organisasi tidak boleh menggunakan asasnya selain pancasila. Menolak Pancasila sebagai sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan prestasi tertinggi Orde Baru, dan oleh karenanya maka semua prestasi lainnya dikaitkan dengan nama Pancasila. Mulai dari sistem ekonomi Pancasila, pers Pancasila, hubungan industri Pancasila, demokrasi Pancasila, dan sebagainya. Pancasila dianggap memiliki kesakralan (kesaktian) yang tidak boleh diperdebatkan.43 Yang selanjutnya dengan Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.

Butir - Butir Pancasila / Eka Prasetia Panca Karsa44

A. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

B. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

43Ibid.

44 Suwarno, P.J. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta:

(25)

1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.

2. Saling mencintai sesama manusia. 3. Mengembangkan sikap tenggang rasa. 4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. 5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. 6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 7. Berani membela kebenaran dan keadilan.

8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain. C. Sila Persatuan Indonesia

1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. 3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.

4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.

5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

D. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan

1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. 2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.

5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.

(26)

6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa. 8. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta

nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

E. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.

2. Bersikap adil.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. 4. Menghormati hak-hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain. 6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain. 7. Tidak bersifat boros.

8. Tidak bergaya hidup mewah.

9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

10. Suka bekerja keras.

11. Menghargai hasil karya orang lain.

12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

7. Pelita (Pembangunan Lima Tahun) Orde Baru

Di awal kekuasaannya, Pemerintah Orde Baru mewarisi kemerosotan ekonomi yang ditinggalkan oleh pemerintahan sebelumnya. Kemerosotan ekonomi ini ditandai oleh rendahnya pendapatan perkapita

(27)

kemerosotan ini, pemerintah Orde Baru membuat program jangka pendek berdasarkan Tap. MPRS No. XXII/MPRS/1966 yang diarahkan kepada pengendalian inflasi dan usaha rehabilitasi sarana ekonomi, peningkatan kegiatan ekonomi, dan pencukupan kebutuhan sandang. Program jangka pendek ini diambil dengan pertimbangan apabila inflasi dapat dikendalikan dan stabilitas tercapai, kegiatan ekonomi akan pulih dan produksi akan meningkat. Mulai 1 April 1969, pemerintah menciptakan landasan untuk pembangunan yang disebut sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).45 Substansi daripada Rencani Pembangunan Lima Tahun adalah usaha pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian.46

1. Repelita 1 (1 April 1969 - 31 Maret 1974)

Repelita pertama yang mulai dilaksanakan tahun 1969 tersebut fokus pada rehabilitasi prasarana penting dan pengembangan iklim usaha dan investasi. Pembangunan sektor pertanian diberi prioritas untuk memenuhi kebutuhan pangan sebelum membangun sektor-sektor lain. Pembangunan antara lain dilaksanakan dengan membangun prasana pertanian seperti irigasi, perhubungan, teknologi pertanian, kebutuhan pembiayaan, dan kredit perbankan. Petani juga dibantu melalui penyediaan sarana penunjang utama seperti pupuk hingga

pemasaran hasil produksi.47 Karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian. Tujuan yang ingin dicapai adalah pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang diutamakan adalah cukup pangan, cukup sandang, perbaikan prasarana terutama untuk menunjang pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

45 Mustofa, SH. 2009. OP.cit. hlm 8

46 Kementrian PPN/Bappenas. Diakses melalui:

http://www.bappenas.go.id/data-dan-informasi-utama/dokumen-perencanaan-dan-pelaksanaan/dokumen-rencana-pembangunan-lima-tahun-repelita/. Pada 27 Maret pukul 20:00 WIB.

47Ibid.

(28)

Dasar hukum:

1. Pasal 4 ajat (1) Undang-undang Dasar 1945. 2. K e t e t a p a n MP R S No . X L I / M P R S / 1 9 6 8 .

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 183 tahun1968.

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Ten tang Rentjana Pembangunan Lima Tahun 1969 -1973.

2. Repelita II (1 April 1974 - 31 Maret 1979)

Melanjutkan repelita I, dalam Repelita II Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya adalah sector pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Selain itu dalam Repelita II juga memperhatikan pembangunan di pulau-pulau selain Jawa, Bali dan Madura, di antaranya melalui transmigrasi.

Dasar hukum :

1. Pasal 4 ajat (1) Undang-undang Dasar 1945. 2. K e t e t a p a n MP R S No . X L I / M P R S / 1 9 6 8 . 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 183

tahun1968.

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang Ren cana Pembangunan Lima Tahun 1969 – 1973.

3. Repelita III (1 April 1979 - 31 Maret 1984)

(29)

Dasar hukum :

1. Pasal 4 ayat (1) Undang - Undang Dasar 1945.

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/ MPR/1978.

3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor VIII/MPR/1978.

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59/M Tahun 1978.

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun Ketiga (1979/80 -- 1983/84). 4. Repelita IV (1 April 1984 - 31 Maret 1989)

Meningkatan dari repelita III, peningkatan usaha-usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian pendapatan yang lebih adil dan merata, memperluas kesempatan kerja. Priorotasnya untuk melanjutkan usaha memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri. Serta menciptakan lapangan kerja baru dan industri

Dasar hukum :

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/1983 tentang Garis - Garis Besar Haluan Negara.

3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor VII/MPR/1983 tentang Pelimpahan Tugas dan Wewenang Kepada Presiden/Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam rangka pensuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional.

4. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1979 tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun Ketiga (REPELITA III) 1979/80 -1983/84.

(30)

5. Keputusan Presiden Nomor 45/M Tahun 1983 ten-tang Pembentukan Kabinet Pembangunan IV.

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat (Repelita IV) 1984/85 -1988/89.

5. Repelita V (1 April 1989 - 31 Maret 1994)

Menekankan bidang transportasi, komunikasi dan pendidikan. Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi menurut repelita adalah mengacu pada sektor pertanian menuju swasembada pangan yang diikuti pertumbuhan industri bertahap. Menekankan bidang transportasi, komunikasi dan pendidikan.

Pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan tetap bertumpu pada Trilogi Pembangunan dengan menekankan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Ketiga unsur Trilogi Pembangunan tersebut saling mengait dan perlu dikembangkan secara selaras, terpadu, dan saling memperkuat. Tujuan dari Repelita V sesuai dengan GBHN tahun 1988 adalah pertama, meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil, kedua, meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pemangunan berikutnya.

Dasar hukum :

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima (RepelitaV) 1989/90 – 1993/94.

(31)

Kelima(Repelita V)1989/90 — 1993/94.

6. Repelita VI (tahun 1994 – tahun 1998)

Pada bidang ekonomi, yang merupakan penggerak utama pembangunan, seiring dengan kualitas sumber daya manusia dan didorong secara saling memperkuat, saling terkait dan terpadu dengan pembangunan bidang-bidang lainnya. peningkatan penertiban, penyempurnaan, dan pembinaan keseluruhan unsur aparatur negara dan pengawasan pembangunan baik aspek kelembagaan, aspek kepegawaian, maupun aspek ketatalaksanaannya.

Sasaran bidang ekonomi adalah terciptanya perekonomian yang mandiri dan andal sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan, berdasarkan demokrasi ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945 dengan peningkatan kemakmuran rakyat yang makin merata, pertumbuhan yang cukup tinggi, dan stabilitas nasional yang mantap, bercirikan industri yang kuat dan maju, pertanian yang tangguh, koperasi yang sehat dan kuat, serta perdagangan yang maju dengan sistem distribusi yang mantap, didorong oleh kemitraan usaha yang kukuh antara badan usaha koperasi, negara, dan swasta serta pendayagunaan sumber daya alam yang optimal yang kesemuanya didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maju, produktif, dan profesional, iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dan terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidupseirama, selaras, dan serasi dengan keberhasilan pembangunan bidang ekonomi dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan nasional.

Dasar hukum:

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/ 1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara.

3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IVIMPR/ 1993 tentang Pengangkatan Presiden Republik Indonesia.

(32)

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam (Repelita VI) 1994/95 -1998/99.

7. Repelita Ke VII

Adalah repelita lepas landas yang bertujuan membawa Indonesia menjadi negara maju, tetapi repelita ini tidak pernah terwujud karena Orde baru telah tumbang pada tahun 1998, sebelum sempat mewujudkan pelita ini.

Salah satu goal dari Pelita Orde Baru adalah Swasembada beras yakni mulai tahun 1968 hingga 1992, produksi hasil-hasil pertanian meningkat tajam. Pada tahun 1962, misalnya, produksi padi hanya mencapai 17.156 ribu ton. Jumlah ini berhasil ditingkatkan tiga kali lipat menjadi 47.293 ribu ton pada tahun 1992, yang berarti produksi beras per jiwa meningkat dari 95,9 kg menjadi 154,0 kg per jiwa. Prestasi ini merupakan sebuah prestasi besar mengingat Indonesia pernah menjadi salah satu negara pengimpor beras terbesar di dunia pada tahun 1970-an.48

Pemerintah juga berusaha mengiringi pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan kesejahteraan penduduk melalui program-program penyediaan kebutuhan pangan, peningkatan gizi, pemerataan pelayanan kesehatan, keluarga berencana, pendidikan dasar, penyediaan air bersih, dan pembangunan perumahan sederhana. Strategi ini dilaksanakan secara konsekuen di setiap pelita.Berkat usaha ini, pertumbuhan penduduk Indonesia berkurang dari angka 60% di tahun 1970-an ke angka 15% di tahun 1990-an. Pendapatan perkapita masyarakat juga naik dari yang hanya 70 dolar per tahun di tahun 1969, meningkat menjadi 600 dolar per tahun di tahun 1993.49

Pemerataan ekonomi juga diiringi dengan adanya peningkatan usia harapan hidup, dari yang tadinya 50 tahun di tahun 1970-an menjadi 61 tahun di 1992. Dalam kurun waktu yang sama, angka kematian bayi juga menurun dari 142 untuk setiap 1.000 kelahiran hidup menjadi 63 untuk setiap 1.000 kelahiran hidup. Jumlah penduduk juga berhasil dikendalikan melalui program Keluarga Berencana (KB).

(33)

Selama dasawarsa 1970-an, laju pertumbuhan penduduk mencapai 2,3% per tahun. Pada awal tahun 1990-an, angka tersebut dapat diturunkan menjadi 2,0% per tahun.50

Tetapi pada pertengahan 1997, Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga fondasi ekonomi yang telah dibangun selama 32 tahun runtuh.51 Yang berujung pada tumbangnya era Orde Baru pada tahun 1998 oleh people power yang dikenal dengan reformasi 1998.52 Orde Baru tumbang ketika Indonesia hampir lepas landas menjadi negara maju dengan Repelita ke VII. Hal itu menandai berakhirnya Orde Baru dan gagalnya Indonesia menjadi negara maju.

BAB III Penutup Simpulan

1. Orde baru adalah pemerintahan Indonesia yang berlangsung selama 32 tahun, yakni pada periode 1966 – 1998. Sejarah singkat berdirinya Orde Baru adalah di keluarkannya Supersemar yang memberikan kewenangan Pada Soeharto yang saat itu selaku Pangkopkamtib untuk mengembalikan stabilitas dan keamanan negara Pasca G30-S/PKI. Dengan dikeluarkannya Supersemar, perlahan – lahan kekuasaan Presiden Soekarno makin melemah dan hingga pada puncaknya dalam sidang Istimewa MPR pada 7

50Ibid.

51 Maksudi, Beddy Iriawan. Op.cit. hal 400 52Ibid. Hlm 242

(34)

Maret 1967, MPR menolak pidato pertanggung jawaban Presiden Soekarno dan diturunkannya Presiden Soekarno dari jabatan Presiden dan digantikan oleh Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Inilah tonggak berdirinya Orde Baru.

2. Pada masa Orde Baru sistem Perundang – Undangan di Indonesia mendasarkan kepada TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang hierarki perundang – undangan di Indonesia. dengan hierarki sebagai berikut: - UUD 1945

- Ketetapan MPR/MPRS

- Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti UU - Peraturan Pemerintah

- Keputusan Presiden

- Peraturan-peraturan Pelaksana lainnya, seperti: - Peraturan Menteri

- Instruksi Menteri

3. Struktur Ketatanegaraan pada masa Orde Baru diatur dalam UUD 1945 dengan MPR sebagai lembaga tertinggi negara, yang membawahi 5 lembaga tinggi lainnya yakni Presiden, DPA, DPR, BPK serta MA.

4. Sistem Pemerintahan di Indonesia adalah sistem semi Presidensial, dengan ciri presidensia nya lebih menonjol dengan mengandung ciri parlementer, yakni dengan adanya MPR/MRS sebagai lembaga tertinggi negara. Karena berdasarkan konstitusional maka kekuasaan pemerintahan tidak tak terbatas. Konstitusi yang dianut pada masa orde baru adalah konstitusi yang sama seperti konstitusi yang berlaku setelah dekrit 5 Juli 1959 yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945 yang disebut UUD 1945. Pada masa orde baru lembaga kepresidenan tidak hanya diatur dalam pasal – pasal konstitusi, namun juga diatur dalam penjelasan konstitusi yakni melalui ketetapan MPR/MPRS. Hal ini menyebabkan lembaga kepresidenan menjadi lembaga “super power” daripada lembaga – lembaga tinggi lainnya.

(35)

politik. Bahkan pada awal 1970 jumlah jabatan Menteri/pimpinan lembaga tertinggi berjumlah 50 %, dan duta eselon 150 %, jabatan gubernur 70 %, bupati 50 % dan duta besar 45 %. Pada tahun 1977, jabatan sipil yang di duduki oleh ABRI mencapai 53,5 %. Pelaksanaan fungsi kedua ABRI dalam politik praktis sebagai golongan karya pada badan legislatif. Fungsi kedua ABRI dalam badan legislatif berdasarkan konsep Dinamistator dan Stabilitator.

6. Pada masa Orde Baru pemerintah menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi. Semua bentuk organisasi tidak boleh menggunakan asasnya selain pancasila. Menolak Pancasila sebagai sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan prestasi tertinggi Orde Baru, dan oleh karenanya maka semua prestasi lainnya dikaitkan dengan nama Pancasila. Mulai dari sistem ekonomi Pancasila, pers Pancasila, hubungan industri Pancasila, demokrasi Pancasila, dan sebagainya. Pancasila dianggap memiliki kesakralan (kesaktian) yang tidak boleh diperdebatkan. Yang selanjutnya dengan Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.

7. Di awal kekuasaannya, Pemerintah Orde Baru mewarisi kemerosotan ekonomi yang ditinggalkan oleh pemerintahan sebelumnya. Kemerosotan ekonomi ini ditandai oleh rendahnya pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang hanya mencapai 70 dollar AS, tingginya inflasi yang mencapai 65%, serta hancurnya sarana-sarana ekonomi akibat konflik yang terjadi di akhir pemerintahan Soekarno. Untuk mengatasi kemerosotan ini, pemerintah Orde Baru membuat program jangka pendek berdasarkan Tap. MPRS No. XXII/MPRS/1966 yang diarahkan kepada pengendalian inflasi dan usaha rehabilitasi sarana ekonomi, peningkatan kegiatan ekonomi, dan pencukupan kebutuhan sandang. Program jangka pendek ini diambil dengan pertimbangan apabila inflasi dapat

(36)

dikendalikan dan stabilitas tercapai, kegiatan ekonomi akan pulih dan produksi akan meningkat. Mulai 1 April 1969, pemerintah menciptakan landasan untuk pembangunan yang disebut sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Substansi daripada Rencani Pembangunan Lima Tahun adalah usaha pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian. pada tahun 1968. Banyak goal yang dicapai dalam pelita, diantaranya Swasembada beras, peningkatan produksi pertanian, pemerataan kesejahteraan penduduk melalui program-program penyediaan kebutuhan pangan, peningkatan gizi, pemerataan pelayanan kesehatan, keluarga berencana, pendidikan dasar, penyediaan air bersih, dan pembangunan perumahan sederhana, hingga peningkatan harapan hidup. Tetapi krisis moneter 1998 menyebabkan Orde Baru tumbang oleh Reformasi 1998. Orde baru tumbang ketika hampir membawa Indonesia lepas landas menjadi negara maju dengan Pelita VII, Pelita yang tidak pernah terwujud.

Daftar Pustaka

UUD 1945 (Sebelum amandemen).

Adi, Sudirman. (2014). Sejarah lengkap Indonesia. Yogyakarta: DIVA press. Asshiddiqie, Jimly. (2009). Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta:

RajaGrafindo Persada.

Huda, Ni’matul & R. Nazriyah. (2011). Teori Pengujian Peraturan Perundang – Undangan. Bandung: Nusa Media.

Kansil, C.S.T. (1989), Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia.

Jakarta: PN Balai Pustaka.

(37)

Mustofa, S.H., Suryandari, Titik Mulyati. (2009). Sejarah: Untuk SMA/MA Kelas XII Program IPA. Jakarta: PT. Grahadi.

Poesponegoro, Marwati Djoned & Nugroho Notosusanto. (2008). Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka.

Suwarno, P.J. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Sumber Internet:

Saat-saat Jatuhnya Presiden Soekarno Perjalanan Terakhir Bung Besar. Diakses melalui: http://www.tempo.co.id/ang/min/02/05/utama7.htm, pada 26 Maret 2015 pukul 19:02 WIB.

Dwifungsi. Diakses melalui: http://id.wikipedia.org/wiki/Dwifungsi. Pada 26 Maret pukul 19:36 WIB

Dwifungsi ABRI. Diakses melalui:

http://sejarah.kompasiana.com/2012/12/21/dwi-fungsi-abri-518674.html Pada 26 Maret pukul 20:02 WIB

Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4). Orde Baru. Diakses dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru pada 26 Maret 2015 pukul 21:12 WIB.

Kementrian PPN/Bappenas. Diakses melalui: http://www.bappenas.go.id/data- dan-informasi-utama/dokumen-perencanaan-dan-pelaksanaan/dokumen-rencana-pembangunan-lima-tahun repelita/. Pada 27 Maret pukul 20:00 WIB.

Lampiran – Lampiran

(38)

Supersemar versi Angkatan Darat. Yang saat ini dipublikasikan (kiri) & supesemar versi lain (kanan).

Referensi

Dokumen terkait

Peta topografi dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, serta dapat digunakan sebagai peta dasar (base map) dalam pembuatan peta tematik, seperti peta arkeologi dan peta turis

Dari analisis multivariat regresi linier ganda menunjukkan hasil perhitungan Adjusted R Square 0,853 mengandung arti variabel-variabel status ekonomi, kecemasan dan

Peking atau Republik Rakyat Tiongkok di balik skenario kudeta PKI. Fragmen keenam yang menyiratkan Soeharto menjadi bagian dari skenario G30S adalah ketika ia dikatakan

belum mendapatkan hasil yang maksimal dalam mengidentifikasi dan menentukan letak atau area dari tumor otak, dan juga penelitian yang berjudul segmentasi tumor otak

Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang sebab manusia itu sendiri yang

Rangkaian adalah merujuk pada kumpulan dan jaringan, oleh itu hasil kajian ini dapat menunjukkan bahawa pelajar yang menjadi ahli kepada kumpulan dan jaringan

Bisa kelompok tersebut dibilang sindikat penipuan, koran ia beli diwarung nanti ia serahkan ke narasumber mengaku bahwa yang mengetik berita tersebut temanya atau familinya

Functional Requirements for Bibliographic Records atau FRBR adalah hasil dari suatu studi yang bertujuan mengidentifikasi data bibliografi terpenting