• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Tari Pendidikan Untuk Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Model Pembelajaran Tari Pendidikan Untuk Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Elindra Yetti

Model Pembelajaran Tari Pendidikan Untuk Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik

Anak Usia Dini

Kata Pengatar

Prof. Dr. Yufiarti, M.Psi.

(2)

Usia dini merupakan masa emas karena pertumbuhan dan perkembangan baik secara intelektual, sosial, dan emosional mengalami peningkatan yang sangat luar biasa. Pada masa ini diperlukan stimulasi yang sesuai sehingga potensi yang dimiliki dapat bertumbuh dan berkembang secara

optimal.

Kecerdasan kinestetik penting dikembangkan sejak usia dini agar anak dapat tumbuh secara optimal. Perkemabngan kinestetik dapat membantu anak untuk menguasai kemampuan lain seperti kognitif, bahasa, dan juga seni.

Anak melalui kinestetik atau gerak dapat melakukan eksplorasi baik yang berhubungan dengan kemampuan fisik motorik maupun kognitif.

Buku ini membahas tentang pengembangan kecerdasan kinestetik melalui

pembelajaran tari kreatif. Pada pembelajaran ini dimungkinkan anak mengembangkan gerak estetis dan pada akhirnya dapat membuat tari

yang diciptakan bersama dengan teman sebaya dan gurunya. Semoga kehadiran buku ini dapat membantu guru Pendidikan Anak Usia Dini dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik melalui pembelajaran tari

kreatif. Semoga!

(3)

MODEL PEMBELAJARAN TARI PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK

USIA DINI

(4)

MODEL PEMBELAJARAN TARI PENDIDIKAN

UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA DINI

@ Elindra Yetti 2017

Desain Sampul Ilustrasi

Layout

: Dudi Mahdi : Rafidah

: Eri Sitti Syarah Eko Purnomo

ISBN : 978-602-50174-7-6

Penerbit

LPP- Mitra Edukasi

Anggota IKAPI No. 003/SST/2009 Jl. Dr. Sutomo No. 17 Palu-Sulteng Jl. Tamalate III No. 45 Makasar

[ii]

(5)

KATA PENGANTAR

Anak usia dini merupakan usia emas dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia. Usia emas merupakan usia yang sensitif untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, seperti kognitif, bahasa, motorik, sosial emosional, moral, agama, dan seni. Oleh karena itu perlu intervensi yang tepat agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat tercapai secara optimal.

Setiap anak memiliki multi kecerdasan yang berbeda, seperti halnya kecerdasan kinestetik dapat dikembangkan sejak usia dini. Kecerdasan kinestetik sangat diperlukan bagi anak dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan kinestetik merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani objek.

Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik anak usia dini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah kegiatan tari pendidikan. Tari pendidikan merupakan kegiatan yang mengutamakan proses kreativitas gerak tari yang dikembangkan melalui kebebasan anak bergerak sesuai imajinasinya. Stimulasi gerak tari yang diberikan pada anak sekaligus difokuskan pada aspek perkembangan kecerdasan kinestetik, seperti koordinasi gerak, keseimbangan gerak, fleksibelitas gerak, kelancaran gerak, dan kekuatan gerak.

Buku “Model Pembelajaran Tari Pendidikan Untuk Mengembangkan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini”

diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi guru, orang tua, sekolah, atau masyarakat dalam aktivitas pembelajaran atau aktivitas bermain bagi anak usia dini, khususnya sebagai upaya meningkatkan kecerdasan kinestetik anak usia dini.

Jakarta, Juli 2017

Pakar Psikologi Perkembangan Anak Prof. Dr. Yufiarti. M.Psi.

[iii]

(6)

DAFTAR ISI Kata Pengantar

Daftar Isi

1. Sekilas Tentang Tari Pendidikan 1 2. Sekilas Tentang Kecerdasan Kinestetik 7 3. Langkah Kegiatan Pembelajaran Tari Pendidikan 30

Tarian Parade Binatang 31

Tari Kumbang dan Kupu-kupu 34

Tari Tubuhku 37

Tari Topi 40

Tari Topeng 43

Tari Bermain 46

Tari Tongkat 50

Daftar Pustaka 53

Tentang Penulis 54

[iv]

(7)

1

1 SEKILAS TENTANG TARI PENDIDIKAN

Tari pendidikan pertama kali dicetuskan oleh Rudolf Laban (modern educational dance) atau yang dikenal juga dengan tari pendidikan (educational dance). Tari kreatif (creative dance) dan tari ekspresif (expresiv dance) yaitu suatu model pembelajaran tari yang menekankan kepada kebebasan berekspresi pribadi siswa dalam aktivitas belajar menari kreatif di sekolah umum, khususnya di sekolah dasar (Autard, 1994: 1).

Namun model pembelajaran tari kreatif tersebut secara luas dapat digunakan untuk remaja dan orang dewasa (Ulman dalam Laban, 1976: 29).

Di dalam bukunya yang berjudul Modern Educational Dance, Laban (1976) menuangkan pemikirannya mengenai pendekatan untuk mengajar tari di sekolah umum ditekankan pada pembelajaran kreatif namun tidak berorientasi kepada hasil akhir yang berupa pertunjukan megah atau pertunjukan yang mengandung nilai-nilai seni yang tinggi, sebagaimana misalnya tarian yang diciptakan oleh seorang koreografer. Dalam hal ini Laban menekankan bahwa hal-hal yang menguntungkan dari aktifitas tari kreatif hendaknya dapat menyumbang kepada perkembangan kepribadian siswa.

Laban (1976: 12) menjelaskan bahwa anak-anak mempunyai dorongan alamiah untuk menampilkan gerakan- gerakan "seperti tarian" dan secara tidak disadari hal itu merupakan cara yang baik untuk memperkenalkan tari secara dini pada anak, serta memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan kemampuan berekspresi secara spontan melalui geraknya atau free dance. Ide Laban dalam tari

(8)

2

pendidikan dipicu oleh adanya gerakan pembebasan diri dari aturan-aturan tari balet klasik yang pada waktu itu muncul di benua Eropa dan Amerika, yaitu dengan adanya modern dance yang menekankan kepada kebebasan berekspresi diri khususnya dalam bentuk gerak yang bebas dari aturan balet klasik.

Berdasarkan kepada kemampuan alamiah dan kebebasan ekspresi yang dimiliki anak-anak, Laban di dalam bukunya yang berjudul Modern Educational Dance (1976: 12) merumuskan tugas yang harus dilakukan sekolah dalam penyelenggaraan tari kreatif, pertama membimbing siswa untuk menumbuhkan spontanitas gerak dan kedua membimbing siswa belajar memahami prinsip-prinsip untuk melakukan atau menguasai geraknya.

Konsep tentang pembelajaran tari kreatif yang diciptakan oleh Laban tersebut mengalami perkembangan baik di lnggris maupun di luar negara Inggris. Beberapa perkembangannya yang dapat dilaporkan antara lain adalah di Inggris, Amerika dan Indonesia. Di Inggris Autard dalam bukunya Dance Composition (1996) dan The Art of Dance Education (1994) menjelaskan bahwa tari pendidikan atau tari kreatif merupakan model yang digunakan dalam kurikulum di Inggris periode tahun 1975.

Selanjutnya Autard (1994:4) menyatakan bahwa karakteristik dari pembelajaran tari kreatif adalah pada proses pembelajaran tari anak dan bukan semata-mata pada hasilnya, serta kontribusi tari terhadap perkembangan individu siswa dalam perasaan dan emosional.

Di Amerika model pembelajaran tari kreatif dikenal dengan istilah movement education dan diterapkan sebagai bagian dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada khususnya di

(9)

3

sekolah Dasar. Menurut Kraus dkk (1997: 325) dari beberapa laporan yang dipublikasikan dinyatakan pentingnya kegiatan movement education dalam pelajaran pendidikan jasmani tersebut. Burton (dalam Kraus dkk, 1997: 325) memaparkan pembelajaran movement education dalam pendidikan jasmani merupakan pelajaran terpadu yang kontribusinya berupa pengembangan respon gerakan yang efektif, efisien dan ekspresif dalam diri siswa untuk mengungkapkan pikirannya, perasaan yang dikomunikasikannya pada orang lain. Pembelajaran ini menekankan pada kesadaran tubuh dan diri siswa, penguasaan keterampilan gerak dasar dan pengembangan geraknya.

Eksplorasi merupakan metode yang utama dalam pembelajarannya dan pendekatannya berpusat pada siswa untuk mengembangkaan diri siswa sebagai individu yang spontan, dan mampu belajar untuk menemukan sendiri (self discovery).

Di Indonesia pembelajaran tari secara kreatif dari Rudolf Laban tersebut dikenal dengan istilah tari pendidikan, yaitu tari sebagai sarana pendidikan yang menekankan kepada kreatifitas siswa untuk menciptakan sendiri tariannya. Dalam hal ini tari pendidikan khususnya ditujukan bagi siswa-siswa di sekolah umum (Sedyawati, 2002:2). Dalam kaitan pendidikan di

Indonesia, khususnya didaerah Jakarta dan sekitarnya, selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan saat itu mempertimbangkan tari pendidikan sebagai bahan acuan untuk kurikulum di sekolah umum (Parani, 1996:4).

Munculnya metode kreatif sebagai metode utama dari tari pendidikan yang diadakannya penataran guru oleh Dinas Kebudayaan Jakarta saat itu. Menurut Sedyawati (2002:6) di dalam tari kreatif faktor guru memegang peranan penting,

(10)

4

artinya guru sebagai narasumber harus mempunyai bekal berupa kemahiran berpraktek seni tariyang memadaiuntuk mampu menggerakkan daya kreasi tari pada murid-muridnya. Selain itu agar mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, seorang guru tari harus mempunyai perhatian dan kemahiran akan ilmu pendidikan.

Kussudiardjo dalam Elindra Yetti (2011: 292-304) menjelaskan bahwa Seni tari merupakan salah satu bagian dari kesenian. Seni tari adalah keindahan gerak anggota-anggota badan manusia yang bergerak, berirama dan berjiwa yang harmonis. Artinya seni tari merupakan gerak yang dilakukan oleh manusia adalah ekspresi dari jiwa manusia itu sendiri dan memiliki unsur keindahan, berirama, berjiwa dan harmonis.

Tari menurut Edi sedyawati adalah latihan-latihan untuk mengembangkan kepekaan akan rasa gerak dan rasa irama.

Penekanan pada rasa diarahkan pada penghayatan keindahan.

Artinya setiap ungkapan gerak lebih dihayati dan mempunyai rasa, sehingga gerakan tersebut kelihatan indah dan bermakna.

Dalam kegiatan menari sebagaimana juga untuk banyak kegiatan lainnya, manusia memerlukan gerakan tubuhnya. Gerak identik dengan kehidupan manusia, yang pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang tidak disadari oleh manusi itu sendiri. Sehubungan dengan gerak manusia, Thraves dan Williamson menyatakan bahwa “These movement, necessery for living can be extended by reguler practice into another dimension. They can become a dance”.(Thraves, 1993:1).

Dalam hal ini Thraves dan Williamson ingin menegaskan bahwa pada dasarnya tari berasal dari gerak yang dimiliki oleh manusia yang dapat dikembangkan menjadi suatu tarian. Sesuai

(11)

5

dengan pendapat tersebut, John Martin menyatakan bahwa materi dasar dari tari adalah gerak (Jhon Martin, 1989:8).

Sedangkan gerak terdiri dari unsur-unsur ruang, tenaga dan waktu (Rudolf Laban, 1982: 18-20). Artinya tari memiliki beberapa unsur yaitu gerak, ruang, tenaga, dan waktu yang sangat mempengaruhi dalam tari. Untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang tari, maka berikut ini akan diuraikan mengenai gerak, ruang, tenaga, waktu, ekspresi, dan iringan tari.

Gerak

Untuk membedakan gerak tari dengan gerak lainnya maka gerak dapat ditinjau dari beberapa fungsi gerak yang dihasilkan oleh tubuh manusia. Menurut fungsinya, gerak dasarnya dapat dibedakan antara gerak bermain, gerak bekerja, gerak dalam kesenian dan olah raga. Gerak bermain yaitu gerak yang dilakukan untuk kepentingan dan kesenangan diri sipelakunya.

Sedangkan gerak bekerja yaitu gerak yang diperlukan manusia terutama untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Menurut Sal Murrgiyanto dalam F.X. Sutopo Cokrohamidjoyo, gerak dalam kesenian, termasuk gerakan menari, merupakan gerak yang dilakukan untuk mengungkapkan pengalaman batin dan perasaan seseorang dengan harapan untuk mendapatkan tanggapan orang lain (F.X. Sutopo, 1986: 22-23). Selanjutnya Yulianti Parani menambahkan bahwa, gerak di dalam tarian merupakan medium untuk ekspresi, sedangkan dalam olahraga lebih menekankan kepada kekuatan kondisi tubuh. Dengan demikian gerak merupakan materi dasar tari dan melalui media

(12)

6

tubuhnya seseorang mengekspresikan pengalaman batin dan perasaannya secara kreatif melalui seni tari.

Soedarsono mengemukakan, bahwa gerak tari adalah gerak yang telah mengalami perombakan melalui proses distorsi atau stilisasi sehingga menjadi suatu gerakan yang indah dan mampu menyentuh perasaan manusia (Soedarsono, 1987:81-82).

Maksudnya tari berasal dari gerak biasa seperti gerak bekerja, gerak sehari-hari, dan lain-lain, kemudian gerak yang biasa tersebut diperindah, dihayati dan pola ritme gerak diatur sedemikian rupa, maka gerak tersebut berubah menjadi gerak tari. Menambah penjelasan Soedarsono mengenai stilisasi gerak tari, maka dapat disimak pengertian tari dari Hawkins yang menyatakan bahwa gerak tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk oleh media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis sebagai ungkapan penciptanya (Alma M Hawkins, 1990: p.2). Maksudnya gerakan tersebut mempunyai arti dan sesuai dengan ekspresi yang diungkapkan oleh si penari atau si pencipta tari.

Makna dalam tari adalah dalam penjiwaannya, yakni suatu daya yang membuat gerakan itu “hidup”. Penjiwaan itu tidak harus seperti gambaran cerita, melainkan hanya dalam rasa geraknya, yaitu penyaluran rasa melalui gerak itu sendiri. Agar perasaan yang tepat tersalur, gerak tersebut diatur dalam ruang (bentuk dan volume geraknya), waktu (cepat-lambat dan iramanya) beserta energy atau tenaga digunakannya.

Makna gerak tari bukan terutama pada apa yang digambarkannya (realistis atau abstrak), melainkan pada bagaimana rasa gerak itu muncul atau terungkapkan. Ada dua aspek yang membedakan suatu gerak termasuk tari atau bukan.

(13)

7

Pertama, adalah wujud geraknya, di mana aspek ruang, waktu, dan energinya diorganisasi. Yang kedua, dari sisi tujuan atau maknanya. Gerak dalam tari bukan untuk melakukan sesuatu pekerjaan fungsional (berjalan, mengejar layang-layang putus, meloncat pagar, dan sebagainya), melainkan untuk pengungkapan rasa (Sumaryono, 2006: 17-19).

Ruang

Ruang diperlukan manusia untuk melakukan gerak tubuhnya, sehingga semua gerak yang diungkapkan oleh manusia terbentuk sebagai akibat perpindahan tubuh atau anggota tubuh manusia dari suatu ruang ke ruang yang lain (Sumaryono, 2006: 17-19). Artinya setiap perpindahan anggota tubuh dari suatu tempat ke tempat lain memerlukan ruang.

Dalam hal ini Laban membagi ruangan menjadi ruang pribadi dan ruang umum. Ruang pribadi adalah ruang yang langsung bersentuhan dengan tubuh si penari, adapun batas imajinasinya adalah batas yang paling jauh yang dapat dijangkau oleh tangan dan kakinya dalam keadaan di tempat. Sedangkan ruang umum adalah ruangan di luar tubuh yang dimasuki apabila terjadi gerakan berpindah tempat asal ke tempat lain (Rudolf Laban,1982: 85). Maksudnya adalah, ada ruang yang bisa dicapai oleh tubuh manusia ketika bergerak tanpa berpindah tempat dan ada ruang yang bisa dicapai oleh tubuh manusia dengan berpindah tempat.

Tenaga

(14)

8

Tenaga dibutuhkan seseorang untuk melakukan gerak. Dari besar kecilnya tenaga yang dikeluarkan serta cara bagaimana tenaga disalurkan untuk menghasilkan gerak seseorang, akan tampak intensitas dan kualitas ataupun aksen yang berbeda.

Perbedaan tersebut di dalam batasan ruang, tenaga, dan waktu melahirkan gerak yang bervariasi dan menumbuhkan kesan dinamis dalam penataan tari (FX. Sutopo, 1986: 65-69).

Artinya tari terbentuk oleh pengaturan tenaga yang dikeluarkan penari dalam bergerak, dan tergantung pada intensitas tenaga yang dikeluarkan. Dalam tari, energy diatur, diorganisasi keras-lemahnya, besar-kecilnya, sesuai dengan yang diperlukan. Pengaturan energy inilah yang kemudian di dalam tari disebut dinamika. Energi besar melahirkan dinamika gerakan yang kuat, dan energi kecil melahirkan dinamika yang lembut.

Sejalan dengan pendapat Yulianti Parani, Laban menyatakan bahwa “The driving force of movement is the energy of the body” (Laban,1982: 19). Dari pernyataan para ahli tari tersebut dapat disimak bahwa tenaga yang merupakan daya gerak adalah hasil proses pembakaran di dalam tubuh manusia dan sangat berperan untuk menghasilkan dinamika serta watak atau jiwa gerak yang merupakan daya hidup sebuah tarian.

Waktu

Sebagaimana layaknya rangkaian kalimat-kalimat yang terdiri atas kata-kata, maka suatu komposisi tari terdiri dari rangkaian gerak atau frase gerak. Kemudian jika kata-kata terdiri dari huruf-huruf maka suatu gerakan terdiri dari pada elemen- elemen gerak, gerak-gerak tersebut dalam membentuk rangkaian

(15)

9

gerak atau frase gerak di dalam ruang, akan berbeda panjang pendek atau cepat lambatnya dan dapat diukur dalam elemen waktu. penjelasan lebih lanjut dapat disimak dari keterangan Laban sebagai berikut : It is mechanical fact that the weight of the body, or any of its parts, can be lifted and carried into a certain direction of space and that this process takes a certain amount of time, depending on the ratio of speed (Laban, 1982:

20).

Berkaitan dengan uraian Laban tersebut maka dapat dijelaskan jika seorang penari ingin menggerakkan tubuh ataupun bagian tubuhnya dan berpindah dari suatu ruang gerak ke ruang gerak yang lain, menurut Laban proses ini akan memerlukan waktu yang tergantung pada “ratio of speed”, maksudnya adalah sejumlah waktu yang diperlukan oleh penari untuk bergerak, ini berkaitan dengan tempo gerakan yang panjang-pendek atau cepat-lambatnya suatu gerakan dilakukan.

Uraian ini sesuai pula dengan ungkapan Jacqueline Smith yang menyatakan bahwa gerak membutuhkan waktu, dan waktu tersebut dapat bervariasi menurut durasinya (Jacqueline Smith, 1985:2). Maksudnya adalah tari terdiri dari gerak yang diatur berdasarkan lamanya waktu suatu gerak tersebut diperagakan, sesuai dengan durasi atau waktu gerak yang akan diekspresikan.

Maka tidak ada seorangpun yang dapat bergerak di dalam ruang tanpa memerlukan waktu, dalam keadaan tubuh atau anggota tubuh tidak bergerak, artinya dalam keadaan istirahat atau berhenti sejenak, namun elemen waktu akan tetap mengukur saat tubuh berhenti tersebut. Dengan demikian elemen ruang, tenaga dan waktu, saling terjalin di dalam penataan gerak,

(16)

10

sebagai bagian dari unsur-unsur tari yang tidak terpisahkan untuk mewujudkan suatu rangkaian gerak tari yang harmonis.

Suatu gerakan akan memakan waktu, berapapun singkatnya. Untuk menggeliat, butuh waktu sekitar 5 detik.

Dalam menari, aspek waktu ini amat penting, dan ini pula yang diatur. Suatu gerakan yang sama jika dilakukan dalam waktu yang berbeda, akan berbeda pula efek dan rasanya, baik bagi pelakunya, maupun bagi yang melihatnya. Walau tidak selalu, aspek waktu dalam tari sering terkait dengan music pengiringnya, yang memang secara bersama-sama menjalani waktu tersebut. Istilah yang banyak dipakai yang berkaitan dengan waktu adalah irama. Jadi, gerakan tari adalah gerakan yang berirama, yang diatur waktunya. Irama pada dasarnya adalah suatu pengorganisasian atau penyusunan waktu.

Ekspresi

Ekspresi di dalam gerak tari merupakan suatu daya ungkap dari pengalaman yang ada pada diri seseorang untuk dikomunikasikannya kepada orang lain. Pada dasarnya faktor ekspresi ada pada setiap gerakan, sebab gerak itu dilakukan manusia untuk menyatakan perasaan atau pikirannya. Tubuh merupakan cermin jiwa manusia, dengan demikian gerak tubuh manusia merupakan ekspresi atau ungkapan dari gerakan jiwa pribadinya, yang dapat berupa akal, kehendak dan emosi (Soedarsono,1987 :4-5). Artinya setiap gerak mempunyai makna yang ingin diungkapan oleh si penari, kemudian makna gerak tersebut diatur menjadi suatu bentuk ekspresi jiwa si penari.

John Martin menyatakan bahwa “physical movement is the normal first effect of mental or emotional experience. To some

(17)

11

extent the actor works on this basis, if he is a good actor”(John Martin, 1989: 8). Artinya gerak fisik adalah efek normal pertama dari pengalaman mental atau emosional manusia. Dalam hal ini seorang seniman yang baik bekerja dengan landasan tersebut.

Ekspresi berkaitan dengan tenaga, sebab tenaga sebagai salah satu unsur gerak, marupakan daya penggerak dari dalam diri si penari dan berperan di dalam kualitas ekspresi yang menghasilkan suatu daya hidup atau jiwa dari sebuah tarian.

Greget adalah istilah dalam tari Jawa yang artinya adalah dorongan perasaan, desakan batin atau ekspresi jiwa seseorang dalam bentuk gerak tari yang terkendali (Sutopo, 1986:35).

Maksudnya Gerakan harus dilakukan dengan penghayatan yang mendalam agar penari dapat menjiwai setiap gerakan yang diperagakan, hal ini akan mendukung keindahan tarian yang diperagakan.

Curt Sachs yang diikuti oleh Soedarsnono menjelaskan dengan berpijak pada pengertian bahwa gerak merupakan elemen utama dalam tari dan ritme sebagai elemen yang kedua, mengemukakan definisi yang sangat sederhana, yakni tari adalah gerak tubuh yang ritmis, memang batasan Sachs merupakan batasan yang sangat singkat namun sangat mencakup.

Maksudnya gerakan tersebut memiliki ritme atau irama gerak yang diatur sedemikian rupa, sehingga tariannya dinamis dan indah.

Iringan Tari

Sebagaimana lazimnya suatu tarian hampir selalu membutuhkan iringan tari. Maka iringan tari tersebut dapat berupa lagu atau bunyibunyian yang dihasilkan oleh alat-alat

(18)

12

musik yang berasal dari luar diri si penari yang dinamakan iringan eksternal, sedangkan iringan yang berasal dari dalam diri si penari disebut iringan internal. Iringan internal dapat berupa nyanyian atau suara-suara yang diciptakan penari melalui anggota tubuh atau alat-alat tariannya, seperti contohnya suara hentakan kaki, tepukan tangan atau bunyi gelang kaki yang dikenakan oleh seorang penari (Sutopo, 1986:31). Maksudnya iringan tari berfungsi sebagai pengiring tari yang menyatu dengan keselarasan gerak dan irama musik, sehingga gerak tari menjadi dinamis.

Dengan demikian tari adalah suatu cabang seni yang tidak berdiri sendiri, keberadaan seni tari senantiasa membutuhkan kehadiran bidang seni lainnya, khususnya musik sebagai iringan tari. Dalam hal ini Humphrey menyatakan bahwa pada dasarnya tari membutuhkan kehadiran musik sebagai pendampingnya (Doris Humphrey, 1983: 158). Artinya disamping unsur -unsur dasar tari juga terdapat unsur penunjang tari, misalnya musik atau iringan tari.

Keterkaitan yang erat antara musik dengan tari dinyatakan juga oleh Doubler dalam kutipan berikut ini, “dikarenakan dorongan dinamik susunan ritmisnya, disamping kualitas- kualitas melodik dan harmonisnya, musik adalah suatu yang terpenting dari semua partner tari (Margareth: 156). Selanjutnya Doubler menggaribawahi unsur ritme sebagai dasar penggerak kerjasama antara tari dan musik. Keterkaitan musik dengan tari, terutama dalam hal ritme dan tempo dapat dilihat dari ritme dan tempo yang merupakan suatu pertimbangan di dalam pemilihan musik untuk tari. Hal itu disebabkan atas pertimbangan struktur elemen musik akan memperkuat struktur elemen tarian atau

(19)

13

karena tempo musik yang sesuai dengan tempo gerak tarinya.

Dalam hal ini musik dapat memberikan kontras untuk lebih menguatkan ekspresi yaitu jika iringan musik tidak selalu sejajar dengan gerak tarinya, artinya musik pengiring tidak selalu harus secara tepat mengikuti pola ritme gerak tari, maka melalui ikatan ritme dan tempo, musik sebagai partner tari dapat memberikan aksen dan kontras yang menguatkan kualitas ekspresi dari sebuah tarian.

Tari pendidikan merupakan pembelajaran tari yang menekankan pada proses dan bukan pada hasil yang berupa pertunjukan tari megah yang memiliki nilai artistika dan estetika yang tinggi. Penekanan pada proses yang dimaksud adalah tari pendidikan sebagai media pendidikan, dan dengan pengalaman anak dalam kegiatan tari pendidikan dapat menyumbang pada tumbuh kembang anak usia dini, yakni dapat meningkatkan perkembangan kemampuan kognitif, fisik, bahasa, moral, social emosional anak, serta multikecerdasan khususnya kecerdasan kinestetik. Kegiatan tari pendidikan dapat dilakukan dengan melakukan kreativitas gerak yang dilakukan oleh anak melalui bimbingan guru. Guru mengajak siswa untuk membuat garapan gerak tari melalui proses garapan tari di bawah ini.

Eksplorasi

Eksplorasi atau penjajagan merupakan proses berpikir, berimajinasi, merasakan dan merespon suatu objek untuk dijadikan bahan dalam karya tari, jika ingin memproduksi atau menata sebuah tarian kegiatan yang harus dimulai adalah eksplorasi. Proses kreatif tidak akan terjadi apabila pembentukan gerak lewat suatu eksperimen tidak dilaksanakan.

(20)

14

Pada langkah ini pembentukan gerak diawali dengan melatih rangsang estetis terhadap berbagai sesuatu yang ada di sekitar. Wujudnya bisa berupa benda, irama, cerita, tema, tentang kebesaran alam, kejadian, sikap-sikap pribadi, tingkah laku makhluk hidup, kesan yang ada pada benda mati, mendengarkan musik dan sebagainya yang berfungsi sebagai perangsang untuk kita mulai berkarya. Menurut Smith rangsang dalam tari dapat berupa rangsang visual atau pandang, rangsang auditif atau rangsang dengar, rangsang gagasan, rangsang rabaan dan rangsang kinestetik.

Rangsang Visual

Jika mengamati suatu benda baik benda hidup maupun benda mati sebagai rangsang, ini disebut sebagai rangsang visual. Rangsang visual adalah sesuatu yang timbul dari benda yang dilihat. Rangsang visual dapat timbul dari pengamatan terhadap benda-benda yang ada di sekitar lingkungan, seperti aktivitas kehidupan manusia, binatang, tumbuhan, gunung, pantai/laut, patung, gambar, dan lain-lain.

Sebagai awal dari kegiatan ini yaitu memulai eksplorasi terhadap salah satu objek yang menarik. Amati aktivitas siswa yang sedang bermain. Berdasarkan hasil pengamatan cobalah eskpresikan ungkapan-ungkapan kegembiraan tersebut.

Rangsang Auditif

Berbagai macam suara/bunyi-bunyian bisa dijadikan rangsangan dalam membuat suatu karya tari, yang termasuk rangsang dengar antara lain: musik iringan tari, musik-musik

(21)

15

daerah, suara kentongan, lonceng gereja, suara deru mobil, suara-suara yang ditimbulkan oleh angin, suara manusia, suara hewan, dan lain-lain. Dari suara tersebut cobalah ekspresikan ungkapan bunyi tersebut seirama atau bahkan bergerak dengan irama yang berlawanan.

Rangsang Gagasan/Ide

Gagasan atau ide membantu dalam berkarya tari. Jenis rangsang ini banyak digunakan oleh beberapa penata tari dalam proses berkarya. Ide/gagasan bisa timbul dari berbagai hal, misalnya permainan, aktivitas anak usia dini, aktivitas petani, nelayan, dsb.

Rangsang Kinestetik

Jika menata karya tari dapat menggunakan gerak atau frase gerak tertentu sebagai rangsang kinestetiknya. Gerak atau frase gerak tersebut dapat berasal dari gerak tari tradisional maupun gerak tari-tari kreasi baru atau modern.

Rangsang Peraba

Rangsang peraba merupakan rangsang yang juga dapat menghasilkan gerak yang dapat dipakai oleh penata tari sebagai dasar pijakan. Misalnya sentuhan halus dari bahan sutra, butiran pasir akan menghasilkan gerak-gerak yang sangat bervariasi, dan jika diolah akan menghasilkan karya tari yang bagus. (Smith.

2010: 29-32).

(22)

16

Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan dalam mencari berbagai macam ragam gerak. Melalui eksplorasi ini siswa dan guru dapat secara bersama-sama mencari dan menemukan ragam-ragam gerak sesuai dengan tema. Tema merupakan panduan untuk mencari ragam gerak. Namun demikian dalam melakukan eksplorasi, tema bukanlah harga mati. Jika tema kemudian dijadikan harga mati, maka dalam melakukan eksplorasi akan terkukung dan terkurung dalam tema. Tetapi hendaknya tema dijadikan jalan untuk mencari berbagai macam ragam gerak tanpa batas. Dengan demikian gerak yang diperoleh pun akan semakin beragam dan kaya.

Di dalam melakukan eksplorasi selain menggunakan tubuh sebagai media, gunakan pula berbagai macam alat atau properti.

Penggunaan properti tari akan memberi dimensi dan kekayaan dalam penemuan gerak. Selain itu perlu dipertimbangkan penggunaan stimulus seperti musik, atau bunyi-bunyian lain.

Eksplorasi juga dapat dilakukan secara berkelompok atau juga individual. Namun demikian idealnya eksplorasi dilakukan secara beragam, baik individual maupun kelompok.

Improvisasi

Setelah melakukan eksplorasi, maka tahap berikutnya adalah melakukan improvisasi. Dalam kenyataannya, antara eksplorasi dan improvisasi terkadang tidak dapat dipisahkan.

Namun demikian realitasnya ada perbedaan antara kegiatan improvisasi dengan eksplorasi. Istilah improvisasi sering digunakan untuk menunjuk pada kegiatan yang telah terstruktur tetapi kemudian ada kendala dalam pelaksanaannya, sehingga subjek melakukan improvisasi untuk menutup kekurangan atau

(23)

17

kesalahan yang dibuat sehingga tidak terlihat oleh orang lain.

Dengan demikian improvisasi dapat dipahami sebagai sebuah kegiatan yang sudah mengarah pada struktur tetapi belum sempurna (Jacqueline M. Smith-Autard. 2010: 37).

Penyusunan Gerak Tari

Setelah melakukan improvisasi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun ragam-ragam sesuai dengan tema dan judul tari.

Di dalam penyusunan gerak tari ini sebenarnya hanya bersifat formalitas karena proses telah terjadi pada eksplorasi dan improvisasi. Tahapan ini hanya bersifat untuk memperhalus dan menetapkan secara pasti gerak yang dipakai dan musik iringan yang digunakan.

Tari Pendidikan Untuk Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan anak yang berusia 0-8 tahun, yang dikenal juga dengan Golden Age, yaitu usia emas pertumbuhan dan perkembangan anak. Disebut usia emas pertumbuhan anak artinya adalah masa usia dini merupaka masa kritis pertumbuhan anak karena usia dini merupakan pondasi dasar pertumbuhan dan perkembangan anak untuk dapat melanjutkan pendidikan ke tahap berikutnya. Oleh karena itu masa usia dini sangat perlu diberikan intervensi dan stimulasi yang tepat, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai dengan yang diharapkan.

Intervensi atau stimulasi yang diberikan ditujukan untuk memastikan tumbuh kembang anak dari aspek motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Aspek motorik yang dalam pembahasan ini ditujukan untuk memiliki kecerdasan kinestetik, dapat dikembangkan

(24)

18

melalui kegiatan tari pendidikan. Tari pendidikan merupakan kegiatan tari yang mengutamakan proses dari pada hasil.

Maksudnya pengalaman anak dalam melakukan eksplorasi dan improvisasi gerak yang paling diutamakan, bukan pertunjukan tari yang mengutamakan nilai estetika yang tinggi.

Tari pendidikan untuk anak usia dini selain bertujuan untuk mengoptimalkan aspek pertumbuhan dan perkembangan anak, juga bertujuan untuk mengembangkan karater anak, seperti antara lain adalah kreativitas, percaya diri, kontrol diri, tanggung jawab, disiplin, kemandirian, kejujuran, sabar, fungsi eksekutif, dan karakter lainnya.

Kegiatan tari pendidikan perlu diperhatikan beberapa karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama karakteristik kemampuan motorik anak dan model pembelajaran tari pendidikan berbasis bermain.

Kemampuan Motorik Anak Usia Dini

Perkembangan motorik ada dua bentuk yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar merupakan gerak yang menggunakan otot-otot besar pada tubuh, sedangkan motik halus merupakan gerakan yang mengunakan otot-otot kecil.

(Gallahue.1989: 20). Kegiatan menari menggunakan keduanya yaitu motorik kasar dan motorik halus.

Kemampuan motorik kasar sebagai kemampuan melakukan gerakan dengan melibatkan sebagian besar otot kasar tubuh yang membutuhkan tenaga besar (Ismail.2012: 83). Santrock mendefinisikan bahwa kemampuan motorik kasar adalah

(25)

19

kemampuan dalam melibatkan kerja otot-otot besar seperti tangan untuk bergerak dan kaki untuk berjalan (Santrock. 2011: 209).

Beaty menyatakan bahwa kemampuan motorik kasar adalah kemampuan untuk menggunakan otot-otot besar yang melibatkan seluruh tubuh, kaki dan lengan dalam bergerak (Beaty.2013: 200).

Samsudin mengemukakan bahwa kemampuan motorik kasar merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan dengan melibatkan otot-otot besar (Samsudin.2008: 83). Hildayani dkk menyatakan bahwa perkembangan kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang melibatkan sebagian besar bagian tubuh dalam beraktivitas yang memerlukan pertumbuhan otot dan tulang yang kuat (Hildayani dkk.2011: 8.15).

Ernawulan menjelaskan Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama, ada beberapa anak yang mengalami pertumbuhan secara cepat, tetapi ada pula yang mengalami keterlambatan. Pada masa kanak-kanak, pertumbuhan tinggi badan dan berat badan relatif seimbang, tetapi secara bertahap tubuh anak akan mengalami perubahan. Bilamana di masa bayi anak memiliki penampilan yang gemuk maka secara perlahan-lahan tubuhnya berubah menjadi lebih langsing, sedangkan kaki dan tangannya mulai memanjang. Ukuran kepalanya masih tetap besar jika dibandingkan dengan tubuhnya, namun pada akhir masa kanak-kanak ukuran kepalanya tidak lagi terlalu besar jika dibandingkan dengan tubuhnya. Selain berubahnya berat dan tinggi badan, anak juga mengalami perubahan fisik secara proporsional. Pada masa kanak-kanak, anak mengalami perubahan fisik menuju proporsi tubuh yang lebih serasi, walaupun tidak seluruh bagian tubuh dapat mencapai proporsi kematangan dalam waktu yang bersamaan. 11 Perubahan proporsi tubuh mempunyai irama pertumbuhan sendiri, ada yang tumbuh cepat dan ada pula yang

(26)

20

lambat, namun semuanya akan mencapai taraf kematangan ukuran tepat pada saatnya. Pola perubahan yang cenderung berbeda pada setiap anak menyebabkan pertumbuhan fisik anak-anak tampak berbeda satu sama lain. Misalnya ada beberapa anak yang memiliki kepala terlihat seperti lebih besar dari badannya, sedangkan yang lain justru seolah-olah mempunyai kepala yang terlalu kecil, ada tungkai kakinya yang panjang, tapi ada pula yang pendek. Perubahan fisik dan perubahan proporsi tubuh anak yang terjadi pada masa pertumbuhan, akan mempengaruhi bagaimana anak ini memandang dirinya dan bagaimana dia memandang orang lain. Hal ini akan tercermin dari pola penyesuaian diri anak. Seorang anak misalnya, yang terlalu gemuk akan mulai menyadari bahwa dia tidak dapat mengikuti permainan yang dilakukan oleh teman sebayanya, karena setiap aturan permainan tidak dapat dipatuhinya atau karena secara fisik anak selalu kalah dalam permainan. Di pihak lain, teman- temannya akan menganggap anak gemuk itu terlalu lamban dan tidak perlu diajak bermain lagi. Kondisi ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan tidak disenangi teman-temannya, sehingga dapat mempengaruhi pembentukan konsep dirinya, pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Pertumbuhan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi proses perkembangan motoriknya. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otototot yang terkoordinasi. Sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan bergerak dan kegiatan bergerak ini akan sangat menggunakan otot-otot yang ada pada tubuhnya. Coba perhatikan gambar di samping, anak bersama teman-temannya sedang bermain dan mengembangkan kemampuan fisik motoriknya. Tidak ada rasa takut terpancar dari wajah anakanak ini. Gerakan yang banyak

(27)

21

menggunakan otot-otot kasar disebut motorik kasar (gross motor) yang digunakan untuk melakukan aktivitas berlari, memanjat, melompat atau melempar. Sementara gerak yang menggunakan otot- otot halus yang disebut motorik halus (fine motor) cenderung hanya digunakan untuk aktivitas menggambar, meronce, menggunting, menempel atau melipat. Berbagai kemampuan yang dimiliki anak dalam menggunakan otot-otot fisiknya baik otot halus maupun otot kasar dapat menimbulkan rasa percaya 12 diri pada anak bahwa anak mampu menguasai keterampilan-keterampilan motorik.

Keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak. karena keterampilan motorik ini memiliki dua fungsi, pertama, membantu anak untuk memperoleh kemandiriannya, dan kedua, untuk membantu mendapatkan penerimaan sosial. Untuk mencapai kemandirian, anak harus mempu mempelajari dan menguasai keterampilan motorik yang memungkinkan anak mampu melakukan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. Keterampilan ini meliputi keterampilan makan, memakai baju, mandi, dan merawat diri sendiri. Untuk mendapatkan penerimaan sosial, anak dituntut untuk mampu melakukan berbagai keterampilan seperti membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah, menguasai keterampilan-keterampilan sekolah seperti menggambar, melukis, menari, meronce atau anak juga mampu melakukan ketermpilan yang berkaitan dengan aktivitas bermain bola, memanjat atau melempar. Berbagai keterampilan motorik di atas, selayaknya dikuasai anak pada masa kanak-kanak, karena pada diri anak akan terbentuk rasa percaya diri, memiliki sifat mandiri dan mendapatkan penerimaan dari teman-teman sebayanya. Sebaliknya bila anak tidak mampu menguasai keterampilan motorik tersebut, anak cenderung akan merasa putus asa, tidak percaya diri, merasa

(28)

22

diri tidak bisa melakukan apa-apa yang pada akhirnya dapat terbentuk penyesuaian sosial dan pribadi yang buruk. Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, main bola dan atletik. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan.

Dengan kata lain, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar anak nanti di sekolah dasar. Pada masa usia ini, kematangan perkembangan motorik umumnya sudah mulai dicapai, karena itu anak sudah mulai siap untuk menerima kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan(Ernawulan.1995:10-12).

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar pada intinya adalah kemampuan anak dalam melakukan gerak terkoordinasi yang melibatkan fungsi otak, saraf, otot, dan sebagian besar tubuh.

Metode Pembelajaran Tari Pendidikan Berbasis Bermain

Pembelajaran tari pendidikan untuk anak usia dini menggunakan pembelajaran berbasis bermain, karena bermain pada masa kanak-kanak merupakan: (1) kegiatan keseharian sebagai dasar pembelajaran yang dilakukan dengan serius oleh setiap anak secara alamiah mengenai diri sendiri dan lingkungannya;(2) pekerjaan anak

(29)

23

yang menunjukkan tingkah laku yang menyenangkan, dinamis, aktif, dan konstruktif.

Karakteristik bermain (Brewer, 2007: 143-144), sebagai berikut:(1) Bermain merupakan motivasi yang lahir dari dalam diri pribadi (Play is Personally Motivated); (2) Bermain merupakan kegiatan yang aktif (Play is Active); (3) Bermain merupakan kegiatan yang berpura-pura atau bukan sungguhan (Play is Often Nonliteral);

(4) Bermain tidak memiliki sasaran yang pasti atau ekstrinsik (Play has No Extrinsic Goals); (5) Para pemainlah yang memaknai permainannya (Players Supply Meaning to Play), (6) Bermain tidak memiliki peraturan (Play has No Extrinsic Rules).

Ada tiga tipe bermain (Brewer,2007:142), yaitu:(1) Bermain bebas, anak bebas memilih berbagai bentuk mainan dan juga bebas memainkannya dengan caranya sendiri; (2) Bermain dengan panduan, anak dapat memilih mainannya namun berdasarkan pilihan mainan atau permainan yang sudah ditetapkan oleh guru sesuai dengan maksud untuk menanamkan konsep tertentu; (3) Bermain dengan peraturan, guru memberikan arahan dan petunjuk kepada anak tentang bagaimana cara anak memainkan permainan tertentu.

(30)

24

2 SEKILAS TENTANG KECERDASAN KINESTETIK

Kecerdasan kinestetik ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh, yang memungkinkan tubuh untuk memanipulasi objek atau menciptakan gerakan. Secara biologi ketika lahir semua bayi dalam keadaan tidak berdaya, kemudian berangsur-angsur berkembang dengan menunjukkan berbagai pola gerakan, tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan, dan kemudian berlari, bahkan pada usia remaja berkembang kemampuan berenang dan akrobatik.

Kecerdasan ini amat penting karena bermanfaat untuk (a) meningkatkan kemampuan psikomotorik, (b) meningkatkan kemampuan social dan sportivitas, (c) membangun rasa percaya diri dan harga diri, (d) meningkatkan kesehatan. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

1) Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani objek.

2) Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keluwesan dalam bergerak.

3) Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play, permainan yang menggunakan fisik.

4) Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.

5) Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang 6) sedang dipelajari.

7) Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap apa yang dialami atau dilihat.

(31)

25

8) Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, actor, model, ahli mekanik/montir, tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet professional, dan sebagainya.

9) Pengendalian gerakan badan terletak di korteks motoris, dengan setiap belahan otak mendominasi atau mengendalikan gerakan badan yang berada di sisi berlawanan. Pada orang yang tidak kidal, dominasi dari gerakan seperti itu biasanya ditemukan dalam belahan otak kiri. Kemampuan melakukan gerakan ketika diarahkan untuk melakukan demikian dapat dirusak bahkan pada individual yang dapat melaksanakan gerakan yang sama secara spontan atau bukan secara sengaja. (Howard Gardner.2003:38).

Kemampuan motorik anak perlu dikembangkan. Untuk memperoleh keterampilan motorik tertentu selain dibutuhkan perencanaan gerakan (motor planning), juga dibutuhkan motor learning (belajar gerakan). Keterampilan motorik dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain keseimbangan (balance), kecepatan, kekuatan, koordinasi dan ketangkasan (David L.

Gallahue and John C. Ozmun,1998).

MotorLearning mempunya tiga fase, mulai dari fase awal (early motor learning) yang disebut sebagai fase kognitif atau berpikir. Fase ini dipengaruhi oleh pengetahuan tentang keterampilan gerakan tertentu (geraktari) yang sedang dipelajari serta peralatan (properti) yang digunakan. Melalui pengetahuan dan latihan, fase ini dapat berlanjut pada fase kedua yang disebut fase asosiasi. Pada fase ini upaya lebih banyak diarahkan pada bagaimana melakukan keterampilan gerakan. Gerakan-gerakan yang sudah dipelajari di fase pertama dilatih dan diperhalus.

(32)

26

Fase ketiga pelatihan berbagai gerakan menjadi otomatis. Semua gerakan dilakukan tanpa lagi berpikir.

Amstrong berpendapat bahwa kecerdasan kinestetik atau kecerdasan fisik adalah suatu kecerdasan dimana saat menggunakannya seseorang mampu atau terampil menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti berlari, menari, membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni, dan hasta karya (Amstrong Thomas.2002:3).

Sonawat & Gogri dalam Yaumi dan Nurdin mengungkapkan bahwa kecerdasan jasmaniah-kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide, perasan, dan menggunakan tangan untuk menghasilkan atau menstranfomasi sesuatu. Kecerdasan ini mencakup keterampilan khusus seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas dan kecepatan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan untuk mengontrol gerakan-gerakan tubuh dan kemampuan untuk memanipulasi objek (Muhammad Yaumi

& Nurdin Ibrahim. 2013: 9). Kecerdasan ini mencakup keterampilan khusus seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas dan kecepatan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan untuk mengontrol gerakan- gerakan tubuh dan kemampuan untuk memanipulasi objek.

(Amstrong Thomas.2002 :3).

Gardner & Checkly mengatakan bahwa kecerdasan jasmaniah-kinestetik adalah “the capacity to use your whole body or parts of your body-your hands, your fingers, and your arms-to solve a problem, make something, or put on some kind of a production. The most evident examples are people in athletics or the performing arts, particularly dance or acting.”

(33)

27

(Amstrong Thomas.2002 :16). Pendapat Gardner & Checkly tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan kinestetik itu merupakan kemampuan untuk menggunakan tangan, jari-jari, lengan, dan berbagai kegiatan fisik lain dalam menyelesaikan masalah, membuat sesuatu, atau dalam menghasilkan produk.

Contoh yang tampak untuk diamati adalah aktivitas yang menyertai para atlet atau dalam pertunjukan seni seperti menari atau berakting.

Richey dalam Yaumi dan Nurdin: 2013) menjelaskan bahwa komponen inti dari kecerdasan kinestetik adalah kemampuankemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan maupun kemampuan menerima atau merangsang dan hal yang berkaitan dengan sentuhan. Kemampuan ini juga merupakan kemampuan motorik halus, kepekaan sentuhan, daya tahan, dan refleks. (Yaumi dan Nurdin. 2013: 17).

Beberapa komponen kecerdasan kinestetik sebagaimana disebutkan diatas didefinisikan oleh Toho Cholik Mutohir dan Gusril yaitu sebagai berikut:

1) Kecepatan adalah sebagai keterampilan yang berdasarkan kelentukan dalam satuan waktu tertentu. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Misalnya berapa jarak yang ditempuh anak dalam melakukan lari empat detik, semakin jauh jarak yang ditempuh anak, maka semakin tinggi kecepatannya.

2) Koordinasi adalah keterampilan untuk mempersatukan atau memisahkan dalam satu tugas yang kompleks. Dengan

(34)

28

ketentuan bahwa gerakan koordinasi meliputi kemampuan waktu antara otot dengan sistem syaraf. Misalnya anak dalam melakukan lemparan harus ada koordinasi mata dan tangan. Melemparkan sehelai kertas yang telah diremas- remas ke dalam keranjang sampah dengan jarak dua meter.

3) Keseimbangan katerampilan seseorang untuk mempertahankan tubuh dalam berbagai posisi.

Keseimbangan dibagi menjadi dua yaitu keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan statis merujuk pada menjaga keseimbangan tubuh ketika berdiri pada suatu tempat. Keseimbangan dinamis adalah keterampilan untuk menjaga keseimbangan tubuh ketika berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Anak dapat berdiri satu kaki dengan tidak jatuh. Berdiri dengan satu kaki seperti burung enggang dengan kedua mata tertutup. Berjalan menempuh jarak satu blok gedung dengan cara mengikuti pembatas trotoar atau berjalan cepat di pematang sawah.

4) Kekuatan adalah keterampilan sekelompok otot untuk menimbulkan tenaga sewaktu kontraksi. Kekuatan otot harus dimiliki anak sejak dini. Apabila anak tidak memiliki kekuatan otot, tentu anak tidak dapat melakukan aktivitas bermain yang menggunakan fisik, seperti berlari, melompat, melempar, memanjat, bergantung, dan mendorong.

5) Fleksibilitas atau kelentukan merupakan kemampuan sendi untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi secara maksimal. Misalnya anak yang memiliki kelentukan tinggi

(35)

29

menggunakan energi lebih sedikit dengan anak yang kelentukannya rendah, serta dapat memperbaiki sikap tubuh. (Toho Cholik Mutohir dan Gusril. 2004: 5).

Gardner menyatakan bahwa kinestetik merupakan suatu kemampuan yang melibatkan perasaan berupa pemberian kesadaran atas posisi gerak dengan pengontrolan yang dilakukan oleh otak. Kecerdasan kinestetik berhubungan dengan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otak berupa pengetahuan tentang pengaturan gerak tubuh. (Howard Gardner. 1983: 210).

Berdasarkan beberapa konsep di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan kinestetik adalah kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh, yang memungkinkan tubuh untuk memanipulasi objek atau menciptakan gerakan. Kemampuan ini ditandai dengan keterampilan motorik yang dimiliki yaitu keseimbangan (balance), kecepatan, kekuatan, koordinasi dan ketangkasan.

(36)

30

3 PANDUAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN TARI PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA DINI

1. Menentukan tema/sub tema untuk pengembangan gerak yang merupakan proses stimulasi gerak berdasarkan imajinasi anak.

2. Menentukan aspek kecerdasan kinestetik sebagai fokus pengembangan tari pendidikan berdasarkan tema/sub tema yang sudah dipilih.

3. Menentukan tujuan dalam kegiatan tari pendidikan berdasarkan tema/sub tema dan aspek kecerdasan kinestetik yang akan dikembangkan.

4. Menentukan media pembelajaran yang dibutuhkan dalam kegiatan tari pendidikan berdasarkan tema/sub tema dan aspek kecerdasan kinestetik yang akan dikembangkan.

5. Menentukan prosedur pelaksanaan kegiatan tari pendidikan berdasarkan tema/sub tema dan aspek kecerdasan kinestetik yang akan dikembangkan.

Prosedur pelaksanaan sebagai berikut :

a. Mengamati video/ gambar berdasarkan tema/sub tema

b. Melakukan eksplorasi dan improvisasi gerak c. Menyusun gerak tari

(37)

31 TARI PARADE BINATANG

Tujuan

Anak-anak akan belajar berjalan atau bergerak seperti binatang tertentu. Gerakan menirukan gerak seperti binatang ini itujukan untuk melatih koordinasi gerak anak, yang difokuskan pada koordinasi gerak tangan dan gerak kaki

Media Yang Diperlukan

Video/gambar/cerita tentang binatang

Properti simbol bagian tubuh binatang,

Musik iringan tari

Prosedur Pelaksanaan

1. Mengamati video atau bercerita tentang binatang, untuk anak- anak tanyakan pada mereka ingin menirukan binatang apa.

2. Bantulah anak-anak untuk membuat atau menggunakan bagian badan binatang yang sudah dipilih untuk dipakai, misal:

(38)

32

Selendang sebagai simbol sayap kupu-kupu

Hidung gajah dapat ditempelkan pada selembar isolatif atau diikatkan pada sekeliling kepala dengan pita atau benang. Mulut bebek

Dan atribut binatang lainnya

3. Eksplorasi gerak

Ajaklah anak-anak untuk melakukan gerak dengan meniru gerak binatang yang dipilih oleh masing-masing anak dan diiringi musik dan juga suara-suara binatang.

Melakukan gerak binatang sedang berjalan, yang fokusmengkoordinasikan gerak tangan dan kaki.

Melakukan gerak binatang sedang berlari yang fokus mengkoordinasikan gerak tangan dan kaki

Melakukan gerak binatang sedang melompat yang fokus mengkoordinasikan gerak tangan dan kaki

Melakukan gerak binatang sedang makan yang fokus mengkoordinasikan gerak tangan dan kakidan gerak yang lainnya

Minta anak untuk mengulang beberapa gerak binatang yang sudah dilakukan anak, bisa beberapa anak melakukan gerak binatang yang sama, atau masing-masing berbeda sesuai dengan binatang yang dipilih anak.

(39)

33 4. Improvisasi gerak

Anak diajak melakukan Gerak binatang hasil eksplorasi gerak satu persatu dengan iringan musik secara spontanitas, tanpa pengaturan urutan gerak, dan guru membimbing anak dengan mengingatkan gerakan yang tadi sudah dilakukan hasil eksplorasi.

Lakukan improvisasi gerak secara berulang-ulang sampai anak hafal bentuk gerak yang telah dihasilkan.

5. Penyusunan gerak

Guru membimbing anak dalam menyusun urutan gerak pribadi anak hasil eksplorasi dan improvisasi.

Guru membimbing anak melakukan gerakan yang sudah disusun dengan iringan musik.

Guru membimbing anak mengatur posisi (pola lantai) sesuai dengan ragam gerak.

Anak menampilkan tarian “Parade Binatang” hasil karya pribadi anak.

(40)

34

TARI KUMBANG DAN KUPU-KUPU

Tujuan

Anak-anak akan belajar bergerak seperti Kumbang dan Kupu- kupu. Gerakan menirukan gerak seperti Kumbang dan Kupu- kupu ini ditujukan untuk melatih koordinasi gerak anak, yang difokuskan pada koordinasi gerak kepala, tangan, dan gerak kaki

Media Yang Diperlukan

Video/gambar/cerita tentang Kumbang dan Kupu-Kupu

Properti simbol bagian tubuh Kumbang dan Kupu-Kupu

Musik iringan tari Prosedur Pelaksanaan

1. Mengamati video atau bercerita tentang Kumbang dan Kupu, untuk anak-anak tanyakan pada mereka ingin menirukangerak binatang apa, apakah mau jadi kumbang atau Kupu-Kupu.

(41)

35

2. Bantulah anak-anak untuk membuat atau menggunakan bagian badan Kumbang atau Kupu-Kupu yang sudah dipilih untuk dipakai, misal:

Selendang sebagai simbol sayap kupu-kupu

Baju bercorak Kumbang

Dan atribut binatang lainnya

3. Eksplorasi gerak

Ajaklah anak-anak untuk melakukan gerak dengan meniru gerak Kumbang dan Kupu-Kupu yang dipilih oleh masing-masing anak dan diiringi musik dan juga suara-suara binatang.

melakukan gerak Kumbang atau Kupu-Kupu sedang terbang, yang fokus mengkoordinasikan gerak kepala, tangan dan kaki.

melakukan gerak Kumbang atau Kupu-Kupu sedang hinggap di bunga yang fokus mengkoordinasikan gerak kepala, tangan dan kaki

melakukan gerak Kumbang dan Kupu-Kupu sedang menghisap madu yang fokus koordinasi gerak kepala, tangan dan kakidan gerak yang lainnya

Minta anak untuk mengulang beberapa gerak Kumbang dan Kupu-Kupu yang sudah dilakukan anak, bisa beberapa anak melakukan gerak binatang yang sama, atau masing- masing berbeda sesuai dengan binatang yang dipilih anak.

(42)

36 4. Improvisasi gerak

Anak diajak melakukan Gerak Kumbang dan Kupu-Kupu hasil eksplorasi gerak satu persatu dengan iringan musik secara spontanitas, tanpa pengaturan urutan gerak, dan guru membimbing anak dengan mengingatkan gerakan yang tadi sudah dilakukan hasil eksplorasi.

Lakukan improvisasi gerak secara berulang-ulang sampai anak hafal bentuk gerak yang telah dihasilkan.

5. Penyusunan gerak

Guru membimbing anak dalam menyusun urutan gerak pribadi anak hasil eksplorasi dan improvisasi.

Guru membimbing anak melakukan gerakan yang sudah disusun dengan iringan musik.

Guru membimbing anak mengatur posisi (pola lantai) sesuai dengan ragam gerak.

Anak menampilkan tarian “Kumbang dan Kupu-Kupu”

hasil karya pribadi anak.

(43)

37 TARI TUBUHKU

Tujuan

Anak-anak akan belajar menggerakkan bagian tubuhnya.

Gerakan tangan yang menirukan orang lagi bekerja, gerakan kepala, gerakan kaki, gerakan mata, dan gerakan lainnya.

Gerakan ini ditujukan untuk melatih koordinasi gerak anak, yang difokuskan pada koordinasi gerak badan, kepala, mata, tangan dan gerak kaki.

Media Yang Diperlukan

Video/gambar/cerita tentang anatomi tubuh manusia.

Properti tongkat (ringan dan aman). Contohnya : bambu, paralon, kayu, dll.

Musik iringan tari.

Prosedur Pelaksanaan

1. Mengamati video atau bercerita tentang manfaat atau fungsi masing-masing bagian tubuh manusia.

(44)

38

2. Bantulah anak-anak untuk membuat atau menggunakan tongkat.

3. Eksplorasi gerak

Ajaklah anak-anak untuk melakukan gerak dengan meniru orang yang sedang bekerja yang dipilih oleh masing-masing anak dan diiringi musik.

melakukan gerak tangan yang menirukan orang sedang main laying-layang fokus pada mengkoordinasikan gerak kepala, mata, tangan dan kaki.

melakukan gerakan orang yang sedang berlari yang fokus mengkoordinasikan gerak kepala, mata, tangan dan kaki

melakukan gerakan kepala yaitu menirukan gerakan polisi yang sedang mengatur lalu lintas dan gerak yang lainnya.

Minta anak untuk mengulang beberapa gerak tubuh yang sudah dilakukan anak, bisa beberapa anak melakukan gerak yang sama, atau masing-masing berbeda sesuai dengan kegiatan manusia yang dipilih anak.

4. Improvisasi gerak

Anak diajak melakukan gerakan tubuh hasil eksplorasi gerak satu persatu dengan iringan musik secara spontanitas, tanpa pengaturan urutan gerak, dan guru membimbing anak dengan mengingatkan gerakan yang tadi sudah dilakukan hasil eksplorasi.

(45)

39

Lakukan improvisasi gerak secara berulang-ulang sampai anak hafal bentuk gerak yang telah dihasilkan.

5. Penyusunan gerak

Guru membimbing anak dalam menyusun urutan gerak pribadi anak hasil eksplorasi dan improvisasi.

Guru membimbing anak melakukan gerakan yang sudah disusun dengan iringan musik.

Guru membimbing anak mengatur posisi (pola lantai) sesuai dengan ragam gerak.

Anak menampilkan tarian “Tubuhku” hasil karya pribadi anak.

(46)

40 TARI TOPI

Tujuan

Anak-anak akan belajar menggerakkan bagian tubuhnya.

Gerakan tangan yang menggerakkan topi, diikuti dengan gerakan kepala, gerakan kaki, gerakan mata, dan gerakan lainnya. Gerakan ini ditujukan untuk melatih fleksibelitas gerak anak, yang difokuskan pada fleksibelitas gerak tangan, kepala, dan gerak kaki.

Media Yang Diperlukan

Video/gambar/cerita tentang Topi

Properti berbagai macam topi

Musik iringan tari

Prosedur Pelaksanaan

1. Mengamati video atau bercerita tentang manfaat atau fungsi topi, dan kapan topi digunakan

(47)

41

2. Bantulah anak-anak untuk menggunakan topi 3. Eksplorasi gerak

Ajaklah anak-anak untuk melakukan gerak dengan menggerakkan topi sesuai dengan imajinasi masing- masing anak dan diiringi musik.

Melakukan gerakan topi yang diayun ke depan dan ke fokus pada flekssibelitas gerak tangan dan kaki.

Melakukan gerakan topi yang diputar di depan dada, fokus fleksibelitas gerak kepala, tangan dan kaki.

Melakukan gerakan topi sambil ditaro di kepala dan diangkat secara bergantian, fokus pada fleksibelitas gerak kepala, badan, tangan, dan kaki, serta gerak yang lainnya.

Minta anak untuk mengulang beberapa gerak Topi yang sudah dilakukan anak, bisa beberapa anak melakukan gerak yang sama, atau masing-masing berbeda sesuai dengan gerakan yang dipilih anak.

4. Improvisasi gerak

Anak diajak melakukan gerakan Topi hasil eksplorasi gerak satu persatu dengan iringan musik secara spontanitas, tanpa pengaturan urutan gerak, dan guru membimbing anak dengan mengingatkan gerakan yang tadi sudah dilakukan hasil eksplorasi.

(48)

42

Lakukan improvisasi gerak secara berulang-ulang sampai anak hafal bentuk gerak yang telah dihasilkan.

5. Penyusunan gerak

Guru membimbing anak dalam menyusun urutan gerak pribadi anak hasil eksplorasi dan improvisasi.

Guru membimbing anak melakukan gerakan yang sudah disusun dengan iringan musik.

Guru membimbing anak mengatur posisi (pola lantai) sesuai dengan ragam gerak.

Anak menampilkan tarian “Topi” hasil karya pribadi anak.

(49)

43 TARI TOPENG

Tujuan

Anak-anak belajar menggerakkan bagian tubuhnya. Topeng dipasangkan di wajah dan talinya diikatkan pada bagian belakang kepala. Menggerakkan tangan, diikuti dengan gerakan kepala, gerakan kaki, gerakan badan, dan gerakan lainnya.

Gerakan ini ditujukan untuk melatih kelincahan gerak anak, yang difokuskan pada kelincahan gerak tubuh, tangan, kepala, dan gerak kaki.

Media Yang Diperlukan

Video/gambar/cerita tentang Topeng

Properti berbagai macam karakter topeng

Musik iringan tari

(50)

44 Prosedur Pelaksanaan

1. Mengamati video atau bercerita tentang topeng, jenis topeng dan cara membuat topeng

2. Bantulah anak-anak untuk menggunakan topeng sesuai dengan karakter topeng yang disukai anak

3. Eksplorasi gerak

Ajaklah anak-anak untuk melakukan gerak tagan sambil menggerakkan kepala yang meggunakan topeng sesuai dengan imajinasi masing-masing anak dan diiringi musik.

melakukan gerakan berjalan maju dan mundur sambil menggerakkan kepala yang meggunakan topeng. Gerakan ini difokuskan untuk melatih kelincahan gerak leher, badan, tangan dan kaki.

melakukan gerakan berjalan membuat lingkaran, kepala mangangguk-angguk, tangan digerakkan. Gerakan ini difokuskan untuk melatih kelincahan gerak kepala, badan, tangan dan kaki.

melakukan gerakan topeng dibuka dan dipegang, sambil berjalan ke kanan dan kiri, tangan digerakkan. Gerakan ini fokus untuk melatih kelincahan gerak tangan, badan, kaki.

Guru mengarahkan anak untuk melakukan gerak yang lainnya

Minta anak untuk mengulang beberapa gerak Topeng yang sudah dilakukan anak, bisa beberapa anak melakukan gerak

(51)

45

yang sama, atau masing-masing berbeda sesuai dengan gerakan yang dipilih anak.

4. Improvisasi gerak

Anak diajak melakukan gerakan Topeng hasil eksplorasi gerak satu persatu dengan iringan musik secara spontanitas, tanpa pengaturan urutan gerak, dan guru membimbing anak dengan mengingatkan gerakan yang sudah dilakukan hasil eksplorasi.

Lakukan improvisasi gerak secara berulang-ulang sampai anak hafal bentuk gerak yang telah dihasilkan.

5. Penyusunan gerak

Guru membimbing anak dalam menyusun urutan gerak pribadi anak hasil eksplorasi dan improvisasi.

Guru membimbing anak melakukan gerakan yang sudah disusun dengan iringan musik.

(52)

46 TARI BERMAIN

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai pengembangan model olah gerak untuk kecerdasan kinestetik pada anak usia dini (Penelitian Tindakan Kelas

Setiap penari bisa saja mengekspresikan gerakan yang ia lakukan seperti meniru gerak binatang, kodok meloncat, burung terbang, ikan berenang, atau ia merasa memainkan peran seorang

PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK.. TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB

meminta anak untuk melakukan kegiatan memantulkan bola dan biasanya menggunakan bola dengan ukuran besar, sedang, atau pun kecil. Guru menjelaskan dan mendemonstrasikan

dimilikinya. Tentu saja dengan menyesuiakan dengan kemampuan anak dan orang tua masing-masing. Karena semakin lengkap layanan dan fasilitas yang diberikan akan

Mengenalkan bencana gunung meletus pada anak usia taman kanak-kanak salah satunya dengan cara melakukan eksperimen untuk meniru kejadian meletusnya gunung yang

Tersusun draf model pembelajaran jasmani adaptif untuk optimalisasi otak anak tunagrahita, yaitu dimulai dengan gerak untuk senam otak dengan diiringi musik dolanan anak dengan

Tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar anak usia dini dan gerakan-gerakan tari kreasi dikemas dalam sebuah tarian yang diiringi dengan irama musik sehingga akan