FOOD OF ACEH Mie Aceh MAKALAH
Mata Kuliah: Manajemen Operasi Nama Dosen :Dede Hendra S.E. , M.M
Disusun oleh :
1. Rezqa Nessa Salim (211010502911)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN S-1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG TANGERANG SELATAN
2024
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’
atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Bank dan Lembaga keuangan.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Jakarta, 27 Juni 2024
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 1 DAFTAR ISI ... 2 BAB I PENDAHULUAN... 3
1. Kajian Teori 3
2. Rumusan Masalah 4
3. Tujuan Penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN ... 5
1. Kajian teori.
52. Pengertian 6
3. Pembahasan 6
BAB III PENUTUP ... 19
1. Kesimpulan 19
2. Saran 20
3. Daftar Pustaka 21
BAB I PENDAHULUAN 1. Kajian Teori
Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini, membuat persaingan semakin ketat antar perusahaan yang ada di dunia. Segala upaya dilakukan untuk menjadi yang terbaik. Manajemen yang baik menjadi kunci kesuksesan dunia industri saat ini baik itu manajemen produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan keuangan. Manajemen operasional merupakan satu fungsi manajemen yang sangat penting bagi sebuah organisasi atau perusahaan. Bidang ini berkembang sangat pesat terutama dengan lahirnya inovasi dan teknologi baru yang diterapkan dalam praktik bisnis. Oleh karena itu banyak perusahaan yang sudah melirik dan menjadikan aspek-aspek dalam manajemen operasi sebagai salah satu senjata strategis untuk bersaing dan mengungguli kompetitornya.
Seperti di ketahui manajemen pada dasarnya merupakan proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Sejalan dengan itu maka manajemen operasi merupakan proses pengambilan keputusan didalam usaha untuk menghasilkan barang atau jasa sehingga tepat sasaran yang berupa tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah dengan biaya yang efisien, oleh karena itu manajemen produksi atau operasi mengkaji pengambilan keputusan dalam fungsi produksi, atau operasi. Melalui kegiatan produksi atau operasi segala sumber daya masukkan perusahaan diintegrasikan untuk menghasilkan keluaran yang memiliki nilai tambah. Produk yang dihasilkan dapat berupa barang jadi, barang setengah jadi dan jasa.
Oleh karena itu, kegiatan produksi atau operasi menjadi salah satu fungsi utama perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi dan istilah - istilah dalam Manajemen Operasional?
2. Bagaimana Fungsi Operasi dalam suatu organisasi?
3. Ruang Lingkup Manajemen operasional?
4. Apa saja macam-macam organisasi dan proses produksi?
5. Bagaimana Posisi Manajemen dalam operasi?
6. Apa saja perbedaan operasi produsen barang dan jasa?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui apa definisi dan istilah dalam manajemen operasional.
2. Untuk Mengetahui fungsi operasi dalam organisasi.
3. Untuk Menegetahui apa ruang lingkup manajemen operasional.
4. Untuk Mengetahui macam-macam organisasi dalam proses produksi.
5. Untuk Mengetahui posisi manajemen dalam operasi.
6. Untuk Mengetahui perbedaan operasi produsen barang dan jasa
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Food Of Aceh
Food of aceh merupakan kedai yang menjual kuliner tradisional khas aceh yang memiliki cita rasa kuliner yang khas. Salah satu kuliner tradisional adalah Mie Aceh. Mie Aceh merupakan kuliner khas dari Aceh. Berbentuk mie dan memiliki cita yang khas dan berbeda dengan mie pada umumnya. Kuliner ini aman untuk dikonsumsi karena tidak menggunakan bahan pengawet, pewarna atau pun zat kimia lainnya yang sering digunakan pada mie pada umumnya. Selain untuk mendapatkan profit, usaha ini juga turut menjaga dan mengembangkan keberadaan Mie Aceh. Untuk melestarikan kekayaan budaya kuliner Indonesia, pengembangan Mie Aceh mempunyai potensi yang besar dalam dunia usaha. melestarikan budaya kuliner Indonesia. Keberadaan makanan cepat saji membuat persaingan penjual makanan semakin ketat. Usaha ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya makanan yang dihasilkan sangat aman untuk dikonsumsi, tidak menimbulkan efek samping karena dibuat dengan bahan yang alami, yang dihasilkan lumayan besar.dan dijuan dengan harga Rp: 18-35 ribu perporsinya
Pengertian Mie Aceh :
a. Mie Aceh adalah masakan mie pedas dengan irisan daging sapi, daging kambing atau makanan laut seperti udang dan cumi. Pada dasarnya Mie Aceh biasa di sajikan dalan sup kari yang gurih dan pedas.Nama Mie Aceh di ambil dari daerah asalnya yaitu Aceh, karena cita rasanya yang khas berbeda dengan masakan mie yang ada di Indonesia.
b. Sejarah Mie Aceh :Mie Aceh merupakan salah satu makanan khas di Indonesia tepatnya dari kota Aceh. Mie Aceh yang satu ini merupakan sebuah jenis makanan mie pedas asal daerah aceh Apabila dilihat dari sisi sejarahnya, jenis kuliner ini tidak terlepas dari budaya lokal masyarakat Aceh serta pengaruh budaya asing yang masuk ke dalam wilayah Aceh pada masa lampau. Sup yang berbasis kuah kari yang cukup kental ini merupakan suatu pengaruh dari masakan India. Mie yang berwarna kuning dengan teksturnya yang tebal serta ditambah dengan irisan daging sapi, daging kambing ataupun makanan laut yang lainnya (udang dan cumi) dapat disajikan dengan sup kari yang kental, gurih dan pedas.
Penyajiannya yang ditambahkan potongan daging kambing atau sapi juga dapat menunjukkan bahwa nilai- nilai Islam di Aceh sangatlah kuat. Mereka membutuhkan bahan-bahan makanan yang halal khususnya daging. Penambahan Seafood yang disaji dalam Mie Aceh dikarenakan letak geografis Aceh sendiri yang dikelilingi oleh Selat Malaka, Laut Andaman dan Samudera Hindia, selain itu juga dilihat dari kehidupan mayoritas masyarakat Aceh yang merupakan petani, pedagang maupun nelayan..
2.2 Bahan-bahan dalam Mie Aceh
a. 450 gram mie basah b. 800 ml kaldu sapi c. 200 gram udang basah d. 2 buah tomat dipotong dadu e. 5 siun bawang putih iris f. 2 siun bawang merah g. 75 gram tauge h. 120 gram kol i. 1 sendok cuka j. 3 sdm kecap manis k. 1 batang seledri iris halus l. 3 sdt garam
m. 4 sdm minyak goreng
2.3 Bumbu halus Mie Aceh
a. 3 buah bawang merah b. 2 siung bawang putih c. 4 buah cabai merah d. 1 sdm bubuk kunyit e. 1 sdt jinat
f. 1 sdt lada butir g. 1 buah kemiri
h. Kacang tanah di goreng secukupnya
2.4. Cara memasak Mie Aceh :
1). Rebus daging kambing dan daun salam dalam air. Setelah matang lalu buang airnya dan diiris.
2). Tumis bawang merah, bawang putih, dan bahan yang telah dihaluskan sampai harum. Lalu tambahkan daging kambing yang telah di rebus dan aduk sampai rata.
3). Tambahkan tomat, kol, dan toge dan aduk hingga layu.
4). Masukkan ecap manis, garam, gula, kaldu sapi, dan cuka. Lalu masak sampai meresap.
5). Masukkan Mie Kuning sampai matang. Sebelum diangkat taburkan daun bawang lalu di aduk sampai merata.
6). Setelah matang lalu di angkat dan sajikan dengan acar mentimin dan emping goreng.
7). Lalu siap di sajikan.
2.5 Proses pembuatan Mie Aceh :
Mie Aceh menggunakan mie yang khas dengan bentuk yang tebal dan pipih. Tidak seperti mie yang lainnya, warna Mie Aceh cenderung berwarna kuning cerah, sehingga menambah keindahan pada hidangan tersebut. Bumbu yang di gunakan adalah bumbu semacam kari yang merupakan bumbu khas yang memberikan cita rasa khas pula dalam sajian kuliner satu ini.
2.6 Penyajian Mie Aceh:
Mie Aceh di sajikan dalam tiga macam yaitu mie goreng (kering), mie kuah dan mie goreng basah. Untuk daging yang di gunakan bisa di sesuaikan dengan selera kita, karena tidak mengurangi cita rasa dan kelezatan mie tersebut. Menu pelengkap dalam penyajian Mie Aceh biasanya bisa ditambahkan bawang goreng, kerupuk, mentimun, dan juga jeruk nipis.
2.7 Keunikan pada Mie Aceh :
Dalam masakan ini adalah bahan tambahan yang digunakan yaitu daging sapi, daging kambing atau masakan laut. Pada umumnya masakan mie yang ada Indonesia banyak menggunakan daging ayam sebagai bahan tambahan dalam penyajian mie nya. Selain itu kuah yang di gunakan adalah kuah sejenis kari yang kental dan gurih. Pada umumnya masakan mie di Indonesia cenderung menggunakan kuah yang bening dan lembut. Keunikan tersebut memberikan
moneter adalah kebijakan pemerintah melalui bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam rangka mengendalikan perekonomian. di Indonesia kedudukan bank sentral di wakilioleh BI Bank kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi agar dapat berjalan sesui dengan yang dinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu;
1. Kebijakan moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy
adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy
adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policu).
kebijakan moneter didefinisikan dengan rencana dan tindakan otoritas moneter yang terkoordinasi untuk menjaga keseimbangan moneter, dan kestabilan nilai uang, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan, serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat. Jadi dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa kebijakan moneter adalah semua upaya atau tindakan bank sentral untuk mempengaruhi perkembangan moneter (uang beredar, suku bunga. kredit dan nilai tukar) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu. Sebagai bagian dari kebijakan ekonomi makro, maka tujuan kebijakan moneter adalah untuk membantu mencapai sasaran-sasaran makroekonomi antara lain:
pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, stabilitas harga dan keseimbangan neraca pembayaran.
Keempat sasaran tersebut merupakan tujuan/sasaran akhir kebijakan moneter (final target).
F. Fungsi Kebijakan Moneter
Dari pengertian kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah (Bank Sentral) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar. Sejak tahun 1945, kebijakan moneter hanya digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk mencapai stabilitas ekonomi jangka pendek. Adapun kebijakan fiscal digunakan dalam pengendalian ekonomi jangka panjang. Namun pada saat ini kebijakan moneter merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk pengendalian ekonomi jangka pendek dan jangka panjang. Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat melakukan kebijakan uang ketat dan kebijakan uang longgar.
Fungsi Kebijakan Moneter, diantaranya : a. Mempertahankan iklim Investasi b. Memperluas kesempatan kerja
c. Menciptakan Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
d. Memperbaikikondisineracapembayaran e. Menjagakesetabilannilaikursmatauang f. Menjagakesetabilanhargabarangdanjasa g. Menurunkanlajuinflasi
G. Tujuan Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moeneter (Bank Indonesia) untuk mempengaruhi jumlah yang beredar dan kredit yang pada akhirnya akan mempegaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stablisasi ekonomi yang dapat diukur dengan:
a. Kesempatan Kerja
b. Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan produksi.
Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja.
c. Hal ini berarti akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan kesehjateraan karyawa.
d. Kestabilan harga
e. Apabila kestablian harga tercapai maka akan menimbulkan kepercyaan di masyarakat.
f. Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan sama dengan harga yang akan masa depan.
g. Neraca Pembayaran Internasional
Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi ekonomi di suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang, maka pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kebijakan moneter dapat mencapai keberhasilan dalam pelaksanaannya. Prasyarat tersebut meliputi:
a. Indepensi Bank Sentral.
b. Sebenarnya tak ada Bank Sentral yang bisa bersifat benar-benar independen tanpa campur tangan dari pemerintah. Namun demikian, ada instrumen kebijakan yang tidak dipengaruhi oleh pemerintah, misalnya melalui kebijakan
c. fiscal.
d. Fokus terhadap sasaran.
e. Pengendalian inflasi hanyalah salah satu di antara beberapa sasaran lain yang hendak dicapai oleh Bank Sentral. Sasaran-sasaran lain kadang-kadang bertentangan dengan sasaran pengendalian inflasi,misalnya sasaran pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, neraca pembayaran, dan kurs.
Oleh karena itu, seharusnya bank Sentral tidak menetapkan sasaran lain dan berfokus pada sasaran utama pengendalian inflasi.
f. Capacity to forecast inflation.
Bank Sentral mutlak harus mempunyai kemampuan untuk memprediksi inflasi secara akurat, sehingga dapat menetapkan target inflasi yang hendak dicapai.
Ada beberapa macam kebijakan moneter yang bisadilakukan pemerintah, yaitu : a. Kebijakan pasar terbuka (open market policy).
b. Kebijakan diskonto (discount policy).
c. Kebijakan cadangan kas (cash ratio policy).
d. Kebijakan kredit selektif dan kredit longgar.
e. Kebijakan devaluasi dan revaluasi.
f. Kebijakan sanering (memotong nilai mata uang dalam negeri).
g. Kebijakan menarik atau memusnahkan uang lama.
h. Kebijakan dorongan moral.
Contoh Kebijakan Moneter
Berikut akan diberikan satu contoh kebijakan moneter yang digunakan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga terutama untuk mengatasi masalah inflasi. Untuk mengatasi masalah inflasi pemerintah dapat menggunakan kebijakan diskonto.
Kebijakan diskonto adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga bank. Jika bank sentral menaikkan suku bunga bank, berarti bank sentral ingin mengurangi jumlah uang yang beredar. Dengan menaikkan suku bunga, diharapkan masyarakat akan menyimpan (menabung) uangnya di bank lebih banyak dari biasanya.
Dengan demikian, jumlah uang yang beredar akan berkurang. Bila jumlah uang yang beredar berkurang maka harga-harga yang semula tinggi (inflasi) dapat diturunkan kembali. Ini berarti inflasi dapat diatasi oleh pemerintah.
H. Pemulihan Ekonomi Melalui Kebijakan Moneter di Indonesia
Kestabilan harga dan nilai tukar merupakan prasyarat bagi pemulihan ekonomi karena tanpa itu aktivitas ekonomi masyarakat, sektor usaha, dan sektor perbankan akan terhambat. Oleh karena itu, tidaklah
berlebihan kiranya jika fokus utama kebijakan moneter Bank Indonesia selama krisis ekonomi ini adalah mencapai dan memelihara kestabilan harga dan nilai tukar rupiah. apalagi undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia secara jelas menyebutkan bahwatujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang di dalamnya mengandung pengertian kestabilan harga (laju inflasi) dan kestabilan nilai tukar rupiah. Dengan perkataan lain, sesuai dengan UU No. 23 tahun 1999 sasaran kebijakan moneter Bank Indonesia hanya satu (single objective), yaitu memelihara kestabilan nilai rupiah.
Hal ini berbeda dengan Undang-undang tentang Bank Sentral yang lama, yaitu UU No. 13 tahun 1968, yang menuntut Bank Indonesia untuk memenuhi beberapa sasaran sekaligus (multiple objectives), yakni mendorong kegiatan ekonomi, memperluas kesempatan kerja, dan memelihara kestabilan nilai rupiah, yang pencapaiannya pada hakekatnya dapat saling bertolak belakang, terutama dalam jangka pendek. Adapun para ekonom sepakat ciri-ciri suatu Negara yang rentan terhadap krisis moneter adalah apabila Negara tersebut:
a. Memiliki jumlah hutang luar negeri yang cukup besar b. b.Mengalami inflasi yang tidak terkontrol
c. Sistem Moneter Internasional
Dalam ekonomi internasional dikenal suatu sistem yang memungkinkan suatu negara dapat saling berhubungan satu dangan yang lain. Sistem tersebut disebut sebagai sistem moneter internasional. Sistem moneter internasional menunjukkan seperangkat kebijakan, institusi, praktik, peraturan dan mekanisme yang menentukan tingkat dimana suatu mata uang diitukarkan dengan mata uang lain. (Shapiro, 1992).
Sistem keuangan internasional dari sejarahnya telah mengalami begitu banyak perkembangan dan transpormasi dari masa ke masa. Perkembangan ini disebabkan oleh adanya perubahan ekonomi dan politik domestik serta internasional pada masing-masing masa. Jika dalam skala domestik atau nasional problema ketidakseimbangan pembayaran antar daerah dapat disesuaikan melaui pergerakan modal ataupun kebijakan fiskal dan moneter, dalam skala internasional akan sedikit lebih rumit. Pembayaran yang tidak seimbang antar negara dapat diselesaikan melaluifinancing, perubahan kebijakan domestik untuk menggeser pola perdagangan dan investasi, melalui kontrol devisa untuk melakukan penjatahan pasokan devisa, atau dengan cara membiarkan nilai tukar mata uang berubah sesuai situasi dan kondisi. Sehingga yang terpenting dalam sistem moneter internasional adalah tersedianya alat atau cara untuk menyesuaikan ketidak seimbangan pembayaran internasional.
J. Dana Moneter Internasional
Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) adalah organisasi internasional yang bertanggungjawab dalam mengatur sistem finansial global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya untuk membantu masalah-masalah keseimbangan neraca keuangan masing- masing negara. Salah satu misinya adalah membantu negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi yang serius, dan sebagai imbalannya, negara tersebut diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan tertentu, misalnya privatisasi badan usaha milik negara. Setelah melalui pertimbangan Panjang dan hati hati
K. Fenomena Aktual Ekonomi internasional
Fenomena yang terjadi saat ini khususnya di kawasan asean adalah penyatuan mata uang di antara Negara asean, atau pencanangan mata uang tunggal. Hal tersebut di lakukan kerena mengingat adanya keberhasilan kawasan ekonomi eropa memberlakukan kebijakan mata uang bersama.Dari sisi ekonomi jika sekelompok negara ternyata memiliki mata uang yang berkorelasi sangat erat, maka secara implisit kelompok negara tersebut dapat menggabungkan mata uangnya. Dengan kata lain negara tersebut dapat melepaskan kekuasaan moneternya dan memberikan kepada suatu badan supra nasional (dalam wadah ekonomi bersama).Salah satu contoh yang paling sukses dari proses penggabungan ini adalah keberadaan European Monetary Union, (EMU) dan mata uang tunggal dengan European Central Bank (ECB) sebagai bank sentralnya. Namun demikian proses kearah penggabungan moneter sebenarnya telah berlangsung cukup lama. Treaty Of Rome (1957) dapat dikatakan titik tolak yang meletakkan dasar atau fase yang harus ditempuh dalam rangka pembentukan komunitas ekonomi Eopa.Salah satu studi penting yang melakukan penelitian terhadap kesiapan prasyarat optimum current area atau OCA di ASEAN dan perbandingan versus Uni Eropa dilakukan oleh Bayoumi dan Mauro. Mereka berpendapat bahwa negara-negara ASEAN telah mencapai level yang sama dengan Uni Eropa sebelum traktat Maastricth 1991 pada beberapa aspek.
Aspek tersebut adalah:
a. Perdagangan intra wilayah (yang diukur oleh share perdagangan internal terhadap b. GDP).
c. Komposisi perdagangan berdasarkan type produk. Dengan berlangsung nyatransisi ekonomi, negara-negara di wilayah ini (kecuali Singapura) memiliki tendensi sebagai Negara manufaktur.
d. Pola goncangan ekonomi. Meskipun dampak goncangan adalah lebih besar di ASEAN tetapi kecepatan pemulihan lebih tinggi di wilayah ini. Dengan demikian dapat dikatakan hasil bersih dari pola goncangan ekonomi semacam ini adalah cenderung netral.
Namun demikian mereka juga menemukan beberapa faktor yang dianggap dapat mengurangi daya tarik penyatuan moneter bagi wilayah ASEAN. Faktor-faktor ini adalah:
a. Diversifikasi budaya dan system politik di ASEAN cenderung lebih tinggidibandingkan Uni Eropa b. Diversifikasi perdagangan yang signifikan.
Meskipun US, Jepang dan Zona Eropa adalah rekan dagang utama, namun profesi masing-masing adalalah heterogeny Hal ini berimplikasi Pergerakan Bersama Mata Uang ASEAN 4 Periode 1997-2005: Suatu Aplikasi Teori Optimal Currency Area Dengan Menggunakan Model Vector Error Correction bahwa setiap negara ASEAN memiliki suatu goncangan spesifik pada level tertentu. 3.OCA index (Eichengreen dan Bayoumi, 1996) menunjukkan kesiapan negara ASEAN mash kalah dengan negara Eropa pra traktat Maastricth. Disini ditunjukkan divergennya arah keterkaitan mata uang ASEAN
Terhadap salah satu mata uang utama dunia. Singapura,Malaysia dan Philipina misalnya, lebih cocok masuk sebagai blok USD. Sedangkan Indonesia dan Thailand cenderung kepada blok JPY. Hasil ini
mengkonfirmasi temuan empiris Frankel dan Wei (1994), Kim dan Ryou (2001) dan Alesina et al (2002) bahwa permasalahan yang dihadapi dalam penyatuan keuangan Negara-negara ASEAN adalah tidak adanya suatu mata uang anchor yang tunggal bagi mata uang negara ASEAN tersebut. Dari sisi institusi, aktivitas ditingkat ofisial tentang keberadaan OCA dapat dikatakan langka. Beberapa lembaga kerjasama regional telah ada diwilayah ini, misalnya ASEAN, AFTA dan SEACEN, ASEAN misalnya bahkan telah berdiri sejak 1967. Namun demikian diskursus mengenai suatu kerjasama regional yang lebih erat melalui kerjasama moneter (dan mata uang bersama) baru terdengar pasca krisis keuangan Asia 1997. Era sebelum ini suatu kerjasama moneter yang lebih serius tampaknya terkendala oleh keberadaan rezim nilai tukar yang heterogen diwilayah Asia (Wilson, 2002).
Tahun 1997, Jepang menawarkan ide Asian Monetary Fund (AMF). Hal ini merupakan wujud dari kesadaran terhadap perlunya suatu dana emergency yang siap digunakan ketika dibutuhkan. Tampaknya ini juga merupakan reaksi kecewa terhadap sikap lamban IMF dalam mengatasi krisis Asia. Ide ini memperoleh resistensi keras dari IMF (dan stake holder utamanya, sehingga akhirnya gagal diwujudkan. Sebagai pengganti, dalam kerangka ASEAN+3 suatu kesepakatan dalam hal penyediaan dana emergency diwujudkan dalam bentuk pejanjian swap.
Inisiatif ini dikenal sebagai Chiang Mai Initiatives. Dari forum ini tampaknya terlihat adanya perkembangan kearah suatu instrument obligasi Asia. Dari sisi upaya penyatuan mata uang, negara-negara diwilayah ini terlihat jauh lebih kaku Meskipun dibawah Hanoi Plan Action dibulan Desember 1998, pemimpin wilayah ASEAN sepakat untuk memulai suatu studi kelayakan atas adopsi mata uang bersama.
Namun baru Januari 2001, suatu proyek resmi untuk penelitian ini dimulai (Wilson, 2002). Proyek ini dikenal dengan nama Kobe Research Project. Meskipun ditingkat pengambil kebijakan arah penyatuan moneter adalah bergerak lamban, pra kondisi bagi negara Asia sebenarnya telah ada. Eichengreen dan Bayoumi (1996) dalam suatu studinya berkesimpulan bahwa wilayah Asia Timur telah memenuhi persyaratan standar OCA serta telah memiliki kesiapan yang sama dengan wilayah zona Eropa. Bayoumi dan Mauro
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, April 2010 (1999) juga mengusulkan hal yang serupa, namun dengan mesyaratkan perlunya suatu Komitmen politik untuk memastikan bahwa proyek ini akan berhasil. Proposal lainnya dapat dilihat misalnya Wilson (2002), Mundel (2003), dan Branson dan Healy (2005). Syarat dan kondisi teoritis dimana penyatuan mata uang adalah menguntungkan merupakan subyek dari teori Optimum Currency Area (OCA). Teori OCA modern secara komprehensif diuraikan oleh Robert Mundell (1961) dalam seminal paper nya yang berjudul A Theory Of Optimum Currency Areas. Secara ringkas teori tersebut menguraikan bahwa sekelompok negara dapat memperoleh manfaat yang lebih besar dengan melepaskan penggunaan mata uang sendiri dan (secara bersama) mengadopsi mata uang lain atau menerapkan rezim nilai tukar tetap (khususnya antar mata uang negara anggota OCA.
Manfaat yang lebih besar ini dapat terjadi karena berbagai hal misalnya signifikannya transaksi perdagangan internal anggota OCA, mobilitas faktor produksi yang tinggi, korelasi siklus bisnis. Dalam kondisi ini manfaat yang diperoleh dengan tetap menggunakan mata uang sendiri (berupa seignorage dan independensi kebijakan moneter) lebih kecil dari manfaat yang diperoleh dari penyatuan mata uang (berupa biaya transaksi yang rendah, stabilitas dan kredibilitas kebijakan). Untuk mencapai optimalitas wilayah mata uang bersama perlu dipenuhi beberapa karakteristik tertentu. Karakteristik ini menunjukkan kondisi yang diperlukan agar manfaat OCA yang diperoleh para anggotanya dapat maksimal. dibawah ini merangkum karakteristik OCA dimaksud (Mongeli, 2002). Pada satu dekade belakangan ini berkembang
suatu pemikiran kontemporer didalam teori OCA. Berbeda dengan pola pemikiran sebelumnya dimana wilayah moneter bersama akan optimal jika negara-negara anggotanya memenuhi syarat karakeristik OCA, Frankel dan Rose (1998), justru berpendapat sebaliknya: karakeristik OCA adalah bersifat endogen.
Dengan kata lain sekelompok negara dapat saja tidak memenuhi satu-lebih karakteristik OCA. Persyaratan Optimum Currency Area :
1. Fleksibilitas harga dan upah 2. Mobilitas faktor produksi 3. Integrasi pasar keuangan 4. Tingkat keterbukaan ekonomi 5. Diversifikasi produksi dan konsumsi 6. Kesamaan tingkat inflasi
7. Integrasi fiscal 8. Integrasi politis
Manfaat dan Biaya Integrasi Ekonomi :
1. Peningkatan efisiensi mikro karena penggunaan uang yang lebih luas.
2. Perbaikan stabilitas makro dan pertumbuhan karena stabilitas harga dan akses dana yang lebih besar dari integrasi finansial.
3. Positive externality dari biaya transaksi dan cadangan devisa yang lebihrendah serta koordinasi kebijakan yang lebih efektif.
L. Kelemahan Sistem Moneter Internasional
Ketika sistem moneter internasional dikaitkan dengan emas, yang pada akhirnya menyebabkan saling ketergantungan di antara sistem mata uang sehingga menjadi jangkar bagi nilai tukar yang tetap (fixed exchange rate) dan menstabilkan inflasi. Ketika sistem Gold Standard hancur, fungsi yang bernilai ini tidak bertahan lama dan dunia terjebak dalam rezim inflasi yang terus menerus. Sistem moneter internasional saat ini tidak mengatur interdepensi (saling mengait) antara berbagai mata uang dan juga tidak menstabilkan harga. Alih-alih mengandalkan keseimbangan yang dihasilkan secara otomatis, AS terpaksa harus "menampar" mitra dagangnya yang mengancam layaknya musuh. Setelah revolusi di Eropa Timur dan hancurnya komunisme, kita tiba-tiba memiliki 10 negara baru yang masuk dalam sistem moneter internasional, (pecahan Uni Soviet) seluruhnya dengan mata uang yang baru atau kebutuhan baru terhadap kebijakan mata uangnya. Sistem moneter seperti apa yang seharusnya Michel Camdessus (Managing Director IMF saat itu) rekomendasikan kepada negeri-negeri baru itu? Jawabannya akan menjadi nyata sebelum tahun 1971 masing-masing negara itu mesti menstabilkan mata uangnya terhadap Dollar AS atau terhadap salah satu mata uang yang stabil yang berhadapan dengan Dollar AS yang dikaitkan dengan emas.
memperbaiki nilai tukar terhadap blok Dollar yang meliputi hampir seluruh ekonomi dunia, telah memberi negara-negara transisi baru yang relatif memiliki tingkat harga yang stabil di antara negara-negara barat.
Sekarang saya ingin menunjukkan kontribusi amat penting oleh IMF di antara awal pendiriannya tahun 1946 dan 1971. Pada awal pendiriannya IMF memberi negara-negara sebuah filosofi manajemen makro ekonomik yang logis berdasarkan nilai tukar tetap atau terkendali (fixed exchange rate). Kesepakatan yang luar biasa ini sekarang diserahkan kepada para pemimpin moneter domestik. Untuk meyakinkan, sebuah negara dapat memperbaiki mata uangnya terhadap salah satu mata uang utama seperti Dollar AS. Pada praktiknya, kebijakan seperti itu memerlukan aksi dari kepemimpinan yang kuat; rencana stabilisasi (inflasi) melibatkan nilai tukar tetap yang diterapkan di Argentina oleh Domingo Cavallo yang menggambarkan betapa jarang kualitas pemimpin sepertinya.
dalam periode nilai tukar tetap sebelum 1971, kepemimpinan yang kuat tidak diperlukan sebab ada sebuah sistem dimana mayoritas negara mematuhinya dan IMF memiliki seperangkat aspek teknis untuk menerapkannya. Namun setelah tahun 1971 IMF kehilangan sentuhan tersebut ketika beralih dari nilai tukar tetap (terhadap emas) sebelum 1971 menjadi nilai tukar mengambang setelah 1971 dan khususnya setelah 1973, tahun dimana sistem moneter internasional membatalkan nilai tukar tetap beralih ke nilai tukar mengambang. IMF kemudian bergeser tugasnya sebagai pusat sistem moneter internasional menjadi peran baru sebagai konsultan makroekonomi khusus dan pengawas utang (bahkan broker utang-pent), fungsi yang sebenarnya bisa diperankan dengan baik oleh konsultan swasta. Ketika tantangan dari negara-negara transisi muncul, IMF tidak memiliki sistem yang saling mengait untuk stabilitas moneter untuk menawarkan sistem yang baik dan hampir tanpa pengeculian seringkali konsep yang ditawarkan serampangan. Kegagalan negara transisi dibuktikan dengan fakta bahwa tidak satupun dari negara-negara tersebut di akhir 1996, mampu melampaui tingkat pendapatan sejak masa transisi bermula, dan hanya dengan satu atau dua pengecualian, inflasi kembali mencapai 2 digit. Perbaikan sejak akhir perang dingin sejauh ini lebih memburuk dibanding perbaikan di akhir sebagian besar perang dunia (I dan Il) yang amat menghancurkan. sistem moneter internasional yang absolut di dunia saat ini tidaklah ada. Setiap negara memiliki sistemnya sendiri. Kebanyakan orang tidak mengerti bagaimana tidak biasanya (unusual) sistem ini. Selama ribuan tahun negara-negara telah mematok mata uang mereka terhadap salah satu logam mulia (emas atau perak) atau terhadap mata uang lain. Tetapi dalam seperempat abad terakhir sejak sistem moneter internasional (bretton woods) hancur, negara-negara mengadopsi sistem moneternya sendiri, fenomena yang tidak memiliki contoh sejarah dalam kerjasama antar negara yang dikenal sebagai sistem monter internasional. Para ekonom mengetahui bahwa ketergantungan diantara sistem moneter internasional didukung oleh fakta bahwa keseimbangan neraca pembayaran (suatu negara) saling berhubungan satu sama lain.
Apabila satu negara memiliki neraca perdagangan yang surplus maka negara-negara lain memiliki neraca perdagangan yang defisit. Jadi suatu negara bergerak menuju surplus atau defisit yang secara otomatis berpengaruh terhadap negara lain. Ini memiliki pengaruh di dalam sistem nilai tukar mata uang. Di dalam sebuah dunia dari n negara dengan mata uang, ada n-1 nilai tukar yang independen. Setiap negara tidak dapat menetapkan nilai tukarnya. Akan ada banyak nilai tukar tetap di antara negara-negara. ada satu derajat bebas (degree of freedom), yang membiarkan kenaikan terhadap apa yang para ekonom menyebutnya dengan (redundancy problem) masalah kelebihan. Aturan dimana tambahan derajat kebebasan untuk memelihara kestabilan harga, atau dalam kasus standar emas (gold standard) adalah memelihara atau menstabilkan harga emas. di atas kertas, pengumpulan data hampir 200 negara dengan mata uang tunggal dan nilai tukar mengambang akan menunjukkan hasil berupa kebingungan yang luar
biasa. Dalam prakteknya, bagaimanapun juga, sistem ini tidaklah begitu buruk. Ada hubungan yang penting dalam struktur finansial dunia berkenaan dengan konfigurasi kekuatan dalam ekonomi dunia dan aturan khusus yang dijalankan oleh mata uang negara AS. Ketika suatu negara memiliki supereconomy, mata uangnya seringkali memenuhi banyak fungsi dari sebuah mata uang internasional, sebuah judul yang kita coba berangkat dari sini.
M. Sumber-sumber espansi Moneter
Untuk menjamin bahwa pertumbuhan moneter mencukupi dan tidak berlebihan perlu memonitor secara hati-hati tiga sumber utama espansi moneter yaitu :
1. Membiayai defisit anggaran pemerintah dengan meminjam dari bank sentral.
2. Ekspansi deposito melalui penciptaan kredit pada bank-bank komersial.
3. Bersifat eksternal, yaitu menguangkan suplai neraca pembayaran luar Negeri
N. Defisit Fiskal
Tak ada kontroversi di kalangan ekonomi mengenai apakah defisit fiskal dapat dan memang telah di lakukan menjadi sumber penting bagi ekspansi moneter "ekspansif". Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengambil sumber-sumber riil pada laju yang lebih cepat dari yang berkesinambungan pada tingkat harga yang stabil, dapat menimbulkan peningkatan defisit fiskal dan mempercepat penawaran uang sehingga menambah laju inflasi. Bahkan di Negara-negara industri uatama, defisit fiskal yang besar telah menjadi sebab uatam kegagalan memenuhi target suplai uang.
Hal ini cenderung menggeser beban perjuangan dalam menghapuskan inflasi pada kebijakan moneter. Akan tetapi, seperti yang secara sangat tepat dinyatakan oleh para ekonom yang tergabung dalam Economists Advisory Group Bussiness Research Study, "Makin besar ketergantungan sektor pemerintah kepada system perbankan, makin sukar bagi bank sentral untuk melakukan suatu kebijakan moneter yang konsisten. Karena itu, kalau tidak ingin kebijakan moneter menjadi kurang efektif atau terlalu restriktif, harus ada koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal untuk merealisasikan tujuan-tujuan nasional. Ini menggaris bawahinya perlunya suatu kebijakan fiskal yang noninflasioner dan realistis di Negara-negara muslim.
Dalam bukunya Chapra mengatakan bahwa, bank sentral harus menjadi pusat sistem perbankan, ia harus menjadi sebuah institusi pemerintah yang otonom, yang bertanggung jawab untuk merealisasikan sasaran-sasaran ekonomi Islam di bidang keuangan bank. Dalam upaya untuk pencapaian tujuan tersebut bank harus dapat menggunakan instrumen dan metode apapun yang diperlukan dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Bank sentral tidak dapat merealisasikan sasaran stabilitas moneter tanpa bantuan pemerintah karena itu, suatu pemerintahan muslim yang bersungguh-sungguh komitmen kepada pencarian sasaran ini harus melakukan suatu kebijakan fiskal yang konsisten dengan sasarannya. Ini lebih penting karena pasar-pasar uang di Negara-negara muslim relative terbelakang dan kebijakan moneter tidak dapat
produktif dan mubazir merupakan kewajiban bagi setiap manusia. sesudah semua pengeluaran yang tidak perlu dan mubazir dieliminasi, neraca pengeluaran pemerinatah dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1. pengeluaran rutin, 2. pengeluaran proyek, dan 3. pengeluaran darurat.
O. Penciptaan Kredit Bank Komersial
Bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 adalah Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Salah satu Kegiatan Perbankan antara lain:
Menghimpun dana dari masyarakat, Menyalurkan kredit kepada masyarakat dan Memberikan jasa-jasa kepada masyarakat.
Kesimpulannya, Simpanan bank komersial menyumbangkan bagian yang cukup signifikan dalam keseluruhan persediaan uang. Simpanan tersebut dapat berupa simpanan utama yang menyediakan sistem perbankan uang basis (uang kontan dalam bank dan simpanan di bank sentral) atau simpanan derivatif (deposito derivative) yang alam sistem cadangan yang popoional mewakili uang yang diciptakan oleh bank komersial dalam proses perluasan kredit dan menyumbangkan ekspansi moneter. Karena deposit derivative cenderung menigkatkan penawaran uang dengan cara yang sama seperti uang yang dikeluarkan pemerintah atau bank sentral. Akan tetapi Deposito derivative mempunyai potensi inflasioner, sehingga ekspansi dalam deposito derivative harus diatur jika ingin pertumbuhan moneter dapat dicapai.
Deposito bank komersial merupakan bagian penting dari penawaran uang sebagai kemudahan untuk analisis, deposito ini dapat dibag menjadi dua bagian:Deposito primer yang menyediakan system perbankan dengan basis uang (uang kontan dalam bank + deposito di bank sentral). Deposito derivative yang dalam sebuah system cadangan proporsional, mewakili uang yang diciptakan oleh bank komersial dalam proses perluasan kredit dan merupakan sumber utama ekspansi moneter dalam perekonomian dengan kebijakan perbankan yang sudah maju.Kredit harus sesai dengan target moneter dan menciptakan kompetisi yang sehat antar bank komersial. Ini dapat dilakukan dengan mengatur penyediaan uang pokok bagi bank- bank komersial dan membatasi bank untuk membuat cadangan kas tidak efektif.
Dalam sistem kredit dan keuangan, bank-bank komersial yang memilki hak istimewa untuk meminta deposito, harus beroperasi berdasarkan cadangan 100%.
Cadangan-cadangan ini kebanyakan didepositokan dalam sistem perbankan pusat atau secara aktual ditarik dari peredaran. Bila tidak bank-bank itu menyediakan semua jasa lain tanpa bunga Dalam ekonomi Islam, kredit untuk kegiatan-kegiatan produktif baik jangka panjang maupun jangka pendek adalah fungsi moneter. Kredit moneter itu digunakan sebagai alat utama dalam kebijakan moneter melalui:
a. Tenggang waktu pinjaman
b. Persyaratan presentase pendanaan oleh peminjam c. Persyaratan kelayakan untuk mendapatkan kredit d. Perlindungan untuk kredit dalam jumlah besar
P. Peranan Kebijakan Moneter di Negara Berkembang
Tugas kebijakan moneter pada umumnya jauh lebih berat dan rumit jika dibandingkan dengan di negara maju. Ada beberapa faktor menyebabkan hal ini. Pertama, tugas untuk menciptakan penawaran uang yang cukup sehingga pertambahannya dapat selalu selara dengan jalannya pembangunan yang memerlukan disiplin kuat di kalangan penguasa moneter dan juga di pihak pemerintah. Kekurangan modal, dan terbatanya pendapatan pemerintah sering kali menimbulkan dorongan yang sangat kuat bagi pemerintah untuk meminjam secaraberlebihan pada bank Sentral. Jika ini, dilakukan laju pertambahan jumlah uang tunai danakan menjadi lebih cepat dari yang diperlukan. Kedua, Bank sentral di negara berkembangharus lebih teliti dan berhati-hati mengawasi perkembangan penerimaan valuta asing danmengawasi kegiatan dalam sektor luar negeri (ekspor dan impor). Kegiatan di sektor inisangat mudah menimbulkan inflasi negar tersebut, karena harga mentah yang diekspor selalunaik turun. Maka, penerimaan dari kegiatan ekspor selalu mengalami perubahan yang tidakteratur. Adakalanya tingkat kenikan yang besar sekali, dan ada kalanya sangat merosot, akibatdari naik turunnya pendapatan ekspor kepada ketabilan ekonomi dan kelancaranpembangunan.
Dengan meningkatkan ketelitian dari kebijakan moneter yang lebih berhati terhadappengeluaran uang dalam negeri dan perdagangan luar negeri, ketabilan jumlah uang beredarakan lebih terarah dan akan menjadi penyeimbang dalam kebijakan yang dilakukan untukpengeluaran pemerintah yang dapat disebuut dengan kebijakan fiskal. Efektifitas kebijakanmoneter yang dapat terlihat bagaimana mengembangkan sektor pedesaan dengan baik untukmenyalurkan ke dalam unit yang membutuhkan. Berkaitan dengan lembaga ekonomi,terkandung konsep mengenai pasar desa dan kemudian konsep modern mengenai agropolitan,kota pertanian sebagai pusat perdagangan dan pelayanan jasa masyarakat pertanian. Lembaga pasar dan agropolitan ini memfasilitasi proses terbentuknya pasar dan ekonomi pasar.Perdagangan dan jasa membutuhkan alat pembayaran yaitu uang. Karena itu, perkembanganpasar ikut menumbuhkan proses monetisasi pedesaan. Di daerah pedesaan, bank akan memilikicorak tersendiri yang diwarnai oleh perilaku masyarakat pedesaan. Karena itu, kemudian timbulkonsep, mengenai Bank Pedesaan (rural bank) sebagai lembaga intermediasi untukmenghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kepada mereka yang membutuhkan. DiIndonesia, Bank rakyat Indonesia (BRI) merupakan model bank pedesaaan dengan ciri BRIUnit desanya yang berhasil memfasilitasi proses monetisasi pedesaan.Untuk negera berkembang, diperlukan suatu kerjasama dengan setiap Bank Umum agarmampu sebagai Bank yang dapat memberikan pinjaman selaras dengan kebijakan pemerintahuntuk membantu permodalan pada UMKM. Namun prinsip penggunaan modal yang diberikankepada UMKM, diperlukan perhatian yang selektif agar bisa menjadi cara untuk peningkatanpertumbuhan ekonomi. Terhadap lembaga asing, juga diperlukan sautu kehati-an dalammelakukan seleksi, agar terjadinya profesionalisme dalam tindakan yang bersifat kebijakanmoneter.
BAB lll PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Sistem moneter adalah bank-bank atau lembaga-lembaga yang ikut menciptakan uang giral. Di Indonesia yang dapat digolongkan ke dalam sistem moneter adalah otoritas moneter yaitu Bank Indonesia dan bank-bank pencipta uang giral. Oleh karena itu sistem perbankan merupakan bagian integral dari suatu sistem moneter. Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi agar dapat berjalan sesui dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Pengertian kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah (Bank Sentral) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar. Sistem Moneter Internasional adalah satu perangkat kebijakan, institusi, praktisi, regulasi, mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata uang satu di tukarkan dengan mata uang yang lain. Perubahan sistem moneter diakibatkan oleh gejolak ekonomi. Dengan mempelajari pengalaman historis akan dapat diperoleh gambaran timbulnya ketidakstabilan ekonomi serta proses penyesuaian neraca pembayaran internasional.
3.2 Saran
Sistem dan kebijakan moneter yang baik akan dapat membuat perekonomian , pembangunan , serta arus moneter di Indonesia menjadi lebih baik pula. Maka itu, lembaga keuangan harus paham mengenai kebijakan kebijakan moneter yang ada di Indonesia. Menurut Charles D, Spielberger (dalam Ilandoyo, 2001:63) menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak
menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.
Charles dan Sharason (1988, hal 29) menjelaskan bahwa stres kerja terjadi ketika kemampuan individu tidak seimbang atau tidak sesuai dengan tuntutan dalam lingkungan pekerjaannya. Stres dalam pekerjaan menimbulkan konsekuensi yang bermacam–macam jenisnya, baik berupa akibat kognitif, fisiologis maupun keorganisasian. Akibat kognitif dari stress antara lain adalah ketidakmampuan mengambil keputusan yang sehat, kurang konsentrasi, sangat peka terhadap kecaman dan rintangan mental. Akibat fisiologis dari stres antara lain adalah tekanan darah naik, mulut kering, berkeringat dan sebagainya. Akibat keorganisasian dari stress antara lain adalah kemangkiran, produktivitas rendah, ketidakpuasan kerja, menurunnya ketertarikan dan loyalitas terhadap organisasi (Gibson, Ivancevich dan Donnely, 1988).
Menurut penelitian Beker dkk (1987), stres yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stres akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi sel–sel kekebalan tubuh, ataupun sel–sel antibody banyak yang kalah. Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara stres
dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stres sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan system autoimmune-nya.
Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibody tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif.
Gibson et al (dalam Yulianti, 2000:9) mengemukakan bahwa stress kerja dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stress sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respon.
Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap stresor. Pendekatan ini memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Pendekatan stimulus-respon mendefinisikan stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Stres dipandang tidak sekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan stres merupakan hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu untuk memberikan tanggapan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, Sri. 2000. "Perkembangan Moneter Perbankan Indonesia". PT. Gramedia,
Boediono, "Merenungkan Kembali Mekanisme Transmisi Moneter di Indonesia",Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia, Volume 1, Nomor 1, Juli 1998
Sarwono, Hartadi A., dan Perry Warjiyo, "Mencari Paradigma Baru ManajemenMoneter dalam Sistem Nilai tukar Fleksibel: Suatu Pemikiran untuk Penerapannya di Indonesia", Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, BankIndonesia, Volume 1, Nomor 1, Juli 1998.
Boediono, Ekonomi Internasional, BPFF, Yogyakarta, 2000
Boediono, "Merenungkan Kembali Mekanisme Transmisi Moneter di Indonesia", Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia, Volume 1, Nomor 1, Juli 1998.
Jain, Subhash C.,Manajemen Pemasaran Internasional, Jakarta: Erlangga, 1996.
http://didikurniawan.web.id di akses tgl 10Desember 2016
http://diahayuastriniwebblog.blogspot.co.id/2013/02/sistem-moneter-internasional.html http://alexandria05.blogspot.co.id/2014/10/makalah-sistem-moneter-internasional.html