• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mata Kuliah : Hukum Adat

N/A
N/A
MarwaFairuz Rosyidah

Academic year: 2023

Membagikan "Mata Kuliah : Hukum Adat"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Nama Mahasiswa : Marwa Fairuz Rosyidah NIM : 20410221

Kelas : C

Mata Kuliah : Hukum Adat

Selayang Pandang Tentang Hukum Adat

Kata Pengantar Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji dan rahmat kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas hukum adat yang berjudul “ Selayang Pandang Tentang Hukum Adat ” dengan tepat waktu. Tidak lupa sholawat serta salam tercurahkan bagi Baginda Rasulullah SAW yang syafaatnya selalu dinantikan di kemudian hari kelak. Tugas ini merupakan tulisan yang membahas tentang keseluruhan hukum adat secara umum yang ada di dalam masyarakat.

Saya selaku penulis, menyadari sepenuhnya bahwa tugas yang saya susun ini masih ada kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar tulisan ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga tulisan ini menjadi bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Pangkalan Bun, 19 April 2021

Marwa Fairuz Rosyidah

(2)

A. Pengertian Hukum Adat

Dilihat dari perkembangan manusia, manusia telah diberikan kesempurnaan berupa akal dan pikiran yang belum tentu dimiliki oleh makhluk lain. Dari perilaku- perilaku tersebut, nantinya akan menjadi kebiasaan pribadi yang kemudian diikuti oleh masyarakat sekitar yang lambat laun menjadi suatu adat. Setelah adat terbentuk, mereka akan saling mempercayai hal-hal yang dilakukan secara turun temurun tersebut.

Kemudian kebiasaan ini akan menjadikan adat tersebut sebagai adat yang mau tidak mau harus diikuti pada masyarakat yang ada pada tempat tertentu. Dimana adat ini memiliki sanksi-sanksi, baik berupa sanksi moral maupun sanksi dari pemangku adat.

Hukum memiliki sifat yang berwujud dan tidak berwujud. Hukum yang berwujud adalah hukum tertulis yang sudah terkodifikasi dalam satu kitab, sedangkan hukum yang tidak berwujud adalah hukum tidak tertulis seperti hukum adat. Karena peraturan- peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh berkembang, maka hukum adat memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Adapun Penegak hukum adat adalah pemuka adat sebagai pemimpin yang sangat disegani dan besar pengaruhnya dalam lingkungan masyarakat adat untuk menjaga keutuhan hidup sejahtera.

Dari pernyataan di atas turut mengundang beberapa ahli untuk mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian hukum adat, meliputi:

1. Van Vollenhoven menjelaskan bahwa hukum adat adalah Keseluruhan aturan tingkah laku positif yang di satu pihak mempunyai sanksi.

2. Bushar Muhammad menjelaskan bahwa untuk memberikan definisi hukum ada sulit sekali dilakukan karena, hukum adat masih dalam pertumbuhan; sifat dan pembawaan hukum adat.

3. Terhar berpendapat bahwa hukum adat hukum adat lahir dari & dipelihara oleh keputusan-keputusan, Keputusan berwibawa dan berkuasa dari kepala rakyat (para warga masyarakat hukum)

4. Soerjono Soekanto berpendapat bahwa hukum adat adalah kompleks adat-adat yang tidak dikitabkan (tidak dikodifikasikan) bersifat paksaan (mempunyai akibat hukum.

5. Supomo & hazairin mengambil kesimpulan bahwa hukum adat adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia Indonesia dalam hubungan satu sama lain, baik yang merupakan keseluruhan kelaziman, kebiasaan dan kesusilaan yang benar-benar hidup di masyarakat adat karena dianut dan dipertahankan oleh anggota-anggota masyarakat itu, maupun yang merupakan keseluruhan peraturan yang mengenal sanksi atas pelanggaran dan yang ditetapkan dalam keputusan-keputusan para penguasa adat.

(3)

B. Unsur-Unsur Hukum Adat

- Adanya tingkah laku yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat - Tingkah laku tersebut teratur dan sistematis

- Tingkah laku tersebut mempunyai nilai sacral - Adanya keputusan kepala adat

- Adanya sanksi / akibat hukum - Tidak tertulis

- Ditaati dalam masyarakat

Menurut Soerodjo Wignjodipoero S.H., hukum adat memiliki dua unsur, yaitu :

- Unsur kenyataan : bahwa adat itu dalam keadaan yang sama selalu di indahkan oleh rakyat

- Unsur psikologis : bahwa terdapat adanya keyakinan pada rakyat, bahwa adat dimaksud mempunyai kekuatan hukum

C. Sifat dan Corak Hukum Adat

Sifat hukum adat yang dikemukakan Holleman diantaranya sebagai berikut : 1. Tradisional

Sifat ini menunjukkan bahwa masyarakat adat memiliki sifat turun temurun, dari zaman nenek moyang sampai saat ini keadaan dan kebiasaan masih berjalan dan dipertahankan oleh masyarakat yang bersangkutan. Peraturan hukum yang turun temurun ini memiliki keistimewaan yang luhur sebagai pusaka yang dihormati , oleh karenanya dijaga terus menerus.

Pelanggaran yang terhadap hukum adat diyakini akan mendatangkan malapetaka terhadap masyarakat. Sifat tradisional yang masih dapat di lihat di masyarakat Indonesia ialah pada masyarakat Batak Indonesia dimana perkawinan satu marga tidak di perkenankan.

2. Dinamis

Hukum adat bersifat dinamis, berubah mengikuti keadaan waktu dan tempat. Setiap perkembangan masyarakat hukum adat akan selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi

3. Terbuka

Hukum adat memiliki sifat terbuka. Artinya, hukum adat menerima sistem hukum lain selama masyarakat adat menanggap bahwa hukum lain tersebut patut atau berkesesuaian.

4. Sederhana

Bersifat sederhana memiliki arti bahwa hukum adat itu tidak rumit, bersahaja, tidak beradministrasi, mudah dimengerti,tidak tertulis, dan dilaksanakan berdasarkan saling mempercayai. Contohnya transaksi dapat dilakukan secara lisan saja, termasuk dalam hal pembagian warisan, jarang dilakukan secara tertulis

(4)

5. Musyawarah dan Mufakat

Artinya, musyawarah dan mufakat merupakan hal yang diutamakan dalam masyarakat hukum adat. Dalam menyelesaikan permasalahan di Indonesia selalu mengutamakan musyawarah dan mufakat sebagai penyelesaian yang rukun dan damai.

Dalam pidato inaugurasinya, F.D Holeman mengemukakan corak hukum adat di Indonesia yang merupakan satu kesatuan pada Indonesia, sebagai berikut :

1. Magis – Religius

Di dasarkan pada religiulitas, yakni keyakinan masyarakat Indonesia tentang adanya sesuatu yang bersifat sacral. Orang Indonesia pada dasarnya didorong oleh kepercayaan ( religi ) pada tenaga-tenaga yang gaib( magis ) yang mengisi, menghuni seluruh alam semesta ( dunia kosmos ) dan yang terdapat pada orang, tumbuhan-tumbuhan, binatang, benda, lebih ke benda yang berupa dan berbentuk luar biasa, dan semua tenaga-tenaga itu membawa seluruh alam semesta dalam suatu keadaan yang seimbang. Dan dengan anggapan bahwa berbagai macam bahaya dapat dihindari dengan berbagai macam pantangan.

Contohnya seperti cerita legenda terbentuknya Danau Tangkuban Perahu 2. Komunal

Artinya bahwa kehidupan masyarakat selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh.

Hubungan anggota masyarakat didasari oleh rasa kebersamaan, tolong menolong, gotong royong, dan kepentingan bersama selalu diutamakan daripada kepentingan perseorangan.

Dengan itu, segala penilaian, pembuatan keputusan dan tekanan dalam hukum adat terletak pada tangan tesa, masyarakat adat.

Sifat yang demikian ini, memang menjadi corak yang khas dari suatu masyarakat yang masih hidup terpencil atau dalam kehidupan sehari-harinya sangat bergantung pada tanah atau alam pada umumnya ( bersifat agraris )

3. Konkret ( Visual )

Bahwa dalam berpikir tentu senantiasa dicoba atau diusahan supaya hal-hal yang dimaksud, dikehendaki, diingini, atau akan dikerjakan, ditransformasikan atau diberi wujud suatu benda, diberi tanda yang terlihat, baik berupa langsung maupun objek yang dikehendaki.

Contohnya pada transaksi jual beli, selalu memperlihatkan adanya perbuatan nyata yakni dengan pemindahan benda objek perjanjian.

4. Kontan

Pemindahan atau peralihan hak dilakukan secara bersamaan, yaitu saat penyerahaan dan penerimaan harus dilakukan serentak agar menjaga keseimbangan dalam pergaulan bermasyarakat.

Contohnya juga ada pada saat jual beli, penjual menyerahkan barang saat itu juga pembeli menyerahkan pembayarannya.

D. Dasar Berlakunya Hukum Adat

(5)

Dalam mempelajari hukum adat, salah satu yang harus diketahui adalah dasar hukum berlakunya hukum adat itu sendiri, hal ini untuk meyakinkan bahwa keberadaan hukum adat memang benar-benar diakui secara sah didalam perundang-undangan yang berlaku di negeri ini. Adapaun perundang-undangan yang menjadi dasar hukum berlakunya hukum hukum adat itu adalah :

1. Undang-Undang Dasar 1945 2. UUDS Tahun 1950

3. I.S. Pasal 131 jis R.R. Pasal 75 Baru dan Lama 4. I.S. Pasal 134

5. Undang-Undang Darurat No. 1 Tahun 1951, LN Nomor 9 6. Undang-Undang Nomor 19 tahun 1964 dan

7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970

E. Sistem Hukum Adat Dibanding dengan Sistem Hukum Positif

Hukum adat ialah sebuah sistem yang dikenal dalam lingkungan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Hukum adat berawal dari adat istiadat yang menyangkut sikap dan perilaku seseorang yang diikuti oleh orang lain dan menyebar menjadi kebiasaan di suatu daerah yang kemudian disepakati menjadi hukum adat daerah setempat. Dimana jika terjadi pelanggaran akan di kenakan sanksi sesuai adat yang berlaku atau sesuai kesepakatan bersama dan putusan pemangku adat. Hukum adat sebenarnya tidak tertulis dan tumbuh kembang, tetapi pada perkembangannya menjadi tertulis. Namun, hukum adat hanya berlaku di wilayah tertentu dimana hukum adat itu dipertahankan.

Sedangkan hukum positif adalah sistem perundang-undangan atau peraturan tertulis yang berlaku untuk seluruh warga negara Indonesia, dimana jika dilanggar akan dikenakan sanksi yang tertulis di dalam perundang-undangan itu sendiri.

F. Pendekatan Dalam Mempelajari Hukum Adat

Pendekatan yang digunakan dalam mempelajari hukum adat adalah antropologi hukum dengan tujuan untuk memahami alam berfikir serta nilai-nilai kearifan yang hidup pada masyarakat adat dengan metode historis, yakni mempelajari manusia melalui sejarah. Kebiasaan yang ada dalam masyarakat menjadi adat, kemudian menjadi hukum adat, hukum adat dipertahankan oleh penguasa dan kemudian menjadi hukum negara. Metode historis mempelajari perilaku manusia dan budaya hukumnya dengan kacamata sejarah. Perkembangan karakteristik budaya merupakan awal budaya masyarakat. Budaya hukum yaitu ide, gagasan, harapan masyarakat terhadap hukum.

(6)

G. Hubungan Hukum Adat dengan Hukum Agama

Banyak ahli menyebutkan bahwa hukum adat banyak dipengaruhi oleh hukum agama.

Berikut teori-teori yang menunjukkan hubungan hukum adat dengan hukum agama : 1. Teori Receptio In Complexu

Diperkenalkan oleh C.F Winter dan Salomon Keyzer, yang diikuti oleh Van Den Berg. Teori ini menyatakan bahwa adat istiadat dan hukum adat suatu golongan masyarakat mengikuti hukum agama yang dianut oleh golongan masyarakat itu.

2. Teori Receptie

Diajukan oleh Snock Hurgronje dan Van Vollenhoven sebagai sanggahan terhadap teori Receptio In Complexu. Teori ini menyatakan bahwa hukum agama dapat diberlakukan sepanjang tidak bertentangan dengan hukum adat.

Artinya, hukum agama mengikuti hukum adat.

3. Teori Receptio a Contrario

Pakar hukum adat asal Indonesia, Prof. Hazairin dan Prof. Sayuti Thalib membantah habis-habisan teori Receptie dengan teori Receptie a Contrario yang dikemukakannya ini. Dalam teori ini menyatakan bahwa hukum yang berlaku bagi masyarakat adalah hukum agama yng dianutnya, hukum adat hanya akan berlaku bila tidak bertentangan dengan hukum agama yang dianut masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat hukum adat dipimpin oleh Pemangku Adat/Penghulu yang memiliki kewenangan mengatur kehidupan Masyarakat hukum adat dalam berbagai kepentingan. Dalam kehidupan

Hukum dalam konsepsi hukum Islam adalah seperangkat ukuran pedoman tingkah laku yang dibuat Allah, tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda

Soepomo: mengatakan bahwa suatu peraturan mengenai tingkah-laku manusia (rule of behaviour) pada suatu waktu mendapat sifat hukum, pada ketika petugas hukum yang

urgensi; serta pokok-pokok hukum adat yang meliputi hukum kekeluargaan, perkawinan, waris, pidana, tata negara, acara, serta tanah adat, juga tidak lepas prospek masa depan

Mata  kuliah  hukum  adat  lanjutan    merupakan  mata  kuliah  lanjutan  dari  mata  kuliah  hukum  adat  secara  umum.  Mata  kuliah  hukum  adat  lanjutan 

Dalam sistem hukum adat waris patrilineal, pewaris adalah seorang yang meninggal dunia dengan meninggalkan sejumlah harta kekayaan, baik harta itu diperoleh selama dalam perkawinan

Kata tentang tingkah laku manusia mukallaf mengandung arti bahwa hukum islam itu hanya mengatur tingkah laku lahir manusia yang dikenai hukum.25 Dalam pengertian lain hukum Islam juga

Hukum adalah himpunan peraturan yang dibuat oleh penguasa negara untuk mengatur tingkah laku manusia, bersifat memaksa dan mempunyai