• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah teori arsitektur

N/A
N/A
upan

Academic year: 2023

Membagikan "Makalah teori arsitektur "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TEORI ARSITEKTUR

DOSEN : Dr. Hery Purnomo ST,M.Ars

KELOMPOK 5

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KHAIRUN

2021

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Saya panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidyah, serta inayah-nya kepada saya sehingga saya bias menyelesaikan makalah tentang teori arsitektur ini.

Makalah ini sudah sya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai sumber sehingga bias memperlancar pembuatan makalah ini untuk itu saya menyampaikan terimakasih kepada semua sumber yang telah berkuntribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar spenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik drai segi susunan kalimat maupun tatabahasanya. Oleh karenanya saya dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang teori arsitektur ini bisa memberikan manfaat maupun insprirasi untuk pembaca.

Ternate, 24 februari 2020

Kelompok 5

(3)

DAFTAR ISI

Kata pengantar………..

Daftar isi……….

BAB I. PENDAHULUAN………..

1) Latar

Belakang………

2) Permasalahan………

BAB II. PEMBAHASAN………

1) Pengertian Dekonstruksi………

2) Sejarah Dekonstruksi………

3) Dekonstruksi Derridean………

4) Dekonstruksi Non-

Derridean………

5) Dekonstruksi Bentuk

Arsitektural………

6) Strategi Implementasi Dekonstruksi Dalam Perancangan Objek Arsitektural………

BAB III. PENUTUP………..

Kesimpulan……….

Pertanyaan……….

Daftar pustaka……….

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1) Latar Belakang

Dewasa ini dekonstruksi dalam dianggap sebagai trend terbaru dalam dunia arsitektur.

Dekonstruksi selalu dikaitkan sebagai suatu pergerakan lanjutan dari Arsitektur Tradisional, Modern dan Post-Modern. Secara umum dekonstruksi mengacu pada permainan struktur dan fasad, sehingga makna –makna arsitektural yang terkandung dan estitika pada bangunan lebih tinggi.

Hal ini sebenarnya dipicu untuk mengesampingkan pemikiran sempit dari prinsip –prinsip Arsitektur seperti “form follows function”, “purity of form”, “truth to materials”, dan lain sebagainya. Tidak sedikit dari sekian banyak arsitek diIndonesia mencoba menggunakan dekonstruksi sebagai konsep dari bangunan mereka .Akan tetapi masih banyak juga yang belum mengetahui dasar maupun prinsip –prinsip perancangan Dekonstruksi. Karya tulis ini bertujuan untuk memaparkan teori –teori mengenai arsitektur dekonstruksi yang akan diterangkanmelalui eksplorasi preseden-preseden arsitektural yang terkait secara teoritis sebagai manifestasistrategi dekonstruksi dalam transformasi desain.

2) Rumusan Masalah

1) Pengertian Dekonstruksi 2) Sejarah Dekonstruksi 3) Dekonstruksi Derridean 4) Dekonstruksi Non-Derridean 5) Dekonstruksi Bentuk Arsitektural

6) Strategi Implementasi Dekonstruksi Dalam Perancangan Objek Arsitektural

(5)

BAB II PEMBAHASAN

1) Pengertian Dekonstruksi

Secara etimologis, dekonstruksi (english: deconstruction) berasal dari gabungan kata „de-„ (menyatakan kebalikan) dan „construction‟ (konstruksi, susunan) yang secara sederhana berarti “memecah kedalam bagian-bagian”. Istilah dekonstruksi lahir pada akhir abad ke-19, namun baru dikenal secara luas sejak tahun 1967 setelah seorang filsuf Perancis keturunan Yahudi bernama Jacques Derrida menerbitkan karyanya berjudul “Of Grammatology”, yang diakui sebagai fondasi awal terhadap segala karya tulis yang berhubungan dengan kritik dekonstruktif.

Beberapa definisi dekonstruksi dalam bidang filsafat maupun arsitektur antara lain adalah sebagai berikut:

Oxford English Dictionary Deconstruction [f. DE +

CONSTRUCTION] a. The action of undoing the construction of a thing. b. Philos. and Lit. Theory. A strategy of critical analysis associated with the French philosopher Jacques Derrida (b. 1930), directed towards exposing unquestioned metaphysical assumptions andinternal contradictions in philosophical and literary language.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Dekonstruksi / dékonstruksi/ n 1 Penataan ulang; 2 n bentuk struktur bangunan yang tidak lazim, misalnya bangunan berbentuk miring.

Nicholas Royle Deconstruction n. not what you think: the experience of the impossible: what remains to be thought: a logic of destabilization always already on the move in „things themselves‟: what makes every identity at once itself and different from itself: a logic of spectrality:

atheoretical and practical parasitism or virology: what is happening today in what is called society, politics, diplomacy, economics, historical reality, and soon: the opening of the future itself.

(6)

Jorge Glusberg The substitute for this present-to historic, anti-historic, and the essence of what is a transitory, fleeting contingent of a Post- Modern time and space.

Mary McLeod A new architectural tendency, associated both with poststructuralist theory and constructivist forms, is in part a vehement reaction against postmodernism and what are perceived as its

conservative dimensions. Fragmentation, dispersion, decentering,

schizophrenia, disturbance are the new objectives; it is from these qualities that architecture is to gain its “critical” edge.

Dekonstruksi menurut Derrida adalah metode membaca teks secara teliti, sehingga premis-premis yang melandasinya dapat digunakan untuk meruntuhkan argumentasi yang disusun atas premis tersebut. Dengan demikian, dekonstruksimembuktikan bahwa bibit kehancuransuatu teks ada dalam teks itu sendiri, berupa inkonsistensi dan paradox dalam penggunaan premis dan konsep.

Dekonstruktivisme dalam arsitektur menggariskan prinsip-prinsip penting sebagai berikut, bahwa:

 Tidak ada yang absolut dalam arsitektur. Tidak ada satu cara atau gaya yang terbaik, atau landasan hakiki dimana seluruh arsitektur harus berkembang.

Gaya klasik, tradisional, modern dan lainnya mempunyai posisi dan kesempatan yang sama untuk berkembang.

 Tidak ada ontologi dan teologi dalam arsitektur. Tidak ada tokoh atau figure yang perlu didewakan atau disanjung.

 Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus segera diakhiri. Perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah pada

keragaman pandangan dan tata nilai.

 Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus segera diakhiri. Perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah pada

keragaman pandangan dan tata nilai.

(7)

 Arsitektur tidak lagi identik dengan produk bangunan. Arsitektur terkandung dalam ide gambar, model dan fisik bangunan, dengan jangkauan dan

aksentuasi yang berbeda. Prioritas yang diberikan pada ide, gambar, model dan bangunan harus setara, karena ide, gambar dan model tidak hanya berfungsi sebagai simulasi atau representasi gedung, tetapi juga bisamenjadi produk atau tujuan akhir arsitektur.

2) Sejarah Dekonstruksi

Istilah Dekonstuksi pertama kali digunakan dalam Ilmu Kesusastraan dan Ilmu Filsafat Perancis dengan konotasi artisebagai metoda. Metoda dalam konteks filosofis yang dilahirkan dari konsep anti-filosofis (Norris, 1987). Gagasan ini berasal dari pandangan –pandangan Husserl, Saussure dan Levi-Strausse yang berakar dari filsafat Yunani Kuno dan sejalan dengan pandangan skeptisme.

Derrida (dikenal sebagai Bapak Dekonsturksivisme) mengembangkan konsep dekonstruksi ke dalam berbagai eksperimen yang mengepresikan ciri kebebasan retorikal atas struktur komposisi formal.

Menurut Kleden (1987), berikut merupakan ciri –ciri dari pengembangan filsafat historis –heemeneutis mengenai dekonstruksi :

1. Jalan untuk mendekati kebenaran bukannya melalui observasi, melainkan melalui pemahaman arti atau makna.

2. Kontrol terhadap salah benarnya pemahamaan tersebut tidak dilaksanakn melalui test yang direncanakan melainkan melalui interpretasi. Interpretasi yang benar akan meningkatkan

intersubyektivitas sedangkan yang salah akan mendatangkan sangsi.

3. Pemahaman hermeneutis selalu mendasarkan pemahamannya pada pra-pengertian yang dihasilkan darisituasi –situasi reflektif.

(8)

Arsitektur dekonstruksi bisa lahir dari pengaruh filsafat Derrida, sehingga disebut sebagai “dekonstruksi derridean”. Selain daripada itu, arsitektur dekonstruksi juga bisa hadir sebagai produk pragmatis dan formal yang disebut sebagai “dekonstruksi non-derridean

3) Dekonstruksi Derridean

Berikut ini adalah beberapa pemikiran Derrida yang mempunyai hubungan langsung dengan rancangan.

 Pembedaan Dan Penundaan Makna

Derrida mempersoalkan seluruh tradisi filsafat Barat yang bermuara pada pengertian “ada” sebagai “kehadiran”, atau yang disebut metafisika kehadiran (metaphysics of presence). Pemahaman terhadap metafisika kehadiran dapat dijelaskan sebagai yang hadir itulah yang“ada”. Apabila sesuatu yang tidak hadir ingin dihadirkan maka tanda dapat menjadi penggantinya. Tanda menghadirkan atau merepresentasikan yang tidak hadir (absence).

Menurut Derrida, kata atau tanda kini tidak mampu lagi

menghadirkan makna sesuatuyang dimaksud secara serta-merta. Makna harus dicari dalam rangkaian tanda yang lain yang mendahului tanda yang pertama. Derrida menciptakan konsep “differance”, yang secara etimologis berasal dari paduan dua kata dalam bahasa Inggris, yaitu “to differ” (membedakan) dan “to defer” (menunda).

Dalam sistem tanda, konsep differance melihat bahwa antara yang hadir dan yang absen berada dalam kondisi saling tergantung, bukannya saling meniadakan. Kehadiran baru mempunyai makna bila ada kemungkinan absen yang setara.

(9)

Pembalikan Hierarki

Dalam memahami suatu fenomena,Strukturalisme selalu mengadakanpemilahan (differensiasi) ke dalam elemen-elemen yang merupakan hasil abstraksi. Differensiasi secara ketat menghasilkan perbedaan dua kutub yang dipertentangkan secara diamatral yang dikenal sebagai oposisi biner (binary opposition). Derrida melakukan dekonstruksi terhadap pandangan oposisi ini dengan menempatkan kedua elemen tersebut tidak secara hierarkis yang satu di bawah yang lain, tetapi sejajar sehingga secara bersamasama dapat menguak makna (kebenaran) yang lebih luas.

Pusat Dan Marjinal

Perbedaan antara “pusat” dengan“marjinal”merupakan konsekwensi dari adanya hierarki yang ditimbulkan oposisibiner.

Marjinal adalah segala sesuatu yangberada pada batas, pada tepian, maupun di luar (outside), karena itu dianggap tidak penting. Sementara pusat adalah yang terdalam, pada jantung daya tarik dan makna dimana setiap gerakan berasal dan merupakan tujuan gerakan dari yang marjinal. Derrida mempertanyakan keabsahan posisi ini dalam konsep “parergon(para: tepi, ergon: karya), yaitu bingkai lukisan.

Sebagai yang marjinal, parergon oleh Derrida diberi peranan yangpenting untuk menunjukkan sikap pembalikan hierarki, sehingga memiliki posisi setara dengan yang utama dan mempunyai otonominya sendiri.

Pengulangan Dan Makna Suatu

kata atau tanda memperoleh maknanya dalam suatu proses berulang (iterative) pada konteks yang berbeda. Dalam arsitektur, penggunaan metafora secara berulang-ulang akan membuka pemahaman yang lebih baik terhadap makna yang dimaksudkan oleh suatu objek arsitektural.

(10)

4) Dekonstruksi Non-Derridean

Dekonstruksi non-derridean mencakup dekonstruksi bentuk dan struktur bangunan yang didasarkan pada konsep-konsep seperti “disruption”, “dislocation”,

deviation” dan “distortion”, sehingga menyebabkan stabilitas, kohesi dan identitas bentuk-bentuk murni menjadi terganggu. Dekonstruksi Non Derridean

dikelompokkan kedalam lima kelompok utama oleh Aaron Betsky, yaitu sebagai berikut:

1. Revelatory Modernist

Diantara semua kelompok yang termasuk dalam Dekonstruksi Non-Derridean, kelompok ini merupakankelompok yang paling konservatif. Kelompok ini masih mengutamakan prinsip abstraksi dan mengutamakan fungsi, mengoptimalkan kemungkinan hasil industri bahan dan prefabrikasi dengan menciptakan fragmentasi potongan-potongan, konteks dan program prefabrikasi tersebut dan hasilnya adalah kumpulan ruang dan objek yang terfragmentasi.

2. Shard & Sharks

Kelompok ini menampilkan bentuk-bentuk yang menyerupai serpihan batang dan lempeng yang dikomposisikan sedemikian rupa sehingga menampilkan kesan yang semrawut dan penuh teka-teki.

Diantara semua kelompok yang termasuk dalam Dekonstruksi Non- Derridean, kelompok ini adalah yang paling radikal. Programnya adalah membedah, mengolokolok dan merombak falsafah arsitektur modern sehingga mencerminkan suatu tatanan yang tidak beraturan (chaos).

3. Textualist

Kelompok ini melihat bahwa arsitektur yang ada sebagai “built language”, yang tidak mampu lagi mencerminkan struktur dan kebenaran yang ada, seperti halnya kata sebagai tanda tidak mampu secara serta- merta menyampaikan makna (kelompok ini sebenarnya masih termasuk dalam kelompok Dekonstruksi Derridean). Denah dan tampak bangunan yang ada hanyalah menampilkan bias yang pucat

(11)

(topeng) dari struktur-struktur kenyataan yang ada dengan terlalu banyak diredam (repressed). Untuk itu strukturstruktur yang diredam (absence) perlu ditampilkan dengan mengangkat konflik-konflik internal yang ada.

4. New Mythologist

Utopia merupakan mitos yang selalu ada pada setiap kurun waktu, karena tiada harapan tanpa utopia. Utopia arsitektur modern adalah dunia yang satu, utuh dan nyaris sama (international style), yang telah gagal memenuhi misi kemanusiaannya. Utopia kedua adalah kebalikannya; Dystopiaatau vision of self-destruction yang tidak berkembang karena kesadaran manusia untuk tetap

mempertahankan kehidupan. Kelompok ini ingin menciptakan suatu utopia sebagai suatu mitologi baru, suatu dunia lain yang lokasi dan kaitannya dengan masa lalu, masa kini dan masa mendatang tidak dikenali. Diilhami cerita dan film-film fiksi seperti Star Wars, Blade Runner dan Star Trek, kelompok ini menggagas proyekproyek imajiner yang menerobos kungkungan gravitasi,iklim, langgam dan semua tatanan yang ada.

5. Technomoprisme

Pada mulanya manusia menciptakan teknologi hanya sebagai perpanjangan tangannya, namun seiring dengan

perkembangannya, hubungan manusia dengan teknologi telah menjadisedemikian menyatu. Sebagai penerus proyek arsitektur modern yang belum selesai, kelompok ini mengakomodasiteknologi dan membuatnya menjadi artefak yang tidak hanya menjadikan teknologi sebagai usaha untuk menciptakan ekstensi, manipulasi, mediasi, representasi serta memetakan kembali self-nya.

(12)

5) Dekonstruksi Bentuk Arsitektural

Dekonstruksi bentuk arsitektural dapat dilakukan melalui beberapa cara :

Secara intelektual melalui permainan sistem-sistem geometri yang kompleks dan melibatkan teknologi canggih, seperti yang banyak

dilakukan oleh Peter Eisenman.

Secara pragmatik atau mekanik melalui model trial and error, sketsa dan eksperimen lapangan, seperti dilakukan oleh Frank Gehry, Zaha Hadid dan Coop Himme(l)blau.

Secara intuitif melalui pengembangan respons dan impuls kreatif dalam diri arsitek, seperti terjadi pada Rem Koolhaas dan OMA

6) Dekonstruksi Struktur

Dekonstruksi struktur umumnya dilakukan melalui metoda pragmatis trialand error, dan dibedakan sebagai berikut:

Dekonstruksi konstruksi massa, seperti pada “Chora LWorks” karya Peter Eisenman dan Jacques Derrida.

Dekonstruksi konstruksi bidang, seperti pada “Best Products” karya James Wines atau “Jewish Museum” karya Daniel Libeskind.

Dekonstruksi konstruksi baja, seperti pada karya-karya Coop Himme(l)blau.

Dekonstruksi konstruksi kulit, yang masih jarang ditemukan

7) Strategi Implementasi Dekonstruksi Dalam Perancangan Objek Arsitektural Bernard Tschumi melakukan dekonstruksi program dengan beberapa pendekatan, yakni :

Crossprogramming

Menggunakan konfigurasi spatial tertentu untuk program yang sama sekali berbeda; misalnya bangunan rumah ibadah digunakan untuk klub malam. Menempatkan suatu konfigurasi spatial pada lokasi yang tidak berkaitan; misalnya museum diletakkan dalam bangunan parkir.

(13)

Transprogramming

Mengkombinasikan dua programyang sifat dan konfigurasi

spatialnyaberbeda; misalnya planetariumdikombinasikan dengan roller- coaster,perpustakaan dengan trek balap mobil.

Disprogramming

Mengkombinasikan dua program sedemikian rupa sehingga konfigurasi ruang program pertama mengkontaminasi program dan konfigurasi ruang kedua; misalnya supermarket dikombinasikan dengan perkantoran.

Peter Eisenman menggunakan beberapa strategi untuk melakukan dekonstruksi program, yaitu:

 Penolakan terhadap antroposentrisme dalam desain, yaitu rujukan pada proporsi fisik tubuh manusia sebagai ukuran ideal bagi segalanya.

 Penerapan proses scaling melalui pengembangan tiga konsep destabilisasi, yaitu discontinuity, recursibility, dan self-similarities.

 Penolakan terhadap center sebagai bagian paling penting dan memiliki hirarki lebih tinggi dibanding bagian lain.

 Penolakan terhadap kekakuan oposisi dialektis dan kategori hirarkis tradisional seperti “form follows function”, “ornament added to structure”, digantikan oleh “existing between”, “almost this or almost that, but not quite either”.

 Pemahaman arsitektur secara tekstual dalam kaitan dengan otherness, trace dan absence.

 Eisenman dalam proyek “Romeo and Juliet” untuk Venice Biennale 1986 mencoba memperlakukan lahan sebagai“palimpsest” dan

quarry” yang memiliki jejak-jejak memori dan potensi untuk digali lebih lanjut, sementara dalam proyek “House X”, ia mencoba menghindari adanya pusat di dalam rumah.

(14)

Berikut adalah arsitek –arsitek yang menggunakan dekonstruksi dalam arsitektur beserta penelusuran paradigma dari karya –karya mereka :

A. Frank Gehry

Frank Gehry memulai dari beberapa rumah tinggal di California, kemudian museum Aerospace di Santa Monica, dan Restoran ikan di kobe.

Semuanya tampak sebagai suatu ekspresi scluptural (barang seni) dari pada wadah suatu fungsi. Sosok solid masif mengesankan kenihilan atau suatau the presence of absence.

Di dalam mengkomposisikan ruang dan bidang tidak nampak prinsip –prinsip order dari arsitektur klasik yang digunakan seperti : unity, harmony, dan balance. Secara keseluruhan bangunan meninggalkan citra sebagai suatu komposisi yang retak, terpuntir, dan berkesan belum selesai

B. Peter Eisenman

Peter Eisenman yang terkenal karena karya –karyanya yang dekonstruktif seperti House I sampai dengan House X, mendasarkan komposisi ruang –ruangnya pada komposisi yang memutarbalikan order – order dalam arsitektur klasik. Ruang –ruang ciptaanya diwarnai oleh berbagai pahatan, ruang –ruang melayang, dan balok –balok yang berkesan

berterbangan.

C. Rem Koolhaas

Rem Koolhas mendasarkan karya –karyanya pada konsep kombinasi tipologi. Beberapa karya besarnya seperti Apartemen di Belanda, Berlin dan Florida membuktikan bahwa tipologi akan menjadi acuan utama dalam menampilkan blok –blok maupun fasad yang sangat diwarnai oleh sososk – sosok abstrak yang terdiri dari kotak –kotak kaca yang sangat repetitif dan tiba –tiba dipecahkan oleh beraneka ragam motif grafis seperti segitiga merah, balok –balok kuning dan kotak –kotak biru.

(15)

D. Zaha Hadid

Zaha Hadid menjulangkan struktur berlapis yang berkesan lentur pada karya –karyanya. Denah bersusun dengan dimensi yang berbeda akan menciptakan komposisi void dan solid yang sangat kaya dan sekaligus tidak efektif. Filosofi “anti” tercermin dalam berbagai konsep “dis” dan “de” pada semua karyanya yang anti pusat, anti as, anti simetri, anti seimbang, anti selaras, dan anti fungsi. Berbagai hal tersebut telah menempatkan dirinya sulit dikelompokan dalam arsitektur pasca-fungsionalis karena bukan termasuk pasca-modern maupun neo-klasik. Karyanya sebenarnya cenderung kepada pasca-strukturalis atau sejalan dengan dekonstruksi.

E. Bernard Tschumi

Bernard Tschumi dalam pedekatan perancangannya menggunakan teori Manhattan Transcript yaitu transgresi dan regresi. Teori ini mendasarkan studi gerak manusia sebagai dasra untuk menggerakan titik, garis, dan bidang dalam membentuk ruang. Hasilnya bisa dilihat pada Parc La-Villete yang merupakan gambaran nyata dari ideologi dekonstruksi. Dari ideologi ini style (gaya) melainkan suatu proses yang bisa menghasilkan banyak style.

(16)

III PENUTUP

KESIMPULAN

Wiryomartono (1994) mengungkap beberapa pernyataan kunci konsep deconstruction dari Derrida. Bahwa sikap deconstruction senantiasa afirmatif dan tidak negatif; menembus dan menerobos berbagai wilayah disiplin keilmuan adalah necessities dari deconstruction;

deconstructivearchitecture adalah bukan untuk membangun sesuatu yang nyeleneh, sia-sia, tanpa bisa dihuni, tetapi untuk membebaskan seni bangunan dari segala keterselesaian yang membelenggu; deconstruction tidak sesederhana untuk melupakan masa lalu, tetapi membuat inskripsi kembali yang melibatkan rasa hormat pada tradisi; deconstruction senantiasa memberi perhatian pada kelipatgandaan, keanekaragaman, dan mempertajam keunikan- keunikan yang tak dapat direduksi dari masing-masing. Dekonstruksi melahirkan strategi transfromasi yang menghasilkan ide –ide baru berdasarkan pola pikir dan imajinasi perancangnya. Ide tersebut dapat berwujud sebagai suatu strategi yang berdasarkan pada nilai- nilai falsafah seperti yang diperlihatkan oleh dekonstruksi derridean, namun ia juga dapat lahir dari proses pragmatis seperti pada dekonstruksi non-derridean. dekonstruksi tak dapat didefinisikan secara pasti, sebab berdasarkan pada konsep hakiki yang mendasarinya, jika sebuah dekonstruksidapat didefinisikan, maka iatidak dapat lagidikatakansebagai dekonstruksi.

(17)

PERTANYAAN

 Kelompok 1

Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri Dekonstruksi Jawaban :

o Penampilan bidang-bidang simpang siur.

o Garis-garis yang tidak beraturan dan bidang-bidang yang bertabrakan.

o Keseluruhan struktur terlihat-lihat runtuh.

o Dekonstruksi membawa bentuk-bentuk geometri yang cenderung berbentuk aneh.

Hal ini disebabkan oleh adanya pembatasan penerimaan keabsolutan terhadap keaslian bentuk-bentuk geometri yang selama ini dikenal.

 Kelompok 2

Menurut kalian mengapa yang ditimbulkan hanya dimensi bukan yang lainnya ? Jawaban :

Pada arsitektur dekonstruksi yang ditonjolkan adalah geometri 3-D bukan dari hasil proyeksi 2-D sehingga muncul kesan miring dan semrawut yang menunjuk kepada kejujuran yang sejujur-jujurnya. Penggunaan warna sebagai aksen juga ditonjolkan dalam komposisi arsitektur dekonstruksi sedangkan penggunaan tekstur kurang berperan.

Bangunan yang menggunakan langgam arsitektur dekonstruksi memiliki tampilan yang terkesan ‘tidak masuk akal’, dan memiliki bentukan abstrak yang kontras melalui permainan bidang dan garis yang simpang siur.

(18)

IV

DAFTAR PUSTAKA

Barliana, M. S., & Cahyani, D. (2011).Arsitektur, kekuasaan, dan nasionalitas.

Kerjasama Metatekstur dengan Laboratorium Sejarah Arsitektur, Kota & Budaya Bermukim, Jurusan Pendidikan Arsitektur, Universitas Pendidikan Indonesia.

Mantiri, H. J., & Makainas, I. (2011). EKSPLORASI TERHADAP ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI.MEDIA MATRASAIN,8(2).

Tawalujan, Y., & Sela, R. L. E. (2012). ANALOGI DRAMATURGI DALAM RANCANGAN

ARSITEKTUR.MEDIA MATRASAIN,9(1), 75-88.

Iskandar, M. B. (2004). RELASI KEKUASAAN DAN ARSITEKTUR: DARI DEKONSTRUKSI KE SUSTAINABLE CITY.DIMENSI (Jurnal Teknik

Arsitektur),30(1).

Dharma, A. PARADIGMA KONSEPTUAL ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI.

Referensi

Dokumen terkait

Akhir kata penulis berharap bahwa Landasan Teori dan Program Proyek Akhir Arsitektur Periode LXVI dengan judul Panti Rehabilitasi Narkoba Katolik

Selain itu kebutuhan fungsi stadion yang membutuhkan struktur bentang panjang dan lebih mengutamakan pada fungsi bangunan juga sesuai dengan tema desain arsitektur

Penerapan Struktur Bentang Lebar pada Bangunan Roller Sport Centre.. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan, sehingga diperoleh efek tertentu

rata kematangan, maka pemimpin hendaknya mengurangi struktur tugas dan meningkatkan hubungan dalam kelompok. 3) Selanjutnya dibiarkan berkembang sampai pada tingkat

Seperti halnya dengan kamus bahasa yang berfungsi menjelaskan lebih detail suatu kata maupun kalimat, kamus data yang digunakan dalam analisis struktur dan desain

Tujuan dari studi ini: 1 ingin melihat seberapa jauh karya-karya arsitektur dapat ditinjau melalui teori kebutuhan bertingkat Maslow yang humanistik; 2 ingin memaksimalkan kritik

Desain kantor Dinas Pemerintahan ini mengerucut kepada pendekatan Arsitektur Modern Fungsional yang sesuai dengan struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandung.. Kata kunci: Dinas