• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL 2 ANALISA LALU LINTAS JALAN

N/A
N/A
Muhammad Luthfi

Academic year: 2024

Membagikan "MODUL 2 ANALISA LALU LINTAS JALAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL 2

ANALISA LALU LINTAS JALAN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN,PERMUKIMAN, DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH

BANDUNG

2016

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-Nya Modul Diklat Perencanaan Teknik Perkerasan Jalan ini dapat diselesaikan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga modul ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta pendidikan dan pelatihan (Diklat) Perencanaan Teknik Perkerasan Jalan dalam rangka meningkatkan kemampuan aparatur sipil negara (ASN) khususnya yang tupoksinya berkaitan dengan Analisa Lalu Lintas. Dengan mengikuti seluruh modul dalam ini, para peserta akan dibekali dengan kemampuan untuk menganalisis dan merencanakan kegiatan yang berkaitan perencanaan teknik perkerasan jalan.

Kemampuan ini diharapkan akan membantu ASN dalam menjalankan perannya dalam merancang, membangun, dan merehabilitasi jalan di Indonesia.

Modul ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Bandung, 2016

Kepala Pusdiklat Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...ii

DAFTAR TABEL ... iiiii

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... iiv

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Deskripsi Singkat ... 1

C. Tujuan Pembelajaran Umum ... 2

D. Tujuan Pembelajaran Khusus ... 2

E. Pokok Bahasan ... 2

F. Estimasi Waktu ... 2

KEGIATAN BELAJAR 1 : ANALISA LALU LINTAS ... 3

1.1 Analisis Volume Lalu Lintas ... 3

1.2 Jenis Kendaraan ... 4

1.3 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas ... 4

1.4 Pengaruh Alihan Lalu Lintas (Traffic Diversion) ... 4

1.5 Faktor Distribusi Lajur dan Kapasitas Lajur ... 5

1.6 Perkiraan Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor = VDF) ... 5

1.7 Pengendalian Beban Sumbu ... 8

1.8 Beban Sumbu Standar ... 8

1.9 Sebaran Kelompok Sumbu Kendaraan niaga ... 8

1.10 Beban Sumbu Standar Kumulatif ... 8

1.11 Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah ... 9

1.12 RAFFIC MULTIPLIER – LAPISAN ASPAL ... 12

RANGKUMAN ... 14

LATIHAN SOAL ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 19

GLOSARIUM ... 20

LAMPIRAN ... 21

(4)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 - Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i) Minimum untuk Desain ... 4

Tabel 2 - Faktor Distribusi Lajur (DL) ... 5

Tabel 3 - Ketentuan Cara Pengumpulan Data Beban Lalu Lintas ... 7

Tabel 4 – VDF Gabungan ... 7

Tabel 5 - Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah ... 10

Tabel 6 - Klasifikasi Kendaraan dan Nilai VDF Standar ... 11

(5)

iv 1. Baca pendahuluan modul untuk mengetahui latar belakang, deskripsi singkat, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi dan sub materi, dan estimasi waktu modul ini.

2. Baca dan pelajari dengan seksama setiap kegiatan belajar yang ada dalam modul ini.

3. Kerjakan setiap latihan soal untuk meningkatkan pemahaman peserta mengenai materi yang disampaikan.

4. Apabila peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi dan mengerjakan soal modul ini, peserta dapat berdiskusi dengan teman atau Widyaiswara yang bersangkutan.

(6)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk memperhitungkan/ merancang Tebal Perkerasan Jalan, diperlukan hitungan perancangan volume lalulintas pada periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam istilah lalulintas rancangan (Design Traffic.). Pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan, mencakup besarnya beban gandar, konfigurasi dan jumlah pengulangan beban atau jumlah beban gandar total.

Dalam perancangan perkerasan jalan baru, estimasi volume lalulintas pada saat jalan dibuka pertama kali sangat penting, untuk ini dibutuhkan data survey lalulintas yaitu pencatatan kendaraan yang lewat untuk arah yang berbeda dengan memperhatikan jenis kendaraannya.

Data dan parameter lalulintas yang diperlukan untuk perancangan tebal perkerasan meliputi : Volume Lalu Lintas, Jenis Kendaraan, Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas, Pengaruh Alihan Lalu Lintas (Traffic Diversion), Faktor Distribusi Lajur dan Kapasitas Lajur, Perkiraan Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor), Pengendalian Beban Sumbu, Beban Sumbu Standar, Sebaran Kelompok Sumbu Kendaraan niaga, Perkiraan Lalu Lintas Volume Rendah.

Rancangan lalu lintas tersebut akan mempengaruhi tebal perkerasan jalan karena beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas akan dipikul oleh perkerasan jalan yang harus diperhitungkan sehingga kontruksi jalan tersebut kuat menahan beban lalu lintas yang terjadi.

B. Deskripsi Singkat

Mata Diklat ini menjelaskan tentang analisa lalulintas untuk perhitungan perkerasan jalan, meliputi , Volume Lalu Lintas, Jenis Kendaraan , Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas , Pengaruh Alihan Lalu Lintas (Traffic Diversion), Faktor Distribusi Lajur dan Kapasitas Lajur, Perkiraan Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor), Pengendalian Beban Sumbu, Beban Sumbu Standar, Sebaran Kelompok Sumbu Kendaraan niaga, Perkiraan Lalu Lintas Volume Rendah.

(7)

2 Setelah selesai mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan mampu memahami analisa lalulintas untuk perhitungan perkerasan jalan.

D. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah selesai mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan mampu memahami dan menghitung analisa lalulintas untuk perhitungan perkerasan jalan, meliputi , Volume Lalu Lintas, Jenis Kendaraan , Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas , Pengaruh Alihan Lalu Lintas (Traffic Diversion), Faktor Distribusi Lajur dan Kapasitas Lajur, Perkiraan Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor), Pengendalian Beban Sumbu, Beban Sumbu Standar, Sebaran Kelompok Sumbu Kendaraan niaga, Perkiraan Lalu Lintas Volume Rendah.

E. Pokok Bahasan

a. Volume Lalu Lintas,Jenis Kendaraan,Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas b. Pengaruh Alihan Lalu Lintas (Traffic Diversion)

c. Faktor Distribusi Lajur dan Kapasitas Lajur

d. Perkiraan Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor) e. Pengendalian Beban Sumbu, Beban Sumbu Standar f. Sebaran Kelompok Sumbu Kendaraan niaga

g. Perkiraan Lalu Lintas Volume Rendah.

F. Estimasi Waktu

6 jam pelajaran x 45 menit = 270 menit

(8)

Desain Teknik Perkerasan Jalan 3

1 KEGIATAN BELAJAR 1

ANALISA LALU LINTAS

1.1 Analisis Volume Lalu Lintas

Analisis volume lalu lintas didasarkan pada survey faktual. Untuk keperluan desain, volume lalu lintas dapat diperoleh dari :

1. Survey lalu lintas aktual, dengan durasi minimal 7 x 24 jam. Pelaksanaan survey agar mengacu pada Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas dengan cara Manual Pd T-19-2004-B atau dapat menggunakan peralatan dengan pendekatan yang sama.

2. Hasil – hasil survey lalu lintas sebelumnya.

3. Untuk jalan dengan lalu lintas rendah dapat menggunakan nilai perkiraan dari nomor 1.11 Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah.

Dalam analisis lalu lintas, terutama untuk penentuan volume lalu lintas pada jam sibuk dan lintas harian rata – rata tahunan (LHRT) agar mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). LHRT yang dihitung adalah untuk semua jenis kendaraan kecuali sepeda motor ditambah 30% jumlah sepeda motor.

Sangat penting untuk memperkirakan volume lalu lintas yang realistis. Terdapat kecenderungan secara historis untuk menaikkan data lalu lintas serta meningkatkan analisa Benefit Cost Ratio dan justifikasi ekonomi. Hal ini tidak boleh dilakukan untuk kebutuhan apapun. Desainer (perancang Perkerasan jalan) harus

Indikator Keberhasilan :

Peserta mampu menjelaskan komponen analisa lalu lintas.

(9)

Desain Teknik Perkerasan Jalan 4 membuat survey secara independen untuk memverifikasi data lalu lintas jika terdapat keraguan terhadap data.

1.2 Jenis Kendaraan

Sistem klasifikasi kendaraan dinyatakan di dalam Tabel 6. Dalam melakukan survey lalu lintas harus menggunakan pembagian jenis kendaraan dan muatannya seperti yang tertulis di dalam tabel tersebut.

1.3 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas

Faktor pertumbuhan lalu lintas didasarkan pada data – data pertumbuhan historis atau formulasi korelasi dengan faktor pertumbuhan lain yang valid, bila tidak ada maka pada Tabel 1 digunakan sebagai nilai minimum.

Tabel 1 - Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i) Minimum untuk Desain

2011 – 2020 > 2021 – 2030

arteri dan perkotaan (%) 5 4

Kolektor rural (%) 3.5 2.5

Jalan desa (%) 1 1

Sumber : Manual desain perkerasan jalan Nomor 02/M/BM/2013

Untuk menghitung pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana dihitung sebagai berikut:

Keterangan

R : faktor pengali pertumbuhan lalu lintas I : tingkat pertumbuhan tahunan (%) UR : umur rencana (tahun)

1.4 Pengaruh Alihan Lalu Lintas (Traffic Diversion)

Untuk analisis lalu lintas pada ruas jalan yang didesain harus diperhatikan faktor alihan lalu lintas yang didasarkan pada analisis secara jaringan dengan

R= (1+0,01i)UR-1 0,01i

(10)

Modul Analisa Lalu Lintas

Desain Teknik Perkerasan Jalan 5

memperhitungkan proyeksi peningkatan kapasitas ruas jalan yang ada atau pembangunan ruas jalan baru dalam jaringan tersebut, dan pengaruhnya terhadap volume lalu lintas dan beban terhadap ruas jalan yang didesain.

1.5 Faktor Distribusi Lajur dan Kapasitas Lajur

Faktor distribusi lajur untuk kendaraan niaga(truk dan bus) ditetapkan dalam Tabel 2 Beban rencana pada setiap lajur tidak boleh melamp aui kapasitas lajur pada setiap tahun selama umur rencana. Kapasitas lajur mengacu kepada Permen PU No.19/PRT/M/2011 mengenai Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan berkaitan Rasio Volume Kapasitas (RVK) yang harus dipenuhi.

Kapasitas lajur maksimum agar mengacu pada MKJI.

Tabel 2 - Faktor Distribusi Lajur (DL)

Jumlah Lajur setiap arah

Kendaraan niaga pada lajur rencana (% terhadap populasi kendaraan niaga)

1 100

2 80

3 60

4 50

Sumber : Manual desain perkerasan jalan Nomor 02/M/BM/2013

1.6 Perkiraan Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor = VDF)

VDF adalah perbandingan antara daya rusak oleh muatan sumbu suatu kendaraan terhadap daya rusak oleh beban sumbu standar. Perbandingan ini tidak linier, melainkan exponensial sbb:

(11)

Desain Teknik Perkerasan Jalan 6 Penambahan beban sumbu pada single axle dual wheel menjadi 2 kali Beban Standar, akan mengakibatkan pertambahan daya rusak sebanyak 16 kali. Jika Beban sumbu menjadi 3 kali, maka daya rusak menjadi 81 kali

Perhitungan beban lalu lintas yang akurat sangatlah penting. Beban lalu lintas tersebut diperoleh dari :

1. Studi jembatan timbang (timbang statis) lainnya khusus untuk ruas jalan yang didesain;

2. Studi jembatan timbang yang pernah dilakukan sebelumnya dan dianggap cukup representatif untuk ruas jalan yang didesain;

3. Menggunakan Tabel 6

4. Data WIM Regional yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Teknik.

Ketentuan untuk cara pengumpulan data beban lalu lintas dapat dilihat dalam Tabel 3.

(12)

Modul Analisa Lalu Lintas

Desain Teknik Perkerasan Jalan 7

Tabel 3 - Ketentuan Cara Pengumpulan Data Beban Lalu Lintas

Spesifikasi Penyediaan

Prasarana Jalan Sumber Data Beban Lalu Lintas

Jalan Bebas Hambatan 1 atau 21

Jalan Raya 1 atau 2 atau 4

Jalan Sedang 1 atau 2 atau 3 atau 4 Jalan Kecil 1 atau 2 atau 3 atau 4

Sumber : Manual desain perkerasan jalan Nomor 02/M/BM/2013

Data yang diperoleh dari metode 1,2 atau 4 harus menujukkan konsistensi dengan data pada Tabel 6.

Jika survey beban lalu lintas menggunakan sistem timbangan portable, maka sistem tersebut harus mempunyai kapasitas beban satu pasangan roda minimum 18 ton atau kapasitas beban satu sumbu minimum 35 ton.Data yang diperoleh dari sistem Weigh in Motion hanya bisa digunakan bila alat timbang tersebut telah dikalibrasi secara menyeluruh terhadap data jembatan timbang.

LAMPIRAN B memberikan prosedur sederhana untuk menentukan karakteristik nilai rata – rata faktor ekivalen beban (VDF) untuk setiap kendaraan niaga.

Dengan menggunakan MDP 2013 Revisi maka untuk menetapkan VDF dapat menggunakan VDF gabungan seperti terlihat pada tabel 4 yang berdasarkan dari hasil penelitian dari beberapa daerah yang tersebar di Indonesia yaitu ; Jawa, Sumatra, Kalimatan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

Tabel 4 – VDF Gabungan

Sumber : Manual desain perkerasan jalan Nomor 02/M/BM/2013

1Untuk kasus alinyemen baru dimana tidak ada jalan eksisting.

(13)

Desain Teknik Perkerasan Jalan 8 1.7 Pengendalian Beban Sumbu

Untuk keperluan desain, tingkat pembebanan saat ini (aktual) diasumsikan berlangsung sampai tahun 2020. Setelah tahun 2020, diasumsikan beban berlebih terkendali dengan beban sumbu nominal 120 kN. Bina Marga dapat menentukan waktu implementasi efeketif alternatif dan mengendalikan beban ijin kapan saja.

1.8 Beban Sumbu Standar

Beban sumbu 100 kN diijinkan di beberapa ruas yaitu untuk ruas jalan Kelas I.

Namun demikian nilai CESA selalu ditentukan berdasarkan beban sumbu standar 80 kN.

1.9 Sebaran Kelompok Sumbu Kendaraan niaga

Dalam pedoman desain perkerasan kaku Pd T-14-2003,desain perkerasan kaku didasarkan pada distribusi kelompok sumbu kendaraan niaga (heavy vehicle axle group HVAG) dan bukan pada nilai CESA. Karakteristik proporsi sumbu dan proporsi beban untuk setiap kelompok sumbu dapat menggunakan data hasil survey jembatan timbang atau mengacu pada LAMPIRAN A .Sebaran kelompok sumbu digunakan untuk memeriksa hasil desain dengan pedoman desain Pd T-14- 2003.

1.10 Beban Sumbu Standar Kumulatif

Beban sumbu standar kumulatif atau Cumulative Equivalent Single Axle Load (CESA) merupakan jumlah kumulatif beban sumbu lalu lintas rencana pada lajur rencana selama umur rencana, yang ditentukan sebagai :

Keterangan :

ESATH-1 : lintasan sumbu standar ekivalen (equivalent standard axle) rata-rata per hari pada tahun pertama

ESATH-1 = (ΣJenis Kendaraan LHRT x VDFJK) x DL

CESA = ESATH-1 x 365 x R

(14)

Modul Analisa Lalu Lintas

Desain Teknik Perkerasan Jalan 9

LHRT : lintas harian rata – rata tahunan untuk jenis kendaraan niaga tertentu pada lajur rencana

VDFJK : Vehicle Damage Factor untuk jenis kendaraan tertentu DL : Faktor distribusi lajur (Tabel 2)

CESA : Kumulatif beban sumbu standar ekivalen selama umur rencana

R : faktor pengali pertumbuhan lalu lintas

Keterangan

R : faktor pengali pertumbuhan lalu lintas I : tingkat pertumbuhan tahunan (%) UR : umur rencana (tahun)

1.11 Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah

Untuk jalan dengan lalu lintas rendah, jika data lalu lintas tidak tersedia atau diperkirakan terlalu rendah untuk mendapatkan desain yang aman, maka nilai perkiraan dalam Tabel berikut dapat digunakan :

R= (1+0,01i)UR-1 0,01i

(15)

Desain Teknik Perkerasan Jalan 10

Tabel 5 - Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah (Kasus Beban Berlebih)

Deskripsi Jalan

LHRT dua arah

Kend berat (%

dari lalu lintas)

Umur Rencana

(th)

Pertumbuhan Lalu Lintas

(%)

Pertumbuhan lalu lintas kumulatif

Kelompok Sumbu/

Kendaraan Berat

Kumulatif HVAG

ESA/HVAG (overloaded)

Lalin Desain Indikatif (Pangkat 4) Overloaded Jalan desa

minor dg akses kendaraan berat terbatas

30 3 20 1 22 2 14.454 3,16 4,5 x 104

Jalan kecil 2

arah 90 3 20 1 22 2 21.681 3,16 7 x 104

Jalan lokal 500 6 20 1 22 2,1 252.945 3,16 8 x 105

Akses lokal daerah industri atau

quarry

500 8 20 3.5 28,2 2,3 473.478 3,16 1,5 x 106

Jalan kolektor 2000 7 20 3.5 28,2 2,2 1.585.122 3,16 5 x 106

Sumber : Manual desain perkerasan jalan Nomor 02/M/BM/2013

(16)

Modul Analisa Lalu Lintas

Desain Teknik Perkerasan Jalan 11

Tabel 6 - Klasifikasi Kendaraan dan Nilai VDF Standar

Jenis Kendaraan

Uraian Konfigurasi sumbu

Muatan2 yang diangkut

Kelom pok sumbu

Distribusi tipikal (%) Faktor Ekivalen Beban (VDF) (ESA / kendaraan) Semua

kendaraan bermotor

Semua kendaraan

bermotor kecuali sepeda motor Klasifi

kasi Lama

Alterna tif

VDF4

Pangkat 4

VDF5

Pangkat 5

1 1 Sepeda Motor 1.1 2 30.4

2 , 3, 4 2, 3, 4 Sedan / Angkot / pickup / station wagon 1.1 2 51.7 74.3

KENDARAAN NIAGA

5a 5a Bus kecil 1.2 2 3.5 5.00 0.3 0.2

5b 5b Bus besar 1.2 2 0.1 0.20 1.0 1.0

6a.1 6.1 Truk 2 sumbu–cargoringan 1.1 muatan umum 2

4.6 6.60

0.3 0.2

6a.2 6.2 Truk 2 sumbu- ringan 1.2 tanah, pasir, besi, semen 2 0.8 0.8

6b1.1 7.1 Truk 2 sumbu–cargo sedang 1.2 muatan umum 2

- -

0.7 0.7

6b1.2 7.2 Truk 2 sumbu- sedang 1.2 tanah, pasir, besi, semen 2 1.6 1.7

6b2.1 8.1 Truk 2 sumbu- berat 1.2 muatan umum 2

3.8 5.50

0.9 0.8

6b2.2 8.2 Truk 2 sumbu- berat 1.2 tanah, pasir, besi, semen 2 7.3 11.2

7a1 9.1 Truk 3 sumbu - ringan 1.22 muatan umum 3

3.9 5.60

7.6 11.2

7a2 9.2 Truk 3 sumbu - sedang 1.22 tanah, pasir, besi, semen 3 28.1 64.4

7a3 9.3 Truk 3 sumbu - berat 1.1.2 3 0.1 0.10 28.9 62.2

7b 10 Truk 2 sumbudan trailer penarik 2 sumbu 1.2-2.2 4 0.5 0.70 36.9 90.4

7c1 11 Truk 4 sumbu - trailer 1.2 - 22 4 0.3 0.50 13.6 24.0

7c2.1 12 Truk 5 sumbu- trailer 1.22 - 22 5

0.7 1.00

19.0 33.2

7c2.2 13 Truk 5 sumbu- trailer 1.2 - 222 5 30.3 69.7

7c3 14 Truk 6 sumbu- trailer 1.22 - 222 6 0.3 0.50 41.6 93.7

Catatan : Data didasarkan pada survey beban lalu lintas Arteri Pulau Jawa – 2011. Lihat hasil survey WIM 2011 untuk informasi lebih lanjut Sumber : Manual desain perkerasan jalan Nomor 02/M/BM/2013

2Perhitungan lalu lintas untuk desain perkerasan harus meliputi semua kelas kendaraan dalam daftar dengan sub kelompok muatan seperti yang dicantumkan.

(17)

Desain Teknik Perkerasan Jalan 12 1.12 RAFFIC MULTIPLIER – LAPISAN ASPAL

Untuk perkerasan lentur, kerusakan yang disebabkan lalu lintas rencana dinyatakan dalam ekivalen Sumbu Standar 80 kN. Berdasarkan jalan percobaan AASHTO, faktor ekivalen beban dihitung sebagai berikut:

( ) Keterangan

Lij : beban pada sumbu atau kelompok sumbu

SL : beban standar untuk sumbu atau kelompok sumbu (nilai SL mengikuti ketentuan dalam pedoman desain Pd T-05-2005).

Kinerja perkerasan lentur dipengaruhi oleh sejumlah faktor,namun tidak semua faktor tersebut tercakup di dalam persamaan diatas. Misalnya faktor kelelahan.Hubungan kelelahan lapisan aspal (asphalt fatigue) untuk lapis beraspal tebal berkaitan dengan regangan (strain) sebagaimana terlihat dalam persamaan berikut:

(

) Keterangan

RF = tingkat kepercayaan (diambil nilai 1 untuk reliabilitas 95%) Vb = volume bitumen

Smix = kekakuan aspal

μɛ = regangan

Kerusakan yang diakibatkan oleh lalu lintas yang dinyatakan dalam ESA4 memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan kerusakan akibat kelelahan lapisan aspal (asphalt fatigue) akibat overloading yang signifikan. Traffic multiplier (TM) digunakan untuk mengoreksi ESA4 akibat kelelahan lapisan aspal:

Kerusakan lapisan aspal = ESAaspal = ESA5

= TMlapisan aspal x ESA4

Keterangan

(18)

Modul Analisa Lalu Lintas

Desain Teknik Perkerasan Jalan 13

ESAaspal = jumlah pengulangan sumbu standar untuk desain lapisan aspal

total dengan tebal lebih besar dari 50 mm (tidak berlaku untuk lapisan yang tipis).

ESA4 = jumlah pengulangan sumbu standar dihitung dengan menggunakan rumus pangkat 4 yang digunakan untuk desain Pondasi jalan.

Nilai TM kelelahan lapisan aspal (TM lapisan aspal) untuk kondisi pembebanan yang berlebih di Indonesia adalah berkisar 1,8 - 2. Niai yang akurat berbeda-beda tergantung dari beban berlebih pada kendaraan niaga di dalam kelompok truk.

LAMPIRAN B memberikan dasar untuk VDF kelompok kendaraan dan perhitungan TM untuk Indonesia.

Nilai CESA tertentu (pangkat 4) untuk desain perkerasan lentur harus dikalikan dengan nilai TM untuk mendapatkan nilai CESA5, CESA5 = (TM x CESA4).

Sama halnya juga untuk mengakomodasi deformasi tanah dasar dan lapis perkerasan dengan pengikat semen juga mengikuti aturan pangkat 7 dan pangkat 12 (berurutan), sehingga juga dibutuhkan penggunaan faktor TM untuk desain mekanistik.

Chart Desain dalam manual ini didasarkan pada nilai CESA pangkat 4 dan 5 yang sesuai. Karena itu sangat penting untuk menggunakan nilai CESA yang benar sebagai masukan dalam penggunaan Chart Desain.

 Pangkat 4 digunakan untuk chart desain pelaburan tipis (DBST) dan perkerasan tanpa penutup

 Pangkat 5 digunakan untuk perkerasan lentur

 Chart Desain perkerasan kaku membutuhkan jumlah kelompok sumbu kendaraan berat dan bukan nilai CESA

 Nilai TM dibutuhkan hanya untuk desain dengan CIRCLY

(19)

Desain Teknik Perkerasan Jalan 14

RANGKUMAN

Untuk mengetahui jumlah lalu lintas harian rata rata tahunan diperoleh dari survey lalu lintas aktual dengan durasi 7 x 24 jam dan mengacu Manual Pd T-19-2004-B, bisa juga dari hasil-hasil survey lalulintas sebelumnya, melalui survey lalu lintas tersebut akan diperoleh lalu lintas harian rata-rata (LHR).

Dalam melakukan survey lalu lintas harus membagi jenis-jenis kendaraan dan muatannya seperti tabel.

Selajutnya untuk menghitung pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana dihitung dengan rumus :

Keterangan

R : faktor pengali pertumbuhan lalu lintas I : tingkat pertumbuhan tahunan (%) UR : umur rencana (tahun)

Menentukan i (tingkat pertumbuhan tahunan ) bisa diambil dari tabel. 1, sedangkan umur rencana di tetapkan sesuai dengan rencana konstruksi perkerasan jalan. Faktor pengali pertumbuhan lalu lintas diatas akan digunakan menghitung besaran ESA dengan rumus :

Keterangan :

ESATH-1 : lintasan sumbu standar ekivalen (equivalent standard axle) rata-rata per hari pada tahun pertama

LHRT : lintas harian rata – rata tahunan untuk jenis kendaraan niaga tertentu pada lajur rencana

VDFJK : Vehicle Damage Factor untuk jenis kendaraan tertentu DL : Faktor distribusi lajur Adapun untuk menghitung CESA

R= (1+0,01i)UR-1 0,01i

ESATH-1 = (ΣJenis Kendaraan LHRT x VDFJK) x DL

(20)

Modul Analisa Lalu Lintas

Desain Teknik Perkerasan Jalan 15

Adapun untuk menghitung CESA

Keterangan :

CESA : Kumulatif beban sumbu standar ekivalen selama umur rencana

R : faktor pengali pertumbuhan lalu lintas

Dengan telah diketahuinya jumlah CESA selanjutnya dapat menentukan prosedur perhitungan tebal perkerasan menggunakan bagan yang terdapat pada Manual Desain Perkerasan Jalan.

CESA = ESATH-1 x 365 x R

(21)

Desain Teknik Perkerasan Jalan 16

LATIHAN SOAL

Diketahui :

1. Suatu jalan dua lajur - dua arah akan dibangun di Pulau Sumatera;

2. Lintas Harian rata-rata jalan tersebut adalah seperti ditunjukkan didalam tabel dibawah ini;

6. Data Lalu Lintas

Kendaraan ringan 2T : 500 Kendaraan

Bus 8T : 100 Kendaraan

Truk 2 As 13 T : 50 Kendaraan

Truk 3 As 20 T : 30 Kendaraan

Truk 5 As 30 T : 20 Kendaraan

7. Tanah dengan jenis lempung kepasiran.

8. Finish Surface Level < 1000 mm

Tentukan :

1. Beban Lalu Lintas untuk Umur Rencana 20 Tahun;

3. Angka pertumbuhan lalu lintas adalah 3% per tahun. Selama 5 tahun pertama diperkirakan masih berlaku kelebihan muatan kendaraan (Overload);

4. Mulai tahun ke-6 diperkirakan peraturan mengenai batasan beban kendaraan dapat ditegakkan sepenuhnya sehingga secara umum kasus kelebihan muatan tidak terjadi;

5. Jalan terletak pada medan yang rata dengan gesekan samping (side friction) sedang, lebar jalur lalu lintas 7 m dan bahu jalan 2 x 1,5 m.

Diketahui : 1. Suatu jalan dua lajur - dua arah akan dibangun di Pulau Sumatera;

2. Lintas Harian rata-rata jalan tersebut adalah seperti ditunjukkan didalam tabel dibawah ini;

6. Data Lalu Lintas

Kendaraan ringan 2T : 500 Kendaraan

Bus 8T : 100 Kendaraan

Truk 2 As 13 T : 50 Kendaraan

Truk 3 As 20 T : 30 Kendaraan

Truk 5 As 30 T : 20 Kendaraan

7. Tanah dengan jenis lempung kepasiran.

8. Finish Surface Level < 1000 mm

Tentukan : 1. Beban Lalu Lintas untuk Umur Rencana 20 Tahun;

3. Angka pertumbuhan lalu lintas adalah 3% per tahun. Selama 5 tahun pertama diperkirakan masih berlaku kelebihan muatan kendaraan (Overload);

4. Mulai tahun ke-6 diperkirakan peraturan mengenai batasan beban kendaraan dapat ditegakkan sepenuhnya sehingga secara umum kasus kelebihan muatan tidak terjadi;

5. Jalan terletak pada medan yang rata dengan gesekan samping (side friction) sedang, lebar jalur lalu lintas 7 m dan bahu jalan 2 x 1,5 m.

(22)

Modul Analisa Lalu Lintas

Desain Teknik Perkerasan Jalan 17

I.2 Tentukan beban lalu lintas untuk umur rencana 20 tahun.

Data WIM tidak tersedia Gunakan VDF Regional (MDP Bagian 1: Tabel 4.1)

Langkah - 1: Hitung volume lalu lintas kendaraan niaga

Jumlah kendaraan bermotor roda 4 atau lebih (sepeda motor tidak termasuk) : 700 Jumlah kendaraan niaga (dengan 6 roda tau lebih dan berat kosong minimum 2,5 ton): 200 Persentase Kendaraan Niaga (PKN) : (200/700) × 100% = 29 %

Langkah - 2: Dapatkan nilai VDF.

Untuk Pulau Sumatera VDF5 beban berlebih dan beban normal masing-masing adalah 8.8 dan 4.4 (rujuk Tabel 4.1 – MDP Bagian – 1)

Langkah – 3: Hitung Kumulatif ESA pada tahun pertama dan tahun ke-6

•ESAth 1 = LHRT x 365 x 0.5 x PKN x VDF5

= 700 x 365 x 0,5 x 0,29 x 8.8

= 326,018

•LHRT tahun ke-6 = LHRTth-1 x (1 + r)(6-1) = 700 x 1.035 = 812

•ESAth 6 = LHRT6 x 365 x 0.5 x PKN x VDF5

= 812 x 365 x 0,50 x 0,29 x 4,4

= 189,090

Langkah – 5: Hitung CESAL untuk 5 tahun pertama dan 15 tahun berikutnya.

CESA5th = ESAth-1 x R = 326,018 x 5,31 = 1,731,156 CESA15th = ESAth-6 x R = 189,090 x 18,06 = 3,414,973

Total CESAL untuk umur rencana 20 tahun = 1.731.156 + 3.414.973 = 5,146,129 » 5.200.000

Penyelesaian :

Langkah – 4: Hitung factor pertumbuhan, R, untuk 5 tahun pertama (periode beban berlebih) dan 15 tahun berikutnya dengan angka pertumbuhan i = 3% per tahun.

Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi

Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua

VDF 4 VDF 5 VDF 4 VDF 5 VDF 4 VDF 5 VDF 4 VDF 5 VDF 4 VDF 5

Normal MST 12T 3.4 4.4 4.5 5.9 3.6 5.0 3.3 4.3 2.6 3.1 Beban berlebih 5.4 8.8 7.2 12.0 5.2 9.2 6.0 10.0 3.1 4.2 Beban sangat

berlebih* 8.6 18.9 10.0 18.5 7.5 15.2 7.5 14.5 - -

(23)

Desain Teknik Perkerasan Jalan 18

I.3 Periksa nisbah volume terhadap kapasitas jalan (V/C) pada akhir umur rencana (20 th) Langkah – 6: Tentukan kapasitas jalan (C). Rujuk MKJI untuk menentukan:

(i) kapasitas dasar jalan dua arah (C0) ; (ii) Satuan Mobil Penumpang (EMP) dari masing-masing golongan

kenderaan; (iii) Faktor penyesuaian lebar (FCw); (iv) Faktor penyesuaian arah lau lintas (FCSP); (v) Faktor penyesuaian gesekan samping (FCSF). Sejumlah tabel yang diperlukan untuk menghitung kapasitas (luar

kota) dapat dilihat di dalam Lampiran I-1.

C0 = 3100 SMP (tabel c-1-2) Datar : FCw = 1.0 ( tabel C-2:1) ; FCSP = 1.0 ( tabel C-3:1);

FCSF = 0,94 ( tabel C-:1)

C = C0 x FCW x FCSP x FCSF = 3100 x 1 x 1 x 0,94 = 2914 SMP

Langkah – 7: Tentukan LHRT pada akhir tahun ke-20.

•Jenis kendaraan LHRTi EMPi EMPi x LHRTi LHRTT20th

Kendaraan ringan 2T 500 1 500 875

Bus 8T 100 1.5 150 263

Truk 2 As 13 T 50 2.2 110 193

Truk 3 As 20 T 30 2.2 66 116

Truk 5 As 30 T 20 2.2 44 77

AADT1st year 870 1524

= 500 (1 + 0,03) 20-1 = 875

Langkah – 8: Tentukan arus lalu lintas pada jam sibuk pada tahun ke 20.

Dengan asumsi bahwa arus lalu lintas pada jam sibuk sama dengan 10% LHRT -->

= 1524 x 10% = 153 kendaraan per jam

Langkah – 9: V/C ratio pada tahun ke-20 = 153/2914 = 0.05 < 0.85 --> Ok, kapasitas belum terlampaui pada tahun ke-20.

(24)

Desain Teknik Perkerasan Jalan 19

DAFTAR PUSTAKA

Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor: 02/M/BM/2013

Pedoman Desain Tebal Perkerasan Jalan lentur : PD.T-01-2002-B Pedoman Desain Tebal Perkerasan Jalan Kaku : PD.T-14-2003

Pedoman Desain Perkerasan Lentur dengan Metode Lendutan Austroads : PD.T-05- 2005

Pedoman Survei Pencacahan Lalu-lintas dengan cara Manual PD.T-19-2004-B Austroads, Pavement Design,A Guide to the Struktural Design of Pavements, 2008 Austroads, Pavement Design,A Guide to the Struktural Design of Pavements, 2008

(25)

Desain Teknik Perkerasan Jalan 20

GLOSARIUM

(Design Traffic.).lalulintas rancangan

(Traffic Diversion), Pengaruh Alihan Lalu Lintas

(Vehicle Damage Factor = VDF),Faktor Ekivalen Beban (LHRT) lintas harian rata – rata tahunan)

(MKJI)Manual Kapasitas Jalan Indonesia

Cumulative Equivalent Single Axle Load (CESA) = Beban sumbu standar kumulatif

(26)

LAMPIRAN

(27)

Desain Teknik Perkerasan Jalan 22

LAMPIRAN A

Distribusi Beban Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga untuk Jalan Lalu Lintas Berat

(untuk desain perkerasan kaku)

TERMASUK BUS – Halaman 1 dari 2 Beban

kelompok Sumbu

Jenis Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga

STRT STRG STdRT STdRG STrRG

(kN) Kelompok sumbu sebagai persen dari kendaraan niaga

10 - 20 7.6

20 - 30 16.5 0.2

30 - 40 18.4 0.5

40 - 50 11.8 1.1

50 - 60 19.0 2.2

60 - 70 7.6 4.9

70 - 80 10.2 7.4

80 - 90 0.7 6.9

90 - 100 1.1 2.6

100 - 110 1.8 1.8

110 - 120 1.6 0.3

120 - 130 3.0 0.1

130 - 140 3.3 1.8 0.4

140 - 150 1.5 1.8 0.7

150 - 160 0.3 1.8 1.0

160 - 170 3.6 1.1

170 - 180 0.1 1.1

180 - 190 0.5

190 - 200 1.6

200 - 210 0.4 2.7 0.13

210 - 220 2.4 0.8

220 - 230 0.1 1.0

230 - 240 0.1 0.9

240 - 250 0.7

250 - 260 0.3

260 - 270 1.9

270 - 280 1.0

(28)

Lampiran

Desain Teknik Perkerasan Jalan 23

Beban kelompok

Sumbu

Jenis Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga

STRT STRG STdRT STdRG STrRG

(kN) Kelompok sumbu sebagai persen dari kendaraan niaga

280 - 290 1.2

290 - 300 0.1

300 - 310

310 - 320 0.7 0.13

320 - 330 0.4 0.13

330 - 340

(29)

Desain Teknik Perkerasan Jalan 24 Beban

kelompok Sumbu

Jenis Kelompok Sumbu

STRT STRG STdRT STdRG STrRG

(kN) Kelompok sumbu sebagai persen dari kendaraan niaga

340 - 350

350 - 360 0.4

360 - 370

370 - 380 0.9 0.13

380 - 390 0.4

390 - 400 0.26

400 - 410 0.26

410 - 420 0.13

420 - 430

430 - 440

440 - 450 0.40

450 - 460 0.13

460 - 470

470 - 480 0.13

480 - 490

490 - 500

500 - 510

510 - 520 0.13

520 - 530

530 - 540

540 - 550

550 - 560 0.13

Proporsi Sumbu

55.8% 26.4% 4.3% 12.2% 1.3%

Catatan:

Berlaku untuk perhitungan desain ketebalan pelat perkerasan kaku.

Sumber data RSDP3 Activity #201 studi sumbu kendaraan niaga di Demak , Jawa Tengah Tahun 2011 (PANTURA)

(30)

Lampiran

Desain Teknik Perkerasan Jalan 25

Catatan :

STRT : Sumbu tunggal roda tunggal STRG : Sumbu tunggal roda ganda STdRT : Sumbu tandem roda tunggal STdRT : Sumbu tandem roda ganda STrRG : Sumbu tridem roda ganda

(31)

Desain Teknik Perkerasan Jalan 26 LAMPIRAN B

KalkulatorFaktor Ekivalen Beban (VDF) untuk Kendaraan Niaga

Tersedia lembar kerja excel yang digunakan untuk menentukan VDF kumulatif (CESA 4 and5) dan nilai TM dari LHRT hasil survey lalu lintas. Perhitungan lalu lintas harus termasuk semua jenis kendaraan. Akurasi terbaik dapat diperoleh jika jenis kargo diidentifikasikan pada saat survey.

(32)

TIM PENYUSUN

Dr. Ir. TB Hisni, M.Si Ir. Ajang Zaenal Affandi, MT

Ir. Eduard Pauner, MT Ir. Saktyanu PSD, M.Eng.Sc

Ir. Herjanto Djaelan Ir. Adiwijaya, PhD Ir. Tontro Prastowo, M.Eng.Sc

Gambar

Tabel 2 - Faktor Distribusi Lajur (D L )
Tabel 4 – VDF Gabungan
Tabel 3 - Ketentuan Cara Pengumpulan Data Beban Lalu Lintas
Tabel 5 - Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah   (Kasus Beban Berlebih)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan umur sisa jalan berdasarkan data volume Lalu Lintas Harian Rata-. rata (LHR) dari Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kendaraan yang diamati adalah kendaraan ringan (Light Vehicle). Universitas Kristen Maranatha.. Lokasi yang dipilih adalah Bottle Neck pada lajur 2 di Jalan Dr Djunjunan. Bandung. BAB

Lalu Lintas Harian rata-rata (LHR) adalah jumlah rata-rata lalu lintas kendaraan bermotor yang dicatat selama 24 jam sehari untuk kedua jurusan setiap jenis kendaraan ditentukan

Dari cara memperoleh data tersebut dikenal dua jenis lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) dan lalu lintas harian rata-rata. LHRT adalah jumlah lalu

Besarnya lalu lintas harian rata-rata diperlukan untuk menentukan jumlah dan lebar jalur jalan dalam penentuan karakteristik geometrik, sedangkan untuk jenis

Dari lalu lintas harian rata-rata (LHR) yang didapatkan kita dapat merencanakan tebal perkerasan. Untuk merencanakan teknik jalan baru, survey lalu lintas tidak dapat

satuan perusakan perkerasan oleh kendaraan (vehicle damaging factor) ditetapkan berdasarkan kondisi lalu lintas aktual yang diukur langsung dan dinyatakan

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, beberapa parameter yang berpengaruh dalam penentuan tebal perkerasan metode Bina Marga adalah lalu lintas harian