PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Masalah jual beli gharar muncul dalam perkembangan kehidupan manusia, salah satunya ditunjukkan dengan praktek jual beli bingkisan di Desa Waringin Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur. Dalam praktik yang terjadi dalam sistem jual beli hadiah di Desa Waringin ditemukan adanya unsur gharar, ketidakjelasan (jahalah).
Rumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Dari fakta-fakta yang telah diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji pertanyaan tersebut dengan judul penelitian “Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktek Jual Beli Kado di Desa Waringin Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur”.
Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Gambaran hukum Islam tentang praktik jual beli bingkisan di Desa Waringin Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur. Adapun alasan peneliti memilih Desa Waringin Kecamatan Suralaga dikarenakan data yang peneliti gunakan lebih mudah didapat disana, karena di lokasi tersebut banyak dilakukan praktek jual beli oleh-oleh dan belum ada pihak yang melakukan penelitian terhadap praktek jual beli tersebut. dan menjual.
Telaah Pustaka
Skripsi yang ditulis oleh Ana Nuryani Latifah berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Ketidakjelasan Waktu Penangguhan Pembayaran Dalam Jual Beli Furnitur (Studi Kasus Perjanjian Jual Beli Furnitur antara PT Hm Furniture di Semarang dengan Tik Visa Crafts di Jepara)”. Skripsi yang ditulis oleh Lilik Faridhotul Khofifah (2103110) berjudul “Analisis Hukum Islam Jual Beli Sepeda Motor Bekas (Studi Kasus Jual Beli Sepeda Motor Bekas Dengan Cacat Tersembunyi Di Showroom Anugrah Jaya Pakis Pati)” .
Kerangka Teori
Jual beli ialah akad yang dianggap sah apabila telah memenuhi peraturan dan syarat jual beli. Jual beli tidak sah apabila dilakukan dengan orang gila dan anak kecil tanpa sebab. Mereka ini tidak dibenarkan berjual beli kerana mereka dikenakan hajru (larangan jual beli dengan harta).
Jual beli muqayadhah adalah jual beli dengan menukar barang dengan barang, seperti menukar baju dengan sepatu. Jual beli muthlaq adalah jual beli barang dengan sesuatu yang disepakati sebagai alat tukar, seperti uang. Suatu jual beli yang sah dapat dikatakan sah apabila jual beli tersebut mensyaratkan terpenuhinya rukun dan syarat yang telah ditetapkan. . F.
Akan tetapi tidak bersifat kodrati, misalnya jual beli dilakukan dengan orang-orang (ahliyah) yang cocok atau jual beli benda yang diperbolehkan penggunaannya.
Metode Penelitian
Data sekunder adalah data yang telah diolah oleh pihak tertentu sehingga data tersebut tersedia pada saat kita membutuhkannya. Pengamatan ini dilakukan untuk melakukan pengamatan langsung di lapangan guna mendapatkan data lokasi, selain untuk mendapatkan data kondisi geografis Desa Waringin, serta praktik jual beli oleh-oleh di Desa Waringin Kecamatan Suralaga dan untuk menjual. , Kabupaten Lombok Timur. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, observasi, dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, mendeskripsikan dan menarik kesimpulan yang dapat dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.
Setelah data terkumpul, data diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif sosiologis, yaitu metode analisis yang menekankan pada pemberian wawasan baru terhadap data yang telah terkumpul. Dengan memperpanjang waktu pencarian, hal ini bertujuan agar peneliti dapat mengamati atau mencari data secara cermat tanpa terburu-buru memilih data yang relevan untuk penelitian. Metode triangulasi digunakan untuk memudahkan peneliti dalam membandingkan data yang ditemukan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Dalam hal ini peneliti mencoba membandingkan data hasil wawancara dengan data yang peneliti dapatkan dari dokumentasi terkait penerapan praktik jual beli oleh-oleh di Desa Waringin Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur.
Sistematika Pembahasan
Amalan jual beli bingkisan, dalam hal ini penjual telah menyiapkan bingkisan yang sudah jadi. Selain itu, peneliti juga menemukan dampak sosial yang terjadi di masyarakat akibat jual beli oleh-oleh di Desa Waringin. Analisis Praktik Jual Beli Kado di Desa Waringin Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur Kabupaten Lombok Timur.
Artinya, akad jual beli hadiah yang dibuat di Desa Waringin tidak sah berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Kado di Desa Waringin Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur Waringin Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur. Adapun jual beli oleh-oleh kepada masyarakat di Desa Waringin Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur itu antara penjual dan pembeli.
Praktek jual beli bingkisan masyarakat di Desa Waringin Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur yaitu pembeli hanya mengetahui nama dan barang apa saja yang ada dalam bingkisan tersebut.
Latar Belakang
Metode Penilitian
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
Profil Desa Waringin
Setelah Lalu Anang Muktar resmi menjabat sebagai lurah pada tahun 1963, Lalu Anang Muktar memindahkan kantor desa dari Dusun Cengok ke Dusun Reriu dan nama desa saat itu masih Desa Waringin. Desa Waringin merupakan salah satu dari 15 desa yang terdapat di Kecamatan Suralaga, secara umum merupakan karakteristik wilayahnya. Desa Waringin dapat dilihat dari aspek fisik yang meliputi letak, luas, topografi dan kondisi iklim.
Jumlah penduduk Desa Waringin pada tahun 2018 sebanyak 3.521 jiwa, terdiri dari 1.754 laki-laki dan 1.767 perempuan. Secara topografi Desa Waringin sebagian besar merupakan pulau pegunungan dan lembah dengan struktur tanah lempung berpasir. Namun tidak semua wilayah Desa Waringin dapat dijangkau dengan transportasi, sehingga mobilitas masyarakat masih kurang.
Perangkat desa menurut jenis jabatan di Desa Waringin terdiri dari 3 Kepala Usaha dan 3 Tenaga Teknis serta 3 Kepala Dusun.
Praktik Jual Beli Kado di Desa Waringin Kecamatan Suralaga
- Desa Waringin Dan Jual Beli Kado
- Proses Transaksi jual beli kado di Desa Waringin
- Bentuk Dan Jenis Kado Yang di Perjualbelikan
- Motivasi Pembeli Membeli Kado
- Dampak jual beli kado di Desa Waringin
- Daya Tarik Jual Beli Kado
Artinya, menurut seorang pedagang, praktik jual beli oleh-oleh di Desa Waringin ini dilakukan karena sering diadakan resepsi pernikahan dan perayaan ulang tahun. Umumnya jenis oleh-oleh yang diperjualbelikan di Desa Waringin adalah kado pernikahan dan kado ulang tahun. Selain itu, pembeli juga merasa lega untuk membeli dan menjual oleh-oleh tersebut karena pembeli tidak perlu khawatir untuk membuatnya sendiri.
Transaksi jual beli oleh-oleh di Desa Waringin memiliki dampak positif dan negatif antara pihak yang bertransaksi yaitu penjual dan pembeli. 20.000 (dua puluh ribu rupiah) berarti dalam hal ini penjual mengalami keuntungan dalam transaksi jual beli bingkisan tersebut. Efek jual beli bingkisan bagi pembeli dapat menguntungkan apabila kondisi dan kualitas barang yang di bingkisan tersebut sesuai dengan keinginan pembeli.
Sehingga pembeli merasa lega untuk membeli dan menjual bingkisan ini meskipun isi dari bingkisan tersebut belum diketahui atau belum diketahui secara pasti.
PEMBAHASAN
Analisis Praktik Jual Beli Kado di Desa Waringin Kecamatan Suralaga
Dalam praktek jual beli oleh-oleh di Desa Waringin, isi oleh-oleh yang sering dicari pembeli seperti peralatan dapur, perlengkapan sekolah dan asesorisnya adalah bentuk dan jenis isi oleh-oleh yang sering diminati. Warga Desa Waringin pada umumnya seperti peralatan dapur dan perlengkapan sekolah. Karena salah satu rukun yang harus dipenuhi adalah mengenai barang yang dijadikan sebagai subjek jual beli. Hukum positif Indonesia juga menyatakan bahwa jika suatu barang tidak jelas, baik bentuk maupun jenisnya, akan menimbulkan ketidaksesuaian dengan akad jual beli sebelumnya antara pembeli dan penjual.
Hal ini dapat terjadi dalam jual beli bingkisan, apabila tidak sesuai dengan akad atau perjanjian jual beli sebelumnya, maka penjual wajib menanggung cacat yang tersembunyi (“verborgen bleaksen”) dari barang yang dijualnya, yang menjadikan barang tersebut tidak dapat dijual. untuk membeli. Praktek jual beli bingkisan membuat perayaan ulang tahun dan resepsi menjadi lebih mudah bagi pembeli tanpa ribet membeli barang tertentu dan membuat bingkisan serta tidak memakan banyak waktu karena bingkisan sudah jadi tinggal beli dan ambil saja . Artinya efek jual beli bingkisan bagi pembeli dapat menguntungkan apabila kondisi dan kualitas barang yang di bingkisan tersebut sesuai dengan keinginan pembeli.
Analisis hukum Islam terhadap praktik jual beli bingkisan di Desa Waringin Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur.
Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Jual beli Kado di Desa Waringin
Artinya: “Rasulullah zalallahu ‘alayhi wa sallam melarang jual beli al-hashah (dengan melempar batu) dan jual beli gharar.” (HR Muslim) 85. Berdasarkan hadits di atas, jelas bahwa jual beli bingkisan di Desa Waringin adalah jual beli yang bertentangan dengan syara'. Model jual beli bingkisan di Desa Waringin Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur tidak sah menurut syariat Islam atau muamalah karena tidak memenuhi rukun dan syarat jual beli terutama yang berkaitan dengan kejelasan objeknya. barang sebagai syarat utama dalam melakukan praktik jual beli.
Dan dapat dikatakan bahwa jual beli tersebut mengandung unsur gharar atau penipuan karena tidak jelas kualitas barang yang dihibahkan. Bagi penjual oleh-oleh di Desa Waringin Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur dalam melakukan transaksi jual beli oleh-oleh sebaiknya memberikan waktu kepada pembeli untuk melihat dan memeriksa barang sebelum membungkusnya menjadi sebuah kado yang lengkap, agar pembeli dan penjual dapat saling percaya dan tidak melanggar aturan hukum Islam yang ada. . Bagi pembeli oleh-oleh di Desa Waringin Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur agar lebih teliti lagi untuk mengecek kondisi dan kualitas barang sebelum dibungkus menjadi kado lengkap dan pada saat melakukan jual beli kado.
Harapan peneliti melalui penelitian ini adalah masyarakat Desa Waringin Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur dan masyarakat pada umumnya dapat menghindari jual beli yang mengandung gharar dan menerapkan ketentuan jual beli yang sah menurut syariat Islam. .
PENUTUP
Kesimpulan
Sedangkan spesifikasi barang yang dihibahkan baik dari segi ukuran maupun kualitasnya belum dapat diketahui secara pasti. Dalam hal ini, kemungkinan kerugian bagi pembeli sehubungan dengan kualitas barang dengan harga pembelian, padahal barang sudah ada di dalam bingkisan, cukup tinggi, karena penjual tidak mengizinkan membuka bingkisan untuk melihat dan memeriksa. item dalam hadiah. hadiah langsung.
Saran
Ana Nuryani Latifah, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Ketidakjelasan Waktu Penundaan Pembayaran Dalam Jual Beli Mebel Antara PT Hmfurniture Di Semarang Dengan Pengrajin Jati Visa Di Jepara”. Lilik Faridhotul Khofifah, “Analisis Hukum Islam Tentang Jual Beli Sepeda Motor Bekas Dengan Cacat Tersembunyi Di Showroom Anugrah Jaya Pakis Di Pati”, Skripsi Fakultas Syari'ah Jurusan Mu'amalah Semarang: Syari' ah IAIN Perpustakaan Walisongo, 2007. Miftahul Huda dkk, Pedoman Penulisan Tesis Tahun Akademik Mataram: Fakultas Syariah dan Institut Ekonomi Islam Negeri Islam (IAIN) Mataram, 2016.