• Tidak ada hasil yang ditemukan

meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

Peningkatan kemampuan berbicara anak melalui metode bermain pretend pada kelompok B PAUD Sikamaseang Kecamatan Pallangga. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara anak dengan metode bermain pretend pada kelompok B di PAUD Sikamaseang Kecamatan Pallangga. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak kelompok B di PAUD Sikamaseang Kecamatan Pallangga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan berbicara anak melalui metode bermain pretend pada kelompok B di PAUD Sikamaseang Kecamatan Pallangga. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kepala sekolah PAUD Sikamaseang Pallangga dan guru kelompok PAUD Sikamaseang Pallangga Kabupaten. Berdasarkan hasil perbincangan dengan guru, masih banyak anak yang kemampuan berbicaranya belum berkembang sesuai harapan.

Berdasarkan uraian di atas, salah satu upaya peneliti adalah mengembangkan keterampilan berbicara anak melalui metode bermain pura-pura. Berdasarkan observasi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Melalui Metode Pretend Play di Kelompok B PAUD Sikamaseang Kecamatan Pallangga.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian, apakah metode bermain pura-pura dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak kelompok B di PAUD Sikamaseang Kecamatan Pallangga.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

  • Manfaat Teoritis
  • Manfaat praktis
  • Keterampilan Berbicara
  • Bermain
  • Metode Pretend Play

Namun permainan ini berbeda dengan permainan role-playing, karena dalam permainan fantasi, selain sejumlah aturan, sejumlah peralatan tertentu digunakan untuk mendukung permainan tersebut. Jadi dalam permainan role-playing penekanannya lebih pada peran yang dimainkan, sedangkan dalam permainan fantasi penekanannya lebih pada peralatan. Selain itu, makna dari metode bermain pura-pura telah diungkapkan oleh beberapa tokoh diantaranya (Parsons) yang menyatakan bahwa permainan pura-pura merupakan permainan peran yang mengandung unsur fantasi, yaitu anak membayangkan dirinya memerankan sikap dan perilaku orang lain.

Pretend play merupakan salah satu bentuk permainan pretend. Metode bermain pretend didukung untuk mengembangkan keterampilan interaksi sosial, negosiasi dan komunikasi anak. Permainan pura-pura anak akan menggunakan gerakan, tindakan dan ucapan yang membantu anak menafsirkan suatu situasi (Worthinton dan Van oers, 2016: 5). Dari beberapa penjelasan mengenai metode bermain pura-pura dapat disimpulkan bahwa permainan pura-pura merupakan permainan yang mengandung unsur pura-pura dan menekankan pada berbagai perlengkapan yang dimainkan.

Anak bermain pura-pura secara berkelompok, yaitu anak bermain-main dengan temannya yang menjadi lawan bicara atau objek tingkah lakunya. Kesulitan membagi peran dan tugas yang dimainkan dalam permainan pura-pura jika anak tidak terlatih dengan baik.

Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan berbagai kelebihan dan kekurangan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kekurangan dari permainan pura-pura adalah pelaksanaannya membutuhkan waktu yang lama, sedangkan kelebihan permainan pura-pura dalam pembelajaran adalah menimbulkan perasaan gembira pada anak dan tercipta pada saat pembelajaran, hal ini karena dunia anak adalah dunia bermain. Dari penelitian ini permainan pura-pura mempunyai gambaran tahapan pelaksanaannya sebagai berikut: Tahap permainan pura-pura mempunyai dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap inisiasi. Sedangkan pada tahap awal, peneliti dan guru menata lingkungan kelas untuk membangkitkan motivasi siswa dalam melaksanakan pembelajaran.

Artinya guru bekerja ekstra keras di awal pertemuan untuk membimbing siswa agar dapat melakukan kegiatan permainan dengan baik dan tepat. Selain itu pada pertemuan pertama peneliti dan guru masih dalam tahap pengenalan metode pembelajaran bermain pura-pura dan masih menentukan peran-peran yang sebaiknya dimainkan oleh anak. Namun seiring berjalannya kegiatan penelitian, siswa memahami segala sesuatunya dan mampu memainkan peran segala sesuatunya sambil memegang peralatan permainan.

Semua yang telah dilakukan dalam penelitian ini membuktikan bahwa metode berpura-pura memberikan pengaruh yang sangat positif tidak hanya terhadap perubahan karakter siswa, tetapi juga pada seluruh aspek perkembangan anak. Dari beberapa penelitian diatas yang relevan dengan penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode bermain pretend dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak.

Kerangka Pikir

Subjek Penelitian

Faktor yang Diselediki 1. Faktor Proses

Faktor Hasil

Prosedur Penelitian

Observasi awal

Pelaksanaan Siklus a) Perencanaan Tindakan

Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh bahan atau data yang relevan dan akurat serta dapat digunakan sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan penelitian. Metode observasi diwujudkan dengan mengamati dan mencatat seluruh aktivitas siswa dalam proses penerapan Metode Pretend Play. Observasi ini bertujuan untuk memperoleh data aktivitas belajar anak dan aktivitas belajar guru, yang dapat dijadikan bahan penilaian keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran.

Dokumentasi adalah suatu metode yang digunakan untuk menyediakan dokumen dengan menggunakan bukti-bukti yang akurat dengan mencatat sumber informasi tertentu mulai dari foto, esai/tulisan, buku, undang-undang, dan lain-lain. Pendokumentasian dilakukan untuk memperoleh dokumen yang diperlukan, antara lain daftar nama anak kelompok B di PAUD. Sikamaseang Pallanga Kab. Gowa, daftar nama guru, profil sekolah, daftar hasil pembelajaran pra siklus, hasil wawancara dan hasil tes kemampuan berbicara anak.

Teknik Analisa Data

Kemudian penyajian datanya dilakukan secara sistematis dalam bentuk naratif dan dilengkapi dengan grafik dan tabel frekuensi yang menggunakan rumus untuk menggambarkan persentase jumlah anak yang diamati.

Indikator Keberhasilan

Deskripsi pelaksanaan penelitian siklus I

Kegiatan ini membahas tentang identifikasi dan analisis permasalahan terkait peningkatan keterampilan berbicara anak melalui metode bermain pura-pura di PAUD Sikamaseang Kecamatan Pallangga. Gowa. Kemudian menghubungkan tema yang akan dipelajari dengan tema sebelumnya, menghubungkan juga dengan mengajukan pertanyaan dan diakhiri dengan memperkenalkan media permainan dokter yang akan dimainkan pada hari itu. Kegiatan diawali dengan guru menceritakan kegiatan kemarin, guru menjelaskan dengan jelas tujuan permainan pura-pura dan tema pekerjaan serta kegiatan yang akan dilaksanakan hari ini. Setelah itu guru mengatur tempat duduk bagi siswa, guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, guru menciptakan suasana yang menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan.

Kemudian setelah itu guru memperkenalkan media yang akan digunakan dalam bermain pura-pura yaitu alat bermain dokter, guru menjelaskan dan memberikan contoh cara bermain pura-pura. Guru mengkomunikasikan kepada anak tujuan kegiatan bermain pura-pura dan mendiskusikan tugas dan tanggung jawab sebagai dokter. Guru memberitahukan kepada anak batasan-batasan yang harus dipatuhi ketika berpura-pura. kemudian guru menawarkan kepada setiap anak peran yang disepakati sebagai dokter, perawat, orang sakit, atau yang lainnya. Setelah disepakati, siswa berpura-pura bermain sesuai penjelasan guru tentang peran yang akan dimainkan kepada siswa.

Guru menanyakan perasaan anak dan memberikan motivasi untuk sekolah keesokan harinya serta menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan keesokan harinya. Kegiatan diawali dengan guru menceritakan kegiatan kemarin, guru menjelaskan dengan jelas tujuan permainan pura-pura dan tema pekerjaan serta kegiatan yang akan dilaksanakan hari ini. Kemudian guru memperkenalkan media yang akan digunakan dalam bermain pretend yaitu alat bermain dokter, guru menjelaskan dan memberikan contoh cara bermain pretend.

Guru menunjukkan kepada anak batasan-batasan yang harus dipatuhi ketika melakukan permainan pura-pura. Setelah disepakati, siswa berpura-pura memainkan sesuai penjelasan guru tentang peran yang akan dimainkan kepada siswa. Kemudian membaca Surat Al-Fatiha, membaca doa sebelum belajar, lalu bertanya tentang hari, bulan dan tahun pada hari itu, ikut serta dan segera bertanya tentang kabar dan memberi motivasi, jangan lupa berdiskusi tentang berbagai jenis pekerjaan, lalu menghubungkan topik yang akan dipelajari dengan topik Sebelumnya akan berhubungan juga dengan soal-soal dan diakhiri dengan pengenalan media permainan dokter yang akan dimainkan pada hari itu.

3 Guru menentukan metode pembelajaran √ 4 Guru mempersiapkan metode pembelajaran √ 5 Guru menjelaskan tema dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Terlihat pada tabel 4.1 merupakan hasil rangkuman data siklus I yang meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui metode bermain pura-pura. Berdasarkan hasil nilai pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa keterampilan berbicara kelompok B dengan metode bermain pura-pura pada siklus I kurang berhasil.

Deskripsi pelaksanaan penelitian siklus II

Kegiatan ini membahas tentang identifikasi dan analisis permasalahan terkait peningkatan keterampilan berbicara anak melalui metode bermain pretend di PAUD Sikamaseang Kecamatan Pallanga. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran harian (DLP) yang berisi kegiatan bermain pura-pura sesuai tema dan subtema sekolah. Guru kemudian memperkenalkan media yang akan digunakan dalam permainan berpura-pura yaitu peralatan bermain dokter, guru menjelaskan dan memberikan contoh cara bermain berpura-pura. Guru mengkomunikasikan tujuan kegiatan bermain pura-pura kepada anak dan mendiskusikan tugas dan tanggung jawab sebagai dokter.

Kegiatan ini mampu mengembangkan kemampuan berbicara anak, Bermain bersama teman dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak. Kegiatan tanya jawab antara guru dan anak bertujuan untuk mengeksplorasi perkembangan bahasa anak, dalam hal ini tuturan anak. Guru kemudian memperkenalkan media yang akan digunakan dalam permainan berpura-pura yaitu peralatan bermain dokter, guru menjelaskan dan memberikan contoh cara bermain berpura-pura.

Kegiatan ini mampu mengembangkan kemampuan berbicara anak. Bermain bersama teman dapat merangsang kemampuan berbicara anak. Terlihat pada Tabel 4.16 bahwa merupakan hasil rekapitulasi data dari Siklus II yang meningkatkan keterampilan berbicara anak dengan metode bermain pura-pura. Berdasarkan hasil nilai pada Tabel 4.17 menunjukkan bahwa keterampilan berbicara anak dengan metode bermain pretend pada siklus II dapat disimpulkan bahwa penelitian pada siklus II telah berhasil.

Pengembangan yang dilakukan dalam pembelajaran PAUD dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak mengarah pada pembelajaran melalui permainan pura-pura pada kelompok B di PAUD Sikamaseang kecamatan Pallangga. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bekerjasama dengan guru kelompok B menunjukkan bahwa kemampuan berbicara anak meningkat melalui penerapan metode bermain pura-pura. Hal ini terlihat dari rata-rata kinerja keterampilan berbicara anak pada siklus I yang mencapai 38% dan pada siklus II 83%.

Dengan demikian berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa metode bermain pura-pura dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak kelompok B di PAUD Sikamaseang Kecamatan Pallangga. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan pada siklus I dan II menunjukkan bahwa penggunaan metode bermain pura-pura dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak kelompok B di PAUD Sikamaseang kecamatan Pallangga. Upaya peningkatan keterampilan berbicara anak melalui metode bermain pretend dilakukan pada Siklus I mencapai persentase sebesar 38% dan pada Siklus II meningkat menjadi 83%.

Saran

Nur Alim Amri” Intisari “Pretend Play Sebagai Landasan Pengembangan Karakter Anak Usia Dini: Jurnal Pendidikan, Keguruan dan Pembelajaran Volume 3 Nomor 1 April 2019, e-ISSN DOI.

LEMBAR OBSERVASI GURU, LEMBAR OBSERVASI ANAK DAN

RUBRIK PENILAIAN

MB (2) : (Mulai berkembang) Anak mulai mampu mengungkapkan perasaan dan gagasan dengan menggunakan pilihan kata yang tepat saat berkomunikasi. BSH (3) : (Berkembang sesuai harapan) Anak dapat mengungkapkan perasaan dan gagasan saat berkomunikasi dengan pilihan kata yang tepat. BSB (4): (Berkembang sangat baik) anak dapat mengungkapkan perasaan dan gagasan saat berkomunikasi melalui pilihan kata yang tepat.

BB (1) : (belum berkembang) Anak belum mampu menceritakan kembali apa yang didengarnya dengan lebih banyak kosa kata.

Referensi

Dokumen terkait

1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa efektifitas metode Rich Task matematika dalam meningkatkan kemampuan