• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL K3-PETUNJUK PRAKTIKUM

N/A
N/A
Nabila Khairunnisa

Academic year: 2023

Membagikan "MODUL K3-PETUNJUK PRAKTIKUM"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

PETUNJUK PRAKTIKUM

Modul : K3

Laboratorium : Pengolahan Air dan Limbah Industri

MODUL PENGOLAHAN AIR DAN LIMBAH

Ir.Endang Kusumawati, MT Tanggal, 2 September 2021

(2)

2 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Laboratorium berkaitan erat dengan kegiatan menangani bahan –bahan kimia berbahaya, bahaya kelistrikan , mekanik dan kondisi lingkungan kerja yang memiliki risiko terhadap kesehatan pekerja, reaktifitas bahan dan kemudahannya untuk terbakar.

Dalam pedoman Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk Akreditasi Laboratorium, K3 Laboratorium menjadi salah satu kriteria atau persyaratan yang harus dipenuhi.

Penanganan K3 di kegiatan Laboratorium memang spesifik, terkait beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu pengelolaan bahan-bahan kimia berbahaya, material handling khususnya peralatan dan fasilitas laboratorium uji, perilaku kerja aman atau safe working practices, proteksi kebakaran, dan sistem manajemen K3.

Oleh sebab itu untuk mendukung kegiatan K3 di laboratorium khususnya di Laboratorium Pengelolaan Limbah Industri maka perlu dibuat modul praktikum K3 yang memiliki kegiatan laboratorium dalam menangani aspek K3 agar penerapan K3 di laboratorium lebih proaktif melakukan pengendalian dan mitigasi risiko K3 sebagai upaya pencegahan kerugian dari potensi terjadinya insiden.

1.2. Tujuan

1, Mampu mengidentifikasi sumber potensi bahaya (Hazard) pada umumnya yang berhubungan dengan proses kerja dan equipment di laboratorium

2. Mampu menetapkan tindakan pengendalian dan evaluasi keefektifan dari setiap situasi yang tidak diduga dan meyakinkan telah diselesaikan

II. DASAR TEORI

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Laboratorium adalah semua upaya untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja laboratorium dari risiko-risiko yang ada di laboratorium. Keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium sangat penting untuk dipahami mengingat banyaknya laboratorium yang digunakan baik itu di pabrik ataupun di Lembaga Pendidikan dan penelitian.

Kecelakaan-kecelakan yang sering ada di laboratorium membuat kita seharusnya berupaya menjamin bahwa pekerja di laboratorium telah aman.

2.1 Bahaya dalam Laboratorium

Pemeriksaan bahaya pada laboratorium kimia telah diberikan panduannya dalam banyak buku tentang keselamatan kerja laboratorum seperti yang ada di Buku

“Hazards in the Chemical Laboratory” yang ditulis oleh Bretherick tahun 1981.

Bahaya-bahaya pada laboratorium kimia meliputi substansi reaktif, substansi mudah terbakar, substansi beracun, bahaya radiasi, bahaya listrik, bahaya mekanis, bahaya kondisi operasi dan bahaya pelepasan air.

Substansi reaktif: ketika substansi reaktif ini diangkat atau diproses, setiap usaha harus dilakukan untuk menemukan informasi dari perilaku substansi reaktif tersebut dan bagaimana cara mengendalikannya.

(3)

3

Substansi mudah terbakar: banyak cairan dan gas yang dipakai di laboratorium adalah mudah terbakar. Panduan untuk memakai bahan mudah terbakar telah dibahas oleh NFPA termasuk NFPA 45 tentang laboratorium

Substansi beracun: Ketika substansi beracun dipakai, kita harus menyadari 3 rute masuk substansi beracun yaitu inhalasi, ingesti dan kontak kulit serta efek yang ditimbulkan baik itu efek jangka pendek ataupun jangka Panjang. Panduan pengendalian bahaya beracun ini telah ada pada Control of Substance Hazardous to Health (COSHH) Regulations tahun 1988. Bahaya pada nanomaterial dan nano tekhnolgi juga harus diperhatikan.

Bahaya radiasi: Banyak bahaya radiasi yang muncul pada aktivitas di laboratorium seperti aktivitas yang menggunakan alat dengan sumber radioaktif seperti petunjuk level cairan, detektor gas kromatograf, detektor kebocoran, alat anti static pada timbangan dan detektor kebakaran; peralatan yang memproduksi voltase di atas 5 kV mungkin saja menjadi sumber X-ray; peralatan dengan radiasi non-ionisasi seperti laser, microwave dan peralatan ultraviolet serta infrared.

Bahaya listrik: Personel bisa saja mendapatkan risiko tersetrum dalam perbaikan kabel atau komponen yang belum dibumikan. Bahaya listrik yang ada pada laboratorium berbeda dengan yang ada di industri, namun tetap saja berbahaya jika tidak dilakukan pengendalian yang tepat.

Bahaya mekanik: bahaya mekanik muncul dari alat-alat seperti mesin-mesin bengkel, perkakas tangan dan energi, peralatan lifting, peralatan yang berputar, dan mesin penekan. Kecelakaan sangat mungkin muncul ketika personel laboratorium menggunakan peralatan yang mereka tidak familiar.

Bahaya operasional: bahaya yang terkait dengan temperature yang tinggi atau paling rendah, cairan cryogenic, sumber tekanan tinggi (uap, udara, gas bertekanan dan air), dan vakum.

Bahaya pelepasan air: terlepasnya air misalnya dalam bentuk jet dapat menimbulkan risiko korslet, kejutan termal, kemunculan gas dalam bentuk jet serta reaksi air dengan zat kimia yang reaktif.

Tabel 1 memperlihatkan jenis dan sumber bahaya di laboratorium Tabel 1 JENIS DAN SUMBER BAHAYA DI LABORATORIUM

NO JENIS BAHAYA SUMBER BAHAYA

1 Physical Hazards Panas, Dingin, Getaran, Radiasi non-pengion , pencahayaan, dll

2 Chemical Hazards Formaldehyde, Ethylene oxide, Mercury, Carbol, Fenol , cyanida dll.

3 Biological Hazards Bacteri, Jamur, Virus, Parasit

4 Ergonomic Posisi statis, Membungkuk, Berdiri, Duduk.

6 Mechanical Hazards Tertusuk jarum, tergores pecahan kaca,dll 7 Electrical Hazards Tersengat listrik, Hubungan arus pendek,

Kebakaran, listrik statis, dll

(4)

4 2.2 Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya adalah upaya untuk mengetahui, mengenal, dan memperkirakan adanya bahaya pada suatu sistem, seperti peralatan, tempat kerja, proses kerja, prosedur, dll.

Informasi terkait bahaya yang timbul di tempat kerja dapat diperoleh melalui:

1) Panduan manual pengoperasian mesin dan peralatan.

2) Material Safety Data Sheet (MSDS).

3) Laporan inspeksi langsung di lapangan dan laporan inspeksi dari lembaga pemerintah atau tim audit.

4) Catatan kecelakaan dan penyakit akibat kerja sebelumnya.

5) Pola kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang sering terjadi.

6) Hasil pemantauan terkait paparan, penilaian kebersihan, dan rekam medis pekerja.

7) Program K3 yang ada mencakup proses manajemen keselamatan, alat pelindung diri (APD), dll.

8) Saran dan masukan dari pekerja termasuk survei atau notulen pada pertemuan komite K3.

Contoh Identifikasi Bahaya dapat dilihat pada tabel2 Tabel 2 Contoh Identifikasi Bahaya di Laboratorium

NO KEGIATAN POTENSI BAHAYA RESIKO

1 Uji Parameter COD Terpleset saat bekerja Terkena bahan kimia

Kebakaran

Tersengat listrik

Cedera ringan Cedera

ringan/sedang

Cedera

berat,kematian

Cedera ringan

2.3 Penilaian resiko

Risiko adalah perpaduan dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya dengan keparahan dari cedera, gangguan kesehatan atau kerusakan yang disebabkan oleh kejadian.

Penilaian risiko adalah proses mengevaluasi tingkat tinggi rendahnya resiko dengan melihat hasil estimasi tingkat keseringan terjadi dan tingkat keparahan, sehingga akan dapat diklasifikasi ke dalam tingkat tidak ada bahaya, bahaya rendah, bahaya sedang, bahaya serius, atau bahaya sangat tinggi.

Tingkat frekuensi atau peluang digolongkan menjadi 5 level yang meliputi jarang terjadi, kemungkinan kecil, mungkin, kemungkinan besar, hampir pasti. Contoh tingkat

(5)

5 frekuensi dapat dilihat pada tabel 3, sedangkan tingkat keparahan dapat dilihat pada tabel 4

Tabel 3 Tingkat Frekuensi/Peluang

LEVEL KATEGORI DESKRIPSI

1 Jarang terjadi Kurang dari 1 kali dalam 10 setahun 2 Kemungkinan kecil Terjadi 1 kali dalam 10 tahun

3 Mungkin Satu kali dalam 5 tahun sampai 1 kali dalam 1 tahun 4 Kemungkinan besar Lebih 1 kali dalam setahun hingga 1 kali perbulan 5 Hampir terjadi Lebih dari 1 kali perbulan

Tabel 4 Tingkat Keparahan

LEVEL KATEGORI DESKRIPSI

KEPARAHAN

1 Tidak

signifikan cedera berat dan dirawat di rumah sakit tidak menimbulkan cacat tetap,

kerugian cukup besar

2 Kecil cedera ringan/P3K

kerugian materi sedang

3 Sedang cedera berat dan dirawat di rumah sakit, tidak menimbulkan cacat tetap

kerugian cukup besar

4 Berat Menimbulkan cedera parah dan cacat tetap

kerugian materi besar

5 Bencana Mengakibatkan korban meninggal dan kerugian 2.4 Perhitungan Penilaian Resiko

Perhitungan nilai resiko merupakan perkalian antara peluang dengan keparahan yang dapat dihitung sebagai berikut :

Tingkat Risiko = Peluang X Keparahan

(6)

6 Tabel 5 memperlihatkan hubungan antara peluang dan keparahan dari level 1 sampai 5, sedangkan contoh penilaian resiko pada suatu kegiatan di laboratorium dapat dilihat pada tabel 6

Tabel 5 Hubungan antara Peluang dan Keparahan

PELUANG KEPARAHAN

1 2 3 4 5

5 H H E E E

4 M H E E E

3 L M H E E

2 L L M H E

1 L L M H H

E = Extreme Risk H = High Risk M = Medium Risk L = Low Risk

Tabel 6 Contoh Penilaian Resiko

NO KEGIATAN POTENSI BAHAYA RESIKO PENILAIAN RESIKO

PELUANG KEPARAHAN TINGKAT RESIKO

1 UJI CODt Terpeleset saat bekerja Cedera ringan 2 2 L

Teekena bahan

kimia Cedera ringan 2 2 L

Kebakaran Cedera berat/ 2 5 E

kematian

Tersengat listrik Cedera ringan 2 2 L

2.5 Pengendalian Resiko

Pengendalian risiko adalah suatu usaha untuk mengontrol potensi risiko bahaya yang ada sehingga bahaya itu dapat dihilangkan atau dikurangi sampai batas yang dapat diterima.

Hal yang harus diperhatikan ketika akan melakukan tindakan terhadap suatu risiko bahaya adalah dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Tindakan itu merupakan alat pengendali yang tepat 2. Tidak menimbulkan bahaya baru

3. Diikuti oleh semua pekerja tanpa adanya ketidaknyamanan dan stress Hirarki pengendalian resiko di laboratorium dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan contoh pengendalian resiko dapat dilihat pada tabel 7

(7)

7

Gambar 1 Hirarki Pengendalian Resiko

Tabel 7 Contoh Pengendalian Resiko

NO KEGIATAN POTENSI BAHAYA RESIKO PENILAIAN RESIKO

PELUANG KEPARAHAN TINGKAT RESIKO

1 UJI Jartest Terpeleset saat bekerja Cedera ringan 2 2 L

Teekena bahan

kimia Cedera ringan 2 2 L

Kebakaran Cedera berat/ 2 5 E

kematian

Tersengat listrik Cedera ringan 2 2 L

Tabel lanjutan

PENGENDALIAN RESIKO

PENANGGUNG JAWAB

Membersihkan area kerja sebelum,selama,sesudah bekerja Ka lab

Bekerja sesuai SOP, APD lengkap ka lab

Menyeddiakan APAR,Kotak K3, APD,bekerja sesuai SOP ka lab

Bekerja sesuai SOP, APD lengkap ka lab

2.6 Operasional Laboratorium

Banyak faktor yang mempengaruhi operasional laboratorium seperti informasi kimia, desain eksperimen, penilaian bahaya, penilaian terhadap pengendalian substansi yang berbahaya terhadap kesehatan (regulasi COSHH 1988), prosedur operasional, prosedur darurat, pemeliharaan peralatan, sistem izin kerja, housekeeping, pekerjaan setelah jam kerja, operasional yang tidak diawasi, serta akses ke dalam laboratorium.

(8)

8 Semua faktor-faktor ini harus dipertimbangkan dengan baik dan cukup untuk menjamin lingkungan kerja yang aman

Laboratorium secara umum memiliki peralatan yang beranekaragam yang masing- masing peralatan tersebut harus digunakan dalam kondisi yang sesuai dengan spesifikasi. Contoh peralatan yang membutuhkan perhatian lebih ketika dipakai adalah peralatan dengan kaca, piringan pemanas, oven dan tungku serta pemutar (centrifuges).

Laboratorium juga menggunakan berbagai macam material seperti air, uap, udara bertekanan, gas bahan bakar dan tenaga listrik. Selain itu, terdapat pendingin, vakum, oksigen dan pipa gas yang lain. Pemakaian harus dilakukan dengan memastikan penggunaan yang sesuai untuk mencegah bahaya yang dihubungkan dengan penggunaan alat itu.

Pemakaian material dalam laboratorum dengan disusun dalam Panduan Icheme pada buku “Hazards in the Chemical Laboratory” oleh Bretherick tahun 1981. Penyimpanan utama dari zat kimia yang berbahaya harus dijaga dalam lokasi spesifik. Prinsip- prinsip yang harus diperhatikan adalah segregasi dari material yang tidak kompatibel;

jenis tempat penyimpanan yang tepat; poin penerimaan; penerimaan, pengambil stok dan pembuangan stok; pengurangan dari inventori; identifikasi, kepemilikian, informasi keselamatan dan kesehatan serta pelabelan.

Perencanaan kejadian gawat darurat harus memperhatikan penyebab kejadian gawat darurat dan jenis-jenis kejadian gawat darurat dan pengendalian yang diperlukan.

Perencanaan kejadian gawat darurat harus mencakup semua bagian dari laboratorium termasuk penyimpanan dan servis

2.6.1 Aturan Dasar Kerja di Laboratorium

Pada saat: bekerja di laboratorium ada beberapa aturan dasar yang harus dipenuhi,diantaranya adalah berkaitan dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan kegiatan lainnya yang berdampak akan timbulnya indiden , Selam bekerja di laboratorium dilarang melakukan kegiatan seperti pada gambar 2,

Gambar 2 Kegiatan Yang di larang selama di Laboratorium

Alat Pelindung Diri

(APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.

(9)

9 Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia. Contoh APD dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3 Macam macam APD MSDS (Material Safety Data Sheet)

Salah satu upaya untuk mencegah atau mengurangi resiko akibat penggunaan bahan kimia adalah dengan memahami Lembar Keselamatan Bahan atau MSDS (Material Safety Data Sheet) bahan kimia tersebut. MSDS merupakan salah satu bentuk pengendalian resiko berkaitan dengan bahan kimia.

Jadi sebelum menggunakan bahan kimia , hal pertama yang harus kita lakukan adalah memahami dengan baik MSDS bahan kimia tersebut. Nah, sekarang mari kita bahas secara singkat satu persatu hal-hal penting yang terkait dengan MSDS.

a. Sumber MSDS

Darimana kita bisa memperoleh dokumen MSDS? Mintalah MSDS kepada produsen, distributor atau suplier di mana kita membeli bahan kimia tersebut. Atau kita bisa

(10)

10 mengunduhnya lewat internet. Pastikan bahwa MSDS yang kita miliki adalah revisi terbarunya.

b. Konten MSDS

Paling tidak ada 8 informasi penting yang termuat dalam sebuah dokumen MSDS.

Informasi tersebut meliputi:

a. Identifikasi bahan (Material Identification)

b. Komposisi bahan berbahaya (Hazardous Ingredients)

c. Sifat fisika dan kimia (Physical and Chemical Characteristics)

d. Data potensi bahaya kebakaran dan ledakan (Fire and Explosion Hazard Data) e. Data potensi bahaya terhadap kesehatan (Health Hazard Data)

f. Data reaktifitas (Reactivity Data)

g. Prosedur safety penanganan, tumpahan, kebocoran dan limbah (Precaution for safety Handling and Use)

h. Tindakan pengendalian untuk mengurangi bahaya (Control Measures)

Lembar data keselamatan Bahan yang dikenal dengan MSDS merupakan petunjuk dalam penggunaan bahan-bahan berbahaya sebagai informasi acuan bagi para pekerja dan supervisor yang menangani langsung dan mengelola bahan kimia berbahaya dalam industri maupun laboratorium kimia. Dengan informasi tersebut diharapkan seseorang akan mempunyai naluri untuk mencegah dan menghindari serta mampu menanggulangi kecelakaan kimia yang mungkin terjadi. Informasi MSDS bukan bermaksud menakut-nakuti melainkan mendorong sikap kehati-hatian dalam menangani bahan kimia berbahaya. Informasi MSDS meliputi :

1. Identifikasi Bahan

Berisi : nomor urut lembar data keselamatan bahan (LKB), CAS (Chemical Abstract Service) Registry Number International seperti halnya nomor Registry Toxic Effects of Chemical Substances (RTECS), sinonim (nama lain bahan baik nama kimia maupun nama dagang), rumus molekul & berat molekul.

2. Label Bahaya

Kotak sebelah kiri gambaran potensi bahaya menurut PBB. Kotak sebelah kanan menurut NFPA (Amerika Serikat) berisi label empat kotak yang memiliki rangking bahaya (0-4) ditinjau dari aspek kesehatan (dasar biru), bahaya kebakaran (dasar merah), reaktivitas (dasar kuning) dan dasar putih utk keterangan tambahan.Label bahaya menurut PBB dapat dilihat pada gambar 4, sedangkan menurut NEPA dapat dilihat pada Gambar 5

(11)

11 Gambar 4 Label bahaya menurut PBB

Gambar 5 Label bahaya menurut NEPA 3. Informasi Bahan Singkat

Berisi informasi singkat jenis dan wujud bahan, manfaat serta bahaya utama, diharapkan dari informasi ini mendorong sikap kehati-hatian dalam penanganan.

(12)

12 4. Sifat-Sifat Bahaya, meliputi tiga hal :

(a) Bahaya Kesehatan, dinyatakan dalam bahaya jangka pendek (akut) dan bahaya jangka panjang (kronik), Nilai Ambang Batas (NAB) atau Threshold Limit Value (TLV) dalam satuan mg/m3 atau ppm. NAB adalah informasi yang boleh dihirup seseorang yang bekerja selama 8 jam/hari selama 5 hari.

Beberapa data yang berkaitan dengan bahaya kesehatan yaitu :

- STEL (Short Term Exposure Limit), konsentrasi tertinggi pemaparan yang diperbolehkan dalam waktu singkat  15 menit.

- LD-50 (Lethal Dosis), artinya dosis yg berakibat 50% binatang percobaan mati.

- LC-50 (Lethal Concentration) konsentrasi yg berakibat fatal 50% binatang percobaan.

- IDHL (Immediately Dangerous to Life and Health), pemaparan bahaya terhadap kehidupan dan kesehatan.

-

(b) Bahaya kebakaran meliputi katagori bahan mudah terbakar (flammable), dapat terbakar (combustable), tidak dapat dibakar atau membakar bahan lain.

Kemudahan zat mudah terbakar ditentukan oleh :

- titik nyala (flash point), suhu terendah uap zat dapat dinyalakan

- Konsentrasi mdh terbakar (flammable limits), daerah konsentrasi uap gas yang dpt dinyalakan, dengan range LFL (low flammable limit) dengan UFL (upper flammable limit). Sifat kemudahan membakar ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.

- Titik bakar (ignation point), suhu dimana zat terbakar dengan sendirinya.

(c) Bahaya Reaktivitas, adalah bahaya akibat ketidakstabilan, bersifat eksotermik, eksplosif atau beracun.

5. Sifat-Sifat Fisika

Meliputi : Titik didih dan tekanan uap menggambarkan kemudahan menguap, berat jenis uap dan kelarutan.

6. Keselamatan dan Pengamanan

Meliputi : penanganan dan penyimpanan (handling and storage), langkah pengamanan jika terjadi tumpahan dan kebocoran, alat-alat pelindung diri yang harus dipakai, P3K jika terhirup, terkena atau tertelan, dan pemadaman api yang dapat dipakai.

7. Informasi Lingkungan

Berisi bahaya terhadap lingkungan, penangan limbah (pdt, cair atau gas) dan cara pemusnahannya.

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 3.1. Alat Utama dan Pendukung

Alat utama ditunjukkan dalam Gambar 6 dan 7

(13)

13 JARTEST DAN IPAL

Gambar 6 Alat Jartest

Gambar 7 IPAL KONTINYU Alat Pendukung Jartaest & IPAL

1. Imhoff cone 2. Botol Semprot

3. Beaker Plastik 2000 mL 4. Selang

5. Stopwatch

(14)

14 3.2. Bahan yang diperlukan

1. Aquadest

2. PAC dan Aquaclear 3. Air limbah tahu/laundry 3.3. Prosedur Kerja

1. Melakukan pengamatan pada alat Jartest dan IPAL, pelajari SOP nya , lakukan identifikasi bahaya pada setiap kegiatan termasuk analisis parameter yang terlibat

2. Melakukan analisis resiko terhadap kegiatan tersebut

3. Melakukan analisis pengendalian resiko terhadap kegiatan tersebut 4. Mencari MSDS bahan kimia yang digunakan

3.4 Pengolahan data

1. Buat tabel untuk identifikasi bahaya 2. Buat tabel untuk analisis resiko

3. Buat tabel untuk analisis pengendalian resiko IV, DAFTAR PUSTAKA

Adiwisastra, Keracunan Sumber, Bahaya serta Penanggulangannya, Angkasa 1992.

Dr. Suma’mur P.K. MSc.Ilmu Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT Gunung Agung 1967.

Fairrhall, L.T.; Environmental Toxicology 2 end ed ,The William @ Wilkins CO, Baltmore, 1966.

Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE), “IEEE Guide for Performing Arc-Flash Calculations,” IEEE Std 1584-2002, Piscataway, NJ.

John H. Duffus.: Environmental Toxicology. Departement of Brewing and Biologycal Scieces, Herriot-Watt University, Edinburg 1980.

Laird Wilson, Doug McCutcheon, Marilyn Buchanan, Industrial Safety and Risk Management, University of Alberta, 2003.

Merck KGaA, Fundamentals of Laboratory Safety, GIT Verlag GmbH, 2001 Robert J. Alaimo, Handbook of Chemical Health and Safety, American Chemical Society, New York, 2001

.

(15)

15 15. Sam Mannan, Frank P. Lees, Loss prevention in the process industries: hazard identification, assessment, and control, Elsevier, 2005.

16. Coulson, Richardson, Chemical Engineering Design vol. 6, , Ed. 4, 2005.

17. Alton L. Thygerson, First Aid, Jones & Bartlett Learning, 2006 18. OSHA, Good Laboratory Practice, 2006.

Referensi

Dokumen terkait

JSA dibuat dengan konsep bahwa bahaya dari masing-masing langkah kerja dikenali agar prosedur kerja yang aman dapat disusun dan tindakan pengendalian bahaya dapat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi bahaya, mengidentifikasi bahaya, mengetahui level resiko, dan langkah pengendalian resiko berkaitan dengan potensi

Laboratorium kimia mengandung banyak potensi bahaya, tetapi potensi bahaya apa pun sebenarnya dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan kerugian. Suatu

1) Identifikasi potensi bahaya. 2) Penilaian risiko sebagai akibat manifestasi potensi bahaya. 3) Penentuan cara pengendalian untuk mencegah atau mengurangi kerugian. 5)

mengidentifikasi semua potensi bahaya dalam aktivitas operasional tempat kerja, menilai resiko dari potensi bahaya tersebut serta menentukan rekomendasi pengendalian resiko di

 Tim Manajemen Resiko (TMR) adalah tim penilaian resiko yang terdiri dari karyawan dan atau manajemen; bertugas untuk melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiataan peledakan tambang dalam mengatasi hirarki pengendalian resiko dapat menggunakan metode APD (Alat Pelindung

 Mengetahui teknik dan persyaratan perlindungan bahaya longsoran pekerjaan saluran & galian tanah;..  Mengetahui cara mengidentifikasi bahaya, penilaian risiko dan