• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

N/A
N/A
Yunita Fitriani

Academic year: 2024

Membagikan " MAKALAH PENYAKIT MENULAR SEKSUAL"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ohhMAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

SEMESTER GANJIL 2023-202 DISUSUN OLEH:

Chrissie D.H Silalahi 23090270043 Diana Nur Aulia 23090270076

Edi Sofyan 23090270044

Hilma Firdaus 23090270079

Muhammad Cahyadi 23090270070

Rina Afriyani 23090270078

Sinta Jahro Aprilia 23090270055 Yunita Fitriani 23090270087

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Sebagai satu persyaratan kelulusan mata kuliah Keperawatan Kesehatan Reproduksi

“MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL” di program S1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jakarta, November 2023 Kelompok V

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Tujuan...1

BAB II TINJAUAN TEORI...3

A. Pengertian Penyakit Menular Seksual...3

B. Faktor risiko Penyakit Menular Seksual...3

C. Manifestasi Klinis Penyakit Menular Seksual...4

D. Pathway...5

E. Upaya pencegahan dan penanggulangan...5

F. Komplikasi...5

G. Jenis-jenis Penyakit Menular...6

1. Penyakit Sifilis...6

2. Penyakit Gonore...10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...17

A. Pengkajian...17

B. Diagnosis Keperawatan...20

C. Intervensi Keperawatan...21

D. Implementasi...25

E. Evaluasi...25

BAB III PENUTUP...26

A. Kesimpulan...26

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual Margiyati, M., & Marmi, M. (2015). Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhoeae, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan hepatitis B. Dalam semua masyarakat, Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit yang paling sering dari semua infeksi. Arjani, I. A. (2015).

Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda laki- laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di negara berkembang. Dewasa dan remaja (15- 24 tahun) merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara seksual, tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari semua kasus IMS baru yang didapat. Kasus- kasus IMS yang terdeteksi hanya menggambarkan 50%- 80% dari semua kasus IMS yang ada di Amerika. Ini mencerminkan keterbatasan “screening” dan rendahnya pemberitaan akan IMS. (Kusnsan, A.

(2016).

Dari data dan fakta di atas, jelas bahwa infeksi menular seksual telah menjadi problem tersendiri bagi pemerintah. Tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja dan dewasa muda, terutama wanita, merupakan bukti bahwa masih rendahnya pengetahuan remaja akan infeksi menular seksual. Wanita dalam hal ini sering menjadi korban dari infeksi menular seksual. Hal ini mungkin disebabkan masih kurangnya penyuluhan- penyuluhan yang diakukan oleh pemerintah dan badan-badan kesehatan lainnya.

Tidak adanya mata pelajaran yang secara khusus mengajarkan dan memberikan informasi bagi murid sekolah menengah atas, terutama siswi, juga menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja. (Surinati, I. D. A. K.,

& Hartati, N. N. (2016).

B. Tujuan

(5)

Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat memperoleh pengetahuan tentang penyakit – penyakit yang berhubungan dengan penyakit menular seksual.

b. Tujuan Khusus

Melalui pendekatan proses keperawatan maternitas diharapkan penulis mampu:

a. Mengetahui definisi Penyakit Menular Seksual b. Mengetahui jenis-jenis Penyakit Menular Seksual.

c. Mengetahui penatalaksanaan Penyakit Menular Seksual

d. Mengetahui Asuhan Keperawatan dengan Penyakit Menular Seksual

(6)

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual adalah infeksi yang timbul atau ditularkan melalui hubungan seksual, baik melalui vagina, mulut, atau anus dan terutama disebabkan oleh bakteri, virus atau protozoa. PMS adalah salah ssatu penyakit paling umum yang menyebabkan kematian dan morbilitas di seluruh dunia (Simbolon & Budiarti, 2020)

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Penyakit menular seksual akan lebih beresiko apabila melakukan hubungan seksual dengan berganti – ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal (Saenong, R. H., & Sari, L.

P. 2021).

Kasus PMS cukup banyak terjadi di kalangan remaja. Berbagai jenis PMS sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang dan mempengaruhi kondisi kesehatan reproduksi karena pada umumnya penyakit PMS berkaitan langsung dengan sistem reproduksi manusia. Penyakit menular seksual atau yang sering dikenal dengan infeksi menular seksual adalah infeksi yang biasanya ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman. Penyebarannya pun dapat melalui darah, sperma, atau cairan tubuh lainnya.

B. Faktor risiko Penyakit Menular Seksual

Penyakit ini memiliki berbagi penyebab. Namun kemungkinan terinfeksi meningkat jika seseorang melakukan hal-hal berikut (Widyantoro, 2020):

1. Berhubungan seks secara tidak aman; risiko terkena penyakit ini dapat meningkat jika pasangan yang terinfeksi melakukan hubungan seksual tanpa pengaman.

2. Jika seseorang terlibat dalam hubungan intim dengan sejumlah besar pasangan, risiko terkena penyakit ini tidak hanya berlaku bagi orang tersebut, namun juga bagi pasangannya.

3. Memiliki Riwayat penyakit seksual sebelumnya juga dapat meningkatkan kemungkinan terkena penyakit ini. Memiliki riiwayat penyakit seksual akan membuat masuk dan bertahannya lebih mudah bagi penyakit seksual lainnya.

(7)

4. Seseorang yang mengalami pemaksaan dalam melakukan aktivitas seksual, seperti korban penyerangan atau pemerkosaan, sangat penting untuk segera mengunjungi dokter guna mendapatkan scrining, perawatan, dan dukungan emosional.

5. Mengunakan alcohol dan narkoba secara tidak terkontrol dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terlibat dalam perilaku berisiko.

6. Obat suntik; berbagi jarum suntik memiliki potesi untuk menyebarkan infeksi serius sepeti HIV, hepatitis B dan C.

7. penggunaan pakaian dalam atau handuk Bersama-sama atau handuk yang telah dipakai oleh penderita PMS

C. Manifestasi Klinis Penyakit Menular Seksual

Semua jenis penyakit memiliki ciri unik, tetapi Sebagian besar memiliki gejala yang sama atau umum, disebut gejala umum. Baik pria maupun Wanita mengalami gejala umum yang berbeda-beda (Silawati, 2022).

1. Laki-laki

a. Sensasi yang tidak nyaman saat buang air kecil atau berhubungan intim

b. Timbulnya benjolan atau ruam di sekitar area genital, anus, pantat, paha atau mulut.

c. Infeksi menular seksual pada pria dapat menyebabkan perdarahan atau keluarnya cairan dari penis.

d. Terjadi pembengkakan pada testikel yang disertai dengan rasa sakit e. Rasa nyeri pada perut bagian bawah.

2. Perempuan

a. Mengalami ketidaknyaman nyari saat berhubungan intim atau buang air kecil b. Mengalami rasa gatal yang parah pada vagina

c. Mengalami keluar cairan yang tidak biasa dari vagina. Cairan tersebut berbeda dengan keputihan yang biasanya bening atau putih kekuningan. Cairan tersebut mungkin memiliki bau yang tidak sedap atau bahkan mengandung darah, dan keluar di luar periode menstruasi.

d. Mengalami rasa sakit,ruam, dan benjolan yang muncul di sekitar area genital, paha, pantat, anus dan mungkin juga daerah mulut.

(8)

D. Pathway

E. Upaya pencegahan dan penanggulangan

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah PMS adalah

• Melakukan vaksinasi, terutama vaksin HPV dan hepatitis B.

• Tidak menggunakan NAPZA (Narkotik, Psikotropik, dan Zat adiktif lainnya).

• Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin terutama kesehatan yang berkaitan dengan organ reproduksi, tidak menggunakan jarum suntik secara Bersama- sama

• Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.

• Edukasi yang berkesinambungan menjadi salah satu upaya yang efektif dalam mencegah penyebaran penyakit menular seksual (PMS) terutama pada remaja

F. Komplikasi

(9)

1) Infertilitas dan gangguan kehamilan: beberapa PMS, seperti klamidia dan gonore pada wanita, dapat menyebabkan infeksi pada saluran reproduksi yang dapat menyebabkan infertilitas atau kesulitan untuk hamil, termasuk peningkatan risiko keguguran, infeksi Rahim, persalinan premature, dan penularan infeksi pada bayi selama persalinan.

2) Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi pada organ reproduksi wanita yang meliputi Rahim, indung telur, saluran tuba. Infeksi tersebut dapat disebabkan oleh PMS seperti klamida atau gonore yang tidak diobati. PID dapat menyebabkan nyerii pangggul, kemandulan, dan risiko kehamilan ektopik yang mengancam nyawa.

3) Kanker; terutama infeksi human papilloma virus HPV dapat menyebabkan kanker pada organ reproduksi. HPV dapat menyebabkan kanker servik, vagina, vulva, penis, anus dan tengggorokan.

4) penyakit menular seksual lainnya; seperti HIV yang dapat menurunkan fungsi kekebalan tubuh, menyebabkan rentan terhadap infeksi lainnya dan kerusakan system kekebalan tubuh.

G. Jenis-jenis Penyakit Menular 1. Penyakit Sifilis

a. Definisi penyakit sifilis

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh.

Penyakit sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakiti ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, saraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya. Sehingga menyebabkan kelainan bawaan pada bayi tersebut. Sifilis sering disebut sebagai “Lues Raja Singa”. (Arjani, I. A. (2015).

b. Distribusi frekuensi

(10)

Data yang dilansir Departemen Kesehatan menunjukkan penderita sifilis mencapai 5.000 – 10.000 kasus per tahun. Sementar di Cina, laporan menunjukkan jumlah kasus yang diaporkan naik dari 0,2 per 10.000 jiwa pada tahun 1993 menjadi 5,7 kasus per 100.000 jiwa pada tahun 2005. di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar 36.000 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkirakan lebih tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki.

Penyakit menular sexual (PMS) didunia kesehatan sekarang sudah banyak dibahas dan menjadi percakapan. Hali ini dikarenakan semakin bertambahnya penderita PMS. Baik menimpa secara langsung maupun tidak langsung.

c. Etiologi

Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan Spirochaeta dan genus treponema yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum akan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi mengunakan darah segar (Efrida, E., & Elvinawaty, E. (2014).

d. Manifestasi klinis

Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi.

Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian. Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual, lelah, demam dan anemia.

Sedangkan pada fase laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang infeksius kembali

(11)

muncul. Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan; sebelum perkembangan tes serologikal.

e. Mekanisme Penyakit (RAP) a. Tahap 1

9-90 hari setelah terinfeksi. Timbul: luka kecil, bundar dan tidak sakit chancre- tepatnya pada kulit yang terpapar/kontak langsung dengan penderita.

Chancre tempat masuknya penyakit hampir selalu muncul di dalam dan sekitar genetalia, anus bahkan mulut. Pada kasus yang tidak diobati (sampai 1 tahun berakhir), setelah beberapa minggu, chancre akan menghilang tapi bakteri tetap berada di tubuh penderita.

b. Tahap 2

1-2 bulan kemudian, muncul gejala lain: sakit tenggorokan, sakit pada bagian dalam mulut, nyeri otot, demam, lesu, rambut rontok dan terdapat bintil.

Beberapa bulan kemudian akan menghilang. Sejumlah orang tidak mengalami gejala lanjutan.

c. Tahap 3

Dikenal sebagai tahap akhir sifilis. Pada fase ini chancre telah menimbulkan kerusakan fatal dalam tubuh penderita. Dalam stase ini akan muncul gejala:

kebutaan, tuli, borok pada kulit, penyakit jantung, kerusakan hati, lumpuh dan gila.

f. Mekanisme penularan penyakit

Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus). Luka terjadi terutama pada alat kelamin eksternal, vagina, anus, atau di dubur. Luka juga dapat terjadi di bibir dan dalam mulut, Wanita hamil dengan penyakit ini dapat terbawa ke bayi. Spirochaeta penyebab sifilis dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui hubungan genito-genital

(12)

(kelamin-kelamin) maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya selama masa kehamilan.

Harus terjadi kontak langsung dengan kulit orang yang telah terinfeksi disertai dengan lesi infeksi sehingga bakteri bisa masuk ke tubuh manusia. Pada saat melakukan hubungan seksual (misal) bakteri memasuki vagina melalui sepalut lendir dalam vagina, anus atau mulut melalui lubang kecil. Sifilis sangan infeksius pada tahap 1 dan 2. selain juga dapat disebarkan per-plasenta.

g. Pathway

h. Upaya pencegahan dan penanggulangan

Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat di cegah dengan cara melakukan hubungan seksual secara aman misalkan menggunakan kondom.

(13)

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar tidak tertular penyakit sifilis. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain :

a. Tidak berganti-ganti pasangan.

b. Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan pempratikkan

‘protective sex’.

c. Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah yang sudah terinfeksi.

2. Penyakit Gonore

a. Definisi penyakit gonore

Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva).

Gonore (GO) adalah penyakit Menular Seksual yang paling sering terjdi dan paling mudah terjadi. Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan secara langsung dari seseorang ke orang lain melalui kontak seks. Namun penyakit gonore ini dapat juga ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang dekat. Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan untuk obat bius.

b. Distribusi frekuensi

Infeksi gonore ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga ditularkan kepada janin pada saat proses kelahiran berlangsung. Walaupun semua golongan rentan terinfeksi penyakit ini, tetapi insidens tertingginya berkisar pada usia 15-35 tahun. Di antara populasi wanita pada tahun 2000, insidens tertinggi terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6 per 100.000) sebaliknya pada laki-laki insidens rata-rata tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun (589,7 per 100.000). Epidemiologi N. gonorrhoeae berbeda pada tiap – tiap negara berkembang.

Di Swedia, insiden gonore dilaporkan sebanyak 487/100.000 orang yang menderita pada tahun 1970. Pada tahun 1987 dilaporkan sebanyak 31/100.000 orang yang menderita, pada tahun 1994 dilaporkan penderita gonore semakin berkurang yaitu hanya sekitar 31/100.000 orang yang menderita. Di Amerika Serikat, insiden

(14)

dari kasus gonore mengalami penurunan. Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru setiap tahunnya.

c. Etiologi

Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva).

Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi.

d. Manifestasi klinis

Gejala dari penyakit ini tebagi atas dua yaitu gejala yang terdapat pada laki – laki dan perempuan, dimana gejala tersebut adalah sebagai berikut:

a. Gejala pada pria

1) Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi.

2) Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis.

3) Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas.

Lubang penis tampak merah dan membengkak.Pada wanita, gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi.

b. Gejala pada wanita

(15)

1) Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit ini hanya setelah mitra seksualnya tertular.

2) Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam.

3) Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan rektum; menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

4) Nanah yang keluar bisa berasal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar lubang vagina.

5) Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus (lubang dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya.

6) Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.

7) Pada pemeriksaan dengan anaskop akan tampak lendir dan cairan di dinding rektum penderita.

8) Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore bias menyebabakn gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal).

9) Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan.

10) Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis gonore).

11) Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses persalinan, sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah.

12) Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali hanya 1 mata yang terkena.

13) Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan.

(16)

e. Cara penularan penyakit

Orang yang terkena gonore umumnya tertular pertama kali dengan orang yang terinfeksi saat melakukan hubungan seksual melalui vagina, oral, anus.

Sedangkan kontak non seksual terjafi pada ibu hamil yang terkena gonore kemudian menularkan pada anaknua saat prose persalinan.

Bakteri ini masuk melalui lapisam dalam uretra (saluran kemih), leher rahim, rektum (jalur usus besar ke anus) dan tenggorokkan atau bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi.

f. Manifestasi klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah, dimana ditemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium.

Jika diduga terjadi infeksi tenggorokan atau rektum, diambil contoh dari daerah ini dan dibuat biakan.

(17)

g. Pathway

h. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan

Satu-satunya cara untuk mencegah penyakit gonore ini adalah menghindari gaya hidup aseks bebas dan selalu setia kepada pasangan. Dengan melakukan seks bebas, kita bisa dengan mudah tertutar penyakit gonore ini. Oleh karena itu , untuk memutus rantai penyakit gonore ini, kita tidak berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seksual. Karena kita tidak pernah tahu seseorang tersebut menderita penyakit gonore maupun penyakit menular seksual yang lainnya.

3. Penyakit HIV

(18)

1. Definisi HIV

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficieny Virus yaitu virus yang melemahkan system kekebalan tubuh. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Sydrom yang berarti kumpulan gejala penyakit akibat dari kekebalan tubuh yang sifatnya diperoleh (bukan bawaan).

2. Etiologi

Penyebab AIDS telah diketahui secara pasti dan jelas disebabkan oleh HIV.

Namun, asal usul HIV sendiri masih belum diketahui secara pasti. HIV mampu mengkode enzim khusus yang memungkinkan DNA di transkripsi dari RNA.Sehingga HIV dapat menggandakan gen mereka sendiri, sebagai DNA dalam sel inang seperti limfosit helper CD4. DNA virus bergabung dengan gen limfosit dan hal ini adalah dasar dari infeksi kronis HIV. Penggabungan HIV pada sel inang merupakan rintangan untuk pengembangan antivirus terhadap HIV. Bervariasinya gen HIV dan kegagalan manusia untuk mengeluarkan antibodi terhadap virus menyebabkan sulitnya pengembangan vaksinasi yang efektif terhadap HIV.

3. Manifestasi klinis

Penderita yang terinfeksi HIV dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu:

a. Penderita asimtomatik tanpa gejala yang terjadi pada masa inkubasi yang berlangsung antara 7 bulan sampai 7 tahun lamanya

b. Persistent generalized lymphadenophaty (PGL) dengan gejala limfadenopati Umum

c. AIDS Related Complex (ARC) dengan gejala lelah, demam, dan gangguan sistem imun atau kekebalan

d. Full Blown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala klinis yang berat berupa diare kronis, pneumonitis interstisial, hepatomegali, splenomegali, dan kandidiasis oral yang disebabkan oleh infeksi oportunistik dan neoplasia misalnya sarcoma kaposi. Penderita akhirnya meninggal dunia akibat komplikasi penyakit infeksi sekunder

(19)

4. Pencegahan dan Penatalaksanaan HIV

Program pencegahan penularan dan penyebaran HIV lebih dipusatkan pada pendidikan masyarakat mengenai cara-cara penularan HIV. Dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari HIV/AIDS adalah sebagai berikut:

a. Membiasakan diri dengan perilaku seks yang sehat

Sebagian besar penularan HIV terjadi melalui hubungan seksual. Oleh karena itu, membiasakan diri dengan perilaku seks yang sehat dapat menjauhkan diri dari penularan HIV.

b. Menggunakan jarum suntik dan alat-alat medis yang steril

Para tenaga medis hendaknya memperhatikan alat-alat kesehatan yang mereka gunakan. Jarum suntik yang digunakan harus terjamin sterilitasnya dan sebaiknya hanya sekali pakai.

c. Menjauhi segala bentuk penggunaan narkoba

Para pangguna narkoba sangat rentan tertular HIV, terutama pengguna narkoba suntik. Fakta menunjukkan bahwa penyebaran HIV di kalangan pengguna narkoba suntik tiga sampai lima kali lebih cepat dibanding perilaku resiko lainnya.

d. Tidak terima transfusi darah dari orang yang mengidap hiv

Pemeriksaan medis yang ketat pada setiap transfusi darah dapat mencegah penularan HIV. Sebelum transfusi darah berlangsung, para ahli kesehatan sebaiknya melakukan tes HIV untuk memastikan bahwa darah yang akan didonorkan bebas dari HIV.

e. Menganjurkan wanita pengidap hiv untuk tidak hamil

Wanita hamil pengidap HIV dapat menularkan virus kepada janin yang dikandungnya. Jika ingin hamil, sebaiknya mereka selalu berkonsultasi.

5. Pathway

(20)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan bagi penderita penyakit AIDS merupakan tantangan yang besar bagi

(21)

Disamping itu, penyakit ini akan dipersulit oleh komplikasi masalah emosional, sosial dan etika.

Rencana keperawatan bagi penderita AIDS harus disusun secara individual untuk memenuhi kebutuhan masing-masing pasien (Burnner & Suddarth, 2013).

I. Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV AIDS A. Pengkajian

1. Identitas klien

Meliputi: nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR

2. Keluhan utama

Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui keluhan utama sesak nafas. Keluhan utama lainnya ditemui pada pasien HIV AIDS yaitu, demam yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus, penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida Albicans, pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh, munculnya Harpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien HIV AIDS adalah:

pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyeri dada dan demam, pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan drastis.

4. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya riwayat penggunaan narkotika suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan penderita HIV/AIDS, terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita penyakit HIV/AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang terinfeksi HIV.

(22)

Pengkajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja di tempat hiburan malam, bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial).

6. Pola aktivitas sehari-hari (ADL)

a) Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat

Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan menglami perubahan atau gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi tubuh yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat.

b) Pola Nutrisi

Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami penurunan BB yang cukup drastis dalam waktu singkat (terkadang lebih dari 10% BB).

c) Pola Eliminasi

Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus berdarah.

d) Pola Istirahat dan tidur

Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur mengalami gangguan karena adanya gejala seperi demam dan keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga didukung oleh perasaan cemas dan depresi pasien terhadap penyakitnya.

e) Pola aktivitas dan latihan

Biasanya pada pasien HIV/AIDS aktivitas dan latihan mengalami perubahan.

Ada beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka yang menarik diri dari lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi terkait penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.

f) Pola presepsi dan konsep diri

Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah, cemas, depresi, dan stres.

g) Pola sensori kognitif

(23)

Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan pengecapan, dan gangguan penglihatan. Pasien juga biasanya mengalami penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan dalam respon verbal. Gangguan kognitif lain yang terganggu yaitu bisa mengalami halusinasi.

h) Pola hubungan peran

Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa malu atau harga diri rendah.

i) Pola penanggulangan stres

Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas, gelisah dan depresi karena penyakit yang dideritanya. Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit, yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruksif dan adaptif.

j) Pola reproduksi seksual

Pada pasaaien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya terganggu karena penyebab utama penularan penyakit adalah melalui hubungan seksual.

k) Pola tata nilai dan kepercayaan

Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awal nya akan berubah, karena mereka menggap hal menimpa mereka sebagai balasan akan perbuatan mereka.

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai dan kepercayaan pasien dalam kehidupan pasien, dan agama merupakan hal penting dalam hidup pasien.

7. Pemeriksaan fisik

a) Gambaran Umum: ditemukan pasien tampak lemah.

b) Kesadaran pasien: Composmentis koperatif, sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran, apatis, samnolen, stupor bahkan coma.

c) Vital sign:

TD: Biasanya ditemukan dalam batas normal

Nadi: Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat

Pernafasan: Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan meningkat

(24)

Suhu: Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat karena demam.

d) BB: Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB) TB: Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap)

e) Kepala: Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis seboreika

f) Mata: Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik, pupil isokor, reflek pupil terganggu,

g) Hidung: Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung.

h) Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak putih seperti krim yang menunjukkan kandidiasi.

i) Leher: kaku kuduk (penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur Cryptococcus neoformans), biasanya ada pembesaran kelenjer getah bening.

j) Jantung: Biasanya tidak ditemukan kelainan

k) Paru-paru : Biasanya terdapat nyeri dada, terdapat retraksi dinding dada pada pasien AIDS yang disertai dengan TB, Napas pendek (cusmaul), sesak nafas (dipsnea).

l) Abdomen: Biasanya terdengar bising usus yang Hiperaktif

m) Kulit: Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda lesi (lesi sarkoma kaposi).

n) Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral dingin B. Diagnosis Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penyakit paru obstruksi kronis

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan neorologis, ansietas, nyeri, keletihan

3. Diare berhubungan dengan infeksi

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif 5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

6. volume cairan aktif, kehilangan berlebihan melalui diare, berat badan ekstrem, faktor yang mempengaruhi kebutuhan status cairan: hipermetabolik, (Nanda Internasional, 2014).

(25)

C. Intervensi Keperawatan

(26)
(27)
(28)
(29)

D. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.

Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.

Tindakan mandiri merupakan aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain.

E. Evaluasi

Tujuannya adalah untuk mengetahui perawatan yang diberikan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif adalah hasil dari umpan balik selama proses keperawatan berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah proses keperawatan selesai dilaksanakan dan memperoleh informasi efektifitas pengambilan keputusan.

II. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gonore A. Pengkajian

a) Identitas

Nama, Umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.

b) Keluhan Utama

Biasanya nyeri saat kencing c) Riwayat Penyakit Sekarang

Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri dan kapan keluhan dirasakan.

d) Riwayat Penyakit Dulu

Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya, (sinovitis, atritis)

e) Riwayat Kesehatan Keluarga

(30)

Tanyakan apakah dikeluarga klien ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.

f) Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

 Pola persepsi dan manajemen kesehatan

Biasanya pasien tidak menyadari bahwa ia telah menderita penyakit gonorhea. Dia akan menyadari setelah penyakit tersebut telah parah.

 Pola nutrisi dan metabolik

Biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu, namun apabila infeksi terjadi pada tenggrokan maka pasien akan merasakan nyeri pada tenggorokannya sehingga ia akan sulit makan.

 Pola eliminasi

Penderita akan mengalami gejala seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih dan keluar cairan pada alat kelamin. Kaji frekwensi, warna dan bau urin.

 Pola latihan /aktivitas

Tanyakan bagaiman pola aktivitas klien. Biasanya aktivitas klien tidak begitu terganggu.

 Pola istirahat tidur

Tanyakan bagaimana pola tidur klien, apakah klien merasa terganggu dengan nyeri yang dirasakannya.

 Pola persepsi kognitif

Biasanya pola ini tidak terganggu, namun apabila terjadi infeksi pada mata pasien maka kita harus mengkaji peradangan pada konjunctiva pasien.

 Pola persepsi diri

Tanyakan kepada klien bagaimana ia memandang penyakit yang dideritanya.

Apakah klien bisa menerima dengan baik kondisi yang ia alami saat ini. Tanyakan apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi perubahan pada diri pasien. Biasanya klien merasa cemas dan takut terhadap penyakitnya.

 Pola Koping dan toleransi stress

Kaji bagaimana pola koping klien, bagaimana tingkat stres klien, apakah stres yang dialami mengganggu pola lain seperti pola tidur, pola makan dan lain-lain.

(31)

tindakan tersebut efektif untuk mengatasi masalah tersebut atau tidak. Apakah ada orang lain tempat berbagi dan apakah orang tersebut ada sampai sekarang.

Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress

 Pola peran hubungan

Bagaimana peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Apakah hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat. Apakah klien mampu bergaul dengan masyarakat dengan baik. Tanyakan tentang sistem pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll. Biasanya klien merasa kesepian dan takut tidak diterima dalam lingkungannya.

 Pola reproduksi seksual

Perawat perlu mengkaji bagaimana pola reproduksi seksual klien. Berapa jumlah anak klien. Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya.

 Pola keyakinan

Tanyakan apa keyakinan atau agama klien, bagaimana aktivitas ibadah klien, apakah klien taat beibadah. Tanyakan apakah ada pengaruh agama dalam kehidupan.

B. Diagnose Keperawatan & Intervensi Keperawatan DIAGNOSA

NANDA

KRITERIA HASIL NOC

INTERVENSI

KEPERAWATAN (NIC) 1. Nyeri b.d

reaksi Infeksi

 Kontrol Nyeri

Defenisi: Seseorang dapat mengontrol nyeri Indikator:

- Mengenali factor kausal

- Mengenali gejala sakit - Pengendalian Nyeri - Menggunakan buku

harian rasa sakit

• Manajemen nyeri

Defenisi: Pengurangan rasa nyeri serta penungkatan kenyamanan yang bisa diterima oleh pasien.

Aktivitas:

- Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas,

(32)

Level Nyeri Indikator:

- Melaporkan Nyeri - Persen tubuh yang

terkena

- Frekwensi nyeri - Kehilangan nafsu

makan

- Perubahan Pola pernapasan

- Perubahan pompa jantung

intensitas dan penyebab - Pastikan pasien mendapat

perawatan dengan analgestik

- Gunakan komunikasi

terapeutik agar pasien dapat menyatakan pengalaman nyeri nya serta dukungan dalam merespon nyeri

- Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari- hari (tidur, nafsu makan, aktifitas, kesadaran, mood, hubungan social, performance kerja dan melakukan tanggung jawab sehari-hari

- Membantu pasien dan keluarga untuk memberi dukungan

- Gunakan langkah-langkah pengendalian nyeri sebelum nyerio menjadi parah

- Pastikan bahwa pasien

mendapat perawatan

analgestik yang tepat

PCA yang dikendalikan Defenisi: Fasilitas pengawasan administrasi analgestik dan regulasi pasien

Aktivitas:

- Kolaborasi dengan dokter,

(33)

dalam pemilihan jenis narkotika untuk digunakan - Hindari penggunaan Demerol - Pastikan bahwa pasien tidak

alergi terhadap analgestik yang sudah diatur

- Ajar pasien dan keluarga untuk memantau intensitas nyeri, kualitas, dan durasi - Ajari pasien dan keluarga

untuk memantau rata-rata respirasi dan tekanan darah - Ajari pasien dan keluarga efek

samping dari pengurangan nyeri

- Dokumentasikan nyeri pasien, jumlah dan frekwensi dari dosis obat dan respon terhadap pengobatan nyeri

2. Inkontinensia urin bd proses inflamasi

 Pembatasan urin Definisi: kontrol eliminasi urine

Indikator:

 Mengenali tanda untuk eliminasi

 Meramalkan pola jalan urin

 Pengosongan kandung kemih dengan komplet

 Mampu untuk

 Pengaturan eliminasi urin Aktivitas:

 Monitor eliminasi urin, termasuk frequensi, konsistensi, bau, volume, dan warna jika diperlukan

 Monitor tanda dan symptom retensi urin

 Catat waktu terakhir BAK

 Instruksikan pasien/

keluarga untuk mencatat pengeluaran urin

(34)

mulai dan berhenti buang air kecil

 Eliminasi urin Indikator:

 Pola eliminasi dalam batas yang diharapkan

 Jumlah urine

 Urin bebas dari partikel

 Urin keluar tanpa sakit

 Urin keluar tanpa ragu

 Batasi cairan jika diperlukan

 Bantu pasien untuk ke toilet dengan teratur

 Catat waktu pengosongan setelah prosedur

Perawatan retensi urin Aktivitas:

 Sediakan privasi untuk eliminasi

 Gunakan kekuatan sugesti untuk mengeluarkan air

 Stimulasi reflek kandung

kemih dengan

mendinginkan perut.

 Sediakan cukup waktu

untuk pengosongan

kandung kemih

 Masukan kateter jika diperlukan

 Instruksikan pasien untuk mencatat output urin

 Monitor intake dan output

 Monitor tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi

 Bantu pasien untuk ke toilet dengan teratur

3. Cemas  Control cemas Penurunan kecemasan

(35)

ketidaknyamanan atau ketakutan disertai oleh respon otonom (sumber seringkali spesifik atau tidak diketahui

individu), sebuah perasaan ketakutan yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini adalah sinyal peringatan yang

memperingatkan bahaya yang akan datang dari yang memungkinkan individu untuk mengambil

tindakan untuk mengatasi

ancaman Batasan karakteristik:

Perilaku :

 Gelisah

 Resah

 Produktivitas berkurang

 Scanning dan

- monitor intensitas kecemasann

- menyingkiran tanda kecemasan

- menggunakan teknik relaksasi untuk mehilangkan kecemasan

- melaporkan tidak adanya gangguan persepsi sensori

 Koping Indikator :

- melibatkan anggota keluarga dalam pembuatan

keputusan - menunjukkan

strategi penurunan stress

- menggunakan dukungan sosial

 tenangkan klien

 jelaskan prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yg mungkin muncul pada saat melakukan tindakan

 berusaha memahami

keadaan klien

 kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik

 sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan

 bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yg menciptakan cemas.

 Instruksikan pasien untuk

menggunakan teknik

relaksasi

 Peningkatan koping:

Aktivitas :

 Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit

 Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan

 Sediakan informasi actual

tentang diagnose,

penanganan, dan prognosis

 Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini

 Tentukan kemampuan klien

(36)

kewaspadaan

 Berhubungan dengan

keturunan/hered itas

untuk mengambil keputusan

 Instruksikan pasien untuk

menggunakan teknik

relaksasi

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup/perubahan peran

III. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sifilis A. Pengkajian

1. Anamnesa a) Identitas Pasien

Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien, alamat pasien, umur pasien biasnya kejadian ini mencakup semua usia antara anak-anak sampai dewasa, tanggal masuk ruma sakit penting untuk di kaji untuk melihat perkembangan dari pengobatan, penanggung jawab pasien agar pengobatan dapat di lakukan dengan persetujuan dari pihak pasien dan petugas kesehatan.

b) Keluhan Utama

(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian). Apakah ada gejala:

keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam. Apakah nyeri saat BAK, apakah ada pembengkakan kelenjar lipat paha, nyeri perut bagian bawah (nyeri berkepanjangan, hanya saat haid, hanya saat hubungan seksual), apakah ada daging atau kutil pada alat kelamin, gangguan menstruasi, kapan terjadi haid terakhir (sedang haid sekarang atau sedang hamil)

(37)

(adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak).

Apakah ada anggota keluarga yang juga pernah terkena penyakit tumor mata, tumor lain, atau penyakit degeneratif lainnya

d) Riwayat penyakit dahulu

(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien). Apakah klien ada riwayat terkena penyakit menular seksual.

Faktor resiko (pasien sendiri bukan pasangannya) lebih dari satu pasangan seksual dalam satu bulan terakhir, hubungan seksual dengan pekerja seks dalam 1 bulan terakhir, mengalami 1 atau lebih episode PMS dalam 1 tahun terakhir, pekerjaan suami beresiko tinggi.

2. Pemeriksaan Fisik a) Sistem integument

Kulit: biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula.

b) Kepala dan Leher

 Kepala: Biasanya terdapat nyeri kepala

 Mata: Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata (keratitis inter stisial).

 Hidung: Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada hidung dan palatum.

 Telinga: Pada sifilis kengenital dapat menyebabkan ketulian.

 Mulut: Pada sifilis kongenital, gigi Hutchinson (incisivus I atas kanan dan kiri bentuknya seperti obeng).

 Leher: Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher.

c) Sistem Pernafasan: kelelahan terus menerus, kaku kuduk, malaise. Tanda (kelemahan, perubahan tanda-tanda vital)

d) Sistem kardiovaskuler: Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis dan penyakit jantung reumatik sebelumnya.

e) Sistem penceranaan: Biasanya terjadi anorexia pada stadium II.

f) Sistem musculoskeletal: Pada neurosifilis terjadi athaxia.

g) Sistem Neurologis: Biasanya terjadi parathesia.

(38)

h) Sistem perkemihan: penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing, kencing keluat nanah. Tanda: kencing bercampur nanah, nyeri pada saat kencing.

i) Sistem Reproduksi: Biasanya terjadi impotensi.

3. Pengkajian 11 Fungsional Gordon

a) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan

 Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien?

 Kaji apakah klien merokok atau minum alkohol?

 Apakah klien mengetahui tanda dan gejala penyakitnya?

b) Pola nutrisi metabolik

 Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan setelah sakit?

 Apakah ada perubahan pola makan klien?

 Kaji apa makanan kesukaan klien?

 Kaji riwayat alergi makanan maupun obat-obatan tertentu.

 Biasanya klien mengalami gejala: anoreksia, nausea

 Tanda: vomiting c) Pola eliminasi

 Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien apakah mengalami gangguan?

 Kaji apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya?

 Apakah klien merasakan nyeri saat BAK dan BAB?

 Apakah penyakit ini mengganggu kenyamanan saat BAK dan BAB?

 Biasanya klien mengalami gejala: penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing, kencing keluar Nanah.

 Tanda: kencing bercampur nanah,nyeri pada saat kencing.

d) Pola aktivas latihan

 Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari sebelum menghadapi pembedahan, apakah klien dapat melakukannya sendiri atau malah dibantu keluarga?

(39)

 Biasanya klien mengalami gejala: kelelahan terus- menerus, kaku kuduk, malaise.

 Tanda: kelemahan, perubahan tanda- tanda vital (tekanan darah kadang- kadang naik)

e) Pola istirahat tidur

 Kaji perubahan pola tidur klien, berapa lama klien tidur dalam sehari?

 Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, seperti nyeri?

f) Pola kognitif persepsi

 Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan pada panca indra?

 Bagaimana kemampuan berkomunikasi, memahami serta berinteraksi klien terhadap orang lain?

g) Pola persepsi diri dan konsep diri

 Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya apakah klien merasa rendah diri ?

 Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena penyakit yang dideritanya?

 Apakah klien merasa kurang percaya diri karena penyakitnya?

h) Pola peran hubungan

 Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit dan bagaimana hubungan sosial klien dengan masyarakat sekitarnya?

 Biasanya klien akan kurang percaya diri bergaul dengan masyarakat i) Pola reproduksi dan seksualitas

 Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan?

 Apakah ada perubahan kepuasan pada seksualitas klien

 Kaji pasien, apakah saat berhubungan memakai alat pelindung?

 Apakah klien mengganti-ganti pasangannya?

 Biasanya pada pemeriksaan alat kelamin bagian luar ditemukan:

(40)

 Ulkus genital: sakit bila disentuh, tepi luka jelas atau tepi mengantong Pembengkakan Kelenjar Inguinal: sakit bila disentuh, bekas luka kelenjar lipat paha

 Kutil Genital: vulva vagina, anus.

 Keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam, ada daging atau kutil pada alat kelamin

j) Pola koping dan toleransi stress

 Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah?

 Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres?

 Biasanya klien akan mengalami stres dan depresi karena penyakitnya, takut tidak diterima dalam masyarakat.

k) Pola nilai dan kepercayaan

 Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya?

 Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?

 Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi pembedahan?

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan sekunder.

2. Hipertermi b.d respon sistemik ulkus mole

3. Gangguan integritas jaringan kulit b.d adanya ulkus pada genitalia.

4. Resiko tinggi infeksi b.d ulkus merah pada penis dan anus serta demam subfebris 5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan resiko penyebaran infeksi dan infeksi

berulang.

C. Rencana Keperawatan

(41)

No Dx

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi Rasional

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 8 jam diharapkan nyeri berkurang/hilang, dengan kriteria hasil : Pasien tidak mengeluh nyeri

Skala nyeri 0-1 (0-4) Pasien tidak gelisah

Kaji tanda-tanda vital;

(TD, N, RR)

Kaji keluhan, lokasi, intensitas, frekuensi dan waktu terjadinya nyeri (PQRST)

Lakukan dan awasi latihan rentang gerak aktif dan pasif

Dorong ekspresi, perasaan tentang nyeri

Ajarkan teknik

relaksasi, distraksi, massage,

6. Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan

Tanda-tanda vital dapat menunjukkan tingkat perkembangan pasien mengindikasikan

kebutuhan untuk

intervensi dan tanda-tanda perkembangan atau resolusi komplikasi Mengalihkan perhatian terhadap nyeri

Pernyataan memungkingkan

pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan mekanisme koping

Memfokuskan kembali perhatian rasa control yang dapat menurunkan ketergantungan

farmakologis

6. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi

lainnya telah

menunjukkan keefektifan

(42)

pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasive

dalam mengurai nyeri.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 12 jam, diharapkan suhu tubuh rentang normal, dengan kriteria hasil : 1.Suhu tubuh normal (36-37 C)

2.Kulit tidak panas, tidak kemerahan.

3.Turgor kulit elastic

4.Mukosa bibir

lembab

Pantau suhu pasien (derajat dan pola)

Berikan kompres hangat Anjurkan pasien untuk banyak minum 1500- 2000 cc/hari.

Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat

Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena dan antipretik

Suhu 38,9-41 derajat C menunjukkan proses infeksius

Membantu mengurangi demam

Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi

Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh 5. Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Antipiretik untuk menurunkan panas tubuh pasien.

Setlah dilakukan asuhan keperawatan 1- 2 minggu, diharapkan integritas kulit

membaik secara

Kaji kerusakan kulit yang terjadi pada klien

Menjadi data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan luka, alkat apa yang akan dipakai dan jenis larutan

(43)

kriteria hasi :

Pertumbuhan jaringan meningkat

Keadaan luka

membaik Luka menutup 4. Mencapai

penyembuhan luka tepat waktu

Catat ukuran atau warna, kedalam luka dan kondisi sekitar luka.

Lakukan perawatan luka dengan Teknik steril

Bersihkan area perianal dengan membersihkan feses menggunakan air.

Tingkatkan asupan nutrisi

Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara mandi sehari 2 kali

8. Kolaborasi dalam

Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi

Perawtan luka dengan teknik steril dapat Mengurangi kontaminasi kuman langsung ke area luka.

Mencegah meserasi dan menjaga perianal tetap kering

Diet TKTP diperlukan untuk meningkatkan asupan dari kebutuhan pertumbuhan jaringan Menjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi

8. Mencegah atau mengontrol infeksi

(44)

pemberian obat antibiotika topical Setelah dilakukan

asuhan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan infeksi berkurang atau hilang teratasi, dengan kriteria hasil :

Tidak ada tanda-tanda infeksi

Tidak ada drainase purulent

3. Suhu tubuh normal

Kaji TTV terutama suhu.

Kaji adanya tanda-tanda infeksi

Observasi daerah kulit

yang mengalami

kerusakan,cacat

karekteristik drainase dan adanya inflamasi.

Berikan perawatan dengan teknik antiseptic dan aseptic, pertahankan cuci tangan yang efektif.

5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic.

Suhu meningkat

menunjukan terjadinya infeksi

Untuk mengetahui

terjadinya infeksi sehingga dapat di tangani

Deteksi dini

pengembangan infeksi memungkinkan

melakukan tindakan pencegahan komplikasi.

Cuci tangan merupakan cara pertama untuk menghindari infeksi nosocomial

5. Dapat mencegah penyebaran/melindungi ps dari proses infeksi lain.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selam 1x24 jam/menit, diharapkan

terpenuhinya

pengetahuan pasien tentang kondisi

Beritahukan

pasien/orang terdekat mengenai dosis, aturan, dan efek pengobatan, pembatasan aaktivitas seksual yang dapat dilakukan.

Informasi dibutuhkan untuk meningkatkan perawatan diri, untuk menambah kejelasan efektivitas pengobatan dan mencegah penularan.

Pasien harus sangat

(45)

kriteria hasil : Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi,

tindakan yang

dibutuhkan dengan kemungkinan

penularan.

Mengenal perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk mencegah terjadinya penularan

Jelaskan tentang cara menurunkan penularan dari penyakit sifilis

menghindari kontak seksual sementara sampai ulkus sudah kering karena mereka sangat menular dan menyebabkan wabah masyarakat.

Sifilis adalah penyakit menular. Pada beberapa fasilitas perawatan kesehatan harus dapat meyakinkan bahwa semua pasien yang didiagnosis

dilaporkan pada

depertemen lokal atau Negara untuk meyakinkan adanya tindak lanjut.

Departemen kesehatan masyarakat bertangung

jawab untuk

mewawancarai pasien untuk menentukan kontak seksual, maka kontak seksual dapat di catat dan

dapat dilakukan

penyaringan. Lesi sifilis primer dan sekunder sangat menular. Sarung tangan digunakan saat

melakukan kontak

langsung dengan lesi dan tangan harus dicuci

(46)

Jelaskan tentang pentingnya pengobatan

setelah sarung tangan dilepas. Isolasi pada ruangan khsusus tidak diperlukan.

Pemberian antibiotic dirumah dibutuhkan untuk mengurangi invasi bakteri pada kulit.

Menigkatkan sistem imun dan pertahanan terhadap infeksi.

Dengan mengetahui kondisi ini, maka perlu diperhatikan tindakan higenis rutin seperti pemakaian alat pribadi.

6. Keterbatasan

aktivitas dapat

menganggu kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

(47)

Meningkatkan cara hidup sehat seperti intake makanan yang baik, keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, serta monitor status kesehatan dan adanya infeksi.

Beritahu pasien bahwa mereka dapat menulari orang lain.

6. Identifikasi sumber- sumber pendungkung yang memungkinkan untuk mempertahankan perawatan dirumah yang dibutuhkan.

IV.

(48)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan :

1. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS.

2. Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.

3. Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva).

4. Program pencegahan penularan dan penyebaran HIV lebih dipusatkan pada pendidikan masyarakat mengenai cara-cara penularan HIV.

5. Sifilis dapat di cegah dengan cara melakukan hubungan seksual secara aman misalkan menggunakan kondom.

6. Satu-satunya cara untuk mencegah penyakit gonore ini adalah menghindari gaya hidup seks bebas dan selalu setia kepada pasangan.

7. Berbagai upaya pencegahan bertujuan untuk: 1) Menurunkan hingga meniadakan infeksi penyakit mrnular seksual baru 2) Menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh penyakit menular seksual 3) Menurunkan stigma diskriminasi terhadap penyakit mrnular seksual 4) Meningkatkan kualitas hidup.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Desta Ayu, Cahya rosyida (2019). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Surabaya; Pustaka Baru Press.

Efrida, E., & Elvinawaty, E. (2014). Imunopatogenesis Treponema pallidum dan Pemeriksaan Serologi. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3).

Arjani, I. A. (2015). Identifikasi Agen Penyebab Infeksi Menular Seksual. Jurnal Skala Husada, 12(1), 15-21.

Rohaeni, E. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Beresiko Remaja Terhadap Penyakit Menular Seksual. Bidan Prada, 11(2).

Saenong, R. H., & Sari, L. P. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Terhadap Infeksi Menular Seksual pada Mahasiswa Pendidikan Dokter. Muhammadiyah Journal of Midwifery, 1(2), 51-56.

Sridana, M. E., & Indrayani, A. W. (2012). Karakteristik Pasien Infeksi Menular Seksual (IMS) Pada Puskesmas Ii Denpasar Selatan Periode Januari–Juni Tahun 2012. E-Jurnal Medika Udayana, 3, 12.

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) Dan Perilaku Kesehatan Dengan Timbulnya Infeksi Menular Seksual Pada Komunitas Gay Gessang Surakarta.

Tema komik ini adalah Infeksi Menular Seksual. Komik ini akan menceritakan tentang asal usul dan sebab akibat dari Infeksi Menular Seksual melalui pendekatan simbolisasi karena

Kasus penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) terus mengalami peningkatan, fenomena peningkatan dan penyebaran kasus infeksi menular seksual yang terjadi pada

IMS (infeksi menular seksual) adalah merupakan satu infeksi saluran reproduksi (ISR) yang cara penularan utamanya adalah melalui hubungan kelamin tetapi dapat juga

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Wanita Pekerja Seks Komersial dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) di Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Tahun

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spectrum penyakit yang berkisar

Penyakit menular seksual kencing nanah _ Pengobatan kencing nanah yang paling tepat untuk anda pilih dalam melakukan pengobatan untuk penyakit

Kutil kelamin atau kutil genital adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus yang dikenal sebagai human papillomavirus (HPV). Kutil kelamin adalah kutil yang