• Tidak ada hasil yang ditemukan

manajemen rantai pasokan gabah padi pabrik beras

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "manajemen rantai pasokan gabah padi pabrik beras"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Ekonomi Islam Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh:

MIRNAWATI NIM. 083 144 090

Pembimbing:

Ahmadiono, S.Ag., M.E.I.

NIP. 19760401 200312 1 005

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

2018

(2)
(3)
(4)















Artinya :

“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah- buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang

mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling ?” (QS. Al An’am ayat 95)*

*Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemah(Bandung: Diponegoro, 2000)

(5)

SAW. Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Bapak Mudahla dan Ibu Susmiati, sebagai orang tua terbaik yang selalu memberikan doa, semangat dan kepercayaan kepada saya.

2. Adik kandung saya Agus Haryanto, Didik Supriadi dan Muhammad Alif yang memberi dukungan.

3. Dan untuk yang tercinta suami saya Abdul Muis yang banyak sekali membantu saya dalam proses pembuatan skripsi ini.

4. Untuk yang terkasih separuh jiwa putriku Ashadiya Zayan Anindita yang selalu memberikan senyuman saat saya lelah.

5. Bapak Rektor, semua Dekan, semua Dosen IAIN Jember yang telah membimbing saya dan telah mendidik saya.

6. Semua pihak informan dalam penelitian saya yang bersedia saya minta waktunya, terutama bagi pimpinan PB Sukoreno Makmur.

7. Teman-teman seperjuangan saya kelas K2 prodi Ekonomi Syariah Jurusan Ekonomi Islam, terimakasih atas rasa kekeluargaannya selama ini.

8. Sahabat terbaik saya Siti Masruroh, Sofiatul Halawiyah, Ulil Tria Utari telah memberi semangat saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

9. Dan untuk teman saya yang cukup sabar atas pertanyaan saya yang bertubi-tubi Irodatun Nasiha dan Siti Maritsatul Fauziah.

10. Almamater tercinta Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember beserta segenap angkatan.

(6)

menyelesaikan program sarjana dapat terselesaikan dengan lancar. Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H Babun Suharto, S.E., M.M. selaku rector IAIN Jember.

2. Bapak Dr. Moch. Chotib, S.Ag., M.M. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Jember.

3. Bapak M.F. Hidayatullah, S.H.I., M.S.I. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Islam.

4. Ibu Nikmatul Masruroh, S.H.I., M.E.I. selaku Ketua Program Studi Ekonomi Syariah.

5. Bapak Daru Anondo, SE., M.Si. selaku Dosen wali.

6. Bapak Ahmadiono, S. Ag., M.E.I. selaku Dosen Pembimbing saya menyusun skripsi.

7. Para Dosen IAIN Jember.

8. Tim penguji IAIN Jember.

9. Seluruh informan dalam penelitian ini khususnya bagi Pimpinan Pabrik Beras Sukoreno Makmur yang sudah memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga membantu proses penyelesaian penelitian.

Penulis menyadari bahwa dalam pembahasan dan penulisan skripsi ini banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran selalu penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Jember, 10 Oktober 2018

MIRNAWATI NIM. 083 144 090

(7)

Beras menjadi komoditas pangan yang paling pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Bahkan, beras merupakan food habit sehingga masyarakat beranggapan bahwa belum dikatakan makan kalau belum makan nasi. Banyaknya makanan khas Indonesia terbuat dari beras membuat beras menjadi bahan makanan sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Dari tahun ke tahun kebutuhan beras di Indonesia semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun.

Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah : a) Bagaimana aliran produk di PB Sukoreno Makmur di Desa Sukoreno Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember ? b) bagaimana aliran uang di PB Sukoreno Makmur di Desa Sukoreno Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember ? c) Bagaimana aliran informasi di PB Sukoreno Makmur di Desa Sukoreno Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember ?.

Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah : a) Untuk mengetahui aliran produk di PB Sukoreno Makmur di Desa Sukoreno Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember. b) Untuk mengetahui aliran uang di PB Sukoreno Makmur di Desa Sukoreno Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember. c) Untuk mengetahui aliran informasi di PB Sukoreno Makmur di Desa Sukoreno Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember.

Metode penelitian menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, penentuan informan menggunakan teknik Snowball Sampling, teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian ini sebagai berikut : a) Aliran produk mengalir dari hulu ke hilir yaitu melalui petani, pedagang pengumpul padi, Pabrik Beras Sukoreno Makmur, pedagang besar, pedagang ecer dan konsumen. b) Aliran uang mengalir dari hilir ke hulu yaitu melalui konsumen, pedagang ecer, pedagang besar, Pabrik Beras Sukoreno Makmur, pedagang pengumpul padi dan petani. c) Aliran informasi mengalir dari hulu ke hilir begitupun sebaliknya dari hilir ke hulu yaitu melalui petani, pedagang pengumpul padi, Pabrik Beras Sukoreno Makmur, pedagang besar, pedagang ecer dan konsumen begitupun terjadi sebaliknya.

Kata kunci : Aliran Produk, Aliran Uang, Aliran Informasi

(8)

mempunyai potensi terjadinya wanprestasi berupa pembiayaan macet. Hal ini disebabkan salah satunya karena dana pembiayaan tidak digunakan sebagaimana mestinya. Permasalahan ini ditinjau dari segi maslahah mursalah karena permasalahan mekanisme penyelesaian Wanprestasi ini tidak diterangkan secara jelas dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Maslahah mursalah digunakan agar tidak terjadi kesalahpahaman antara nasabah dan pihak BMT dan agar tidak pihak ada yang dirugikan.

Dari uraian diatas terdapat 2 fokus penelitian yaitu: (1) bagaimana mekanisme penyelesaian wanprestasi pada pembiayaan murabahah di BMT Sidogiri unit Kaliwates? (2) bagaimana tinjauan maslahah mursalah terhadap mekanisme penyelesaian wanprestasi pada pembiayaan murabahah di BMT Sidogiri unit Kaliwates?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian field research. Penetuan subyek penelitian menggunakan tekhnik purposive sampling. Teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun analisis data dalam skripsi ini melalui tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan untuk keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : (1) Dalam mekanisme penyelesaian wanprestasi pada pembiayaan murabahah, BMT menerapkan beberapa cara penyelesaian . diantaranya bank akan menganalisa terlebih dahulu apa penyebab nasabah tersebut menunda-nunda bahkan lalai dalam pembayaran.

Setelah dianalisa dan nasabah masih dianggap layak untuk meneruskan pembiayaan maka bank akan melakukan Rescheduling yaitu perpanjangan waktu dengan cara menurunkan jumlah angsuran. Dan apabila nasabah masih lalai dan menunda-nunda pembyaran maka bank akan melakukan eksekusi jaminan dan jaminan tersebut akan dijual, hasil dari peroleh penjualan jaminan itu diambil untuk menutupi hutang nasabah dan selebihnya akan dikembalikan kepada nasabah, tentunya hal tersebut sudah dengan persetujuan dari nasabah yang bersangkutan. (2) BMT meninjau dari segi maslahah mursalah karena demi kebaikan kedua belah pihak (BMT dan nasabah) agar keduanya sama-sama tidak merasa ada yang dirugikan. Maslahah mursalah ini digunakan agar tidak terjadi kesalah pahaman antara pihak BMT dan nasabah. Pada dasarnya nasabah tersebut sama didalam ekonominya, yaitu sama-sama termasuk kedalam golongan ekonomi menengah, sehingga tidak ada perbedaan tingkatan kemaslahatan bagi nasabah yg satu dengan yang lain. Oleh Karena itu mekanisme penyelesaian wanprestasi pada pembiayaan Murabahah sesuai dengan tingkatan maslahah yang kedua, yaitu maslahah hajjiyat (kemaslahatan sekunder) yang merupakan hal-hal yang sangat dibutuhkan sebagai sarana mempermudah dan menghindari kesulitan.

(9)

potential of defaulting on bad debts. This is because one of them is because the funding fund is not used properly. This problem is viewed in terms of maslahah mursalah because the problem of completion mechanism of this achievement is not explained clearly in Qur'an and Hadith. Maslahah mursalah used so that there is no misunderstanding between the customer and the BMT and so that no party is harmed.

From the above description there are 2 research focuses that are: (1) how the mechanism of settlement of default on murabahah financing at BMT Sidogiri Kaliwates unit? (2) how is the maslahah review of the mechanism for the settlement of default on murabahah financing in the BMK Sidogiri Kaliwates unit?

This study uses a qualitative approach with field research. Determination of research subject using purposive sampling technique. Its data collection techniques use observation, interviews, and documentation. As for data analysis in this thesis through three step that is data reduction, data presentation, and withdrawal conclusions. While for data validity use source triangulation.

The result of this research can be concluded that: (1) In the mechanism of settlement of default on murabahah financing, BMT applies several ways of settlement. such as banks will first analyze what causes the client to delay or even default in payment. Once analyzed and customers are still considered eligible to continue financing, the bank will undertake Rescheduling that is an extension of time by reducing the amount of installment. And if the customer is still negligent and procrastination the bank will execute the guarantee and the guarantee will be sold, as a result of obtaining the sale of the guarantee is taken to cover the client's debt and the rest will be returned to the customer, of course it has already been approved by the customer concerned . (2) BMT views in terms of maslahah mursalah because of the goodness of both parties (BMT and customers) so that both of them do not feel any harm. This Maslahah mursalah is used to avoid misunderstanding between BMT and customers. Basically, the client is the same in the economy, which is equally included in the middle class economy, so there is no difference in level of benefits for the customer. Therefore, the mechanism of settlement of default on Murabahah financing is in accordance with the second maslahah level, namely maslahah hajjiyat (secondary benefit) which is a very needed thing as a means of ease and avoid difficulties.

(10)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iii

MOTTO ...iv

PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR ...vi

ABSTRAK ...vii

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulu... 11

B. Kajian Teori ... 24

1. Manajemen Rantai Pasokan ... 24

2. Manfaat Manajemen Rantai Pasokan ... 26

3. Komponen Rantai Pasokan ... 27

4. Aliran Rantai Pasok ... 28

a. Aliran Produk ... 28

1) Pengembangan Produk ... 28

2) Pengadaan Produk ... 32

3) Perencanaan dan Pengendalian Produk ... 35

(11)

1) Kartu Kredit ... 48

2) Jadwal Pembayaran ... 50

3) Penetapan Kepemilikan dan Pengiriman ... 51

c. Aliran informasi ... 52

1) Peramalan Pemintaan ... 53

2) Transmisi Pemesanan ... 55

3) Laporan Status Pengiriman ... 56

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 58

B. Lokasi Penelitian ... 59

C. Subyek Penelitian ... 59

D. Teknik Pengumpulan Data ... 61

E. Analisis Data ... 63

F. Keabsahan Data ... 64

G. Tahap-tahap Penelitian ... 65

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Objek Penelitian... 68

B. Penyajian Data dan Analisis ... 79

C. Pembahasan Temuan ... 104

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 114

B. Saran-saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 116 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)
(13)

Gambar 4.3 Aliran Produk Pada PB Sukoreno Makmur ... 91 Gambar 4.4 Aliran Uang Pada PB Sukoreno Makmur ... 98 Gambar 4.5 Aliran Informasi Pada PB Sukoreno Makmur ... 104

(14)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Peningkatan ketahanan pangan di Indonesia yang seringkali tidak berjalan dengan optimal dikaitkan dengan kurangnya penganekaragaman bahan pangan dan inovasi pengolahan berbagai bahan makanan yang dihasilkan.

Padahal salah satu fakta penting yang selama ini menghambat pemanfaatan optimal berbagai jenis bahan pangan adalah kurang efektifnya interaksi antarpelaku bisnis dalam proses penyampaian produk atau komoditas pangan tertentu.Untuk mendukung optimalisasi upaya peningkatan ketahanan pangan tersebut, diperlukan inovasi dalam meningkatkan efektivitas aliran komoditas melalui kinerja yang lebih baik antarpelaku bisnis dengan menggunakan pendekatan manajemen rantai pasok.1

Beras menjadi komoditas pangan yang paling pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Bahkan, beras merupakan food habit sehingga masyarakat beranggapan bahwa belum dikatakan makan kalau belum makan nasi. Banyaknya makanan khas Indonesia terbuat dari beras membuat beras menjadi bahan makanan sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Dari tahun ke tahun kebutuhan beras di Indonesia semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun. Sulawesi

1 Anggun Maria Subroto, Lotje Kawet dan Jacky Sumarauw, “Evaluasi Kinerja Supply Chain Manajemen Pada Produksi Beras di Desa Panasen Kecamatan Kakas”, Jurnal EMBA Vol 3,1 (Maret, 2015), 654.

(15)

Utara merupakan salah satu Provinsi penghasil beras yang ada di Indonesia.

Rantai pasokan menyangkut hubungan yang terus-menerus mengenai barang, uang dan informasi. Barang umumnya mengalir hulu ke hilir, uang mengalir dari hilir ke hulu, sedangkan informasi mengalir dari hulu ke hilir maupun hilir ke hulu.

Petani merupakan produsen utama dalam pengelolaan beras. Dengan kerja yang maksimal petani dapat membantu menstabilkan perekonomian Indonesia tentu dengan berperan aktif dalam pertanian maupun ketahanan pangan. Namun yang menjadi permasalahannya saat ini kesejahteraan petani di Indonesia masih rendah. Rendahnya kesejahteraan petani ini dikarenakan rendahnya nilai tambah produk yang dinikmati oleh petani. Petani menjual produk pertanian hasil panen begitu saja. Banyak petani menjual hasil pertanian, misalnya padi, ketika masih berada di sawah.2

Proses pemetikan hasil petanian dan pasca panen seperti proses pengeringan, proses penggilingan, proses pengemasan dan proses penjualan kepada konsumen sering kali dilakukan oleh pihak lain. Nilai tambah yang besar berada pada proses pasca panen dan proses penjualan ini, sementara risiko kegagalan usaha lebih banyak berada pada proses penanaman dan budidaya di lahan pertanian. Jadi, petani mendapatkan nilai tambah yang kecil karena membutuhkan waktu lama mulai dari penyiapan lahan sampai masa panen ditambah lagi menanggung risiko kegagalan panen karena berbagai sebab, sehingga sulit diharapkan petani mendapatkan kesejahteraan yang

2Diana Tiar Sihombing dan J. Sumarauw,“Analisis Nilai Tambah Rantai Pasokan Beras di Desa Tatengesan Kecamatan Pusomaen Kabupaten Minahasa Tenggara”, Jurnal EMBA Vol. 3, 2 (Juni, 2015), 799.

(16)

memadai. Bahkan, di beberapa daerah, keterbatasan di bidang modal memaksa petani tergantung pada pihak lain dalam penyediaan input pertanian seperti bibit dan pupuk dan membayarnya dengan produk yang dihasilkan.3

Bagi Indonesia, pangan diidentikkan dengan beras karena jenis pangan ini merupakan makanan pokok utama. Gangguan pada ketahanan pangan (beras) seperti kekurangan ketersediaan beras dan kenaikan harga beras dapat memicu kerawanan sosial, ketidakstabilan ekonomi dan politik serta secara menyeluruh dapat mengganggu stabilitas nasional

Strategi ideal dalam manajemen rantai pasok adalah menekankan adanya efisiensi dan mengelola kemampuan dalam ketepatan merespon permintaan konsumen yang diwujudkan dengan aplikasi kebijakan perusahaan dalam mengoptimalkan enam faktor pendorong kinerja rantai pasokan yaitu fasilitas, persediaan, transportasi, informasi, sumber daya dan harga secara menyeluruh.4

Dewasa ini manajemen rantai pasok bukan lagi dianggap sebagai hal baru bagi perusahaan. Berbagai perusahaan telah menerapkan manajemen rantai pasok dalam bisnisnya untuk meningkatkan efisiensi proses logistik.

Tujuan dari manajemen rantai pasok adalah untuk meminimalisasi total biaya rantai pasok dalam memenuhi kebutuhan tetap maupun tidak tetap, dimana total biaya terdiri atas biaya bahan baku dan biaya tambahan, biaya transportasi

3Ibid., 799.

4Cory Trisilawaty, Marimin dan Noer Azam Achsani,“Analisis Optimasi Rantai Pasok Beras dan Penggunaan Gudang di Perum BULOG Divre DKI Jakarta”, Pangan Vol 20, 2 (Juni, 2011), 177.

(17)

pengiriman, biaya fasilitas investasi, biaya produksi langsung dan tak langsung, biaya persediaan, dan sebagainya.5

Rantai pasok memiliki keterkaitan yang saling berhubungan antara pemasok bahan baku dan layanan yang mencakup tranformasi bahan baku menjadi produk dan atau jasa dan proses pengirimannya sampai ke tangan pelanggan. manajemen rantai pasok berusaha untuk menghubungkan setiap kegiatan dalam perusahaan dan para pemasoknya untuk mencocokkan aliran bahan baku, jasa, dan informasi sesuai dengan permintaan pelanggan. Secara umum penerapan konsep manajemen rantai pasok dalam perusahaan akan memberikan manfaat yaitu kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin besar. Adapun manajemen rantai pasok merupakan integrasi aktivitas –aktivitas yang berawal dari pengadaan barang dan jasa, mengubah bahan baku menjadi barang dalam proses dan barang jadi, serta mengantarkan barang–barang tersebut kepada para pelanggan dengan cara yang efisien.

Pentingnya koordinasi karena merupakan penentu utama efektifitas proses kegiatan dalam rantai pasok karena koordinasi mencakup informasi- informasi yang berfungsi untuk mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan antar pelaku di sepanjang rantai pasok.Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan

5Mubaroq Rayan Muhammad dan Jacky S.B. Sumarauw,“Evaluasi Kinerja Manajemen Rantai Pasok Pada Pemasok Daging Ayam, Jeky PM”, Jurnal EMBA Vol 2, 4 (Desember, 2014), 196.

(18)

kuantitas yang di capai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.6

Awalnya, pemerintah akan mengimpor beras khusus yang artinya beras yang tidak ditanam di Indonesia, seperti beras merek Jasmine asal Thailand.

Namun, di akhir cerita pemerintah mengubah jenis beras yang akan diimpor dari beras khusus menjadi beras umum. Jumlah impor juga mencapai 500.000 ton. Penunjukkan pelaksana impor juga berubah dari yang awalnya PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menjadi Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.

Rencananya, beras yang akan diimpor pemerintah akan masuk pada akhir Januari 2018.

Sementara pada pekan sebelumnya, yakni pada Jumat (12/1/2017), Divisi Regional (Kadivre) Badan Urusan Logistik (Bulog) Sulawesi Selatan (Sulsel) menolak beras impor yang akan didatangkan ke Indonesia. Pasalnya, Bulog Sulsel menyatakan persediaan beras digudangnya mencukupi hingga 20 bulan ke depan sehingga mereka siap menyuplai pasokan berasnya ke daerah- daerah lain yang membutuhkan. Kepala Divre Bulog Sulsel Dindin Syamsuddin mengatakan, stok beras di Sulsel mencapai kebutuhan hingga 20 bulan ke depan. Bahkan, pihaknya pun siap menyuplai beras ke Aceh hingga Papua. Dindin mengucapkan, HET beras saat ini sebesar Rp. 9.450 per

6Subroto dkk, Evaluasi Kinerja, 655.

(19)

kilogram. Namun, Bulog Sulsesl menjualnya dengan harga Rp. 9.000 per kilogram untuk menormalkan harga beras premium di pasaran.7

Dengan hal ini penting untuk melakukan analisis strategi manajemen rantai pasok gabah padi pada PB SUKORENO MAKMUR dengan melihat kondisi perusahaan tersebut yang dimana PB SUKORENO MAKMUR membeli gabah padi pada petani padi dan pengumpul padi untuk pemenuhan produksi beras. Serta analisis ini bertujuan untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasok PB Sukoreno Makmur, mengetahui aliran produk dalam rantai pasokan gabah padi PB Sukoreno Makmur mengetahui aliran keuangan dalam rantai pasokan gabah padi PB Sukoreno Makmur serta untuk mengetahui aliran informasi dalam rantai pasokan gabah padi PB Sukoreno Makmur yang berada di Desa Patempuran Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember Jawa Timur.

B. FOKUS PENELITIAN

Rumusan masalah adalah langkah awal untuk menentukan sesuatu hal yang diberikan. Berdasarkan dari latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana aliran produk di PB Sukoreno Makmur di Desa Sukoreno Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember ?

2. Bagaimana aliran uang di PB Sukoreno Makmur di Desa Sukoreno Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember ?

7https: //m.kaskus.co.id/thread/5a5de5fe620881e5348b456b/perjalanan-impor-beras-indonesia- mulai-tahun-2000-hingga-2018/

(20)

3. Bagaimana aliran informasi di PB Sukoreno Makmur di Desa Sukoreno Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian.8Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan aliran produk di PB Sukoreno Makmur di Desa Sukoreno Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember.

2. Untuk mendeskripsikan aliran uang di PB Sukoreno Makmur di Desa Sukoreno Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember.

3. Untuk mendeskripsikan aliran informasi di PB Sukoreno Makmur di Desa Sukoreno Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya sebagai berikut:9

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat pada tataran teoritis, berupa terkonfirmasinya teori yang menyatakan bahwa aliran rantai pasok yang berupa produk, uang dan informasi menjadi satu kesatuan dalam manajemen rantai pasok.

8Babun Suharto dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2017), 45.

9Ibid., 45.

(21)

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan manfaat Penerapan Strategi Manajemen Rantai Pasokan dalam Operasi Produksi.

b. Bagi IAIN Jember

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai tambahan khazanah keilmuan dibidang akademik dan dapat menjadi tambahan literatur atau referensi bagi lembaga IAIN Jember dan mahasiswanya yang berminat untuk meneliti dan mengembangkan kajian tentang Peranan Strategi Manajemen Rantai Pasokan dalam Operasi Produksi.

c. Bagi PB Sukoreno Makmur

Penelitian ini diharapakan dapat dijadikan pedoman dalam Memanajemen Rantai Pasokan yang terjadi di PB Sukoreno Makmur dan untuk bahan evaluasi dari kegiatan Manajemen Rantai Pasokan yang telah berlalu.

E. DEFINISI ISTILAH

1. Manajemen Rantai Pasokan

Rantai Pasokan adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.10

10 I Nyoman Pujawan dan Mahendrawathi, Supply Chain Management Edisi 3 (Yogyakarta:

ANDI, 2017), 4.

(22)

Adapun perbedaan antara Rantai Pasok dan Manajemen Rantai Pasok itu sendiri, Supply Chain (Rantai Pasok) adalah jaringan fisiknya yaitu perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir sedangkan Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasok) adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya.11

Pengertian Manajemen Rantai Pasok (Supplty Chain Management) yaitu metode atau pendekatan untuk mengelola aliran produk, aliran informasi, dan aliran uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari supplier, pabrik, pelaku kegiatan distribusi maupun jasa-jasa logistik.12

Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasok) merupakan suatu konsep menyangkut pola pendistribusian produk yang mampu menggantikan pola-pola pendistribusian produk secara optimal. Pola baru ini menyangkut aktivitas pendistribusian, jadwal produksi, dan logistik.13 F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk lebih memudahkan dalam pembuatan skripsi, maka sebaiknya disusun sistematika yang sesuai dengan urutan-urutan yang ada dalam skripsi. Adapun sistematika pembahasannya sebagai berikut :

11Ibid., 7.

12Ibid., 27.

13 Agus Widyarto, “Peran Supply Chain Management Dalam Sistem Produksi dan Operasi Perusahaan”, BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol 16, 2 (Desember, 2016), 92.

(23)

Bab satu pendahuluan, pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan juga tentang sistematika pembahasan.

Bab dua kajian kepustakaan, bab ini menjelaskan tentang penelitian terdahulu yang membahas penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain yang serupa dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, serta kajian teori yang membahas tentang teori yang membahas tentang teori yang dijadikan landasan dalam melakukan penelitian yang sesuai dengan fokus penelitian.

Bab tiga metode penelitian, bab ini menjelaskan metode yang digunakan untuk penelitian oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus.

Bab empat penyajian data dan analisis, bab ini akan membahas hasil yang diperoleh dari penelitian dengan berlandaskan pada penelitian lapangan. Penyajian data dan analisa data ini akan mendeskripsikan tentang uraian data dan temuan yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur yang diuraikan pada bab tiga terkait dengan fokus penelitian yang diangkat.

Bab lima penutup atau kesimpulan dan saran, bab ini berisi tentang kesimpulan yang merangkum semua pembahasan yang telah diuraikan pada beberapa bab sebelumnya, tentang saran-saran yang merekomendasikan mengacu atau bersumber dari temuan peneliti, pembahasan dan kesimpulan atau akhir hasil penelitian.

(24)

A. Penelitian Terdahulu

Studi pustaka perlu dikaji terlebih dahulu untuk menguasai teori yang relevan dengan topik atau masalah penelitian dan rencana model analisis yang dipakai. Sehubungan dengan penelitian ini, ada beberapa peneliti yang terdahulu pernah melakukan penelitian serupa, diantaranya yaitu :

1. Skripsi “PENGARUH SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Pada Industri Keripik Pisang di Kelurahan Segalamider Bnadar Lampung)”. Oleh Tisya Mona Maulina.

2017. Universitas Lampung.

Hasil dari penelitian terdahulu ini yaitu dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis awal yang menyatakan terdapat pengaruh Supply Chain Management Terhadap Kinerja Perusahaan Industri Keripik Pisang di Kelurahan Segalamider Bandar Lampung, sehingga hipotesis diterima. Hal ini berdasarkan hasil Uji T variabel bebas yaitu Supply Chain Management dengan nilai t hitung > t tabel yaitu 4,053 > 1,693 yang berarti Ho di tolak dan Ha diterima. Hal ini berarti variabel Supply Chain Management berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Kinerja Perusahaan.14

14 Tisya Mona Maulina, Pengaruh Supply Chain Management Terhadap Kinerja Perusahaan Studi Pada Industri Keripik Pisang di Kelurahan Segalamider Bandar Lampung. Skripsi (Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2017).

(25)

2. Tesis “ANALISIS MANAJEMEN RANTAI PASOK MELON DI KABUPATEN KARANGANYAR”. Oleh Apriyanti Roganda Yuniar.

(NIM S641008001). 2012. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dari penelitian ini ada beberapa hasil penelitian atau kesimpulan yaitu antara lain :15

a. Pada penelitian ini dapat diidentifikasikan model rantai pasok melon dibagi menjadi dua, yaitu jenis melon berdaging buah merah atau oranye atau Rock melon permintaannya lebih besar baik dari dalam maupun luar negeri dan jenis ini lebih banyak diekspor dan untuk memenuhi pasar modern. Melon berdaging buah putih atau hijau atau Sky Rocket permintaannya tidak sebesar Rock melon dan masih untuk memenuhi pasar dalam negeri.

b. Adapun pola distribusi melon di Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut :

1. Pola rantai pasok Sky Rocket dengan tujuan pasar tradisional atau pasar induk : Petani melon ke pengumpul tebas ke pengumpul kabupaten ke pengecer ke konsumen.

2. Pola rantai pasok Rock melon dengan tujuan pasar modern dan ekspor : Petani melon ke pengumpul ke perusahaan mitra ke konsumen.

c. Dalam membentuk manajemen rantai pasok yang efisien di Kabupaten Karanganyar yang dianalisis dengan metode AHP menggunakan software expert choice 11 diperoleh bahwa faktor mutu produk merupakan faktor

15 Aprianti Yoganda Yuniar, Analisis Manajemen Rantai Pasok Melon di Kabupaten Karanganyar, Skripsi (Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012).

(26)

utama yang paling menentukan dalam membentuk manajemen rantai pasok melon yang efisien. Aktor yang dinilai paling berperan dalam membentuk mutu produk yang baik guna mencapai tujuan peningkatan nilai produk adalah pengumpul. Dalam mencapai tujuan peningkatan nilai produk alternative scenario yang dipilih yaitu fasilitasi sarana dan prasarana untuk petani.

3. Skripsi “ANALISIS RANTAI PASOKAN (SUPPLY CHAIN) DAGING SAPI DI KABUPATEN JEMBER”. Oleh Annoha Emhar. (NIM 091510601012). 2014. Universitas Jember.

Adapun hasil penelitian ini yaitu Rantai pasokan daging sapi di Kabupaten Jember memiliki 3 aliran yaitu aliran produk, aliran keuangan dan aliran informasi. Aliran produk mengalir dari peternak hingga ke konsumen akhir daging sapi. Aliran keuangan mengalir dari konsumen akhir daging sapi ke peternak, sedangkan aliran informasi mengalir dua arah dari peternak ke konsumen akhir daging sapi namun belum berjalan dengan optimal yang ditandai dengan adanya sisa produk yang tidak terjual setiap harinya.16

Pihak yang berperan dominan dalam rantai pasokan daging sapi di Kabupaten Jember adalah pengusaha daging. Saluran distribusi daging sapi di Kabupaten Jember adalah efisien berdasarkan nilai efisiensi pemasaran yang mendekati 0 (nol), margin pemasaran yang menguntungkan (Ski>Sbi) dan shared value yang adil atau proporsional sesuai dengan kontribusi yang

16Annoha Emhar, Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Daging Sapi di Kabupaten Jember, Skripsi, (Jember: Universitas Jember, 2014).

(27)

diberikan oleh setiap mata rantai yang terlibat. Sehingga akan mendorong mata rantai untuk tetap melakukan usaha sesuai dengan fungsinya dalam rantai pasokan daging sapi di Kabupaten Jember. Proses pemotongan sapi hidup menjadi daging sapi sebagai primary product dan karkas lain sebagai side product mampu menghasilkan nilai tambah.

Rata-rata nilai tambah yang diperoleh sebesar Rp 33.144,68/kg atau 36,24 % dari total output yang dihasilkan sebesar Rp 91.360,00. Nilai tambah terdiri dari keuntungan yang diperoleh pengusaha daging sebesar Rp 32.484,68 atau 35,52 % dari total output dan sisanya diterima oleh tenaga kerja sebesar Rp 660,00/kg atau 2,00 % dari total nilai tambah. Ratio keuntungan sebesar 35,52 % melebihi suku bunga KUR mikro per tahun sebesar 12,30 %, artinya usaha peningkatan nilai tambah yang dilakukan pengusaha daging melalui proses pemotongan sapi menguntungkan. Nilai tambah yang mampu diberikan dapat mendorong pengusaha daging untuk tetap melakukan usaha dalam menyuplai daging sapi di Kabupaten Jember.

4. Skripsi “ ANALISIS PENJUALAN HASIL PERTANIAN PADI DI DESA MLOKOREJO KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER”. Oleh Yunda Lailatul Rahmi. (NIM 083 134 147). 2017. IAIN Jember.

Hasil dari penelitian terdahulu ini ada beberapa macam antara lain yaitu :17

17Yunda Lailatul Rahmi, Analisis Penjualan Hasil Pertanian Padi di Desa Mlokorejo Kecamatan Puger Kabupaten Jember, Skripsi (Jember: IAIN Jember, 2017).

(28)

a. Proses penjualan hasil pertanian padi di Desa Mlokorejo Kecamatan Puger Kabupaten Jember ini, prosesnya para petani menjual hasil pertaniannya kepada para penebas.

b. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan para petani menjual hasil pertaniannya pada pedagang padi atau penebas yaitu :

1) Keterbatasan modal.

2) Para penebas yang lebih aktif dalam persoalan petani dan hadir ditengah-tengah petani.

3) Salah satu program pemerintah (sergab) yang dibantu oleh Bulog tidak terealisasi dengan baik.

c. Solusi yang diberikan masyarakat dengan adanya transaksi antara petani dan pedagang padi atau penebas yaitu :

1) Kelompok tani akan membantu dan memberikan fasilitas bagi para petani.

2) Adanya kelompok tani yang mengadakan pertemuan Gapoktan (tiga bulan sekali) dan pertemuan sebulan sekali.

3) Para petani seharusnya bia lebih tegas dalam persoalan menjual hasil pertaniannya kepada para penebas, sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.

4) Bulog seharusnya hadir ditengah-tengah para petani dan didampingi para TNI sehingga program sergab berjalan maksimal.18

18Ibid.

(29)

5) Skripsi “ANALISIS PENGELOLAAN RANTAI PASOK AGROINDUSTRI HOLTIKULTURA (Studi Kasus Sari Buah Jambu Biji Lipisari di B2PTTG Lipi Subang). Oleh Dwi Aryanthi. (NIM H34086028).

2011. Institut Pertanian Bogor.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu ini yaitu Anggota primer rantai pasok terdiri dari pemasok (pengumpul) jambu biji merah, Lipisari, distributor, dan konsumen (riteldan koperasi). Anggota sekunder rantai pasok yaitu pemasok bahan penolong seperti gula dan bahan kimia dan bahan kemasan. Pola aliran rantai pasok yang terbentuk di awali dengan pemasok mendistribusikan jambu biji merah yang diperoleh dari Kelompok Tani BJM ke Lipisari, setelah itu Lipisari mengelola jambu biji merah menjadi minuman sari buah jambu dan didistribusikan ke ritel (PD Anisa, MiMake, dan POS Subang), koperasi Patna, dan distributor.

Distributor mendistribusikan produk Lipisari ke ritel dan ke RSUD Subang yang akhirnya akan dibeli langsung oleh konsumen. Aliran yang terjadi dalam rantai pasok yaitu aliran uang, aliran barang, dan aliran informasi.19

Aktivitas rantai pasok yang dilakukan oleh masing-masing anggota rantai pasok yaitu pemasok melakukan aktivitas penjualan, pembelian, pengangkutan, penyimpanan, dan sortasi. Lipisari sebagai perusahaan pengolah melakukan aktivitas penjualan, pembelian, pengangkutan, pengemasan, penyimpanan, dan sortasi. Distributor melakukan kegiatan penjualan, pembelian, dan pengangkutan. Konsumen disini terdiri dari ritel

19Dwi Aryanthi, Analisis Pengelolaan Rantai Pasok Agroindustri Holtikultura Studi Kasus Sari Buah Jambu Biji Lipisari di B2PTTG Lipi Subang,Skripsi (Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2011).

(30)

dan koperasi melakukan aktivitas penjualan oleh sebagian anggota, pembelian, pengangkutan, dan penyimpanan. Hubungan yang terbentuk diantara setiap anggota rantai pasok adalah saling ketergantungan.

Penerapan pengelolaan rantai pasok menimbulkan manfaat dan kendala bagi pihak-pihak yang terkait. Manfaat yang diperoleh dari penerapan rantai pasok dapat diperoleh melalui kontrak atau kesepakatan antara supplier dan perusahaan. Kesepakatan terkait dengan jumlah pasokan, mutu dan standar produk, dan penetapan harga.Dengan penerapan rantai pasok, perusahaan dapat menghemat biaya pembelian bahan baku sebesar Rp 1.392.500 untuk periode bulan Januari hingga Juni 2010. Melalui pengelolaan rantai pasok, anggota rantai pasok yaitupemasok, Lipisari, retailer,dan distributor dapat melakukan penghematan biaya pemesanan hingga mencapai Rp 2.501.150 per tahun. Selain itu, dengan pengelolaan rantai pasok jumlah optimum pemesanan yang dapat dipesan oleh retailer dan distributor mengalami peningkatan dibanding tanpa adanya koordinasi.

Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan rantai pasok terkait dengan biaya pengadaan bahan baku yang tinggi atau terkait dengan biaya transportasi, ketidakpastian pasokan bahan baku utama jambu biji merah yang disebabkan iklim yang tidak menentu, distribusi informasi yang kurang lancar terkait dengan jumlah produk yang diminta, waktu pengiriman, harga produk yang ditetapkan oleh perusahaan, dan kerjasama antar pelaku rantai pasok yang belum terjalin.20

20Ibid.

(31)

6) Skripsi “ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK KAYU

LAPIS (PLAYWOOD) DENGAN MENGGUNAKAN DATA

ENVELOPMENT ANALYSIS (Studi Kasus di CV. Putra Tama Jaya)”.

Oleh Habib Nasruhin. (NIM 08660007). 2014. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Adapun hasil atau kesimpulan dari penelitian terdahulu ini antara lain yaitu :21

1. Kondisi rantai pasok kayu lapis terdiri dari anggota primer dan anggota sekunder. Anggota primer terdiri dari petani, depo, supplier, dan industry kayu lapis (palywood). Sedangkan anggota sekunder adalah pihak yang memperlancar kegiatan rantai pasokan dalam menyediakan bahan baku yang dibutuhkan dari proses awal hingga proses akhir. Pada aliran rantai pasok dimulai dari petani kayu lapis yang terdiri dari beberapa daerah Batang, Banyumas, Magelang, Purbalingga, Temanggung, Wonosobo kemudian penebas, depo, supplier, industrikayu lapis dan aliran terakhir adalah konsumen akhir. Dalam pola aliran rantai pasok terdapat tiga aliran yaitu aliran barang, aliran informasi dan aliran keuangan.

2. Analisis nilai tambah pada petani yang menanam kayu sengon selama 4-5 tahun dengan banyak kayu 4.000 batang dengan resiko kegagalan 25 % maka petani akan memanen kayu sengon sebanyak 3.000 batang jika diasumsikan harga kayu Rp. 48.000.00/m3 maka selama 5 tahun

21Habib Nasruhin, Analisis Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Kayu Lapis (Playwood) Dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis Studi kasus di CV. Putra Tama Jaya, Skripsi (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014).

(32)

petani akan memperoleh uang sebanyak Rp. 144.000.0.00. Dari perhitungan nilai tambah pada Supplier maka didapatkan faktor konversi sebesar 0.9%, rasio nilah tambah 0,064% dan tingkat keuntungan sebesar 0,944 %.

3. Dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dapat diketahui tingkat efisiensi dari masing –masing supplier. Dari beberapa daerah supplierkayu sengon ada yang mempunyai tingkat efisiensi sempurna dan ada yang mempunyai tingkat efisiensi tidak sempurna. Adapun Supplier yang mempunyai tingkat efisiensi yang sempurna yaitu Batang (1.00), Magelang (1.00), Temanggung (1.00), Wonosobo (1.00) karena supplier tersebut mempunyai tingkat efisien (TE = 1), sedangkan daerah distribusi pemasaran yang inefisiensi (TE <

1) adalah Banyumas (0.83) dan Purbalingga (0.89).

4. Faktor –faktor yang mempengaruhi pengukuran kinerja dari para supplier dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Kualitas, Kecepat tanggapan, Fleksibilitas, biaya, aset, kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan dan kesesuaian standar.22

Untuk mempermudah dalam melihat dan meninjau persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu diatas, maka berikut tabel dari persamaan dan perbedaan tersebut :

22Ibid.

(33)

Tabel 2.1

Tabel Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Beberapa Penelitian Terdahulu

No

Nama Peneliti

Judul Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Tisya Mona Maulina (2017) Universitas Lampung

Pengaruh Supply Chain Management Terhadap Kinerja Perusahaan Studi Pada Industri

Keripik Pisang di Kelurahan Segalamider Bandar Lampung

Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang Rantai Pasokan atau Supply Chain yang terjadi di perusahaan barang konsumsi

Perbedaan dari penelitian ini adalah pada penelitian terdahulu membahas pengaruh Supply Chain Management terhadap kinerja perusahaan dan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

sedangkan peneliti disini membahas tentang Manajemen Rantai Pasok dari sisi aliran produk, aliran uang dan

(34)

aliran informasi yang terjadi di PB Sukoreno Makmur dan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif 2 Apriyanti

Roganda Yuniar (2012) Universitas Sebelas Maret

Analisis Manajemen Rantai Pasok Melon di Kabupaten Karanganyar

Persamaan penelitian ini sama-sama membahas tentang pola rantai pasok dan pola distribusi produk hasil industri barang konsumsi

Perbedaan dari penelitian ini pada penelitian terdahulu untuk menganalisis rantai pasok yang efisien menggunakan metode AHP

menggunakan software expert chice 11 sedangkan peneliti disini menggunakan jenis penelitian field reaserch yaitu terjun langsung lapangan dengan wawancara, observasi dan

(35)

dokumentasi 3 Annoha

Emhar (2013) Universitas Jember

Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Daging Sapi di Kabupaten Jember

Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama membahas lebih dalam tentang tiga aliran rantai pasok yaitu alirang produk, aliran uang dan aliran informasi

Perbedaan dalam penelitian ini adalah pada penelitian terdahulu membahas tentang nilai tambah sedangkan peneliti sendiri secara detail membahas tentang tiga aliran rantai pasok dengan

melihat keberhasilan rantai pasok

diperusahaan tersebut 4 Yunda

Lailatul Rahmi (2017) IAIN Jember

Analisis Penjualan Hasil Pertanian Padi di Desa Mlokorejo Kecamatan Puger Kabupaten

Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas

penjualan hasil pertanian padi dari petani ke pedagang

Perbedaan dari penelitian ini adalah pada penelitian terdahulu tidak membahas tiga aliran rantai pasok yaitu aliran produk, aliran uang dan

(36)

Jember pengumpul aliran informasi sedangan peneliti disini membahas tentang tiga aliran tersebut

5 Dwi

Aryanthi (2011) Institut Pertanian Bogor

Analisis Pengelolaan Rantai Pasok Agroindustri Holtikultura Studi Kasus Sari Buah Jambu Biji Lipisari di B2PTTG Lipi Subang

Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas pola rantai pasok

Perbedaan penelitian ini adalah pada penelitian terdahulu meneliti rantai pasok agroindustri

terutama buah jambu biji merah

sedangkan peneliti sendiri meneliti rantai pasok gabah padi

6 Habib Nasruhin (2014) Universitas Islam Negeri Sunan

Analisis Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Kayu Lapis (Playwood) Dengan

Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas tiga aliran antai pasok yaitu aliran produk, aliran

Perbedaan dari penelitian ini yaitu peneliti terdahulu menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) sedangkan peneliti

(37)

Kalijaga Menggunakan Data

Envelopment Analysis Studi Kasus di CV.

Putra Tama Jaya

uang dan aliran informasi

disini menggunakan data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi

Sumber : Diolah dari penelitian terdahulu

B. Kajian Teori

1. Manajemen Rantai Pasokan

Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management) adalah proses payung dimana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut structural. Supply Chain (Rantai Pasok) merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan yang mempertahankan organisasi dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber produksi dalam menyampaikan kepada konsumen.23

Manajemen Rantai Pasok merupakan pengelolaan terhadap aliran material dan aliran informasi serta modal yang mengikutinya dari awal sampai akhir mata rantai bisnis untuk mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan setiap entitas di dalam rantai pasok. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam rantai tidak dapat berdiri sendiri karena saling berkaitan satu

23Bahrain Boru Sinaga, Gema Alif Utama dkk, “Analisis Sistem Rantai Pasok PT. Semen Gresik (Persero) Tbk”, Jurnal Optimasi Sistem Industri Vol 10,1 (April, 2011), 113.

(38)

dengan lainnya, seperti pengadaan material, pengubahan material menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, distribusi serta penyimpanan apabila diperlukan.24

Manajemen rantai pasokan (supply chain management) adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan serta pelayanan, pengubahan bentuk menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman barang ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan pengalihdayaan (outsourcing), serta fungsi lain yang penting bagi hubungan antara pemasok dengan distributornya.25

Supply Chain terdiri dari sekumpulan proses yang berhubungan dengan aliran barang, informasi, dan uang diantara perusahaan-perusahaan, dari tingkat raw material sampai produksi tingkat pemakaian, dan akhirnya pada tingkat daur ulang. Suatu alat untuk mengoptimasi Supply Chain akan melalui manajemen terintegrasi yang disebut Supply Chain Management (SCM).26

Pendekatan Supply Chain Management (SCM) diyakini akan mampu meningkatkan efektivitas setiap rantai distribusi, sehingga menjamin produk sesuai tuntutan konsumen.27

24Natelda Rosaldiah Timisela dkk,“Manajemen Rantai Pasok dan Kinerja Agroindustri Pangan Lokal Sagu di Propinsi Maluku : Suatu Pendekatan Model Persamaan Struktural”,Agritech Vol 4, 2 (Mei, 2014), 186.

25Stefi Herda dan Anton AgusSetyawan,“Manajemen RantaiPasok Kayu Gahari di Kalimantan Barat”, Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya Vol 18, 2 (Desember, 2016), 93.

26Rini Iswandari dan Irya Wisnubadhra,“Analisis dan Rancang Bangun Sistem Informasi Terintegrasi Supply Chain Management Pada Perusahaan KaroseriXYZ” ISSN: 2089-9813, (Maret, 2014), 374.

27Sefitiana Wulansari, Rita Nurmalina dan Budi Setiawan,“Efisiensi Kinerja Rantai Pasok Ikan Lele di Indramayu Jawa Barat”, Jurnal Manajemen dan Agribisnis Vol 11, 1 (Maret, 2014), 14.

(39)

2. Manfaat Manajemen Rantai Pasok

Adapun beberapa manfaat dari penggunaan manajemen rantai pasok antara lain :28

a. Kepuasan Pelanggan. Konsumen atau pengguna produk yang merupakan target utama dari aktivitas proses produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan. Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam konteks ini tentunya konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang untuk menjadikankonsumen yang setia maka terlebih dahulu konsumen harus puas dengan pelayanan yang disampaikan oleh perusahaan.

b. Meningkatkan Pendapatan. Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra perusahaan berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan terbuang percuma karena diminati konsumen.

c. Menurunnya Biaya. Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada konsumen akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi.

d. Pemanfaatan Aset semakin tinggi. Aset terutama faktor manusia akan semakin terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga manusia akan mampu memberdayakan penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang dituntut dalam pelaksanaan Supply Chain Management.

28Stevany Carter Wuwung, “Manajemen Rantai Pasokan Produk Cengkeh Pada Desa Wawona Minahasa Selatan”, Jurnal EMBA Vol 1, 3 (Juni, 2013), 235.

(40)

e. Peningkatan Laba. Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia dan menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan laba perusahaan. Perusahaan semakin besar yang mendapat keuntungan dari segi proses distribusi produknya lambat laun akan menjadi bertumbuh pesat.

3. Komponen Rantai Pasokan

Terdapat tiga macam komponen-komponen rantai suplai yaitu antara lain:29

a. Rantai pasok Hulu/Upstream Supply Chain bagian Upstream (hulu) Supply Chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam Upstream Supply Chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.

b. Manajemen Internal Rantai pasok/Internal Supply Chain Management bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai pasok

29Rio F. Wilantara dan Susilawati, Strategi dan Kebijakan Pengembangan UMKM (Bandung: PT Refika Aditama, 2016), 306.

(41)

internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.

c. Segmen Rantai pasok Hilir/Downstream supply chain segment Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam Downstream Supply Chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.

4. Aliran Rantai Pasok

Pada suatu Supply Chain (Rantai Pasok) biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama, adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Kedua, adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga, adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya.30

a. Aliran Produk

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.31

Aliran Produk meliputi pengembangan produk, pengadaan produk, perencanaan dan pengendalian produk, produksi, distribusi dan pengembalian produk (return).32

30Pujawan, Supply Chain, 4.

31 Effendi M. Guntur, Transformasi Manajemen Pemasaran (Jakarta: CV. Sagung Seto, 2010), 131.

32Pujawan, Supply Chain, 10.

(42)

1) Pengembangan Produk

Cakupan dari pengembangan produk antara lain melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru.

Dalam merancang produk perusahaan harus mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, rancangan harus mencerminkan aspirasi atau keinginan pelanggan. Oleh karena itu, dibutuhkan riset pasar yang memadai. Kedua, produk yang dirancang harus mencerminkan ketersediaan dan sifat-sifat bahan baku, melibatkan supplier-supplier kunci dalam proses perancangan produk baru sangatlah penting. Ketiga, rancangan yang dibuat harus bisa diproduksi secara ekonomis dengan fasilitas produksi yang dimiliki atau yang akan dibangun. Keempat, produk harus dirancang sedemikian rupa sehingga kegiatan pengiriman mudah dilakukan dan tidak menimbulkan biaya-biaya persediaan yang berlebihan di sepanjang Supply Chain.33

Dalam pengembangan produk terdapat suatu proses generik yang merupakan penggambaran langkah-langkah dasar yang dibutuhkan dalam melakukan desain suatu produk. Proses generik pengembangan produk ini menunjukkan urutan langkah-langkah atau kegiatan dasar yang dilakukan para pekerja suatu perusahaan.

Hal ini dilakukan dengan pengerjaan penyusunan rencana,

33Ibid., 11.

(43)

penetapan desain produk dan mempersiapkan upaya untuk membawa produk ke pasar.34

Pada dasarnya proses dari produk baru terdiri dari lima fase kegiatan seperti fase pertama identifikasi peluang yaitu mengkaji tersedianya keterampilan dan sumber daya perusahaan dan mengkaji tentang permasalahan pelanggan. Fase kedua generasi konsep yaitu menghasilkan konsep ide dan konsep dalam bentuk pernyataan teknologi dan manfaat. Fase ketiga yaitu evaluasi konsep atau proyek yang terdiri dari konsep pengetasan, konsep penyaringan penuh dan konsep protocol. Fase keempat pengembangan terdiri dari konsep prototype (pengembangan fisik produk), konsep kumpulan (pengetasan kejituan), konsep proses (proses pabrikasi) dan konsep pilot (penawaran produk baru). Dan fase kelima yaitu peluncuran terdiri dari konsep dipasarkan (tes pasar) dan konsep keberhasilan (pencapaian sasaran).35

Melakukan kegiatan mediasi pasar dengan benar sangatlah penting bagi Supply Chain secara keseluruhan. Survey pasar yang salah akan mengakibatkan rancangan produk tidak sesuai dengan keinginan pelanggan. Akibatnya produk menumpuk tidak terjual atau harus terjual dengan melakukan penurunan harga (markdown) di bawah ongkos produksi.

34Sofjan Assauri, Manajemen Operasi Produksi (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 115.

35Ibid., 122.

(44)

Kegiatan mediasi pasar bertujuan untuk mencari titik temu antara apa yang diinginkan oleh konsumen atau pelanggan dengan apa yang dibuat dan dikirim oleh Supply Chain. Melakukan survey untuk mendapatkan model produk apa yang akan disukai oleh pelanggan pada suatu musim jual, merancang produk yang mencerminkan keinginan pasar tersebut, meramalkan tingkat permintaa, dan pelayanan purnajual adalah sebagian dari kegiatan- kegiatan mediasi pasar.36

Pengembangan produk baru ini bukanlah pekerjaan yang mudah, karena adanya berbagai hambatan antara lain :37

a) Kurangnya gagasan (ide) pengembangan produk baru yang baik.

b) Kondisi pasar yang semakin bersaing, karena banyaknya pesaing dan berbagai produk substitusi.

c) Batasan-batasan yang semakin bertambah dari masyarakat dan pemerintah.

d) Biaya proses pengembangan produk baru yang sangat mahal karena untuk dapat menghasilkan beberapa produk baru, perusahaan harus mengembangkan sejumlah besar gagasan produk baru.

e) Tingginya tingkat kegagalan produk baru dalam pemasarannya, karena ternyata tidak memenuhi pengharapan

36Pujawan, Supply Chain, 19.

37T. Hani Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi (Yogyakarta: BPFE, 2011), 43.

(45)

konsumen atau tidak dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

f) Jangka waktu kehidupan produk baru yang pendek, karena setelah produk baru secara komersial sukses maka dalam waktu singkat banyak perusahaan lain meniru dan membanjiri pasar dengan produk mereka.

2) Pengadaan Produk

Cakupan dari pengadaan produk antara lain memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier.38

Pembelian (purchasing) merupakan salah satu fungsi yang penting dalam berhasilnya operasi suatu perusahaan. Fungsi ini dibebani tanggung jawab untukmendapatkan kuantitas dan kualitas bahan-bahan yang tersedia pada waktu dibutuhkan dengan harga yang sesuai dengan harga yang berlaku.39

Dalam menentukan apakah sebaiknya diadakan sentralisasi atau desentralisasi pembelian perlu diperhatikan banyak faktor, antara lain keuntungan dan kerugian dari sentralisasi pembelian tersebut. Keuntungan adanya bagian pembelian yang tersentralisasi yaitu :

38Pujawan, Supply Chain, 10.

39Assauri, Manajemen Produksi, 159.

(46)

a) Dapat meminimalisir adanya duplikasi usaha yang timbul akibat desentralisasi unit-unit operasi yang dapat membeli sendiri-sendiri pada tempat yang berbeda-beda.

b) Para petugas pembelian dapat menjadi ahli dalam pembelian bahan-bahan tertentu.

c) Pesanan dari berbagai unit operasi atau pabrik dapat dikonsolidasikan.

d) Dapat mudah mengikuti perkembangan dalam situasi pasar yang luas dengan adanya baian pusat yang dapat mengatur pembeliannya.

e) Keragu-raguan para supplier terhadap unit operasi atau pabrik tertentu dapat dihilangkan.

f) Para supplier cenderung untuk menginginkan adanya bagian pembelian yang terpusat yang hidup untuk kekuatan pasar.

g) Organisasi pembelian yang terpusat akan dapat memenuhi seluruh aspek yang diingini perusahaan.40

Sedangkan alasan-alasan utama yang menentang adanya bagian pembelian pusat adalah karena kekurangan-kekurangannya yaitu :

a) Tenaga-tenaga pembeli pusat itu sendiri tidak akan dapat menjadi ahli dalam semua barang atau bahan yang berada di bawah pengawasannya.

40Ibid., 161

(47)

b) Bagian pembelian pusat sering melepaskan diri dari kepentingan-kepentingan atau pekerjaan sehari-hari dari unit yang dilayani.

c) Penciptaan suatu bagian pembelian pusat dapat menimbulkan sejumlah biaya yang baru, yang tidak dapat dikontribusikan dari penghematan pegawai.

d) Alasan-alasan kejituan dan ekonomis untuk mempunyai bagian pembelian yang kecil di masing-masing unit yang dapat melakukan pembelian-pembelian lokal pada waktu yang dibutuhkan secara efisien untuk unit pabrik ini dan dapat bertindak bebas sesuai dengan kepentingan unit pabrik ini yang mungkin berada dengan kepentingan unit pabrik lainnya.41

Pengadaan produk atau pembelian punya potensi untuk menciptakan daya saing perusahaan ataupun Supply Chain, bukan hanya dari perannya dalam mendapatkan bahan baku dengan harga murah, tetapi juga dalam upaya meningkatkan time to market (dalam perancangan produk baru), meningkatkan kualitas produk (dengan bekerja sama dengan supplier untuk menjalankan program-program kualitas) dan meningkatkan responsiveness (dengan memilih supplier-supplier yang bukan hanya murah tetapi juga responsif).

41Ibid., 161.

(48)

Bagian pembelian dituntut juga memiliki keahlian bernegosiasi, memiliki kemampuan untuk menerjemahkan tujuan strategis perusahaan ke dalam sistem pemilihan dan evaluasi supplier dan sebagainya. Disamping tugas-tugas rutinnya untuk melakukan pembelian bahan baku, komponen, jasa dan sebagainya bagian ini juga diharapkan bisa menciptakan kolaborasi jangka panjang dengan supplier-supplier yang relevan, melibatkan mereka dalam perancangan produk baru, mengevaluasi supply risk dan sebagainya.42

3) Perencanaan dan Pengendalian Produk

Cakupan dari perencanaan dan pengendalian produk antara lain demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan.43

Prakiraan ramalan adalah kegiatan memprediksi nilai masa depan, dengan dasar pengetahuan atau nilai pada masa lalu yang dipersiapkan. Secara alternatif, prakiraan ramalan didasarkan pada pertimbangan ahli yang menekankan pada analisis atas data historis dan pengalaman. Dalam melakukan prakiraan ramalan, perlu dipertimbangkan lamanya waktu prediksi atau estimasi. Umumnya lamanya waktu prakiraan ramalan dapat untuk jangka waktu pendek yaitu kurang dari tiga bulan dan dapat untuk jangka waktu panjang yaitu lebih dari dua tahun.

42Pujawan, Supply Chain, 12.

43Ibid., 10.

(49)

Prakiraan ramalan yang dilakukan ini berkaitan dengan potensi permintaan yang cukup untuk melakukan inovasi produk, sehingga punya dampak pada laba yang dihasilkan yang seharusnya punya cukup potensial. Salah satu hal yang terpenting di dalam mendalami prakiraan ramalan adalah untuk memprediksi besarnya permintaan akan suatu produk, berupa barang atau jasa tertentu.

Prediksi atau estimasi besarnya permintaan ini dibutuhkan untuk menjadi dasar pengkoordinasian dan pengendalian.44

Ada tiga jenis metode prakiraan atau peramalan yaitu metode kualitatif yaitu mendasarkan prakiraan atau peramalannya pada keputusanpandangan atau intuisi seseorang. Metode kuantitatif terdiri dari prakiraan atau peramalan deret waktu dan peramalan sebab akibat. Metode prakiraan atau peramalan deret waktu mendasarkan data yang lalu dari suatu produk, yang dianalisis pola data tersebut.. Dan metode prakiraan atau peramalan sebab akibat juga didasarkan dari data yang lau tetapi menggunakan data dari variabel yang lain yang menentukan atau mempengaruhinya pada masa depan.45

Kapasitas adalah suatu ukuran kemampuan produktif suatu fasilitas per unit waktu. Standart Capacity yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang ditetapkan sebagai “sasaran” pengoperasian

44Assauri, Manajemen Operasi, 72.

45 Sofjan Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1999), 36.

(50)

bagi manajemen, supervise, dan para operator mesin dapat digunakan sebagai dasar bagi penyusunan anggaran.

Secara lebih terperinci, pembedaan perencanaan kapasitas atas dasar lama waktu dapat diuraikan sebagai berikut :46

a) Perencanaan kapasitas jangka panjang lebih dari satu tahun. Di mana sumber daya-sumber daya produktif memakan waktu lama untuk memperoleh atau menyelesaikannya.

b) Perencanaan kapasitas jangka menengah, rencana-rencana bulanan atau kuartalan untuk 6 sampai 18 bulan yang akan datang.

c) Perencanaan kapasitas jangka pendek, kurang dari satu bulan.

Ini dikaitkan pada proses penjadwalan harian atau mingguan dan menyangkut pembuatan penyesuaian-penyusaian untuk menghapuskan “variance” antara keluaran yang direncanakan

dan keluaran nyata.

Proses dalam perencanaan kapasitas dapat diringkas sebagai berikut :47

a) Memperkirakan permintaan di masa depan, termasuk dampak dari tekonologi, persaingan dan lainnya.

b) Menjabarkan perkiraan itu dalam kebutuhan kapasitas fisik.

c) Menyusun pilihan rencana kapasitas yang berhubungan dengna kebutuhan itu.

46Handoko,Dasar-Dasar Manajemen, 301.

47Antarikso dan Djoko Sujono, Manajemen Produksi atau Operasi (Jakarta: Erlangga, 1994), 122.

(51)

d) Menganalisis pengaruh ekonomi pada pilihan rencana.

e) Meninjau risiko dan pengaruh strategi pada pilihan rencana.

f) Memutuskan rencana pelaksanaan.

Persediaan (inventory) adalah stok dari suatu item atau sumber daya yang digunakan dalam suatu organisasi perusahaan.

Sistem inventori adalah sekumpulan kebijakan dan pengendalian, yang memonitor tingkat inventory, dan menentukan tingkat mana yang harus dijaga, bila stok harus diisi kembali dan berapa banyak yang harus dipesan. Inventory manufaktur umumnya adalah berupa item yang berkontribusi atau akan menjadi bagian dari output produk perusahaan.

Adapun maksud dari tersedianya inventory (persediaan) antara lain untuk menjaga independensi dari operasi, untuk dapat memenuhi variasi dari permintaan produk, untuk memungkinkan dapat dilakukannya fleksibilitas dalam scheduling produksi, untuk memberikan usaha perlindungan atau penjagaan terhadap perbedaan waktu delivery bahan baku, dan untuk memanfaatkan keuntungan ekonomis atas besarnya pesanan pembelian.48

Persedianan bahan mentah (Raw material inventory) telah dibeli, tetapi belum diproses. Persediaan ini dapat digunakan untuk

48Assauri, Manajemen Operasi, 225.

Gambar

Gambar 4.3 Aliran Produk Pada PB Sukoreno Makmur ................................ 91 Gambar 4.4 Aliran Uang Pada PB Sukoreno Makmur ..................................
Gambar IV.4
Gambar IV.5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) aliran produk, aliran keuangan dan aliran informasi pada rantai pasokan kopi rakyat di Kabupaten Jember., (2) kinerja rantai

Manajemen rantai pasokan sebagai sistem informasi internal digunakan untuk pengelolaan kegiatan yang optimal yang terkait dengan produksi, pasokan dan distribusi, sementara

Penerapan sistem informasi rantai pasokan digital atau Digital Supply Chain (DSC) yang terintegrasi ke seluruh bagian unit produksi merupakan salah satu pengembangan

Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) terdapat 3 aliran dalam rantai pasokan daging sapi di Kota Surakarta yaitu aliran produk, aliran keuangan dan aliran

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management) Terhadap Loyalitas Konsumen Swalayan Maximart Thamrin

Penerapan sistem informasi rantai pasokan digital atau Digital Supply Chain (DSC) yang terintegrasi ke seluruh bagian unit produksi merupakan salah satu pengembangan

Tujuan proses pembelajaran Manajemen Rantai Pasokan (MRP) adalah mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip dasar Manajemen Rantai Pasokan untuk menilai apakah suatu perusahaan

Rantai pasokan atau dapat disebut supply chain management merupakan aliran material, informasi, uang dan jasa dari pemasok hingga kepelanggan akhir, tujuan penerapan rantai pasokan