15
MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MELALUI KEGIATAN SUPERVISI KELAS DI SDN KUIN
SELATAN 4 BANJARMASIN KOTA BANJARMASIN
Hairul, S. Pd
SDN Kbuin Selatan 4 Banjarmasin Kota Banjarmasin [email protected]/ 085248425535
ABSTRAK
Dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah seorang guru hendaknya mampu memilih dan mendayagunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Pada umumnya guru jarang menggunakan model pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran, karena kurangnya pemahaman guru terhadap model-model pembelajaran yang dapat memudahkan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Sebenarnya ada banyak model pembelajaran yang bisa dipakai oleh setiap guru dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai, tentunya siswa akan termotivasi dalam belajar, dan hal ini akan berdampak positif pada hasil belajarnya. Pokok masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah penerapan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi kelas dapat meningkatkan mutu pembelajaran pada siswa di SD Negeri
Kuin Selatan 4 Banjarmasin?”.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh simpulan bahwa penerapan model-model pembelajaran melalui supervisi kelas oleh kepala sekolah terbukti berhasil meningkatkan kemampuan guru SD Negeri Kuin Selatan 4 Banjarmasin dalam mengelola proses pembelajaran, bukan saja proses belajar siswa bermakna, tetapi juga hasil belajarnya meningkat.
.
Kata Kunci: Supervisi Kelas, Model-Model Pembelajaran.
ABSTRACT
In carrying out the learning process in schools, a teacher should be able to choose and utilize learning models that are appropriate to the learning material. In general, teachers rarely use learning models in every learning process, because of the lack of understanding of teachers about learning models that can facilitate teachers in implementing the learning process in class. Actually there are many learning models that can be used by every teacher in the learning process. By using appropriate learning models, of course students will be motivated to learn, and this will have a positive impact on their learning outcomes, the main problem in this study is “Whether the application of learning models through classroom supervision activities can improve the quality of learning for student in SDN Kuin Selatan 4
Banjarmasin?”
16
Besed on the results of this study, it was concluded that the application of learning models through classroom supervision by the school principal has proven to be succecful in increasing the ability of teachers at SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin in managing the learning process, not only the student learning process is meaningful, but also the learning outcomes are increasing.
Kwywords: Class Supervision, Learning Models.
17 PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan mendasar untuk pembangunan suatu bangsa. Maju atau tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan pada Negara tersebut. Apabila kualitas pendidikan baik, maka besar kemungkinan Negara tersebut mengalami kemajuan, sebaliknya jika kualitas pendidikan buruk, maka dapat dipastikan Negara tersebut tidak akan mampu bersaing di kancah global. Peranan pendidik yang professional sangat diperlukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, sesuai dengan pasal 39 ayat (2) UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga professional. Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga prpfesional mempunyai visi terwujud penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip professionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga Negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Sekolah merupakan lembaga formal yang berfungsi untuk membantu khususnya orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Sekolah memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada anak didiknya secara lengkap sesuai dengan yang mereka butuhkan. Smua fungsi sekolah tersebut tidak akan efektif apabila komponen dari sistem sekolah tidak berjalan dengan baik, karena kelemahan dari salah satu komponen akan berpengaruh pada komponen yang lain yang pada akhirnya
akan berpengaruh juga pada jalannya sistem itu sendiri. salah satu dari bagian komponen sekolah adalah guru.
Sekolah merupakan tempat pembelajaran ke dua yang dilalui manusia, sekolah merupakan tempat yang disediakan khusus bagi layanan pembelajaran (a place for better learning). Berbeda dengan belajar dari lingkungan sekitar, proses belajar di sekolah memiliki tingkatan pendidikan tersendiri, disesuaikan dengan usia dan kemampuan yang dimiliki. Setiap tingkatan pendidikan memiliki tujuan tersendiri. Seperti halnya pendidikan di tingkat sekolah dasar yang memiliki tujuan yaitu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah menengah Pertama. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memberikan proses belajar mengajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Tinggi dan rendahnya mutu atau hasil pendidikan banyak dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran yang diberikan oleh guru karena secara langsung dibimbing, dibantu, dan dibina oleh guru.
Untuk kepentingan tersebut, manajemen SDM guru harus diperbaiki, ditingkatkan kualitas agar menjadi guru yang professional dan bermutu, sehingga diperlukan pengujian dan pengawasan yang jelas kepada guru agar dapat menghasilkan perbaikan secara berkesinambungan. Upaya yang dilakukan untuk memantau proses pembelajaran
18 adalah melalui kegiatan pengawasan atau supervise oleh kepala sekolah.
Permendikbud Nomor 13 Tahun 2007 menyatakan bahwa seorang kepala sekolah harus menguasai Standar Kompetensi Kepala Sekolah yang terdiri atas:
kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi supervisi, kompetensi kewirausahaan dan kompetensi sosial.
Mutu sekolah berkaitan dengan supevisi kepala sekolah. Kepala sekolah mempunyai kewenangan yang besar dalam membuat kebijakan ditingkat sekolah, melaksanakan dan mengawasinya, agar sekolah mengembangkan potensi yang ada di sekolah. Menurut Purwanto (2000) dalam Doni dan Risma (2014) supervisi pendidikan merupakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan yang efektif. Sedangkan menurut Manulang (2005) dalam Doni dan Risma (2014) menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksinya dengan maksud supaya pelaksanaan sesuai dengan rencana semula. Misi utama supervisi pendidikan adalah memberi pelayanan kepada guru agar mampu mengembangkan mutu pembelajaran, memfasilitasi guru agar dapat mengajar dengan efektif sehingga terjadi peningkatan mutu pembelajaran dan peningkatan kinerja guru. Kemudian menurut Donni dan Risma (2014), kegiatan supervisi digunakan untuk memajukan pembelajaran melalui pertumbuhan kemampuan guru-gurunya.
Supervisi mendorong guru menjadi lebih berdaya dan situasi belajar mengajar
menjadi lebih baik, pengajaran menjadi efektif, guru menjadi lebih puas dalam melaksanakan pekerjaannya karena terdapat peningkatan dalam kinerjanya.
Supervisi kepala sekolah adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar atau bantuan yang diberikan kepada guru oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugas profesionalnya agar mampu membantu peserta didik dalam belajar untuk menjadi lebih baik.
Supervisi ini berupa dorongan bimbingan, dan kesempatan menumbuhkan keahlian guru, seperti pembuatan, perencanaan, pembelajaran yang kreatif, pemilihan alat- alat pelajaran dan metode mengajar yang lebih baik, cara penilaian yang sistematis terhadap seluruh proses pengajaran, dan sebagainya. Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap proses pembelajaran ini dikenal dengan istilah supervisi akademik. Supervisi akademik selain oleh kepala sekolah dapat pula dilakukan oleh pengawas. Hanya saja pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah akan membuat kegiatan pengawasan ini menjadi lebih intensif, karena kepala sekolah memahami kondisi serta kebutuhan guru. Hal ini sejalan pula dengan yang dikemukakan oleh Suhardan (2010) bahwa, supervisi akademik merupakan tugas dari seorang kepala sekolah dalam pembinaan guru melalui fungsi pengawasan, pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan bantuan pemecahan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan tugasnya yang ditujukan sebagai pembinaan dan perbaikan aspek pembelajaran, bimbingan yang diberikan ditujukan untuk perbaikan dalam pengajaran, bukan untuk mencari
19 kesalahan dalam bentuk pengajaran yang dilakukan guru. Penulis melihat dengan adanya supervisi, semua guru yang ada di sekolah tersebut berusaha memperbaiki perangkat pembelajarannya mulai dari RPP, model pembelajaran, metode pembelajaran, serta keterampilan dalam menyusun penilaian yang terdiri dari penilaian psikomotorik, efektif, dan kognitif. Dengan adanya supervisi tersebut semua guru termotivasi untuk melaksanakan tugasnya dengan menunjukkan kesungguhan dan kemauannya dalam mengajar, sehingga menhhasilkan kinerja yang baik.
Tujuan supervisi diarahkan untuk perbaikan dan pengembangan proses pembelajaran secara total, ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya memperbaiki mutu pembelajaran guru, tetapi juga membina pertumbuhan professional guru dalam arti luas, termasuk di dalamnya pengadaan fasilitasfasilitas pelayanan kepemimpinan dan pembinaan human relation kepada semua pihak terkait (Departemen Agama Republik Indonesia, 2000: 11). Melalui supervisi, guru diberikan pelatihan dan pembinaan untuk mengembangkan kreativitasnya dalam mengajar.
Supervisi kelas adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap penampilan pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Istila
“supervisi kelas” mengacu kepada misi utama pembelajaran, yaitu kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan prestasi akademik. Dengan kata lain, supervisi
kelas adalah kegiatan yang berurusan dengan perbaikan dan peningkatan proses dan hasil pembelajaran di sekolah.
Beberapa alasan mengapa supervisi kelas diperlukan, di antaranya:
1) Tidak ada balikan dari orang yang kompeten sejauh mana praktik profesional telah memenuhi standar kompetensi dank ode etik;
2) Ketinggalan IPTEK dalam proses pembelajaran;
3) Kehilangan identitas profesi;
4) Kejenuhan profesional (bornout); 5) Pelanggaran kode etik yang akut;
6) Mengulang kekeliruan secara massif;
7) Erosi pengetahuan yang sudah didapat dari pendidikan prajabatan (PT);
8) Siswa dirugikan, tidak mendapatkan layanan sebagaimana mesttinya;
9) Rendahnya apresiasi dan kepercayaan masyarakat dan pemberi pekerjaan.
Supervisi pembelajaran secara umum bertujuan untuk: “memantau dan mengawasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing agar para guru dan tenaga kependidikan tersebut bekerja secara professional dan mutu kinerjanya meningkat”(Goldamer, et.Al.,Waite, 1993). Sedangkan tujuan supervisi khusus kepada guru adalah:
“untuk meningkatkan mutu profesionalisme dan kinerja guru dalam melaksanakan empat kompetensi utama guru secara professional, yaitu kompetensi pedagogik, professional, sosial dan kepribadian” (Undang-undang RI No. 14 Tahun 2003 tentang Guru dan Dosen).
Lain halnya Suharsimi (2004) mengemukakan bahwa tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru (dan
20 staf sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan proses pembelajaran.
Manfaat supervisi kelas adalah untuk dapat meningkatkan kompetensi seorang guru dalam proses kegiatan belajar mengajar dan ketepatan dalam membuat perencanaan pembelajaran. Harapan dari supervisi kelas akan berdampak pada proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Mengacu pada UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru professional adalah guru yang: 1) memenuhi syarat kualifikasi akademik yaitu memiliki latar belakang pendidikan yang memadai dan relevan dengan bidang ajarnya. 2) menguasai empat kompetensi guru yaitu: kompetensi pribadi, pedagogic, dan sosial. Oleh sebab itu, meningkatkan kualitas professional seorang guru adalah hal penting yang harus dilakukan oleh pemerintah. Guru yang professional dapat dilihat dari kinerjanya selama proses pendidikan berlangsung di sekolah.
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Winataputra, 1994: 34). Banyak model-model pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar yang pada prinsipnya pengembangan model pembelajaran bertujuan untuk
menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif dan efisien, menyenangklan, bermakna, dan lebih banyak mengaktifkan siswa.
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri tersendiri, secara khusus, ciri-ciri tersebut dikemukakan Sanjaya (2006: 115), yaitu sebagai berikut:
1) Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber- sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.
Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam pengelolaan proses pembelajaran yang dijalaninya. Di antara model- model pembelajaran dimaksud, yaitu model pemebelajaran langsung, kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, inkuiri atau belajar melalui penemuan, dan masih banyak model pembelajaran inovatif lainnya yang bisa menjadi pilihan bagi guru sekolah dasar.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
21 1. Meningkatkan peran serta kepala
sekolah SD Negeri Kuin Selatan 4 Banjarmasin dalam memfasilitasi para guru yang dihadapkan dengan kesulitan teknik pengelolaan pembelajaran yang akan memberi dampak kurang baik terhadap proses dan hasil belajar siswa.
2. Meningkatkan kemampuan guru-guru SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin dalam mengelola proses pembelajaran.
3. Meningkatkan kebermaknaan proses belajar siswa SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin guna mencapai aneka tujuan pembelajaran.
4. Untuk mengetahui efektivitas upaya yang ditempuh (model-model pembelajaran) kepala sekolah pada saat melakukan supervisi kelas.
METODE
Penelitian ini tergolong penelitian tindakan sekolah, dengan empat langkah pokok, yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi, dengan melibatkan enam orang guru SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin. Penelitian dilakukan secara berkelanjutan selama 10 hari . keempat langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perencanaan Tindakan
Hal-hal yang diupayakan pada tahap perencanaan tindakan, yaitu sebagai berikut: a) Pemilihan topik
b) Melakukan review silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran.
Selanjutnya bekerja dalam kelompok untuk menyusun rencana pembelajaran.
c) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
d) Merencanakan penerapan pembelajaran.
e) Menentukan indikator yang akan dijadikan acuan.
f) Mempersiapkan kelompok mata pelajaran.
g) Mempersiapkan media
pembelajaran.
h) Membuat format evaluasi.
i) Membuat format observasi
j) Membuat angket respon guru dan siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan menerapkan tindakan sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah:
a) Setiap guru yang telah menyusun rencana pembelajaran, menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajarannya. Sementara guru lain memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik.
b) Guru yang ditunjuk menggunakan masukanmasukan tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajaran.
c) Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana pembelajaran di depan kelas untuk mendapatkan umpan balik.
3. Pengamatan (observasi) Pada tahap observasi:
a) Observer melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan lembar observasi.
b) Menilai tindakan dengan menggunakan format evaluasi.
c) Pada tahap ini seorang guru melakukan implementasi rencana pembelajaran yang telah disusun,
22 guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan Selain itu dilakukan pemotretan yang meng close up kejadian- kejadian khusus selama pelaksanaan pembelajaran.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan secara kolaborasi, baik kepala sekolah, guru, maupun observasi turut memikirkan hasil tindakan serta bagaimana langkah tindak lanjut ke depan, agar terjadi peningkatan yang lebih baik.
Lokasi Penelitian:
Penelitian ini dengan mengambil obyek pada SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin Kota Banjarmasin.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang ditetapkan adalah meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran melalui supervisi kelas di SD Negeri Kuin Selatan 4 Banjarmasin. Aspek yang diukur dalam observasi adalah antusiasme guru SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin dalam menerapkan model- model pembelajaran, interaksi siswa dengan guru dalam proses belajar mengajar, interaksi antar siswa, kerja sama antar siswa dalam kelompok, dan aktivitas siswa dalam diskusi kelompok. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui beberapa teknik, sebagai berikut:
1. Teknik Observasi
Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data langsung dari pelaksanaan aktivitas kegiatan yang sudah direncanakan.
2. Teknik Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh sejumlah keterangan dari pihakpihak yang terlibat secara langsung dalam penelitian .
3. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh berbagai dokumen yang berkaitan dengan proses dan hasil penelitian untuk memperkuat perolehan data dari teknik observasi dan teknik wawancara.
HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus 1 Proses pelaksanaan siklus 1 menempuh empat tahapan, yaitu: a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) observasi, dan d) refleksi. Adapun deskripsi masing-masing tahapan tersebut sebagai berikut: a. Perencanaan
Perencanaan tindakan siklus 1 dilakukan secara kolaborasi antara peneliti, guru, dan pengawas. Hal-hal yang diupayakan pada tahaptahap ini oleh semua pihak, antara lain:
1) Mengidentifikasi masalah terkait dengan kemampuan guru SDN Kuin Selatan 4 Banjaramasin dalam mengelola proses pembelajaran berdasarkan model- model pembelajaran terkini.
2) Menetapkan upaya yang tepat pada saat melaksanakan pada saat supervisi kelas agar berhasil mengatasi setiap persoalan yang dialami guru dengan cara memberikan bantuan pemikiran dan contoh-contoh yang tepat mengenai penggunaan model- model pembelajaran terkini yang konteks dengan keadaan sekolah.
23 3) Menetapkan waktu pelaksanaan
supervisi kelas.
4) Menetapkan kriteria keberhasilan supervisi kelas pada siklus 1 dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
5) Menyusun instrument yang diperlukan.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan supervisi dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ada, yaitu pada tanggal 15 Maret 2021 supervisi dilaksanakan untuk kelas 1,
2, dan 3. Selanjutnya pada tanggal 17 Maret 2021 supervisi dilaksanakan untuk kelas 4, 5, dan 6.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh penulis sejak awal hingga akhir kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh guru dan siswa. Berdasarkan hasil observasi diperoleh beberapa catatan serta hasil penilaian, salah satunya catatan dan hasil penilaiaan peneliti terhadap salah satu guru yang telah disupervisi:
Tabel 1
Penilaian Kemampuan Merencanakan Pembelajaran
Keterangan:
Nilai 1 : Tidak Mampu Nilai 2 : Kurang Mampu Nilai 3 : Cukup Mampu Nilai 4 : Mampu
Tabel 2
Penilaian Kemampuan Melaksanakan
Pembelajaran, Evaluasi, dan Menindaklanjuti Hasil
a.
No. Kompetensi Yang Dinilai
Nilai
1 2 3 4
1. Rumusan Standar Kompetensi √
2. Rumusan Kompetensi Dasar √
3. Rumusan Indikator Hasil belajar
√
4. Rumusan Tujuan Pembelajaran √
5. Rumusan Materi Pokok √
6. Rumusan Model pembelajaran (pendekatan, metode, Teknik)
√
7. Rumusan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
√
8. Rumusan alat dan Sumber pembelajaran
√
9. Rumusan Penilaian
Pembelajaran
√
Jumlah Nilai 24
Rata-rata Nilai 2,67
24 Keterangan:
Nilai 1: Tidak Mampu Nilai 2: Kurang mampu Nilai3: Cukup Mampu Nilai 4 : Mampu
Pada table di atas terlihat dengan jelas bahwa yang bersangkutan masih banyak yang kurang mampu melaksanakan pembelajaran, evaluasi, dan menindaklanjuti hasil pembelajaran.
d. Refleksi
Dalam merefleksi hasil pelaksanaan tindakan siklus 1, penulis beserta guru-guru dan pengawas melaksanakan diskusi. Melalui upaya ini diperoleh suatu kesepakatan mengenai keberhasilan dan kegagalan siklus 1 serta upaya untuk mengatasi agar tidak timbul kegagalan pada hal yang sama di siklus II.
Siklus II
a. Perencanaan
Dalam merencanakan tindakan siklus II, peneliti, guru, dan pengawas bersandar pada hasil refleksi siklus I, yaitu ditujukan pada upaya pemulihan pemahaman guru SD Negeri Kuin Selatan 4 Banjarmasin terhadap hal-hal yang kurang mampu dipenuhi, baik terkait dengan beberapa komponen perencanaan pembelajaran maupun tahapan-tahapan penting dalam melaksanakan pembelajaran yang didasarkan pada suatu model pembelajaran terpilih.
b. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan supervisi kelas siklus II, baik peneliti maupun guru saling berusaha membangun karakter yang diinginkan. Sejak awal hingga akhir kegiatan ini berlangsung, baik peneliti maupun guru tidak lagi menghadapi hambatan seperti pada siklus sebelumnya.
Bersamaan dengan itu perilaku siswa pun bergeser ke arah karakter yang diinginkan.
Setiap perubahan yang terjadi pada masing- masing guru ini tidak lepas dari perubahan perilaku supervisor. Disadari pula bahwa dalam rangka itu pun supervisor sedikit banyaknya ada bantuan dari pengawas. Kerja sama yang sinergis ini, memang beresiko. Bukan hanya menguras tenaga dan pemikiran, tetapi juga materi sedikit banyaknya pasti harus rela dikeluarkan.
No Indikator Kemapuan Yang Dinilai
Nilai
1 2 3 4 1. Membuka kegiatan
pembelajaran
√
2. Mengelola eksplorasi
kegiatan √
3. Mengelola elaborasi
kegiatan √
4. Mengelola konfirmasi
kegiatan √
5. Menumbuh kembangkan
k arakter
√
6. Pendayagunaan alat dan sumber
√
7. Mengelola evaluasi √ 8. Menindaklanjuti hasil
evaluasi
√
9. Menutup kegiatan pembelajaran
√
10. Pemanfaatan waktu dalam setiap kegiatan
√
11. Menjelaskan materi ajar disertai contoh.
√
12. Membimbing mengarahkan secara aktif pembelajaran
dan siswa dalam
√
13. Memberi terhadap kesulitan siswa.
solusi setiap
√
Jumlah Nilai 28
Rata-rata Nilai 2,15
25 sejak awal hingga akhir kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh guru dan siswa. Berdasarkan hasil observasi diperoleh beberapa catatan serta hasil penilaian, salah satunya catatan dan hasil penilaiaan peneliti terhadap salah satu guru yang telah disupervisi:
Tabel 3
Penilaian Kemampuan Merencanakan Pembelajaran
No. Kompetensi Yang Dinilai
Nilai
1 2 3 4
1. Rumusan Standar Kompetensi
√
2. Rumusan Kompetensi Dasar
√
3. Rumusan Indikator Hasil belajar
√
4. Rumusan Tujuan
Pembelajaran
√
5. Rumusan Materi Pokok √
6. Rumusan Model
pembelajaran
(pendekatan, metode, Teknik)
√
7. Rumusan Langkahlangkah Kegiatan Pembelajaran
√
8. Rumusan alat dan Sumber pembelajaran
√
9. Rumusan Penilaian Pembelajaran
√
Jumlah Nilai 31
Rata-rata Nilai 3,44
Keterangan:
Nilai 1 : Tidak Mampu Nilai 2 : Kurang Mampu
Pada table di atas dapat dilihat, dalam merumuskan komponen 1, 2, 5, dan 7, yang bersangkutan dinilai mampu. Sedangkan pada komponen 3, 4, 6, 8 dan 9 guru tersebut cukup mampu melaksanakannya.
Substansi lainnya yang dinilai dari kemampuan yang bersangkutan yaitu dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya. Ada beberapa catatan penting terkait dengan hasil observasi terhadap substansi tersebut, untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada table berikut:
Tabel 4 Penilaian Kemapuan Melaksanakan Pembelajaran , Evaluasi dan Tindak Lanjut Hasil.
26
Keterangan:
Nilai 1 : Tidak Mampu Nilai 2 : Kurang Mampu Nilai 3 : Cukup Mampu Nilai 4 : Mampu
Pada table di atas terlihat dengan jelas bahwa yang bersangkutan cukup mampu melaksanakan pembelajaran, evaluasi, dan menindaklanjuti hasil pembelajaran. Ini membuktikan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan yang signifikan dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya.
d. Refleksi
Setelah melakukan serangkaian kegiatan siklus II, pada akhirnya diperoleh suatu bahan refleksi untuk didiskusikan bersama observer dan para guru SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin. Melalui diskusi ini, ada hasil kemufakatan, antara lain:
1) Masing-masing guru mengalami peningkatan kemampuan dalam mengelola proses pembelajaran yang didasarkan pada model pembelajaran yang dipilih.
2) Seiring dengan meningkatnya kemampuan masing-masing guru dalam mengelola proses pembelajaran, proses dan hasil belajar siswa pun mengalami peningkatan.
3) Terbukti melalui supervisi kelas yang dilakukan secara berkala dengan menerapkan teknik yang tepat, akhirnya kemampuan guru dan siswa dalam suatu pembelajaran dapat ditingkatkan. Adapun teknik yang dimaksud dalam rangka itu, yaitu menerapkan modelmodel pembelajaran.
PENUTUP
Berdasarkah hasil dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model-model pembelajaran melalui supervisi kelas oleh kepala sekolah terbukti berhasil meningkatkan kemampuan guru-guru SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin dalam mengelola proses pembelajaran.
2. Dengan meningkatnya kemampuan guru SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin dalam mengelola proses pembelajaran selain proses belajar siswa lebih bermakna, juga hasil belajarnya pun turun meningkat.
Saran kepada pihak-pihak yang terkait:
1. Diharapkan kepada pengawas sekolah agar hendaknya ikut serta dalam melaksanakan suoervisi kelas bersama dengan kepala sekolah SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin.
No. Indikator Kemapuan Yang Dinilai
Nilai
1 2 3 4
1. Membuka kegiatan
pembelajaran
√
2. Mengelola kegiatan eksplorasi √ 3. Mengelola kegiatan elaborasi √ 4. Mengelola kegiatan konfirmasi √ 5. Menumbuh kembangkan
karakter
√
6. Pendayagunaan alat dan sumber √
7. Mengelola evaluasi √
8. Menindaklanjuti hasil evaluasi √ 9. Menutup kegiatan pembelajaran √ 10. Pemanfaatan waktu dalam
setiap kegiatan
√
11. Menjelaskan materi ajar disertai contoh.
√
12. Membimbing dan mengarahkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
√
13. Memberi solusi terhadap setiap kesulitan siswa.
√
Jumlah Nilai 46
Rata-rata Nilai 3,53
27 baik itu supervisi administrasi ataupun supervisi proses KBM sesuai agenda dan jadwal yang telah ada dan direncanakan, dan hasil supervisi tersebut agar diberi tindak lanjut agar dapat meningkatkan kinerja guru dan dapat mengidentifikasi guru mana yang
perlu bimbingan.
3. Guru sebagai seorang pendidik harusnya selalu siap untuk diberikan supervisi oleh kepala sekolah. Dan sudah seharusnya semua guru membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing di kelas, begitu juga dengan guru mata pelajaran yang lain.
4. Diharapkan untuk semua warga sekolah, ntuk program ke depannya alangkah lebih baiknya program supervisi kelas, khususnya di SDN Kuin Selatan 4 Banjarmasin dibuat bersamasama dengan melibatkan berbagai pihak terkait, terutama pengawas, kepala sekolah, guru dan
stakeholders sekolah
REFERENSI
Annisyahmai. (2020). Supervisi Akademik Kepala
Sekolah, sumber:
http://ejournal.unib.ac.id/index.php/man aje rpendidikan/article/view/3201/
diakses pada tanggal 1 Juni 2020.
Erman Suherman, (2009). Model- model Pembelajaran.http :/re- searchengines.com/1207trimol.html Penelitian Tindakan Sekolah.
Goldamer, R. et. All (1993). Clinical Supervision:
Special Methods For The Supervision of Teacher (3th edn). Forwoth: Harcourt Brace Jovanovich.
Iim Waliman, dkk. (2001) Supervisi Kelas (Modul Manajemen Berbasis Sekolah).
Juni, Doni, dan Somad. (2014). Manajemen Supervisi Dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah. Bandung:
Alfabeta.
Lestriyani, Indri dan Endang Herawan, (2021).
Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Kompensasi Terhadap Kinerja Mengajar
Guru, sumber:
http://media.neliti.com/media/publicatio ns/ 79218-ID-pengaruh-supervisi- kepalasekolah-dan-ko/ diakses pada tanggal 5 Pebruari 2021.
Mitchell, T. R., & Larson, J. R., jr (1987). People in Organizations an introduction
nto
organizational behavior (3rd ed).
Singapure:
MC Graw Hill Book Company.
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah..
Piet A. Sahertian. (2019). Konsep Dasar dan teknik Supervisi Pendidikan dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Poerwadarminta.W.J.S. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Ross, L. Neagley & Dean, N. Evans. (1980).
Handbook for effective Suopervision of Instruction, Third Edition.
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan
28 Mendiknas Nomor 11 Tahun 2005
beserta
Penjelasannya. Bandung: Citra Utama.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.