• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Membayar Zakat Pertanian pada Masyarakat di Desa Ganding Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Membayar Zakat Pertanian pada Masyarakat di Desa Ganding Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Membayar Zakat Pertanian pada Masyarakat di Desa

Ganding Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep Nurul Huda

Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep zakeratv@gmail.com

Riza Anami

Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep rizatanjung2606@gmail.com

Helliyati

Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep helliysay86@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengaruh tingkat pendidikan, religiusitas dan peran ulama terhadap kesadaran membayar zakat pertanian pada masyarakat di Desa Ganding, Sumenep. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatit dan tekhnik pengumpulan data yang digunakan adakah observasi, angket, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan untuk pengambilan sampelnya dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Tekhnik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran membayar zakat pertanian, sedangkan variabel peran ulama secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran membayar zakat pertanian. Adapun variabel yang paling dominan dalam memengaruhi kesadaran untuk membayar zakat adalah tingkat pendidikan hal ini menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel independen (Tingkat Pendidikan, Religiusitas, dan Peran Ulama) terhadap variabel dependen (Kesadaran Masyarakat) sebesar 46,6%. Sedangkan sisanya 53,4% dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Kata Kunci: kesadaran, zakat pertanian, masyarakat

(2)

Pendahuluan

Pada tahun 2019, potensi zakat di Indonesia yang bisa dikelola diprediksi mencapai Rp. 230 triliun, namun realisasinya yang bisa dikelola hanya 3,5% atau sekitar Rp 8 triliun. Menurut Wapres KH Ma’ruf Amin mengatakan: “itu artinya masih sangat besar potensi zakat yang belum terkelola. Jadi perlu untuk dilakukan terobosan agar lebih baik lagi, karena masih sangat jauh dari prediksi potesi zakat yang ada. Maka berbagai upaya perlu untuk dilakukan misalnya dengan meningkatkan kesadaran masyarakat wajib zakat dengan cara-cara yang lebih baik”

(nasional.tempo.co).

Sedangkan di BAZNAS Kabupaten Sumenep menunjukkan bahwa pengumpulan zakat masih sangat rendah. Bupati Sumenep, Dr. KH. A. Busyro Karim, M.Si menyatakan bahwa

“sejak tahun 2012-2019 pengumpulan zakat dari ASN di lingkungan pemerintah setempat hanya mencapai Rp. 60 juta, padahal jumlah ASN sebanyak 9.100 orang lebih. Jika muzakki dari kalangan ASN sebanyak 3.456 orang saja, tentu pengumpulan zakatnya mencapai Rp. 476.786.465,00 per bulan atau Rp. 5,7 miliar per tahun. Jadi, BAZNAS harus melakukan inovasi, seperti mempertajam sosialisasi dengan turun langsung

(3)

ke masyarakat dan memanfaatkan teknologi digital berbasis aplikasi yang mudah dipakai masyarakat”.1

Salah satu desa di Kabupaten Sumenep yang menjadi tempat penelitian ini adalah desa Ganding yang memiliki lahan pertanian cukup lebih luas dibandingkan dari ke enam Desa lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa potensi zakat di sektor pertanian khususnya tanaman padi dan jagung cukup besar.

Namun dalam kenyataan hidup masyarakat di Desa Ganding, sejak dulu sampai sekarang dirasa masih belum ada kesadaran penuh dalam membayar zakat hasil pertanian. Ada tiga faktor yang menurut pengamatan penulis sementara, bagi masyarakat yang belum menunaikan kewajiban tersebut, pertama apakah dikarenakan adanya kelalaian, kedua apakah karena rendahnya tingkat pendidikan atau pemahaman terhadap ajaran agama, dan ketiga apakah dikarenakan kurangnya sosialisasi dari para tokoh agama (ulama) sekitar yang menjelaskan tentang wajibnya zakat hasil pertanian ketika sudah panen dan mencapai nishab yaitu sebesar 5 wasaq atau 653 kg.

Masyarakat kurang memahami perbedaan zakat dengan shadaqah biasa, sebab ketika panen mereka hanya memberi sebagian dari hasil panennya tersebut cukup dengan disedekahkan ”salametan” yang tidak mengukur pada ketetapan jumlah nishab pada hasil panennya dalam satu musim atau sekali

1 http://www.sumenepkab.go.id/berita/baca/pengumpulan-zis-rendah- bupati-harapkan-baznas-tingkatkan-inovasi.html. Diakses pada tanggal 12 Februari 2020.

(4)

panen. Karena bagi mereka yang terpenting adalah sedekah pada waktu selesai panen dan beranggapan bahwa dengan sedekah tersebut sudah cukup untuk menggugurkan kewajiban mereka dalam melaksanakan perintah Allah SWT. Masyarakat masih menggunakan adat turun temurun dalam membayar zakat hasil pertaniaannya yaitu dengan memberikan kepada keluarga dan tetangga terdekat sesuka hati mereka serta diberikan ke masjid- masjid “nyabis ke kyai-kyai”.

Dengan demikian, perlu adanya pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang diselenggarakan agar dapat memberikan pencerahan, menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. dan sekaligus perubahan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah al- Mujadalah ayat 11, yang berbunyi “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan” .2 Penelitian ini berusaha mengungkap tentang apakah tingkat pendidikan, religiusitas dan peran ulama berpengaruh secara parsial terhadap kesadaran membayar zakat pertanian? Apakah tingkat pendidikan, religiusitas dan peran ulama berpengaruh secara simultan terhadap kesadaran membayar zakat pertanian.

Dan variabel manakah dari tingkat pendidikan, religiusitas, dan peran ulama yang paling dominan berpengaruh terhadap kesadaran membayar zakat pertanian pada masyarakat di Desa

2 al-Mujadalah (58): 11.

(5)

Ganding Desa Ganding Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep.

Tingkat Pendidikan

Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 telah ditetapkan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. (Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo 2012). Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Darmadi (2019) menyebutkan bahwa, pendidikan adalah suatu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Artinya bahwa pendidikan itu menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri peserta didik agar sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggi- tingginya3.

Adapun mengenai jalur, jenjang dan jenis pendidikan juga diatur dalam UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Pasal 1. 1) Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan terdiri dari: Pertama, pendidikan formal, adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar,

3 Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Era Globalisasi: Konsep Dasar, Teori, Strategi dan Implementasi dalam Pendidikan Globalisasi (T.tmp: AnImage, 2019), 7.

(6)

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Kedua, pendidikan nonformal, adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Ketiga, pendidikan informal, adalah jalur pendidikan kelurga dan lingkungan. Jenjang pendidikan, adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Jenis pendidikan, adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan, yang mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaa dan khusus.

Adapun jenis tingkatan pendidikan formal terdiri dari, Pertama, Pendidikan Dasar, yaitu berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau satuan pendidikan yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau satuan pendidikan yang sederajat.

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar.

Serta juga berfungsi mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.

Kedua, Pendidikan Menengah, merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.

Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas

(7)

(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau satuan pendidikan yang sederajat 4 . Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dari perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja5. Di jenjang ini, kelas-kelas sekolah secara umum dicirikan dengan lebih banyak aktivitas belajar- mengajar yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh peserta didik. Para guru disekolah menengah cenderung memberikan nilai akademis kepada peserta didik berdasarkan standar-standar komparatif dan normatif 6

Ketiga, Pendidikan Tinggi, merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan kesenian. Pendidikan tinggi juga berfungsi sebagai jembatan antara pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional dengan perkembangan internasional. Dengan demikian, pendidikan tinggi secara terbuka dan selektif mengikuti

4 Ibit 4

5 Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), 129.

6 Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah (Yogyakarta:

Kaukaba, 2012), 43.

(8)

perkembangan kebudayaan yang terjadi di luar Indonesia untuk diambil manfaatnya bagi pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional 7 . Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas8.

Sedangkan pendidikan non-formal yang diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional9.

Religiusitas

Menurut Lubis, agama adalah tuntunan dan mengandung ajaran-ajaran yang menjadi pedoman hidup bagi penganutnya.

Sedangkan religiusitas menjadi tolak ukur terhadap pengakuan pribadi bagaimana seseorang mencapai tingkatan atau kedalaman tertentu dalam menjalani dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 10 . Esensi Islam adalah tauhid, searah dengan

7 Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar… 266

8 Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan… 30

9 Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan… 44.

10 Ridwan Lubis, Agama dan Perdamaian: Landasan, Tujuan, dan Realitas Kehidupan Beragama di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2017), 3.

(9)

pandangan Glock dan Stark yang menilai bahwa kepercayaan akan agama adalah inti dari dimensi keyakinan. Rumusan Glock dan Stark yang membagi keberagamaan menjadi lima dimensi, yakni11 :

Pertama, dimensi keyakinan. Dimensi ini berisikan pengharapan yang berpegang teguh pada teologis tertentu.

Dimensi yang mengungkap hubungan manusia dengan keyakinan terhadap rukun iman, kebenaran agama dan lainnya.

Kedua, dimensi pengamalan/praktik. Dimensi praktik agama yang meliputi perilaku simbolik dari makna-makna keagamaan yang terkandung di dalamnya. Yang berhubungan dengan sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual seperti pelaksanaan membayar zakat.

Ketiga, dimensi penghayatan. Dimensi ini merujuk pada seberapa jauh tingkat seseorang dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman religius, seperti adanya perasaan nikmat dalam beribadah12

Keempat, dimensi pengetahuan. Dimensi pengetahuan agama, artinya orang beragama memiliki pengetahuan tentang keyakinan ritus, kitab suci, dan tradisi. Dalam hal ini yaitu menjadikan Al-quran dan hadis sebagai pedoman hidup sekaligus sebagai sumber pengetahuan, dan memberikan ajaran.

11 Roland Robertson, Agama: dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), 295.

12 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Agama: sebuah Pengantar (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2003), 44-46.

(10)

Kelima, dimensi konsekuensi, dimensi yang mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan, pengamalan, penghayatan dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari13.

Peran Ulama

Ulama juga disebut fuqaha (para ahli fikih) atau tafaqqahu fiddin (memperdalam pemahaman tentang agama). Hal ini sesuai dengan pandangan14, bahwa ulama adalah orang yang tahu akan kemahakuasaan Allah, tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu, menghalalkan yang dihalalkanNya dan mengharamkan yang diharamkan-Nya, menjaga wasiatNya dan yakin akan bertemu dengan-Nya15.

Pentingnya keterlibatan ulama (pemimpin agama) dalam kegiatan pengembangan masyarakat adalah dalam aspek pembangunan unsur ruhaniahnya, karena mustahil unsur tersebut dapat terisi tanpa keterlibatan para ulama. Jadi, secara singkat adapun peran ulama adalah sebagai berikut:

Pertama, penyiar agama Islam, sebagai orang yang berilmu, ulama berfungsi sebagai penyeru kepada agama Allah dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Serta ulama juga mempunyai peran untuk mengamalkan ilmu yang dimiliki demi kebaikan seluruh umat.

13 Roland Robertson, Agama:… 296-297.

14 Muhammad Ruslan, dkk, Ulama Sulawesi Selatan: Biografi Pendidikan dan Dakwah (Makasar: Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Sulsel, 2007), 156.

15 Muhammad Ruslan, dkk, Ulama Sulawesi… 155.

(11)

Kedua, motivator. Dengan keterampilan dan kharisma yang dimilikinya, para ulama telah berperan aktif dalam mendorong suksesnya kegiatan-kegiatan pembangunan, terutama yaitu dorongan kesadaran kepada masyarakat untuk ikut secara aktif memikirkan permasalahan-permasalahan duniawi yang sangat kompleks yang dihadapi umat manusia, seperti pemberantasan kemiskinan16.

Ketiga, pembimbing moral. Dengan bekal ilmu agama yang dimilikinya, memberikan tuntutan dan patokan sebagai rambu-rambu dalam mengaktualisasikan kegiatan pembangunan.

Dengan kepribadian religius para ulama, seperti jujur, taat ajaran dan selalu bersikap tawakal kepada Tuhan, biasanya sangat dikagumi dan akan ditiru oleh masyarakat. Dan para ulama juga mengajari masyarakat untuk tidak congkak kepada sesama.

Keempat, mediator. Para ulama adalah sebagai wakil masyarakat dan sebagai pengantar dalam menjalin kerja sama diantara banyak pihak di masyarakat, seperti antara masyarakat miskin dengan kelompok orang-orang kaya. Jadi, para ulama berupaya mengatasi atau mengurangi kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat, dengan menyadarkan orang-orang kaya bahwa pemberdayaan masyarakat miskin tidak mungkin berhasil tanpa bantuan orang-orang kaya17

16 Dadang Kahmad, Sosiologi… 138.

17 Dadang Kahmad, Sosiologi… 138-139.

(12)

Kesadaran Masyarakat

Menurut Krech dalam Suratman, mengatakan bahwa masyarakat adalah kumpulan manusia yang sudah terbentuk lama dengan sistem sosial atau struktur sosial tersendiri yang memiliki kepercayaan, sikap dan perilaku yang dimiliki bersama.

Sedangkan menurut Horton dan Hunt, mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal, menempati suatu kawasan yang memiliki kebudayaan serta memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan18.

Robet L. Solso, dkk dalam Zikriyah berpendapat bahwa indikator-indikator kesadaran masyarakat diantaranya yaitu: 1) Pemahaman dan pengetahuan mengenai lingkungan sekitar, dan 2) Pengenalan seseorang akan peristiwa-peristiwa mentalnya sendiri19.

Zakat Pertanian

Menurut Mardani Zakat secara etimologis berarti suci, tumbuh, berkah, terpuji, dan berkembang. Sedangkan secara terminologis zakat adalah sejumlah harta tertentu yang

18 Sutratman, dkk, Ilmu Sosial Budaya Dasar (Malang: Intimedia, 2013), 136-139.

19 Yusi Zikriyah, “Pengaruh Tingkat Kesadaran Masyarakat Kelurahan Lenteng Agung terhadap Implementasi Zakat Profesi Tahun 2017”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017), 14.

(13)

diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak.

Dalam kajian fiqih klasik, hasil pertanian adalah semua hasil pertanian yang ditanam dengan menggunakan bibit biji-bijian yang hasilnya dapat dimakan oleh manusia dan hewan serta lainnya yang bisa tahan lama. Sedangkan yang dimaksud hasil perkebunan adalah buah-buahan yang berasal dari pepohonan atau umbi-umbian. Jadi, pertanian disini adalah bahan-bahan yang digunakan sebagai makanan pokok dan tidak busuk jika disimpan, misalnya dari tumbuh-tumbuhan yaitu jagung, beras, dan gandum. Sedangkan dari jenis buah-buahan seperti kurma, kismis dan anggur20.

Hasil pertanian, baik tanam-tanaman maupun buah- buahan, wajib dikeluarkan zakatnya apabila sudah memenuhi persyaratan21. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT yang terdapat pada surah al-Baqarah ayat 267: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan

20 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah (Jakarta:

Prenamedia, 2013), 345.

21 Supiana, Materi Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),

(14)

memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.22

22 al-Baqarah (2): 267.

(15)

Hipotesis

Menurut Sutrisno Hadi, “hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar, atau mungkin juga salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya”23. Dalam hal ini berdasarkan dari kajian pustaka atau penelitian terdahulu dan kerangka teoritik maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran membayar zakat pertanian pada masyarakat di Desa Ganding.

H0: Tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap kesadaran membayar zakat pertanian pada masyarakat di Desa Ganding.

H2: Religiusitas berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran membayar zakat pertanian pada masyarakat di Desa Ganding.

H0: Religiusitas tidak berpengaruh terhadap kesadaran membayar zakat pertanian pada masyarakat di Desa Ganding.

H3: Peran ulama berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran membayar zakat pertanian pada masyarakat di Desa Ganding.

23 Sutrisno Hadi, Metodologi Recearch, Jilid 1 (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), 63.

(16)

H0: Peran ulama tidak berpengaruh terhadap kesadaran membayar zakat pertanian pada masyarakat di Desa Ganding.

H4: Tingkat pendidikan, religiusitas, dan peran ulama berpengaruh secara bersama-sama terhadap kesadaran membayar zakat pertanian pada masyarakat di Desa Ganding.

H0: Tingkat pendidikan, religiusitas, dan peran ulama tidak berpengaruh secara bersama-sama terhadap kesadaran membayar zakat pertanian pada masyarakat di Desa Ganding.

Data dan Metodelogi

Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (non eksperimen) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, karena dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas (tingkat pendidikan, religiusitas dan peran ulama) dan satu varibel terikat (kesadaran masyarakat membayar zakat pertanian) yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap variabel terikat. Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian survey, yaitu penelitian yang menggunakan sampel dan angket sebagai alat pengumpulan data pokok, yang dilanjutkan dengan uji verifikasi yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Jadi, proses

(17)

penelitian survey yang akan digunakan adalah mengumpulkan informasi yang didapat dari responden.

Penelitian ini menggunakan metode analisis data statistik yaitu statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganilisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Termasuk dalam sta tistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melaui grafik, tabel, diagram lingkaran, perhitungan modus, median, mean dan lain sebagainya24 Jadi, analisis deskriptif yaitu transformasi data mentah menjadi suatu bentuk yang memudahkannya untuk dipahami serta diinterpretasikan.

Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang- orang, benda-benda, dan ukuran lain yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian25. Menurut Sugiyono dalam Suryani, mendefinisikan bahwa populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), 147-148.

25 Suharyadi dan Purwanto, Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, edisi 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), 7

(18)

ditarik kesimpulannya26. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau benda, yang memiliki karakteristik tertentu dan dijadikan objek penelitian27 Sedangkan yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat petani di Desa Ganding Desa Ganding Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep, yang berjumlah 207 orang/petani.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diambil untuk diteliti dan hasil penelitiannya digunakan sebagai representasi dari populasi secara keseluruhan. Dengan demikian, sampel dapat dinyatakan sebagai bagian dari populasi yang diambil dengan tekhnik atau metode tertentu untuk diteliti dan digeneralisasi terhadap populasi.

Dalam penelitian ini pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi dan setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel dengan cara undian. (Suharyadi 2013) Teknik menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Slovin:

26 Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Apliaksi pada Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015), 190.

27 Ibid., 192.

(19)

𝑛 = N 1 + (𝑁𝑥𝑒2)

Keterangan: n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

E = perkiraan tingkat

kesalahan

Dalam penelitian ini diketahui bahwa N sebesar 207 dengan tingkat kesalahan pengambilan sampel sebesar 0,1.

n = 207

1+(207 𝑥 0,12)

= 207

3,07

= 67,42

Berdasarkan data yang dihitung dengan rumus slovin di atas diperoleh sebesar 67,42 yang penulis bulatkan menjadi 70.

Jadi, sampel dalam penelitian ini sebesar 70 responden.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Obyek Penelitian

Lokasi yang menjadi penelitian ini adalah Desa Ganding Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep. Desa Ganding merupakan Desa yang letaknya berada dibagian tengah wilayah Kecamatan Ganding. Letak Desa Ganding sangat dekat jaraknya ke Kecamatan. Jarak ke ibukota Kecamatan terdekat ± 2 km, yang dapat ditempuh dengan kendaraan ± 1/4 jam. Sedangkan

(20)

jarak ke ibukota Kabupaten terdekat ± 19 km, yang bisa ditempuh dengan kendaraan ± 1 jam. Sedangkan jika diukur dari permukaan laut, maka Desa tersebut ada di ketinggian 300 mdl.

Desa Ganding merupakan salah satu desa dari 14 desa yang ada di Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Gadu Barat Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Gadu Timur Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Lenteng Barat Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Rombiya Barat Letak geografis Desa Ganding dengan ukuran luas desa dan jenis tanahnya tersebut adalah 437,81 Ha yaitu 181,56 Ha untuk tanah sawah dan 256,25 Ha untuk tanah kering atau dengan luas wilayah 4,38 km2. Dari luas tersebut, Desa Ganding terdiri dari 7 (tujuh) Dusun, 16 (enam belas) RW dan 30 (tiga puluh) RT. Yang mana, akan dijabarkan di bawah ini yaitu:

1. Dusun Talambung Laok : 1 RW dan 3 RT 2. Dusun Talambung Daja : 2 RW dan 3 RT 3. Dusun Tanabentar Barat : 3 RW dan 3 RT 4. Dusun Tanabentar Timur : 4 RW dan 3 RT 5. Dusun Jatean : 2 RW dan 6 RT 6. Dusun Ganding Timur : 2 RW dan 6 RT 7. Dusun Reng Perreng : 2 RW dan 6 RT

(21)

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Berdasarkan hasil uji validitas maka keseluruhan item pernyataan pada variabel X1 (Tingkat Pendidikan), X2

(Religiusitas), X3 (Peran Ulama) dan Y(Kesadaran) dinyatakan valid semua karena seluruh item pernyataan memiliki rhitung ˃ rtabel. Sedangkan hasil uji Reliabilitas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel memiliki Cronbach Alpha ˃ 0,60, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel X1, X2, X3,

dan Y adalah reliabel.

Analisis Data

Berdasarkan uji statistik pada penelitian ini diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,380 dan Asymp. Sig. 0,999.

Karena nilai Asymp. Sig. 0,999 ˃ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

Sedangkan uji Multikolinieritas dapat dilihat bahwa nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,010 atau nilai semua variabel independen ˃ 0,1 (X1= 0,758 ˃ 0,1, X2= 0,964 ˃ 0,1 dan X3= 0,784 ˃ 0,1) dan nilai VIF juga menunjukkan tidak ada data yang yang lebih dari 10, (X1= 1,319 ˂ 10, X2= 1,038 ˂ 10 dan X3= 1,276 ˂ 10). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas.

Hasil uji Autokorelasi diketahui bahwa nilai Durbin Watson adalah 1,950. Dengan jumlah data 70 orang sebagai

(22)

jumlah responden, nilai signifikansi 5%, dan jumlah variabel 3, maka didapat nilai dL (1,524) dan dU (1,702). Dengan demikian 1,702 ˂ 1,950 ˂ 2,298 (4-1,702), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

Dapat dilihat pada uji Heteroskedastisitas bahwa titik-titik yang ada pada gambar menyebar di atas dan di bawah atau sekitar angka 0 (nol) dan tidak membentuk suatu pola, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Regresi Linier Berganda

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Sumber: Hasil dari kuesioner yang diolah dengan SPSS V.20

Berdasarkan pada Uji Regresi Linier Berganda terdapat nilai koefisien regresi dengan melihat hasil pada tabel coefficient pada kolom unstandardized dalam kolom B. Dalam sub kolom tersebut terdapat nilai constant dengan nilai sebesar -3,364, sedangkan nilai koefisien regresi untuk Tingkat Pendidikan (X1)

= 0,453, Religiusitas (X2) = 0,341, dan Peran Ulama (X3) = 0,042. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dirumuskan model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

(23)

Y= a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + e

Y= -3,364 + 0,453 (X1) + 0,341 (X2) + 0,042 (X3)

Persamaan regresi linier berganda di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a= Konstanta sebesar -3,364, artinya jika semua variabel bebas memiliki nilai 0 (nol) maka nilai variabel Kesadaran Masyarakat Membayar Zakat Pertanian sebesar -3,364.

b1 = Koefisien regresi variabel Tingkat Pendidikan bernilai positif yaitu sebesar 0,453, artinya jika variabel bebas lain nilainya tetap dan Tingkat Pendidikan mengalami kenaikan 1%, maka Kesadaran Masyarakat Membayar Zakat Pertanian (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 45,3%, dengan asumsi variabel yang lain tetap

b2 = Koefisien regresi variabel Religiusitas bernilai positif yaitu sebesar 0,341, artinya jika variabel bebas lain nilainya tetap dan Religiusitas mengalami kenaikan 1%, maka Kesadaran Masyarakat Membayar Zakat Pertanian (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 34,1%, dengan asumsi variabel yang lain tetap

b3 = Koefisien regresi variabel Peran Ulama bernilai positif yaitu sebesar 0,042, artinya jika variabel bebas lain nilainya tetap dan Peran Ulama mengalami kenaikan 1%, maka Kesadaran Masyarakat Membayar Zakat Pertanian (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 4,2%, dengan asumsi variabel yang lain tetap.

(24)

Uji Hipotesis Hasil Uji t

Sumber: Hasil dari kuesioner yang diolah dengan SPSS V.20

Berdasarkan tabel 4.25 di atas, dengan sampel yang digunakan sebanyak 70 orang, maka df = (70 – 4 = 66) dengan taraf signifikansi 0,05 atau 5% diperoleh ttabel sebesar 1,996.

Adapun pengaruh secara parsial dari variabel bebas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kesadaran Masyarakat Membayar Zakat Pertanian

Hasil uji t pada variabel Tingkat Pendidikan (X1) diperoleh probabilitas sig. sebesar 0,000. Nilai sig. (0,000 ˂ 0,05). Dan diperoleh nilai thitung sebesar 4.438 dan diketahui ttabel sebesar 1,996 artinya thitung ˃ ttabel (4.438 ˃ 1,996), maka keputusannya adalah H1 diterima dan H0ditolak. Jadi, kesimpulannya Tingkat Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

(25)

kesadaran membayar zakat pertanian pada masyarakat di Desa Ganding.

Adapun untuk melihat besarnya pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kesadaran Membayar Zakat Pertanian adalah dengan melihat nilai pada tabel Beta dalam kolom Standardized Coefficients. Dari tabel di atas diperoleh nilai Beta untuk variabel Tingkat Pendidikan adalah sebesar 0,448 atau 44,8%. Artinya besarnya pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kesadaran Membayar Zakat Pertanian adalah sebesar 44,8%, nilai tersebut menunjukkan nilai yang positif dan signifikan yang artinya apabila Tingkat Pendidikan masyarakat mengalami peningkatan maka Kesadaran Masyarakat Membayar Zakat Pertanian akan mengalami peningkatan, begitu juga sebaliknya apabila Tingkat Pendidikan masyarakat mengalami penurunan maka Kesadaran Masyarakat Membayar Zakat Pertanian akan mengalami penurunan.

Pengaruh Religiusitas terhadap Kesadaran Masyarakat Membayar Zakat Pertanian

Hasil uji t pada variabel Religiusitas (X2) diperoleh probabilitas sig. sebesar 0,000. Nilai sig. (0,000 ˂ 0,05). Dan diperoleh nilai thitung sebesar 4,931 dan diketahui ttabel sebesar 1,996 artinya thitung ˃ ttabel (4,931 ˃ 1,996), maka keputusannya adalah H2 diterima dan H0 ditolak. Jadi, kesimpulannya Religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap

(26)

kesadaran membayar zakat pertanian pada masyarakat di Desa Ganding.

Adapun untuk melihat besarnya pengaruh Religiusitas terhadap Kesadaran Membayar Zakat Pertanian adalah dengan melihat nilai pada tabel Beta dalam kolom Standardized Coefficients. Dari tabel di atas diperoleh nilai Beta untuk variabel Tingkat Pendidikan adalah sebesar 0,442 atau 44,2%.

Artinya besarnya pengaruh Religiusitas terhadap Kesadaran Membayar Zakat Pertanian adalah sebesar 44,2%, nilai tersebut menunjukkan nilai yang positif dan signifikan yang artinya apabila Religiusitas masyarakat mengalami peningkatan maka Kesadaran Masyarakat Membayar Zakat Pertanian akan mengalami peningkatan, begitu juga sebaliknya apabila Religiusitas masyarakat mengalami penurunan maka Kesadaran Masyarakat Membayar Zakat Pertanian akan mengalami penurunan.

Pengaruh Peran Ulama terhadap Kesadaran Masyarakat Membayar Zakat Pertanian

Hasil uji t pada variabel Peran Ulama (X3) diperoleh probabilitas sig. sebesar 0,665. Nilai sig. (0,665 ˃ 0,05). Dan diperoleh nilai thitung sebesar 0,436 dan diketahui ttabel sebesar 1,996 artinya thitung ˂ ttabel (0,436 ˂ 1,996), maka keputusannya adalah H3 ditolak dan H0diterima. Jadi, kesimpulannya Peran

(27)

Ulama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran membayar zakat pertanian pada masyarakat di Desa Ganding.

Adapun untuk melihat besarnya pengaruh Peran Ulama terhadap Kesadaran Membayar Zakat Pertanian adalah dengan melihat nilai pada tabel Beta dalam kolom Standardized Coefficients. Dari tabel di atas diperoleh nilai Beta untuk variabel Peran Ulama adalah sebesar 0,043 atau 4,3%. Artinya besarnya pengaruh peran terhadap Kesadaran Membayar Zakat Pertanian adalah sebesar 4,3%, nilai tersebut menunjukkan nilai yang positif dan tidak signifikan yang artinya apabila Peran Ulama di masyarakat mengalami peningkatan maka belum tentu memiliki dampak terhadap Kesadaran Masyarakat Membayar Zakat Pertanian, artinya banyak atau sedikitnya ulama menyampaikan ilmunya tentang zakat pertanian tidak akan berpengaruh terhadap kesadaran masyarkat untuk membayar zakat pertanian.

Berdasarkan tabel 4.23 menunjukkan bahwa variabel Tingkat Pendidikan memiliki Beta pada kolom Standardized Coefficients yang menghasilkan nilai paling tinggi yaitu sebesar 0,448 atau 44,8%. Artinya variabel Y (Kesadaran) lebih banyak dipengaruhi oleh variabel X1 (Tingkat Pendidikan). Jadi, dapat disumpulkan bahwa dari ketiga variabel (Tingkat Pendidikan, Religiusitas dan Peran Ulama), variabel X yang paling mendominasi dalam mempengaruhi variabel Y yaitu varibel Tingkat Pendidikan (X1) sebesar 44,8%. Artinya, semakin tinggi

(28)

tingkat pendidikan masyarakat maka semakin bertambah pula tingkat pengetahuan masyarakat tentang pentingnya membayar zakat pertanian, sehingga masyarakat sadar akan kewajibannya tersebut karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin banyak ilmu yang diperoleh dan semakin mudah dalam memahami sesuatu. Ketidaktahuan dapat disebabkan akibat pendidikan yang rendah, seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah akan sulit menerima pesan, mencerna pesan dan informasi yang disampaikan.

Hasil Uji F

Sumber: Hasil dari kuesioner yang diolah dengan SPSS V.20 Berdasarkan tabel ANOVA di atas, diperoleh nilai Fhitung

sebesar 21,099 dengan probabilitas 0,000. Karena nilai probabilitas 0,000 ˂ 0,05 maka H4 diterima dan H0 ditolak, kesimpulannya signifikan artinya bahwa Tingkat Pendidikan, Religiusitas dan Peran Ulama secara bersama-sama atau secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kesadaran Masyarakat Membayar Zakat Pertanian. Adapun cara lain melihat uji F dapat

(29)

membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel. Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 21,099 dan didapat Ftabel

sebesar 2,74. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Fhitung ˃ Ftabel

(21,099 ˃ 2,74), artinya Tingkat Pendidikan, Religiusitas dan Peran Ulama secara bersama-sama atau secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kesadaran Masyarakat Membayar Zakat Pertanian.

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Sumber: Hasil dari kuesioner yang diolah dengan SPSS V.20 Berdasarkan hasil uji determinasi yang tampak pada tabel 4.23 di atas menunjukkan bahwa besarnya koefisien determinasi atau adjust R square adalah 0,466 atau 46,6%, hal ini menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel independen (Tingkat Pendidikan, Religiusitas, dan Peran Ulama) terhadap variabel dependen (Kesadaran Masyarakat) sebesar 46,6%.

Sedangkan sisanya (100% - 46,6%) adalah 53,4% dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

(30)

Tingkat Pendidikan berpengaruh positif terhadap Kesadaran Membayar Zakat Pertanian pada Masyarakat di Desa Ganding

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa variabel Tingkat Pendidikan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dari hasil uji t pada variabel Tingkat Pendidikan menyatakan bahwa signifikansi uji t lebih kecil dari 0,05 (0,000 ˂ 0,05). Sedangkan nilai thitung yang diperoleh sebesar 4,438 lebih besar dar nilai ttabel dan diketahui ttabel yaitu 1,996 (4,438 ˃ 1,996). Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan Tingkat Pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran membayar zakat pertanian dinyatakan diterima.

Variabel Tingkat Pendidikan berpengaruh positif terhadap kesadaran membayar zakat pertanian. Hasil penelitian ini mendukung atau sejalan dengan hasil penelitian Aisyah (2017),

“Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kesadaran Membayar Zakat pada Masyarakat Petani di Desa Ganding Desa Ganding Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep Tahun 2017”, yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh tinggi/signifikan terhadap kesadaran membayar zakat. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Nely Novia, dkk (2018), “Analisis Pengaruh Faktor Non-Ekonomi terhadap Sikap Pedagang Madura dalam Membayar Zakat Perdagangan”.

(31)

yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh sikap pedagang madura dalam membayar zakat perdagangan.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin banyak ilmu yang diperoleh dan semakin mudah dalam memahami sesuatu.

Ketidaktahuan dapat disebabkan akibat pendidikan yang rendah, seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah akan sulit menerima pesan, mencerna pesan dan informasi yang disampaikan. Karena dengan pendidikan membiasakan peserta didik untuk berpikir, bersikap dan bertindak menurut kaidah- kaidah ilmiah sesuai dengan tingkat pendidikannya. Maka orang yang belajar tidak hanya memiliki tingkat ilmu yang yang berbeda dengan orang yang tidak belajar, tingkat pendidikan yang berbeda juga meiliki kebiasaan yang berbeda, sehingga tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor/variabel yang mempengaruhi kesadaran seseorang terhadap sebuah objek.

Religiusitas Berpengaruh Positif terhadap Kesadaran Membayar Zakat Pertanian pada Masyarakat di Desa Ganding

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa variabel Religiusitas memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dari hasil uji t pada variabel Religiusitas menyatakan bahwa signifikansi uji t lebih kecil dari 0,05 (0,000 ˂ 0,05). Sedangkan nilai thitung yang diperoleh

(32)

sebesar 4,931 lebih besar dar nilai ttabel dan diketahui ttabel yaitu 1,996 (4,931 ˃ 1,996). Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan Religiusitas berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran membayar zakat pertanian dinyatakan diterima.

Variabel Religiusitas berpengaruh positif terhadap kesadaran membayar zakat pertanian. Hasil penelitian ini mendukung atau sejalan dengan hasil penelitian Eka Destriyanto Pristi dan Fery Setiawan (2019) tentang “Analisis Faktor Pendapatan dan Religiusitas dalam Mempengaruhi Minat Muzakki dalam Membayar Zakat Profesi (Studi Kasus di Lembaga Amil Zakat Kabupaten Ponorogo)”, yang menyatakan bahwa religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat muzakki dalam membayar zakat profesi di Kabupaten Ponorogo. Dan hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Galuh Parmita Ardane Swari (2017), “Konsistensi Muzakki untuk Membayar Zakat Maal”, yang menyatakan bahwa religiusitas tidak berpengaruh, karena meskipun seseorang memiliki tingkat religius yang baik tapi ketika membayar zakat pertaniannya tanpa melalui lembaga amil zakat dan kesadaran masyarakat untuk membayar zakat sesuai ketentuan syariat juga masih kurang.

Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk membayar zakat ditentukan oleh tingkat religiusitas masyarakat itu sendiri, yaitu pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya

(33)

berzakat yang merupakan salah satu dari rukun Islam yang harus ditaati. Karena dengan kebiasaan keagamaan seseorang akan mampu melembutkan hatinya, menghilangkan peragai buruk dalam jiwanya, sehingga kebiasaan itu akan menghiasi tingkah lakunya yang semula buruk akan menjadi baik.

Peran Ulama Tidak Berpengaruh terhadap Kesadaran Membayar Zakat Pertanian pada Masyarakat di Desa Ganding

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa variabel Peran Ulama memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,665. Dari hasil uji t pada variabel Peran Ulama menyatakan bahwa signifikansi uji t lebih besar dari 0,05 (0,665 ˃ 0,05). Sedangkan nilai thitung yang diperoleh sebesar 0,436 lebih kecil dari nilai ttabel dan diketahui ttabel yaitu 1,996 (0,436 ˂ 1,996). Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan Peran Ulama berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran membayar zakat pertanian dinyatakan ditolak.

Variabel Peran Ulama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran membayar zakat pertanian. Hasil penelitian ini mendukung atau sejalan dengan penelitian Galuh Parmita Ardane Swari (2017), “Konsistensi Muzakki untuk Membayar Zakat Maal. Dan hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Harjoni Desky (2016) “Analisis Faktor-Faktor

(34)

Determinan pada Motivasi Membayar Zakat (Studi pada Baitul Maal kota Lhokseumawe Provinsi Aceh)”, yang menyatakan bahwa berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak atau sedikitnya ulama menyampaikan ilmunya tentang zakat pertanian tidak akan berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat untuk membayar zakat pertanian. Hipotesis ketiga ditolak kemungkinannya karena ulama kurang jelas menyampaikan tentang kewajiban dan pentingnya membayar zakat pertanian atau memang kurangnya sosialisasi dari para ulama sekitar yang menyampaikan pentingnya zakat pertanian serta kurangnya bimbingan dari para ulama dalam hal perhitungan nishab zakat pertanian, sehingga masyarakat kurang mengetahui hal tersebut atau meskipun ulama telah menyampaikan tentang pentingnya zakat pertanian tetapi hal tersebut tidak mampu menyadarkan masyarakat untuk membayar zakat.

Tingkat Pendidikan, Religiusitas dan Peran Ulama Berpengaruh Secara simultan terhadap Kesadaran Membayar Zakat Pertanian pada Masyarakat di Desa Ganding

Hasil pengujian diperoleh nilai Fhitung sebesar 21,099 dan nilai Ftabel sebesar 2,74. Sedangkan nilai signifikansinya sebesar 0,000. Karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (0,000 ˂

(35)

0,05) dan nilai Fhitung lebih besar pada nilai Ftabel (21,099 ˃ 2,74), maka Tingkat Pendidikan, Religiusitas dan Peran Ulama secara simultan berpengaruh terhadap kesadaran membayar zakat pertanian. Dengan demikian dinyatakan hipotesis yang diajukan diterima.

Dalam membayar zakat, individu-individu dipengaruhi oleh faktor psikologis dari dalam diri manusia yakni kesadaran diri dalam membayar zakat. Pemahaman itu akan memberikan kesempatan atau kebebasan untuk mengubah hal-hal yang ingin diubah mengenai diri dan menciptakan kehidupan yang diinginkan. Kesadaran diri memungkinkan kita untuk berhubungan dengan emosi, pikiran, dan tindakan.

Semakin pribadi menyadari bahwa harta hanya titipan Allah dan masih banyak orang yang diluar sana sangat membutuhkan keberpihakan kita, maka akan semakin meningkatkan individu dalam mebayar zakat, karena kesadaran diri berasal dari diri sendiri meliputi informasi pemahaman dan pengetahuan tentang zakat serta tingkat kepedulian sosial.

Variabel paling Dominan

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa variabel Tingkat Pendidikan memiliki Beta pada kolom Standardized Coefficients yang menghasilkan nilai paling tinggi yaitu sebesar 0,448 atau 44,8%. Artinya variabel Y (Kesadaran) lebih banyak dipengaruhi oleh variabel X1 (Tingkat Pendidikan). Jadi, variabel

(36)

Tingkat Pendidikan yang paling mendominasi dalam mempengaruhi variabel Y (Kesadaran).

Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil uji determinasi didapat nilai koefisien determinasi atau adjust R square adalah 0,466 atau 46,6%, hal ini menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel independen (Tingkat Pendidikan, Religiusitas, dan Peran Ulama) terhadap variabel dependen (Kesadaran Masyarakat) sebesar 46,6%. Sedangkan sisanya (100% - 46,6%) adalah 53,4%

dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Simpulan

Setelah melihat hasil penelitian yang telah dibahas mengenai Pengaruh Tingkat Pendidikan, Religiusitas dan Peran Ulama terhadap Kesadaran Membayar Zakat Pertanian pada Masyarakat di Desa Ganding Desa Ganding Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep Tahun 2020, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil Uji t dapat disimpulkan bahwa:

a. Variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran membayar zakat pertanian pada masyarakat di Desa Ganding, karena diperoleh nilai sig. sebesar 0,000 ˂ 0,05. Dan

(37)

diperoleh nilai thitung ˃ ttabel (4.438 ˃ 1,996), maka H1 diterima dan H0ditolak.

b. Variabel religiusitas berpengaruh positif terhadap kesadaran membayar zakat pertanian pada

masyarakat di Desa Ganding, karena diperoleh nilai sig. sebesar 0,000 ˂ 0,05. Dan diperoleh nilai thitung ˃ ttabel (4,931 ˃ 1,996), maka H2 diterima dan H0 ditolak.

c. Variabel peran ulama tidak berpengaruh terhadap kesadaran membayar zakat pertanian pada

masyarakat di Desa Ganding, karena diperoleh nilai sig. sebesar 0,665 ˃ 0,05. Dan diperoleh thitung ˂ ttabel

(0,436 ˂ 1,996), maka H3 ditolak dan H0diterima.

Berdasarkan hasil Uji F menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, religiusitas dan peran ulama secara bersama-sama atau secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kesadaran Membayar Zakat Pertanian Pada Masyarakat di Desa Ganding karena diperoleh nilai signifikansi 0,000 ˂ 0,05. Dan diperoleh nilai Fhitung ˃ Ftabel (21,099 ˃ 2,74), maka H4 diterima dan H0 ditolak.

Berdasarkan hasil Uji t didapat bahwa variabel Tingkat Pendidikan memiliki Beta pada kolom Standardized Coefficients yang menghasilkan nilai paling tinggi yaitu sebesar 0,448 atau 44,8%. Artinya variabel Y (Kesadaran) lebih banyak dipengaruhi oleh variabel X1 (Tingkat Pendidikan). Jadi, dapat disumpulkan

(38)

bahwa dari ketiga variabel (Tingkat Pendidikan, Religiusitas dan Peran Ulama), variabel X yang paling mendominasi dalam mempengaruhi varibel Y yaitu varibel Tingkat Pendidikan (X1) sebesar 44,8%.

Daftar Pustaka

Al-Qazwini, Al-Hafidh Abi ‘Abdillah Muhammad Ibni Yazid, Ibnu Majah, Juz 1, Indonesia: Maktaba Wahlan, T.th.

Al-Zuhayly, DR. Wahbah, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2008.

An Nawawi, Al-Imam Abi Zakariyya Yahya bin Syarif, Shahih Muslim, Juz 4, Beirut: Dar al-Fikr, 1996.

Arifin, Johar, SPSS 24 untuk Penelitian dan Skripsi, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2017.

Darmadi, Hamid, Pengantar Pendidikan Era Globalisasi: Konsep Dasar, Teori, Strategi dan Implementasi dalam Pendidikan Globalisasi, tt, AnImage, 2019.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Eksan, Moch., Kiai Kelana: Biografi KH. Muchith Muzadi, Yogyakarta: LKiS, 2000.

El-Madani, Fiqh Zakat Lengkap, Jogjakarta: DIVA Press, 2013.

Firdaus, Muhammad, Ekonometrika: suatu Pendekatan Aplikatif, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Recearch, Jilid 1, Yogyakarta: Andi Offset, 1993.

(39)

Hasan, M. Ali, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi Problem Sosial di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006.

Hidayat, Ara dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, Yogyakarta: Kaukaba, 2012.

Isma’il, Ibnu Qoyim, Kiai Penghulu Jawa Peranannya di Masa Kolonial (Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Kaelany, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Jakarta: Bumi Aksara, 2000

Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009.

Lubis, Ridwan, Agama dan Perdamaian: Landasan, Tujuan, dan Realitas Kehidupan Beragama di Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2017.

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, Jakarta:

Prenamedia, 2013.

Moleon, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Banding: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007.

Poewadaminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 1991.

Purnomo, Rochmat Aldy, Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis dengan SPSS, Ponorogo: CV Wade Group, 2017.

Rahmat, Jalaluddin, Psikologi Agama: sebuah Pengantar, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2003.

Robertson, Roland, Agama: dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993.

Ruslan, Muhammad, dkk, Ulama Sulawesi Selatan: Biografi Pendidikan dan Dakwah, Makasar: Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Sulsel, 2007.

(40)

Saebani, Beni Ahmad dan Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam 1, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.

, Sosiologi Hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Siregar, Syofian, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS, Jakarta: Kencana, 2017.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan D & R, Bandung: Alfabeta, 2011.

Suharyadi dan Purwanto, Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, edisi 2, Jakarta: Salemba Empat, 2013.

Soma, Soekmana, Ada Apa dengan Ulama: Pergulatan antara Dogma, Akal, Kalbu, dan Sains, Depok: QultumMedia, T.th.

Supiana, Materi Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Suryani dan Hendryadi, Metode Riset: Teori dan Aplikasi pada Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam, Jakarta:

Prenamedia Group, 2015.

Sutratman, dkk, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Malang: Intimedia, 2013.

Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2012.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Visimedia, 2007.

Yuniarto, Bambang, Membangun Kesadaran Warga Negara dalam Pelestarian Lingkungan, Yogyakarta: Deepublish, 2012.

Jurnal

Aisiyah, “Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kesadaran Membayar Zakat pada Masyarakat Petani di Dusun Talambung

(41)

Laok Desa Ganding Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep Tahun 2017”,

Desky, Harjoni, “Analisis Faktor-Faktor Determinasi pada Motivasi Membayar Zakat”, Al-Mabhats, Vol. 1, No. 1, Tahun 2016, STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.

Magfira dan Thamrin Logawali, “Kesadaran Masyarakat dalam Melakukan Pembayaran Zakat Pertanian Padi di Desa Bontomacinna Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba”, Laa Maisyir, Vol. 5, No. (1 Juni 2017).

Novia, Nely, dkk (2018), “Analisis Pengaruh Faktor Non-Ekonomi terhadap Sikap Pedagang Madura dalam Membayar Zakat Perdagangan”, Jurnal Al-Muzara’ah, Vol. 6, N0. 1, 2018, Universitas Brawijaya, Malang.

Pristi, Eka Destriyanto dan Fery Setiawan, “Analisis Faktor Pendapatan dan Religiusitas dalam Mempengaruhi Minat Muzakki dalam Membayar Zakat Profesi (Studi Kasus di Lembaga Amil Zakat Kabupaten Ponorogo)”, Jurnal Analisis Bisnis Ekonomi, Vol. 17, No. 1, 2019, Universitas Muhamadiyah Ponorogo.

Rahmawati, Dwi, “Perbedaan Tingkat Religiusitas pada Mahasiswa Fakultas Keagamaan dan Non Keagamaan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, Skripsi,UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

Swari, Galuh Parmita Ardane (2017), “Konsistensi Muzakki untuk Membayar Zakat Maal (Muzakki di Lembaga Amil Zakat Yogyakarta), Jurnal Syariah dan Hukum, Vol. 17, No. 1, 2017, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Zikriyah, Yusi, “Pengaruh Tingkat Kesadaran Masyarakat Kelurahan Lenteng Agung Terhadap Implementasi Zakat Profesi Tahun 2017”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

(42)

Website

http://nasional.tempo.co/read/1268479/wapres-ma’ruf-amin-potensi- zakat-di-indonesia-capai-rp230-triliun.html. Diakses pada tanggal 12 Februari 2020.

http://www.sumenepkab.go.id/berita/baca/pengumpulan-zis-rendah- bupati-harapkan-baznas-tingkatkan-inovasi.html. Diakses pada tanggal 12 Februari 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan anggur di Desa Kalianget Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng mendorong

Berdasarkan hasil penelitian tentang Faktor – faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat untuk mengikuti vaksinasi Covid-19 di Kecamatan Pakkat Kabupaten Humbang