• Tidak ada hasil yang ditemukan

Maranta arundinacea - Spada UNS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Maranta arundinacea - Spada UNS"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Teknologi Produksi

Tanaman Garut

(2)

Kelompok 6

1. Dinayati (H0719052)

2. Ratri Widyawati (H0719153)

3. Rizal Wirawan (H0719160)

4. Triana Diah N L (H0719180)

5. Yudhi Ardhani (H0719188)

(3)

Morfologi Tanaman Garut

Tanaman garut (Marantha arundinaceae L.) ialah salah satu tanaman umbi-umbian yang mempunyai potensi untuk bahan baku pembuatan tepung alternatif pengganti terigu. Ciri morfologinya meliputi batang, daun, bunga, buah, dan umbi. Tanaman garut dapat mencapai tinggi 1 meter dengan warna batang hijau. Memiliki daun dengan panjang 27 cm dan lebar 4 cm.

Memiliki bunga majemuk yang berbentuk tandan. Kelopaknya berwarna hijau dan makhkotanya berwarna putih. Buah garut tidak data dikonsumsi dan dipenuhi bulu.

Umbi garut berwarna putih kecoklatan dengan bentuk hampir mirip singkong.

(4)

Klasifikasi Tanaman Garut

Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae Kelas : Monokotil

Ordo : Zingiberales Famili : Marantaceae Genus : Maranta

Spesies : Maranta arundinacea L.

(5)

Syarat Tumbuh

Menurut Suhartini, T. (2016) garut merupakan :

- Tanaman tahunan yang dapat tumbuh pada ketinggian 0- 900 m dpl dan tumbuh baik pada ketinggian 60-90 m dpl. - Tanaman yang dapat tumbuh di lahan marginal atau

tumbuh optimal pada tanah yang lembab dan tempat- tempat

yang terlindung di bawah tegakan.

(6)

Manfaat Tanaman Garut

Umbi garut mengandung gizi yang sangat banyak antara lain yaitu

air, protein, serat, lemak, pati zat besi, magnesium, fosfor, kalium,

vitamin B6, tiamina, riboflavin, dan folat. Menurut destryana et al.,

(2020) Manfaat dari umbi garut diantaranya sebagai sumber serat

pangan dan memiliki indeks glikemik yang rendah jika dibandingkan

dengan umbi-umbian lainnya. Umbi garut memiliki banyak manfaat

yaitu sumber energi, cadangan makanan, tanaman hias, olahan

tepung, pakan ternak, mengobati luka, memoerlancar peredaran

darah, dan menjaga kekebalan tubuh.

(7)

Pembibitan

Bagian tanaman yang baik untuk

digunakan sebagai bibit adalah ujung-

ujung rhizoma atau tunas umbi (bits),

panjangnya 4-7 cm, dan mempunyai 2-4

mata tunas. Rhizoma diambil dari bibit

yang sehat, tidak kurus, dan tidak terkena

penyakit. Rhizoma ditanam pada tampah

atau tempat lainnya dengan media tanah,

pupuk kandang dan, pasir (2:1:1). Setelah

rhizome bertunas sepanjang 1–2 cm dapat

dipindahkan ke lahan penanaman.

(8)

Pengolahan Tanah

Tanaman garut pada umumnya menghendaki tanah yang gembur, dengan kandungan liat, debu, dan pasir 1:1:1 dengan pH 5-8. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan tanah sebaik mungkin dengan cara membajak atau mencangkul dengan kedalaman 20-30 cm. Agar tanah menjadi semakin gembur maka sebaiknya diberikan kompos atau pupuk kandang sebanyak 25 - 30 ton per hektar. Selanjutnya dibuat bedengan dengan ukuran panjang sesuai dengan kondisi lahan, lebar 120 cm dan tingginya antara 25 - 30 cm. Jarak antara bedengan yang satu dengan yang lain adalah 30 - 50 cm. Pengolahan tanah ini dilakukan bersamaan dengan panen pada musim kemarau, kemudian dilakukan penanaman.

(9)

Penanaman

Penanaman dilakukan pada pertengahan musim kemarau atau awal musim hujan. Cara tanamnya yaitu umbi dipotong dengan panjang 4- 7 cm atau jumlah ruas 3-4 ruas kemudian di tanam di bedengan pada kedalaman tanah 5-7 cm dengan jarak tanam ± 30 x 30 cm. Penanaman pertamanya dapat menggunakan bibit hasil penjarangan yang kemudian dilakukan dengan transplanting pada pertengahan musim hujan. Kebutuhan benih disesuaikan jarak tanam. Untuk lahan 1.000 m2 dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm diperlukan benih paling sedikit 11.000 batang. Keuntungan sistem transplanting adalah benih hasil penjarangan lebih bermanfaat, meskipun kurang praktis karena memerlukan tenaga yang banyak.

(10)

Pemeliharaan

Menurut Suhertini & Lukman (2003) Pemeliharaan dan persemaian meliputi penyiraman, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, serta pemberian pupuk daun. Penyiraman pada bak plastik dilakukan setiap hari setelah sungkup dibuka, sedangkan pada bedengan dilakukan dua hari sekali. Penyiangan hanya dilakukan pada persemaian di bedengan, karena biasanya rumput akan tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya tunas bibit. Pengendalian hama dan penyakit serta pemberian pupuk dilakukan jika perlu.

Dapat dilakukan pembumbunan yaitu tanah berada disekitar tanaman dicangkul, lalu ditimbun ke arah pangkal-pangkal batang. Rerumputan atau gulma- gulma yang ada dibenamkan ke dalam tanah karena rerumputan atau gulma tersebut dapat berperan juga sebagai pupuk dan menjadi sangat penting guna mencegah timbulnya serangan penyakit.

(11)

Pengendalian Hama Penyakit

Cara pengendalian hama dan penyakit tanaman garut tergantung dari jenis hama dan penyakit yang menyerangnya. Hama yang paling banyak menyerang tanaman garut adalah uret, tikus, dan ulat penggulung daun (Colopodes atheus). Menurut Joko (2014), jenis penyakit yang umumnya menyerang tanaman garut adalah penyakit terbakar daun (Rosellinia atheus), penyakit busuk daun (Pelliularian filomentosa), dan layu fusarium.

(12)

• Hama uret diatasi dengan pestisida jenis furadan.

• Tikus dapat dibasmi dengan gropyokan atau menggunakan racun tikus (seperti klerat atau petrokum).

• Hama ulat penggulung daun dapat diberantas dengan cara manual (dicari satu per satu dan dibunuh) atau cara kimiawi dengan pestisida.

• Penyakit terbakar daun dikendalikan dengan cara eradikasi atau pemusnahan tanaman yang terserang.

• Penyakit busuk daun dapat dicegah dengan perbaikan sistem drainase (pengairan).

• Penyakit layu fusarium dapat dikendalikan dengan biopestisida Trichoderma sp. dan Gliocladium sp.

Biopestisida tersebut diaplikasikan pada saat pengolahan tanah (seminggu sebelum tanam) bersamaan dengan pemberian pupuk organik. Menurut Djaafar et al. (2010), Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. mampu menekan intensitas layu menjadi 20%

(13)

Panen Tanaman Garut

Tanaman garut dapat dipanen dalam umur 6 sampai 7 bulan atau 8 sampai dengan 12 bulan. Pada umur muda hasil panen yang diambil adalah bagian umbi apabila dibutuhkan untuk bahan makanan. Sedangkan pada umur 8 sampai 12 hasil panen dapat dijadikan bahan dasar tepung karena kaya akan zat pati.

Cara pemanenan umbi garut yaitu dengan membongkar rimpang dengan menggunakan garpu atau alat yang lainnya. Sisakan anakan untuk bibit dan biarkan 6-12 bulan dapat dipanen kembali. Lakukan hal ini seterusnya hingga siklus 5-7 kali atau 5-7 tahun.

Jumlah panenan dapat berkisar antara 7,5 – 37 ton umbi per hektar.

(14)

Pasca Panen

Tanaman Garut umumnya diolah menjadi Tepung Garut

dan Umbi Garut serta banyak produk turunan dari

tanaman garut

(15)

Tepung Garut

I. Umbi segar dikupas dan dicuci, lalu diiris dengan menggunakan pisau

II. Irisan basah segera direndam dalam larutan sodium metabisulfit 1000 ppm selama 15 menit.

III. Selesai perendaman, irisan umbi dibilas lalu ditebar di atas rak kawat dan dikeringkan dengan cabinet dryer suhu 60ºC selama 5 jam.

IV. Irisan kering umbi yang diperoleh lalu digiling menjadi tepung.

V. Selanjutnya, tepung hasil penggilingan

diayak dengan ukuran 80 mesh.

(16)

Pati Garut

I. Pilih umbi garut yang segar, kemudian bersihkan dari kotoran (tanah) dan sisik- sisiknya terus dicuci dengan air bersih yang mengalir.

II. Parutlah umbi garut hingga menjadi bubur kasar, kemudian tambahkan air bersih sambil diaduk-aduk atau diremas-remas agar keluar patinya. Selanjutnya saringlah bubur tersebut dengan kain untuk memisahkan pati dari seratnya. Larutan hasil perasan segera diendapkan sehingga air terpisah dari endapan pati.

III. Jemurlah endapan pati garut hingga kering, kemudian gilinglah menjadi pati halus.

IV. Kemaslah pati garut dalam wadah (kemasan) kantong plastik atau kaleng yang kedap usara (tertutup), kemudian simpan ditempat yang kering

(17)

Produk turunan olahan Tepung dan Pati Garut

Sereal Pati Garut

Emping Garut

(18)

Kesimpulan

• Tanaman garut (Maranta arundinacea L.) memiliki ciri berbatang hijau dengan tinggi mencapai 1 meter, daun dengan panjang 27 cm dan lebar 4 cm, bunga majemuk yang berbentuk tandan dengan kelopaknya berwarna hijau dan makhkotanya berwarna putih.

• Tanaman garut dapat tumbuh pada ketinggian 0-900 m dpl dan akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 60-90 m dpl dengan tanah yang lembab dan tempat- tempat yang terlindung.

• Umbi garut memiliki manfaat sebagai sumber serat pangan, sumber energi, cadangan makanan, tanaman hias, olahan tepung, pakan ternak, mengobati luka, memperlancar peredaran darah, dan menjaga kekebalan tubuh serta memiliki indeks glikemik yang rendah jika dibandingkan dengan umbi-umbian lainnya.

• Budidaya tanaman garut terdiri dari pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan, pemberian pupuk daun, pembumbunan, dan pengendalian hama penyakit.

(19)

Daftar Pustaka

Destryana, RA., Wibisono A., & Sumitro EA. 2020. Pelatihan dan pendampingan pengolahan pasca panen umbi garut pada kelompok tani pelangi di Desa Kasengan Kabupaten Sumenep. J PKM Pengabdian kepada Masyarakat, 3(2): 224-231.

Djaafar, TF., Sarjiman., & Pustika AB. 2010. Pengembangan budi daya tanaman garut dan teknologi pengolahannya untuk mendukung ketahanan pangan. J Litbang Pertanian, 29(1): 25-33.

Handayani, T., Nurheni W., & Arum SW. 2018. Analisis pertumbuhan mindi (Melia azedarach L.) dan produktivitas umbi garut (Maranta arundinacea dan Maranta linearis L.) dalam sistem agroforestri growth analysis of mindi (Melia azedarach L.) and productivity of arrowroot. J Silvikultur Tropika, 9(2): 144-150.

Irmawati, FM., Ishartani D., & Affandi RD. 2014. Pemanfaatan tepung umbi garut (Maranta arundinacea L.) sebagai pengganti terigu dalam pembuatan biskuit tinggi energi protein dengan penambahan tepung kacang merah (Phaseolus vulgaris L.). J Teknosains Pangan, 3(1):3-14.

Joko S. 2014. Inventarisasi hama dan patogen pada uji jarak tanam dan dosis pupuk kandang pada tanaman garut. JOGLO, 27(1): 222-229.

Suhartini, T. 2016. Keragaman karakter morfologis garut (Marantha arundinaceae L.). Buletin Plasma Nutfah, 17(1): 12-18.

Suhertini, E & Lukman W. 2003. Teknik pembibitan tanaman garut dari rimpang. Buletin Teknik Pertanian, 8(1): 11-14.

https://bukabi.wordpress.com/2009/03/02/budidaya-tanaman-garut/

https://dosenpertanian.com/tanaman-garut/

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan para ilmuwan mengenai potensi tepung garut sebagai sumber penghasilan bioetanol dan memberi

Proses pembuatan beras analog dilakukan dengan penambahan nanokalsium dari tulang ikan swanggi, bawal, mujair, kemudian ditambahkan tepung umbi garut dan tepung

Babi merupakan ternak sumber daging yang sangat efisien dibandingkan ternak-ternak lain, karena: • Babi memerlukan pakan ± 3,4 kg untuk pembentukan daging sapi→6 kg • Prolifik → 6-12