• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sistem Peradilan

N/A
N/A
Wahidah Rahma

Academic year: 2024

Membagikan "Makalah Sistem Peradilan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Sistem Peradilan

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Sistem Hukum Indonesia

Dosen Pengampu:

Aziwarti, S.H., M.Hum.

Tugas 9

Disusun oleh kelompok 12

Alya Zahara 2010812037

Bilqis Zehira Ramadhanti Ishak 2010812039 A. Fernandos 2010812043

Wahidah Rahmah 2010812049

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS

2021

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karunia serta kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Sistem Peradilan ini dengan sebaik mungkin. Selawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Aziwarti, S.H., M.Hum. selaku dosen mata kuliah Sistem Hukum Indonesia. Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis usahakan. Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Padang, 5 Maret 2021

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... i

BAB I PENDAHULUAN... 4

1.1 Latar Belakang... 4

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Makalah... 4

1.4 Manfaat Makalah... 4

BAB II PEMBAHASAN... 5

2.1 Pengertian Sistem Peradilan... 5

2.2 Unsur Sistem Peradilan Indonesia ...5

2.3Asas-Asas Sistem Peradilan... 6

2.4 Pembagian Lingkungan Peeradilan di Indonesia...7

BAB III PENUTUP... 10

3.1 Kesimpulan... 10

3.2 Saran... 10

DAFTAR ISI ... 11

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara hukum. Pernyataan ini sesuai dengan pasal di UUD 1945 Pasal 1 ayat 3. Oleh karena itu diperlukan lembaga serta sistem peradilan yang berguna untuk menegakkan hukum di Indonesia. Yang bertujuan agar terjaminnya keadilan dan berlangsungnya kehidupan yang aman dan damai di Indonesia. Serta banyaknya bidang kehidupan di Indonesia membuat banyak juga pembagian sistem peradilan di Indonesia untuk mempermudah dalam menegakkan keadilan. Maka dari itu, kita sebagai rakyat Indonesia harus mengetahui dan peka terhadap sistem peradilan di Indonesia, tidak hanya sebagai warga negara yang baik, tetapi juga untuk menambah wawasan kita menegenai sistem peradilan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan sistem peradilan?

1.3 Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem peradilan.

1.4 Manfaat Makalah

Manfaat teoretis dari makalah ini adalah untuk membahas sistem

peradilan. Serta manfaat praktis dari pembuatan makalah ini adalah

untuk menambah pengetahuan mengenai sistem peradilan.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Peradilan

Arti sistem menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:

1. Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.

2. Susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya.

3. Metode.

Sedang arti peradilan adalah suatu proses yang dijalankan di pengadilan yang berhubungan dengan tugas memeriksa, mengadili dan memutus perkara. Jadi sistem peradilan Indonesia ialah perangkat peradilan Indonesia yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Bisa juga dikatakan sistem peradilan Indonesia ialah susunan peradilan Indonesia yang teratur dari pandangan, teori, asas dan sebagainya.

Sistem Peradilan Indonesia menganut sistem peradilan Belanda, yang menganut sistem peradilan Eropa Kontinental walaupun sudah ada modifikasi. Begitu juga hukum Indonesia masih mengadopsi hukum Belanda yang mendasarkan pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP-Pidana) dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP Perdata).

Untuk mewujudkan negara hukum, maka Indonesia memiliki lembaga-lembaga peradilan. Lembaga-lembaga peradilan berfungsi memberi keadilan bagi setiap pencari keadilan.

Lembaga peradilan merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia untuk memutus perkara pidana dan perdata dalam rangka penegakan hukum.

Lembaga peradilan sejatinya dibentuk untuk menjamin, melindungi dan memastikan kebebasan dan hak-hak asasi yang dimiliki oleh setiap rakyat Indonesia ditegakkan.

Selain itu, untuk mencegah tindakan sewenang-wenang dalam menjalankan proses hukum. Dalam menjalankan tugas, lembaga peradilan menganut asas jujur, bebas dan tidak memihak sesuai UU No. 8 Tahun 1981.

2.2 Unsur Sistem Peradilan Indonesia

Dalam sistem peradilan di indonesia. Beberapa unsur pihak yang terlibat di dalam di antaranya:

1. Penyidik adalah pejabat polisi negara RI atau pejabat PNS tertentu yg diberikan wewenang khusus oleh Undang Undang untuk melaksanakan penyidikan (Pasal

(6)

1 angka 1 KUHAP). Selain penyidik sebagai pihak yang yang terkait dalam sistem peradilan di Indonesia, dalam hukum ada yang disebut penyidikan, penyelidik, penyelidikan. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yg diatur dalam Undang Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yg dgn bukti itu membuat terang tetang tindak pidana yg terjadi dan guna menemukan tersangkanya (pasal 1 angka 2 KUHAP). Penyelidik adalah pejabat polisi negara RI yg diberi wewenang oleh UU untuk melakukan penyelidikan (pasal 1 angka 4 KUHAP). Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untu mencari dan menemukan suatu peristiwa yg diduga sebagai tindak pidana guna menetukan dpt atau tdknya dilakukan penyidikan menurut cara yg diatur dlm UU ( pasal 1 angka 5 KUHAP)

2. Penuntut umum, (jaksa) 3. hakim,

4. penasihat hukum,

5. Pencari keadilan (Pengacara)

2.3 Asas-Asas Sistem Peradilan

Adapun asas yang harus digunakan dalam sistem peradilan di negara Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Asas asas dalam Praktik Peradilan Perdata.

Asas-asas hukum yang sering dijumpai adalah sebagai berikut :

a. Asas “ Ius Curia Novit” “setiap hakim dianggap tahu akan hukumnya”, sehingga tidak ada alasan bagi hakim untuk menolak suatu perkara yang diajutkan kepadanya dengan daalil bahwa hakimnya tidak tahu hukumnya atau hukumnya belum ada.

b. Asas peradilan cepat,(efisien) singkat (efektif) dan biaya ringan (tidak memberatkan) Asas ini mulai diatur dalam ketentuan pokok kekuasaaan hakim.

c. Asas Audi Et Alterram Partem “mendengar kedua belah pihak yang berpekara”. Dalam asas ini menitik beratkan pada pengertian bahwa hakim diwajibkan untuk tidak memutus perkara sebelum mendengar kedua belah pihak terlebih dahulu.

d. Asas Unus Testis Nullus Testis “satu saksi bukanlah saksi”

e. Asas tidak ada keharusan untuk mewakilkan kepada pengacara. Tidak mengatur secara tegas bahwa untuk perkara di pengadilan harus diwakilkan kepada seorang pengacara.

(7)

f. Asas Nemo Judex Indeneus in Propria Causa. Asas ini mengajarkan bahwa tidak seorang pun yang dapat menjadi hakim dalam perkara sendiri. Dalam hukum acara perdata, asas ini menekankan pada obyektifitas pada pemeriksaan perkara. Tentunya asas ini ditunjukkan kepada hakim bahwa seorang hakim karena jabatannya harus mengundurkaan diri dari kedudukannya dalam memeriksa suatu perkara yang diajukan kepadanya bilamana ia mempunyai kepentingan langsung terhadap tersebut atau mempunyai hubungan keluarga yang dekat dengan salah satu pihak yang berperkara.

g. Asas Lex Rae Sitae Bahwa suatu gugatan diajukan di tempat nama obyek gugatan itu berada dan bukan di tempat tinggal penggugat.

2.4 Pembagian Lingkungan Peradilan di Indonesia 1. Pengadilan sipil

Pengadilan sipil meliputi peradilan umum dan peradilan khusus a. Lingkungan Peradilan Umum

Peradilan umum merupakan tempat bagi rakyat untuk mendapatkan keadilan atau kekuasaan kehakiman. Nah, pelaksanaan peradilan umum telah diatur dalam UU No.2 tahun 1986 (Lembaran Negara No. 20 tahun 1986) dimana dibawahnya terdapat tiga peradilan yaitu pengadilan negeri, pengadilan tinggi dan mahkamah agung (mahkamah agung merupakan pengadilan tertinggi).

a) Pengadilan negeri (PN)

Pengadilan negeri merupakan pengadilan tingkat pertama yang memeriksa kasus- kasus dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat baik terkait hukum perdata atau pidana. Pengadilan negeri ini berlaku bagi warga nega Indonedia dan warga negara asing. Selain itu berkaca pada kasus-kasus yang ada, pengadilan negeri ini juga dapat memberikan masukan atau nasehat kepada instansi pemerintah tentang hukum.

Pengadilan negeri secara umum dipimpin oleh satu hakim ketua dan dua hakim anggota. Selain itu juga dibantu oleh seorang panitera. Nah, untuk perkara yang hukumannya kurang dari satu tahun, maka persidangan hanya akan dipimpin oleh satu hakim saja misalnya sidang pelanggaran lalu lintas. Pengadilan negeri ini berkedudukan di ibu kota daerah kabupaten atau kota.

(8)

b) Pengadilan tinggi (PT)

Pengadilan tinggi merupakan pengadilan tingkat dua atau pengadilan banding yaitu pengadilan yang akan memeriksa kembali kasus-kasus yang telah diputuskan oleh pengadilan negeri. Adapun pengadilan tinggi berkedudukan di ibu kota provinsi.

Nah, pengadilan tinggi ini memiliki beberapa tugas antara lain memimpin pengadilan negeri, mengawasi kinerja hakim serta mengawasi jalannya peradilan yang berada di daerah hukumnya, mengadili perkara pidana dan perdata di tingkat banding dan dapat memberikan nasehat serta pertimbangan hukum kepada instansi pemerintahan di daerahnya apabila diminta.

c) Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah Agung merupakan pengadilan umum tertinggi di Indonesia

2. Peradilan khusus

Peradilan khusus merupakan peradilan yang mengurus permasalahan- permasalahan khusus misalnya pengadilan agama, pengadilan tata usaha negara, peradilan hak asasi manusia dan peradilan tipikor.

a. Lingkungan Peradilan Agama, meliputi hukum keluarga seperti perkawinan, perceraian, dan lain-lain. Undang-Undang yang mengatur mengenai Pengadilan Agama yakni UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, yang bertugas dan berwenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkaraperkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf dan shadaqoh, dimana keseluruhan bidang tersebut dilakukan berdasarkan hukum Islam.

b. Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, meliputi sengketa antar warga Negara dan pejabat tata usaha Negara. Undang-Undang yang mengatur mengenai Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yakni UU Nomor 5 Tahun 1986 yang telah diamandemen dengan UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Pengadilan ini berwenang menyelesaikan sengketa antar warga Negara dan Pejabat Tata Usaha Negara. Objek yang disengketakan dalam Peradilan Tata Usaha Negara yaitu keputusan tata usaha Negara yang dikeluarkan oleh pejabat tata usaha Negara. Dan dalam Peradilan Tata Usaha Negara ini terdapat 2 (dua) macam upaya hukum4, antara lain yakni Upaya Administrasi, yang terdiri dari banding administrasi dan keberatan, serta Gugatan.

(9)

c. Peradilan Tipikor (Tindak Pidana Korupsi)

Pengadilan tipikor merupakan pengadilan yang mengurusi permasalahan terkait pidana korupsi di Indonesia yang diatur dalam Pasal 53 UU No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi a(KPK) dan ditetapkan dalam Keputusan Presiden No. 59 tahun 2004.

3. Pengadilan Militer

Lingkungan Peradilan Militer, hanya meliputi kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh militer. Undang-Undang yang mengatur mengenai Pengadilan Militer yakni UU Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer. Pengadilan ini berwenang mengadili kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh militer.

Adapun terhadap Pengadilan Khusus di Indonesia, telah terdapat 6 (enam) Pengadilan Khusus yang masing-masing memiliki kewenangannya sendiri sebagaimana dijelaskan berikut di bawah ini, antara lain :

1. Pengadilan Niaga, dibentuk dan didirikan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 97 Tahun 1999. Kewenangan Pengadilan Niaga antara lain adalah untuk mengadili perkara Kepailitan, Hak atas Kekayaan Intelektual, serta sengketa perniagaan lainnya yang ditentukan oleh Undang-Undang.

2. Pengadilan HAM, dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000. Kewenang Pengadilan HAM adalah untuk mengadili pelanggaran HAM berat, sebagaimana yang pernah terjadi atas kasus pelanggaran hak asasi berat di Timor-Timur dan Tanjung Priok pada Tahun 1984. Pelanggaran hak asasi tersebut tengah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 2001 atas pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang saat ini diubah melalui Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2001.

3. Pengadilan Anak, dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997, yang mana merupakan implementasi dari Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi, bahwa setiap anak berhak atas perlindungan, baik terhadap eksploitasi, perlakuan kejam dan perlakuan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana. Dan Yurisdiksi Peradilan Anak dalam hal perkara pidana adalah mereka yang telah berusia 8 tetapi belum mencapai 18 Tahun.

(10)

4. Pengadilan Pajak, dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002, dan memiliki yurisdiksi menyelesaikan sengketa di bidang pajak.

Sengketa pajak sendiri merupakan sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk didalamnya gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-Undang penagihan pajak dengan surat paksa.

5. Pengadilan Perikanan, dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-Undang 31 Tahun 2004. Peradilan ini berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus tindak pidana di bidang perikanan, dan berada di lingkungan Peradilan Umum dan memiliki daerah hukum sesuai dengan daerah hukum pengadilan negeri yang bersangkutan.

6. Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi, dibentuk dan didirikan berdasarkan amanat Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pengadilan ini memiliki yurisdiksi untuk menangani perkara korupsi dan berkedudukan di jakarta.

Selain itu dalam sistem peadilan ada dua tingkatan peradilan berdsarkan cara pengambilan keputusan yaitu judex facti dan judex juris Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi judex facti ayng berwewenang memeriksa fakta hukum dan dan bukti perkara. Mahkamah Agung adalah judex juris, hanya memeriksa penerapan hukum dari suatu perkara, dan tidak memeriksa fakta dari perkaranya.

BAB III

(11)

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas makalah sistem peradilan, dapat kita ketahui bahwa sistem peradilann adalah suatu proses yang dijalankan di pengadilan yang berhubungan dengan tugas memeriksa, mengadili dan memutus perkara.

Serta, sistem peradilan Indonesia ialah perangkat peradilan Indonesia yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Bisa juga dikatakan sistem peradilan Indonesia ialah susunan peradilan Indonesia yang teratur dari pandangan, teori, asas dan sebagainya.

3.2 Saran

Dengan membaca makalah ini, penulis berharap dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca mengenai sistem peradilan yang ada dan menghindari diri terhadap pemahaman yang salah dari ksistem peradilan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

(12)

Adi Sulistiyono, S. H. (2018). Sistem Peradilan Di Indonesia Dalam Teori Dan Praktik.

Prenada Media.

Mertokusumo, S. (1997). Sistem Peradilan di Indonesia. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 6(9), 1-8.

Referensi

Dokumen terkait

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Instrumentasi III Disusun Oleh:. Kelompok 4 Ayu

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling Islam dengan judul Layanan Konseling Perorangan.. Dosen Pengampu: Rahmad, M.Pd Disusun Oleh: Kelompok VI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Dosen Pengampu

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. SEMESTER GENAP

LAPORAN DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH SISTEM INFORMASI. DISUSUN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Indonesia

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perancangan Sistem Transportasi Cerdas yang berjudul Advance Traveler Information System (Pre Trip

Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Qawaid Tafsir