1. Blockchain adalah buku besar digital yang terdesentralisasi, yang mencatat setiap transaksi secara permanen dalam blok yang terhubung satu sama lain. Dalam istilah awam, blockchain adalah buku besar digital yang aman, transparan, dan tidak dapat diubah yang dibagikan ke seluruh peserta.
Salah satu manfaat utana blockchain dalam akuntansi adalah kemampuannya untuk menyediakan sistem pencatatan yang transparan dan aman. Teknologi ini berfokus pada melengkapi atau menghilangkan tugas-tugas manual, dan beralih ke keadaan pelaporan keuangan yang lebih ramping dengan pelaporan informasi relevan yang lebih tepat waktu. Berkenaan dengan pelaporan keuangan, COSO telah mengembangkan kerangka kerja COSO 2013 untuk meningkatkan pengendalian internal untuk membantu organisasi mengevaluasi dan mengatasi risiko blockchain terkait dengan pelaporan keuangan.
a. (5 poin) (CPMK-5) Jelaskan implikasi adopsi teknologi blockchain bagi tatakeloal perusahaan dan pengendalian internal perusahaan secara keseluruhan!
Adopsi blockchain harus dirancang dan diimplementasikan dengan baik agar manfaatnya dapat dimaksimalkan tanpa mengabaikan risiko yang mungkin terjadi. Perusahaan perlu mengintegrasikan blockchain dengan sistem pengendalian internal berbasis COSO Framework untuk memastikan keberlanjutan dan kepatuhan tata kelola.
Berikut adalah penjelasan implikasi adopsi teknologi blockchain bagi tata kelola perusahaan dan pengendalian internal secara keseluruhan.
Aspek Implikasi Adopsi Blockchain
1. Transparansi Blockchain menciptakan catatan transaksi yang permanen, transparan, dan dapat diakses oleh pihak yang berwenang. Hal ini meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan terhadap tata kelola perusahaan.
2. Akuntabilitas Setiap transaksi yang dicatat di blockchain dapat dilacak hingga ke sumbernya, sehingga memperkuat akuntabilitas manajemen dalam pelaporan keuangan dan operasional.
3. Pengendalian
Internal Blockchain mempermudah penerapan pengendalian internal berbasis COSO Framework dengan menyediakan audit trail yang tidak dapat diubah dan mendukung verifikasi real-time.
4. Pencegahan
Kecurangan Sifat blockchain yang tidak dapat diubah (immutable) dan terdesentralisasi mengurangi risiko manipulasi data oleh individu atau kelompok tertentu.
5. Efisiensi
Operasional Blockchain mengotomatisasi proses manual, seperti rekonsiliasi dan validasi data, sehingga meningkatkan efisiensi operasional perusahaan secara keseluruhan.
6. Risiko Teknologi
Baru Penerapan blockchain menimbulkan risiko baru, seperti serangan siber, bug dalam kontrak pintar, dan ketergantungan pada teknologi. Hal ini membutuhkan pengendalian IT yang memadai.
7. Kepatuhan
Regulasi Blockchain dapat membantu perusahaan memenuhi persyaratan regulasi dengan menyediakan catatan transaksi yang dapat diaudit dan mendukung pengawasan yang lebih baik.
8. Peran
Manajemen Manajemen harus memastikan bahwa sistem blockchain diterapkan sesuai dengan kebutuhan bisnis dan tujuan tata kelola perusahaan, serta dilakukan evaluasi risiko secara berkala.
9. Keamanan Data Teknologi blockchain memberikan enkripsi yang kuat untuk melindungi data perusahaan, tetapi implementasinya harus memastikan privasi dan kepatuhan terhadap undang-undang perlindungan data.
10. Peningkatan
Keputusan Dengan data yang lebih akurat dan real-time, dewan direksi dan manajemen dapat mengambil keputusan strategis yang lebih baik
untuk keberlanjutan perusahaan.
b. (20 poin) (CPMK-3) Dengan prespektif lima komponen pengendalian internal dari COSO 2013, jelaskan apa saja resiko dan upaya memitigasi resiko dari penggunaan blockchain. Gunakan tabulasi emapt kolom sebagaiman contoh berikut!
Berikut adalah analisis risiko dan upaya mitigasi penggunaan blockchain berdasarkan lima komponen pengendalian internal menurut COSO 2013, dalam format tabulasi.
Komponen
Pengendalian Internal Risiko Penggunaan Blockchain Mitigasi Risiko Penggunaan Blockchain
1. Control Environment - Kurangnya budaya pengendalian dan pemahaman teknologi blockchain di tingkat manajemen dan karyawan.
- Melakukan pelatihan rutin kepada manajemen dan karyawan tentang blockchain, manfaat, dan risikonya.
- Menetapkan kebijakan dan prosedur berbasis teknologi secara formal.
- Risiko konflik kepentingan dalam pengelolaan kunci privat (private key) yang dapat menyebabkan manipulasi atau kehilangan data.
- Menerapkan pembagian tanggung jawab dalam pengelolaan kunci privat melalui prosedur multi-signature (tanda tangan ganda).
2. Risk Assessment - Kurangnya identifikasi risiko teknologi, seperti risiko keamanan siber, serangan hacking, atau kerentanan dalam smart contracts.
- Melakukan penilaian risiko secara berkala dengan fokus pada sistem keamanan dan potensi kerentanan dalam desain blockchain.
- Risiko regulasi terkait ketidakjelasan hukum mengenai
penggunaan teknologi
blockchain di beberapa yurisdiksi.
- Melakukan konsultasi hukum secara reguler dan memastikan kepatuhan terhadap aturan yang berlaku di setiap wilayah operasional.
3. Control Activities - Ketergantungan pada smart contracts yang salah atau tidak diprogram dengan benar dapat menyebabkan kesalahan sistematis dalam transaksi.
- Melakukan pengujian dan verifikasi smart contracts oleh tim yang independen sebelum diimplementasikan.
- Kurangnya kontrol akses terhadap blockchain dapat menyebabkan data rentan terhadap manipulasi atau akses tidak sah.
Mengimplementasikan kontrol akses berbasis peran (role-based access control) dan otentikasi multi-faktor untuk pengguna blockchain.
4. Information and Communication
- Risiko kesalahan atau kelalaian dalam input data awal ke blockchain yang bersifat permanen dan tidak dapat diubah.
- Mengembangkan prosedur validasi data yang ketat sebelum data dimasukkan ke blockchain,
termasuk mekanisme
pemeriksaan dua tingkat oleh pengguna yang berbeda.
- Kurangnya komunikasi yang efektif antar pemangku
kepentingan tentang
- Membuat laporan yang
transparan mengenai
implementasi blockchain, dan
implementasi blockchain dapat menyebabkan miskomunikasi atau ketidakpahaman risiko.
memberikan pelatihan kepada semua pemangku kepentingan terkait perubahan sistem dan prosedur operasional.
5. Monitoring - Ketidakmampuan untuk mendeteksi perubahan atau aktivitas mencurigakan pada blockchain karena sifatnya yang terdesentralisasi.
- Menggunakan teknologi monitoring berbasis AI untuk mendeteksi anomali atau aktivitas mencurigakan di blockchain secara real-time.
- Risiko bahwa kontrol yang diterapkan tidak dievaluasi secara berkala sehingga menjadi usang atau tidak relevan terhadap perubahan teknologi.
-Menyusun mekanisme
monitoring internal dan eksternal secara reguler untuk
menilai efektivitas
pengendalian, termasuk audit teknologi blockchain oleh pihak ketiga yang independen.
c. (7,5 poin) (CPMK-7) Jelaskan implikasi adopsi teknologi blockchain bagi profesi akuntan dan auditor!
Implikasi Adopsi Blockchain bagi Profesi Akuntan dan Auditor
Aspek Implikasi Positif Implikasi Negatif/Tantangan
Transparansi Meningkatkan transparansi pencatatan transaksi melalui sistem yang tidak dapat diubah.
Butuh investasi besar untuk memahami teknologi dan penerapannya di organisasi.
Keamanan - Data lebih aman karena
menggunakan enkripsi dan tidak dapat diubah tanpa konsensus.
- Risiko cyber-attack tetap ada, terutama jika smart contract tidak aman.
Efisiensi Operasional - Mengurangi proses manual dalam
pencatatan dan audit transaksi. - Perubahan besar dalam alur kerja, termasuk otomatisasi yang mungkin mengurangi kebutuhan tenaga kerja tradisional.
Audit Real -Time - Auditor dapat memverifikasi data secara real-time karena sifat blockchain yang berbasis konsensus.
- Kompleksitas sistem dapat menambah waktu untuk memahami detail transaksi blockchain.
Keahlian Baru - Membuka peluang karier baru dalam audit dan pengelolaan blockchain.
- Dibutuhkan pelatihan intensif untuk mempersiapkan auditor dengan keterampilan teknologi.
d. (7,5 poin) (CPMK-7) Kita kilas balik kepda skandal Enron yang menggemparkan dunia pada tahun 2001, bilamana teknologi blockchain telah ada dan diterapkan oleh perusahaan, maka jelaskan argumen Anda terkait apakah adopsi teknologi blockchain mampu meredam dampak yang dahsyat dari kasus tersebut bagi pemangku kepentingan seperti investor; karyawan;
insitusi pemerintah dan sejenisnya!
Jika Blockchain diterapkan pada Kasus Enron
Pemangku Kepentingan Kemungkinan Dampak Positif
Blockchain Alasan atau Penjelasan Investor Mengurangi manipulasi laporan
keuangan.
Blockchain mencatat
transaksi dengan
transparansi sehingga penggelembungan
keuntungan seperti kasus Enron sulit terjadi.
Karyawan Mencegah pemutusan hubungan
kerja massal akibat kebangkrutan perusahaan.
Adanya transparansi memungkinkan keputusan manajerial yang lebih akuntabel dan lebih awal mendeteksi masalah.
Institusi Pemerintah Mempermudah pengawasan
regulasi dan kepatuhan hukum. Blockchain memungkinkan data yang dapat diaudit oleh regulator tanpa manipulasi, sehingga kasus penipuan dapat dihindari.
Investor Obligasi
(Bondholders) Risiko kerugian obligasi dapat diminimalkan karena transaksi terkait kewajiban akan terekam dengan baik.
Blockchain melacak transaksi keuangan yang sesuai sehingga tidak ada informasi yang ditutup-tutupi.
Auditor Mengurangi risiko gagal
mendeteksi manipulasi laporan keuangan.
Adanya jejak audit otomatis di blockchain memastikan bahwa data historis dan transaksi sulit untuk dimanipulasi.
Pemegang Saham
Minoritas Perlindungan terhadap informasi keuangan yang valid dan tepat waktu.
Akses transparan ke data keuangan perusahaan
membuat mereka
mendapatkan informasi yang lebih cepat dan akurat.
Keterbatasan Teknologi Blockchain di Konteks Enron
Namun, meskipun blockchain memiliki potensi besar, ada beberapa keterbatasan:
Keterlibatan Manusia: Manipulasi tetap mungkin terjadi jika manajemen memberikan data awal yang salah ke dalam blockchain.
Resistensi terhadap Perubahan: Adopsi teknologi baru seperti blockchain membutuhkan waktu, sumber daya, dan komitmen dari berbagai pihak, yang mungkin sulit dicapai pada awal 2000-an.
Biaya Implementasi: Pengembangan dan integrasi teknologi blockchain memerlukan investasi besar, yang mungkin menjadi hambatan bagi beberapa organisasi.
Adopsi teknologi blockchain dapat memberikan dampak besar bagi profesi akuntan dan auditor dengan meningkatkan transparansi, efisiensi, dan pengendalian internal. Jika blockchain telah diterapkan di Enron, transparansi yang lebih tinggi, penghapusan manipulasi data, dan perlindungan terhadap pemangku kepentingan mungkin dapat meredam dampak buruk skandal tersebut. Namun, teknologi ini tidak sepenuhnya menghilangkan risiko yang disebabkan oleh niat buruk atau kecurangan manusia. Oleh karena itu, blockchain harus dilengkapi dengan regulasi yang kuat dan etika bisnis yang baik.
2. (10 poin) (CPMK-2) Uraikanlah secara lengkap pemahaman Anda tentang konsep dari aktivitas/tahapan yang berlangsung potensi risiko/ancaman; dan pengendalian internal yang relevan pada revenue cycle dan expenditure cycle yang berlangsung di perusahaan dagang!
Gunakan tabulasi empat kolom untuk menjabarkan jawaban Anda!
No Aktivitas/tahapan Potensi Resiko/Ancaman Pengendalian Internal Revenue Cycle
1 Penerimaan
pesanan pelanggan
- Pesanan pelanggan tidak lengkap atau salah.
- Pesanan dari pelanggan yang tidak dapat dipercaya (kredit macet).
- Sistem input berbasis form dengan validasi data.
- Proses persetujuan kredit pelanggan menggunakan credit limit yang disetujui oleh manajer kredit.
2 Persetujuan
kredit - Persetujuan kredit diberikan kepada pelanggan yang tidak layak.
- Proses persetujuan kredit dilakukan oleh staf independen berdasarkan kebijakan kredit tertulis.
- Monitoring pelanggan dengan histori pembayaran dan aging schedule.
3 Pengiriman
barang - Kesalahan dalam pengiriman barang (salah barang, salah alamat).
- Kehilangan atau pencurian barang selama proses pengiriman.
- Sistem barcode atau RFID untuk mencocokkan pesanan dan barang.
- Bukti pengiriman barang (delivery order) harus ditandatangani oleh 4penerima.
- Asuransi untuk barang yang dikirim.
4 Pencatatan penjualan
- Penjualan tidak dicatat atau tercatat ganda.
- Manipulasi data untuk meningkatkan penjualan secara fiktif.
- Penggunaan sistem ERP yang otomatis mencatat transaksi.
- Rekonsiliasi harian antara catatan penjualan dan laporan pengiriman barang.
5 Penagihan dan penerimaan pembayaran
- Keterlambatan dalam penagihan.
- Penerimaan pembayaran tidak tercatat atau disalahgunakan oleh karyawan.
- Faktur otomatis yang dihasilkan oleh sistem.
- Prosedur penerimaan kas dengan pemisahan tugas antara staf penagihan dan penerimaan.
- Semua penerimaan dicatat dalam sistem pada hari yang sama.
6 Pencatatan piutang usaha
- Kesalahan pencatatan piutang.
- Piutang yang tidak tertagih tidak dihapus sesuai prosedur.
- Review rutin terhadap saldo piutang pelanggan.
- Prosedur penghapusan piutang memerlukan persetujuan dari manajer keuangan.
Expenditure Cycle 1 Permintaan
pembelian (purchase requisition)
- Permintaan barang yang tidak
diperlukan atau berlebihan. - Permintaan pembelian memerlukan persetujuan dari manajer departemen terkait.
- Penggunaan daftar persetujuan barang yang telah ditentukan (approved vendors list).
2 Pemilihan
pemasok dan penerbitan pesanan pembelian (PO)
- Memilih pemasok yang tidak kompeten atau tidak terpercaya.
- Pesanan tidak sesuai dengan kebutuhan.
- Evaluasi pemasok berdasarkan kriteria yang ditentukan (harga, kualitas, waktu pengiriman).
- Semua PO harus ditinjau dan disetujui oleh manajer pembelian.
3 Penerimaan
barang atau jasa
- Barang yang diterima tidak sesuai spesifikasi (rusak, cacat, atau kurang jumlahnya).
- Prosedur inspeksi barang yang diterima dengan dokumen penerimaan barang (receiving report).
- Laporan ketidaksesuaian harus langsung dilaporkan ke pemasok.
4 Pencatatan utang usaha
- Faktur pemasok tidak cocok dengan PO dan dokumen penerimaan barang.
- Kesalahan pencatatan utang atau gagal mencatat diskon pembayaran cepat.
- Sistem pencocokan tiga dokumen (three-way match) antara faktur pemasok, PO, dan dokumen penerimaan.
- Diskon pembayaran cepat diprogram dalam sistem untuk dimonitor otomatis.
5 Pembayaran
kepada pemasok
- Pembayaran ganda atau tidak sah.
- Penundaan pembayaran sehingga dikenakan penalti atau kehilangan diskon.
- Proses otorisasi pembayaran oleh manajer keuangan.
- Penggunaan sistem pembayaran elektronik untuk mengurangi risiko human error.
6 Rekonsiliasi bank dan laporan keuangan
- Ketidaksesuaian antara catatan perusahaan dan rekening bank.
- Kesalahan atau kecurangan dalam pencatatan pembayaran.
- Rekonsiliasi bank dilakukan secara berkala oleh staf independen.
- Audit internal terhadap proses pembayaran dan utang usaha.
3. (20 poin) (CPMK-7) Artificial Intelligence telah dan akan terus mengubah startegi, solusi, dan operasi bisnis. Risiko terkait AI harus menjadi perhatian uatama dan prioritas utama bagi organisasi untuk mengadopsi dan meningkatkan skala aplikasi AI serta mewujudkan potensi AI sepenuhnya.
Menerapkan prinsip manajemen risiko perushaan (ERM) pada inisiatif AI dapat membantu organisasi menyediakan tata kelola AI yang terintegrasi, megelola risiko, dan mendorong kinerja
untuk memaksimalkan pencapaian tujuan strategis COSO telah merilis Kerangka Kerja COSO ERM 2017, dengan lima komponen dan dua puluh prinsipnya, menyediakan kernagka kerja yang menyeluruh dan komprehensif, dapat menyelaraskan manajemen risiko dengan strategi dan kinerja AI untuk membantu mewujudkan potensi AI. Berdasarkan COSO ERM 2017, jelaskan lima tahapan yang perlu dipertimbangkan oleh suatu entitas bila akan mengembangkan program kecerdasan buatan yang dapat diandalkan!
Berikut adalah lima tahapan yang perlu dipertimbangkan oleh suatu entitas untuk mengembangkan program kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang dapat diandalkan, berdasarkan kerangka kerja COSO ERM 2017:
Tahapan COSO ERM Penjelasan Implementasi pada
program AI Contoh penerapan 1. Governance and
Culture Tata kelola dan
budaya organisasi menjadi fondasi dalam manajemen risiko. Ini melibatkan pengawasan oleh
dewan dan
manajemen atas risiko terkait AI, serta pembentukan budaya etis.
- Membentuk komite pengawasan risiko AI.
- Menanamkan
budaya etis dan kesadaran risiko AI di seluruh organisasi.
- Menyiapkan
kebijakan
penggunaan AI secara bertanggung jawab.
- Membentuk
kebijakan penggunaan AI yang melarang bias dalam algoritma.
- Memberikan
pelatihan terkait etika AI untuk manajemen dan karyawan.
2. Strategy and
Objective-Setting Organisasi harus menyelaraskan strategi AI dengan tujuan strategis perusahaan dan menentukan
toleransi risiko terkait implementasi AI.
- Menilai kesesuaian program AI dengan tujuan strategis perusahaan.
- Menetapkan
toleransi risiko untuk kegagalan AI, seperti kesalahan prediksi atau ketidakakuratan hasil.
- Bank menetapkan AI untuk meningkatkan keputusan kredit
dengan tetap
mempertimbangkan risiko default dalam batas toleransi yang telah ditentukan.
3. Performance Melibatkan
identifikasi, penilaian, dan prioritas risiko AI dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi, serta pengembangan indikator kinerja utama (KPIs) untuk evaluasi.
- Mengidentifikasi risiko utama AI, seperti kegagalan model, bias data, atau ketidakakuratan hasil.
- Mengukur kinerja AI berdasarkan indikator seperti akurasi
prediksi dan
kecepatan pemrosesan.
- Menggunakan
pengujian beta untuk mengukur efektivitas algoritma AI sebelum penerapan penuh.
- Membuat dashboard KPI untuk memantau performa sistem AI secara real-time.
4. Review and
Revision Organisasi harus
terus memantau dan meninjau kinerja AI serta risiko yang muncul,
- Melakukan evaluasi periodik terhadap efektivitas algoritma AI.
- Memastikan bahwa
- Meninjau ulang algoritma AI setiap enam bulan untuk memastikan bahwa model tetap relevan
mengadaptasi
kebijakan dan strategi sesuai dengan perubahan
lingkungan atau teknologi.
data yang digunakan untuk melatih AI tetap relevan dan bebas dari bias.
dengan data dan kebutuhan bisnis terkini.
5. Information, Communication, and Reporting
Organisasi harus memastikan bahwa informasi tentang
risiko AI
dikomunikasikan secara efektif kepada pemangku
kepentingan, serta memiliki sistem pelaporan yang transparan dan akurat.
- Mengembangkan sistem pelaporan risiko AI untuk dewan dan manajemen.
- Menyediakan informasi yang transparan kepada publik jika AI digunakan dalam pengambilan
keputusan yang memengaruhi
konsumen.
- Perusahaan e- commerce
melaporkan secara terbuka bagaimana AI digunakan untuk personalisasi
rekomendasi produk tanpa melanggar
privasi data
konsumen.
4. (10 poin) (CPMK-6) PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk wajib melakukan restatement untuk laporan keuangan tahun 2018 sesuai perintah OJK. Kepada manajemen perusahaan, OJK memberikan perintah tertulis untuk memperbaiki dan menyajikan kembali laporan keuangan tahunan tahun buku 2018 serta menjatuhkan sanksi administratif berupa denda sebesar 100 juta rupiah. Berdasarkan hal tersebut, anda diminta menjelaskan efektivitas ICoFR (Internal Control over Financial Reporting) di PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk. Dengan penekanan pada indikasi ada-tidaknya control deficiency yaitu berupa significant deficiency ataukah material weakness)!
Berikut adalah penjelasan efektivitas Internal Control over Financial Reporting (ICoFR) di PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk, dengan penekanan pada indikasi adanya control deficiency, baik berupa significant deficiency maupun material weakness, terkait restatement laporan keuangan tahun 2018:
1) Efektivitas ICoFR di PT Garuda Indonesia
ICoFR adalah proses yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan suatu perusahaan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Dalam kasus PT Garuda Indonesia, kewajiban restatement laporan keuangan tahun 2018 atas perintah OJK menunjukkan ketidakefektifan pengendalian internal atas pelaporan keuangan perusahaan
Alasan ketidakefektifan:
Indikasi adanya kelemahan dalam proses pengendalian internal terkait penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kemungkinan terdapat praktik manipulasi atau salah saji laporan keuangan yang signifikan sehingga laporan keuangan harus disajikan kembali.
2) Analisis Control Deficiency
Berdasarkan indikasi yang ada, kita dapat mengevaluasi apakah ketidakefektifan ini tergolong significant deficiency atau material weakness:
Jenis Defisiensi Penjelasan Indikasi pada PT Garuda Indonesia Significant Deficiency - Kekurangan atau
kelemahan dalam
pengendalian internal yang cukup signifikan untuk
dilaporkan kepada
manajemen tetapi tidak cukup parah untuk memengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
- Jika restatement terjadi karena kesalahan teknis kecil (misalnya kesalahan klasifikasi akun tertentu) tanpa memengaruhi total laporan keuangan secara material, maka tergolong significant deficiency.
Material Weakness - Kekurangan atau
kelemahan dalam
pengendalian internal yang dapat menghasilkan kemungkinan salah saji material dalam laporan keuangan yang tidak akan terdeteksi atau diperbaiki oleh sistem pengendalian internal.
- Jika restatement menunjukkan salah saji material yang disengaja (misalnya pengakuan pendapatan fiktif) atau kelemahan sistemik dalam proses pelaporan keuangan, maka tergolong material weakness.
3) Evaluasi berdasarkan kasus Berdasarkan fakta bahwa:
OJK memberikan perintah untuk melakukan restatement laporan keuangan,
Terdapat sanksi administratif berupa denda 100 juta rupiah.
Maka, ini kemungkinan besar mengindikasikan adanya material weakness dalam ICoFR PT Garuda Indonesia. Hal ini disebabkan karena:
a. Restatement biasanya menunjukkan adanya salah saji material, baik karena kesalahan atau manipulasi.
b. Salah saji material ini tidak terdeteksi oleh sistem pengendalian internal yang ada, sehingga mengharuskan regulator (OJK) turun tangan.
c. Sanksi administratif menunjukkan bahwa kelemahan tersebut cukup serius dan berpotensi merugikan investor serta pengguna laporan keuangan lainnya.
4) Upaya Perbaikan
Untuk meningkatkan efektivitas ICoFR, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:
a. Penguatan proses pengendalian internal, termasuk dokumentasi, review, dan verifikasi laporan keuangan.
b. Peningkatan pengawasan manajemen dan audit internal atas prosedur pelaporan keuangan.
c. Pelatihan dan edukasi staf akuntansi untuk memastikan kepatuhan terhadap standar akuntansi yang berlaku.
d. Penggunaan teknologi untuk mendeteksi anomali dalam pelaporan keuangan secara lebih cepat.
e. Melibatkan auditor eksternal yang independen untuk memberikan keyakinan tambahan atas keandalan laporan keuangan.
5. PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk. merupakan BUMN yang sejk tahun 2011 menjadi perusahaan publik yang terdaftar di BEI dengan kode emiten GIAA
a) (10 poin) (CPMK-3) Jelaskan apakah PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk wajib menyusun laporan keuangan dalam format XBRL? Argumen Anda juga menyertakan pemahaman mengenai XBRL?Extensible Business Reporting Language di Indonesia ( definisi; aturan/regulasi tentang XBRL; alasan diberlakukan; kapan mulai berlakunya XBLR; perusahaan mana sajakah yang diwajibkan)!
Kewajiban PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk Menyusun Laporan Keuangan dalam Format XBRL
1) Definisi XBRL
XBRL (Extensible Business Reporting Language) adalah standar global berbasis XML untuk melaporkan data keuangan. Format ini dirancang agar lebih efisien dalam mengumpulkan, berbagi, dan menganalisis laporan keuangan secara elektronik.
2) Aturan dan Regulasi Terkait XBRL di Indonesia
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menyampaikan laporan keuangan dalam format XBRL. Regulasi ini diatur dalam:
Peraturan OJK (POJK) No. 29/POJK.04/2016 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
Surat Edaran OJK (SEOJK) No. 30/SEOJK.04/2016 tentang Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan dalam Format XBRL.
3) Alasan Penerapan XBRL
a. Untuk meningkatkan efisiensi, XBRL memungkinkan data laporan keuangan dibaca dan diproses lebih cepat oleh berbagai sistem informasi.
b. Untuk transparansi, Format ini memudahkan investor dan regulator untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan.
c. Sebagai Standarisasi Global, XBRL diakui secara internasional, sehingga memudahkan perbandingan laporan keuangan antar perusahaan lintas negara
4) Kapan Mulai Berlaku XBRL
XBRL mulai diberlakukan di Indonesia secara bertahap sejak tahun 2015, dan menjadi kewajiban bagi perusahaan publik (emiten) yang terdaftar di BEI.
Mulai 2016, perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan, kuartalan, dan laporan lainnya dalam format XBRL.
5) Kewajiban bagi PT Garuda Indonesia
Perusahaan yang wajib menyusun laporan dalam format XBRL adalah:
Emiten atau Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk dengan kode emiten GIAA termasuk dalam kategori ini karena merupakan perusahaan publik.
Ya, PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk wajib menyusun laporan keuangan dalam format XBRL sesuai dengan regulasi OJK karena perusahaan ini terdaftar di BEI.
b) (10 poin) (CPMK-5) Pada saat PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk melakukan proses pemutahkiran buku besar dan pelaporan guna menyusun keuangannya dalan lingkungan berbasis komputer dan teknologi informasi tentu tidak luput dari resiko/ancaman, sehingga perlu pengendalian yang memadai guna meminimalisir potensi kerugian. Jelaskan setidaknya lima potensi resiko/ancaman dan bagaimana pengendalian dilakukan untuk memitigasi potensi resiko tersebut. Gunakan tabulasi tiga kolom menjabarkan jawaban Anda!
Potensi Risiko/Ancaman dan Pengendalian dalam Proses Pemutakhiran Buku Besar dan Pelaporan
No Potensi Risiko/Ancaman Pengendalian untuk Mitigasi 1 Kesalahan Input Data: Human error
saat memasukkan data ke sistem. - Melakukan validasi otomatis pada input data.
- Memberikan pelatihan kepada karyawan.
2 Serangan Cyber: Ancaman dari
malware, hacking, atau virus. - Mengimplementasikan firewall, anti-virus, dan sistem keamanan yang terkini.
- Rutin melakukan pembaruan keamanan (patching).
3 Kehilangan Data: Data hilang akibat kerusakan perangkat keras atau kesalahan teknis.
- Melakukan backup data secara berkala di sistem cloud atau server cadangan.
- Menerapkan kebijakan pemulihan bencana (disaster recovery plan).
4 Akses Tidak Sah: Data laporan keuangan diakses pihak yang tidak berwenang.
- Menerapkan sistem otentikasi ganda (two- factor authentication).
- Mengatur hak akses pengguna sesuai peran dan tanggung jawab.
5 Ketergantungan pada Sistem Teknologi: Gangguan sistem yang menyebabkan downtime.
- Menyediakan server cadangan (redundant system) untuk memastikan ketersediaan sistem.
- Melakukan pemeliharaan rutin terhadap perangkat lunak dan perangkat keras.
6 Manipulasi Data: Penyalahgunaan atau manipulasi data oleh pihak internal.
- Mengimplementasikan log aktivitas untuk memantau perubahan data.
- Melakukan audit rutin dan cross-check data oleh pihak independen.
7 Kesalahan Pemrosesan Sistem: Bug atau kesalahan dalam perangkat lunak.
- Menguji sistem secara berkala untuk menemukan dan memperbaiki bug.
- Memastikan adanya Quality Assurance (QA) dalam setiap pembaruan sistem.