13 Februari 2025
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK PRAKTIKUM KE 2
PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DENGAN TITRASI ASAM-BASA
Oleh:
Muhamad Bahrul Hikam 245021111003 Sesi 2 Kelompok 3
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
2025
i DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
BAB II PROSEDUR PRAKTIKUM ... 3
A. Waktu Dan Tempat ... 3
B. Alat Dan Bahan ... 3
C. Prosedur Kerja ... 3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5
A. Hasil Praktikum ... 5
B. Pembahasan... 9
DAFTAR PUSTAKA ... 12
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peralatan Titrasi Manual ... 1
Gambar 2. Titik Akhir Titrasi ... 5
Gambar 3.Llarutan Hasil Titrasi (Percobaan 1) ... 6
Gambar 4. Titik Akhir Titrasi ... 6
Gambar 5. Larutan Hasil Titrasi (Percobaan 2) ... 6
Gambar 6. Larutan Asam Asetat (Hasil Perhitungan Molaritas) ... 6
Gambar 7. Titik Akhir Titrasi ... 7
Gambar 8. Larutan Hasil Titrasi (Percobaan 1) ... 7
Gambar 9. Larutan Hasil Titrasi (Percobaan 2) ... 7
Gambar 10. Titik Akhir Titrasi ... 7
Gambar 11. Larutan Hasil Titrasi ... 7
Gambar 12. Larutan Hasil Titrasi ... 8
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Keseluruhan Dari Pembuatan Larutan, Standarisasi, Dan Titrasi (Normalitas Titrasi) Semua Sampel ... 5 Tabel 2. Standarisasi Naoh Dengan C8H5KO4 ... 8 Tabel 3. Titrasi Sampel Dengan Larutan Naoh Terstandarisasi (Penentuan Kadar Asam) Sampel Cuka Komersil (Kelompok 1) ... 8 Tabel 4. Titrasi Sampel Dengan Larutan Naoh Terstandarisasi (Penentuan Kadar Asam) Sampel Asam Asetat Murni (CH3COOH) ... 8
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titrasi adalah metode analisis kimia kuantitatif yang digunakan untuk mengukur konsentrasi suatu larutan tertentu dengan menggunakan larutan standar yang konsentrasinya sudah diketahui secara tepat. Larutan yang digunakan untuk mengukur konsentrasi yang tidak diketahui yang terletak di dalam buret dikenal sebagai larutan standar, titran, atau titrator, sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya terletak di luar buret yang disebut analit (Kenada, 2014), yang digunakan dalam praktikum ini adalah titrasi asam basa, titrasi asam basa merupakan teknik yang banyak digunakan untuk menetapkan secara tepat konsentrasi asam atau basa dari suatu larutan (Asiva Noor Rachmayani, 2015). Dimana asam asetat (CH3COOH) berperan sebagai analit (zat yang konsentrasinya akan ditentukan). Dan natrium hidroksida (NaOH) digunakan sebagai titran (larutan standar dengan konsentrasi yang telah ditentukan).
Cuka adalah bahan tambahan pangan yang umum digunakan baik dalam teknologi pangan, industri maupun rumah tangga. Asam asetat (CH3COOH) merupakan komponen utama cuka yang memberikan rasa asam pada cuka dan berfungsi sebagai pengawet alami (Surtiyani, 2015). Untuk menjamin kualitas dan keamanan produk, pengawasan kadar asam asetat dalam cuka makan sangat penting, menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01- 3711-1995. Kadar asam asetat untuk cuka meja harus antara 4% dan 12,5%, dan untuk cuka dapur harus minimal 12,5% (Dona et al., 2024).
Analisis volumetri merupakan metode analisis kuantitatif yang paling umum digunakan untuk mengukur kadar suatu analit dalam sampel. Berbeda dengan metode kualitatif, analisis kuantitatif memiliki kemampuan untuk menunjukkan besaran kadar analit dalam sampel dalam satuan atau ukuran tertentu (Muliyah et al., 2020). Salah satu jenis analisis volumetri adala titrasi asam-basa yang merupakan salah satu metode analisis kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui jumlah asam asetat yang ada dalam cuka. Pengukuran volume larutan standar diperlukan untuk bereaksi sempurna dengan analit dalam sampel dilakukan selama proses ini. Pada saat ini, larutan natrium hidroksida (NaOH) digunakan sebagai titran untuk menetralkan asam asetat dalam sampel cuka. Ketika ion hidrogen (H+) dari asam bereaksi dengan ion hidroksida (OH−) dari basa, reaksi netralisasi ini menghasilkan udara (H2O). Titik ekivalen terjadi ketika jumlah mol basa sama dengan
Gambar 1. Peralatan titrasi manual
2
jumlah mol asam. Titik ini dapat ditemukan dengan mengubah warna indikator atau mengukur Ph (Dona et al., 2024). Berikut gambar perlatan pada titrasi secara manual.
Kegunaan praktikum ini adalah untuk meningkatkan pemahaman kita tentang proses analisis kimia dan pengendalian kualitas produk makanan, terutama untuk memastikan bahwa konsentrasi asam asetat dalam cuka sesuai dengan standar yang ditetapkan (Indis et al., 2023). Kita dapat belajar bagaimana menggunakan teknik (analisis volumetric) titrasi untuk mendapatkan hasil yang relevan dan akurat dalam praktikum maupun industri pangan melalui praktikum ini. Beberapa rumus penting akan digunakan dalam praktikum ini untuk menghitung normalitas larutan dan kadar asam asetat. Rumus yang diperlukan untuk kuantifikasi hasil titrasi adalah:
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 (𝑁1) = 𝑊 𝐵𝐸 × 𝑉𝑡 𝐵𝐸 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙
𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
Untuk mencari normalitas larutan hasil titrasi, baik itu larutan standar sekunder maupun analit, maka rumus yang digunakan adalah:
N1 × V1 = N2 × V2 Keterangan:
W = berat zat baku primer yang ditimbang BE = berat ekivalen zat baku primer Vt = volume zat baku primer yang dibuat N1 = normalitas larutan baku primer
V1 = volume larutan baku primer yang dipipet N2 = normalitas larutan hasil titrasi (yang dicari) V2 = volume hasil titrasi
𝐹𝑃 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 (𝑚𝐿) 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 (𝑚𝐿)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 (%) = 𝑁 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 × 𝐵𝑀 × 𝐹𝑝 × 100%
Pengawasan kadar asam asetat dalam industri pangan sangat penting. Kadar yang terlalu rendah dapat mengurangi fungsinya sebagai pengawet, sedangkan kadar yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi rasa dan dapat menyebabkan iritasi bagi konsumen (Hakim et al., 2016). Oleh karena itu, metode titrasi asam-basa menjadi alat penting yang harus kita uji atau lakukan praktikum sebagai mahasiswa jurusan teknologi pangan dan hasil pertanian untuk memantau kualitas produk cuka yang dijual di pasar ataupun mengembangkan dan menciptakan inovasi cuka.
B. Tujuan
1. Melakukan standarisasi larutan
2. Menentukan kadar asam dalam suatu sampel dengan menerapkan prinsip titrasi asam- basa
3 BAB II
PROSEDUR PRAKTIKUM
A. Waktu Dan Tempat
Praktikum kedua kimia analitik mengenai penentuan kadar asam asetat dengan titrasi asam-basa dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Kamis, 13 Februari 2025 Waktu : 13.00-15.00 WIB
Tempat: Laboratorium Dasar Lantai 2 Kampus 2 Universitas Siliwangi.
B. Alat Dan Bahan Alat:
1. Batang pengaduk
2. Beaker glass 100 mL, 250 mL, 500 mL 3. Buret 50 mL
4. Corong kaca
5. Erlenmeyer 250 mL 6. Gelas ukur 100 mL 7. Kaca arloji.
8. Labu ukur 100 mL dan 500 mL 9. Neraca analitik
10. Pipet tetes
11. Pipet volumetrik 10 mL 12. Statif dan klem
Bahan:
1. Asam asetat (CH3COOH) 2. Cuka
3. Natrium hidroksida (NaOH)
4. Potasium hidrogen ftalat (C8H5KO4) 5. Akuades
6. Indikator fenolftalein (PP)
C. Prosedur Kerja
Standarisasi Naoh Dengan Larutan Standar Primer C8H5KO4 1) Pembuatan larutan NaOH
1. Buatlah 0,1 M larutan NaOH sebanyak 250 mL
2. Pindahkan larutan NaOH tersebut ke dalam buret dan tandai titik awal volumenya
4 2) Pembuatan larutan C8H5KO4
1. Timbang 4 gr C8H5KO4 ke dalam beaker glass 100 mL kemudian larutkan dengan 70 mL akuades dan homogenkan
2. Pindahkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 100 mL, tera dengan akuades sampai tanda batas lalu homogenkan
3. Hitung konsentrasi (normalitas) larutan C8H5KO4 3) Standarisasi NaOH dengan C8H5KO4
1. Ambil 10 mL larutan C8H5KO4 dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL 2. Tambahkan dua tetes indikator fenolftalein (PP) lalu homogenkan sampai terlarut
sempurna
3. Titrasi larutan C8H5KO4 yang sudah diketahui konsentrasinya dengan larutan NaOH
4. Amati terjadinya perubahan warna dan catat volume NaOH yang terpakai 5. Lakukan pekerjaan ini secara duplo
6. Hitung konsentrasi (normalitas) dari larutan NaOH
4) Titrasi sampel dengan larutan NaOH terstandarisasi (penentuan kadar asam) Sampel cuka komersil
1. Lakukan pengenceran 20 x dengan cara mengambil 5 mL cuka kemudian masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, tera dengan akuades hingga tanda batas dan homogenkan
2. Ambil 10 mL larutan cuka ke dalam erlenmeyer 100 mL
3. Tambahkan dua tetes indikator fenolftalein (PP) lalu homogenkan sampai terlarut sempurna
4. Lakukan titrasi dengan NaOH 0,1 M
5. Amati terjadinya perubahan warna dan catat volume NaOH yang terpakai 6. Lakukan pekerjaan ini secara duplo
7. Hitung kadar asam asetat pada sampel larutan cuka
Sampel Asam Asetat Murni (CH3COOH)
1. Buatlah 25 mL asam asetat 0,1 M kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL 2. Tambahkan dua tetes indikator fenolftalein (PP) lalu homogenkan sampai terlarut
sempurna
3. Lakukan titrasi dengan NaOH 0,1 M
4. Amati terjadinya perubahan warna dan catat volume NaOH yang terpakai 5. Lakukan pekerjaan ini secara duplo
6. Hitung kadar asam asetat pada sampel larutan asam asetat
𝐹𝑃 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 (𝑚𝐿) 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 (𝑚𝐿) 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 (%) = 𝑁 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 × 𝐵𝑀 × 𝐹𝑝 × 100
5 BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
Hasil pengamatan praktikum kedua kimia analitik mengenai penentuan kadar asam asetat dengan titrasi asam basa dengan melakukan 4 uji, sebelum memulai pengujian yang pertama kali dilakukan adalah pembuatan larutan NaOH yang berperan sebagai titran dari semua uji. Untuk membuat larutan NaOH sesuai dengan prosedur kerja dan menngunakan rumus:
M = Massa x 1.000 Mr V
0,1= massa x 1.000 = 1mL 40 250
Jadi, hasilnya 1 mL NaOH yang yang akan di larutkan dalam pembuatan larutan NaOH untuk titran. Dan untuk hasil praktikum dengan melakukan 4 uji disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Hasil keseluruhan dari pembuatan larutan, standarisasi, dan titrasi (normalitas titrasi) semua sampel
Titrat / Analit
Titran Volume
Titran Yang Terpakai
(mL)
Perhitungan Normalitas Analit
Foto titik akhir titrasi
Potasium Hidrogen Ftalat (C8H5KO4) 10 mL
Natrium Hidroksida (NaOH)
24 mL Berat Ekivalen:
BE= Bm V
= 204 1 = 204
Normalitas Larutan:
N1 = W 𝐵𝐸 × 𝑉𝑡 = 4 204 X 0,1 = 0,19 - 0,2
Normalitas Hasil Titrasi:
N1 X V1 = N2 X V2 0,2 X 10 = N2 X 24
2 = 24 N2 2 = N2
gambar 2. Titik akhir titrasi
6
24
N2 = 0, 83
Natrium Hidroksida (NaOH)
19,3 mL Berat Ekivalen:
BE= Bm V = 204 1 = 204
Normalitas Larutan:
N1= W 𝐵𝐸 × 𝑉𝑡 = 4 204 X 0,1 = 0,19 - 0,2 Normalitas Hasil Titrasi:
N1 X V1 = N2 X V2 0,2 X 10 = N2 X 24
2 = 24 N2 2 = N2 24
N2 = 0, 83
Asam Asetat Murni (CH3COOH)
Natrium Hidroksida (NaOH)
23 mL Menghitung Molaritas Asam Asetat/ volume:
M = Massa x 1.000 Mr V 0,1= massa x 1.000 60 25 60 x 10 = 40 m 60 = 40 m 60 = m 40 0, 15 = m M = 0, 15
gambar 3.Llarutan hasil titrasi (percobaan 1)
gambar 4. Titik akhir titrasi
gambar 5. Larutan hasil titrasi (percobaan 2)
gambar 6. Larutan asam asetat (hasil
perhitungan molaritas)
7
Normalitas Hasil Titrasi:
N1 X V1 = N2 X V2 N1 X 25 = 0,83 X 28
N1 25 = 19,09 N1 = 19,09 25 N1 = 0,7
Natrium Hidroksida (NaOH)
42 mL Normalitas Hasil Titrasi:
N1 X V1 = N2 X V2 N1 X 25 = 0,10 X 42 N1 25 = 4,2
N1 = 4,2 25 N1 = 0,16
DATA KELOMPOK 1 (Barter Data) Cuka
Komersil (CH3COOH 25%)
Natrium Hidroksida (NaOH)
18,5 mL N1 X V1 = N2 X V2 N1 X 10 = 0,09X 18,5 N110 = 1,665
N1 =1,665 10 N1 = 0,1665
gambar 7. Titik akhir titrasi
gambar 8. Larutan hasil titrasi (percobaan 1)
gambar 10. Titik akhir titrasi
gambar 9. Larutan hasil titrasi (percobaan 2)
gambar 11.
Larutan hasil titrasi
8 Cuka
Komersil (CH3COOH 25%)
Natrium Hidroksida (NaOH)
19,5 mL N1 X V1 = N2 X V2 N1 X 10 = 0,09X 19,5 N110 = 1,755
N1 =1,755 10 N1 = 0,1755
Tabel 2. Standarisasi NaOH dengan C8H5KO4
Percobaan Indikator PP Volume C8H5KO4 V Na0H
Percobaan :
Potasium Hidrogen Ftalat (C8H5KO4)
2 tetes 10 mL 24 mL
Percobaan ke-2:
Potasium Hidrogen Ftalat (C8H5KO4)
2 tetes 10 mL 19,3 mL
Rata-rata 21,65 mL
Tabel 3. Titrasi sampel dengan larutan NaOH terstandarisasi (penentuan kadar asam) Sampel cuka komersil (kelompok 1)
Percobaan Indikator PP Volume C8H5KO4 V Na0H
Percobaan : Cuka Komersil
2 tetes 10 mL 18,5 mL
Percobaan Ke-2:
Cuka Komersil
2 tetes 10 mL 19,5 mL
Rata-rata 19 mL
Tabel 4. Titrasi sampel dengan larutan NaOH terstandarisasi (penentuan kadar asam) Sampel asam asetat murni (CH3COOH)
Percobaan Indikator PP Volume C8H5KO4 V Na0H
Percobaan 1: Asam Asetat Murni (CH3COOH)
2 tetes 0,15 mL 23 mL
gambar 12.
Larutan hasil titrasi
9 Percobaan ke-2: :
Asam Asetat Murni (CH3COOH)
2 tetes 0,15 mL 42 mL
Rata-rata 32,5 mL
Kadar Asam Asetat:
Kaa= Nasam asetat x BM X 100%
= 0,7 X 60 X 100%
= 42 %
Rata-rata Kaa= 42% + 9,6 % 2 = 0,23016
Kaa= Nasam asetat x BM X 100%
= 0,16 X 60 X 100%
= 9,6 %
B. Pembahasan
Mereaksikan sejumlah larutan volume dengan sejumlah larutan volume lain yang konsentrasinya belum diketahui adalah salah satu cara untuk mengetahui konsentrasi sebuah sampel ataupun larutan. Metode ini disebut dengan titrasi (Baru & Hardianti, 2017).
Pada prraktikum ini yaitu mengenai penentuan kadar asam asetat dengan titrasi asam-basa, dalam uji menngunakan teknik titrasi asam basa yang berguna untuk mengetahui berapa banyak asam asetat yang ada dalam sampel. Larutan natrium hidroksida (NaOH) digunakan sebagai titran, dan reaksi antara potasium hidrogen ftalat (C8H5KO4), asam asetat (CH3COOH) murni, dan cuka komersil dengan natrium hidroksida (NaOH) adalah sebagai berikut.
Potasium hidrogen ftalat (C8H5KO4) adalah garam asam yang juga dikenal sebagai KHP. Potasium hidrogen ftalat (C8H5KO4)/ KHP dapat berupa bubuk putih, kristal tak berwarna, larutan tak berwarna, dan padatan ionik. Karena kemurnian dan stabilitasnya yang tinggi, potasium hidrogen ftalat (C8H5KO4)/ KHP sering digunakan sebagai standar pertama untuk titrasi basa karena, potasium hidrogen ftalat (C8H5KO4)/ KHP adalah asam monoprotic (Tyner & Francis, 2017). Reaksi antara potasium hidrogen ftalat (C8H5KO4) dan NaOH yaitu:
KHP(C8H5KO4)+NaOH→KNaP(C8H4KNaO4)+H2O
Dalam reaksi ini, Potasium hidrogen ftalat (C8H5KO4)/ KHP bereaksi dengan natrium hidroksida (NaOH) untuk menghasilkan garam kalium natrium ftalat (KNaP) dan udara (H2O). Reaksi ini dikenal sebagai netralisasi asam basa (OSAWA, 2005).
Reaksi antara asam asetat murni (CH3COOH), cuka komersil dengan natrium hidroksida (NaOH) juga demikian. Asam asetat (CH3COOH) adalah asam lemah yang dapat bereaksi dengan natrium hidroksida (NaOH) untuk membentuk natrium asetat (CH3COONa) dan air (H2O). Cuka komersial juga mengandung asam asetat sebagai komponen utamanya (OSAWA, 2005). Reaksi yang terjadi saat titrasi dengan NaOH pasti akan sama dengan reaksi yang terjadi pada asam asetat murni:
10
CH3COOH+NaOH→CH3COONa+H2O
Reaksi netralisasi ini terjadi antara asam asetat yang merupakan asam lemah dan natrium hidroksida yang merupakan basa kuat. Asam asetat akan bereaksi dengan NaOH dalam perbandingan molar 1:1, membentuk natrium asetat dan air (Mangkurat & Teknik, 2013).
Untuk titrasi asam-basa, indikator sangat penting untuk menentukan titik akhir titrasi.
Salah satu indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam-basa adalah fenolftalein.
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan dan fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain (Baru & Hardianti, 2017). Fenolftalein tidak berwarna dalam larutan asam, tetapi dalam larutan basa, indikator ini berwarna merah muda hingga merah. Perubahan warna ini terjadi antara pH 8,3 dan 10,0. Prinsip kerja indikator fenolftalein bergantung pada perubahan pH dalam larutan:
• fenolftalein tidak berwarna dalam larutan asam dengan (pH < 8,3)
• Fenolftalein berwarna merah muda hingga merah tua dalam larutan basa (pH > 8,3) (OSAWA, 2005)
Selama titrasi asam asetat dengan natrium hidroksida (NaOH), larutan awalnya bersifat asam dan tidak berwarna setelah penambahan fenolftalein. Saat natrium hidroksida (NaOH) ditambahkan dan mendekati titik ekivalen, larutan meningkat. Setelah penambahan sedikit natrium hidroksida lagi, larutan sedikit menjadi basa, yang menyebabkan fenolftalein berubah menjadi merah muda. Perubahan warna ini menunjukkan bahwa proses titrasi hampir berakhir.
Setelah saya bandingkan hasil pengamatan praktikum ini dengan literatur hasilnya selaras dan sesuai dengan literaturnya. Seperti reaksi yang terjadi, apa yang dihasilkan dari standarisasi, titrasi dan lainnya (OSAWA, 2005) dan (Mangkurat & Teknik, 2013).
11 BAB IV KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu tujuan praktik mengenai penentuan kadar asam asetat dengan titrasi asam basa adalah untuk mengukur konsentrasi asam asetat dalam sampel cuka dengan menggunakan teknik titrasi asam-basa. Proses dimulai dengan standarisasi larutan natrium hidroksida (NaOH) menggunakan potasium hidrogen ftalat (C8H5KO4) sebagai standar awal. C8H5KO4 dipilih karena sifatnya sebagai asam monoprotik yang sangat murni dan stabil dan ideal untuk standarisasi larutan basa. Setelah standarisasi selesai, sampel cuka dititrasi dengan larutan NaOH dengan konsentrasi yang diketahui sebelumnya. Untuk mengidentifikasi titik akhir titrasi dan tak lupa indikator fenolftalein ditambahkan. Perubahan warna larutan menjadi merah muda menunjukkan bahwa seluruh asam asetat telah bereaksi dengan basa.
Praktikum ini mengajarkan kita betapa pentingnya mengukur volume selama titrasi dan mengencerkan dengan benar untuk mendapatkan hasil yang akurat. Untuk analisis kimia kuantitatif, pemahaman tentang penggunaan standar primer seperti C8H5KO4 dan indikator yang tepat seperti fenolftalein sangat penting. Untuk memastikan kualitas dan keamanan produk cuka bagi pengguna, sangat penting untuk mengawasi kadar asam asetatnya. apalagi kita anak TPHP universitas siliwangi wajib paham nih.
12
DAFTAR PUSTAKA
Asiva Noor Rachmayani. (2015). DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK. 6.
Baru, & Hardianti. (2017). LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR TITRASI NETRALISASI. 1–23.
Dona, R., Ningrum, T. E. W., Hamzah, F., & Wahyuni, D. T. (2024). Penentuan Kadar Asam Asetat Dalam Larutan Cuka Makan Yang Beredar Di Pekanbaru Dengan Metode
Alkalimetri. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia, 13(1), 18–22.
https://doi.org/10.51887/jpfi.v13i1.1875
Hakim, M. L. Al, Hartanto, R., & Nurhartadi, E. (2016). PENGARUH PENGGUNAAN ASAM ASETAT DAN EDIBLE COATING EKSTRAK BAWANG PUTIH TERHADAP KUALITAS FILLET IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN. Journal of JSEE, 64(1), 1_66-1_66.
https://doi.org/10.4307/jsee.64.1_66
Indis, N. Al, Syahara, M. A., & Rosyadi, A. S. A. I. (2023). Pelatihan penentuan kadar cuka makanan dnegan metode titrasi dalam acara mgpm kimia madrasah aliyah se-kabupaten kediri. Jurnal Jejaring Matematika Dan Sains, 5(1), 35–42.
Kenada, iI P. B. (2014). PRAKTIKUM KIMIA DASAR II ANALISIS VOLUMETRI.
https://www.scribd.com/doc/251237826/titrasi-asam-asetat
Mangkurat, U. L., & Teknik, F. (2013). STANDARISASI NAOH DAN PENGGUNAANNYA DALAM MENENTUKAN KONSENTRASI ASAM ASETAT PERDAGANGAN.
Muliyah, P., Aminatun, D., Nasution, sykma septian, Hastomo, T., & sitepu, setiana sri wahyuni. (2020). Penuntun Praktikum Kimia AnalitikTPHP. Journal GEEJ, 7(2).
OSAWA, M. (2005). General Chemistryとしての電気化学をめざして. Electrochemistry, 73(11), 935–935. https://doi.org/10.5796/electrochemistry.73.935
Surtiyani, M. (2015). Analisis kadar asam. 2011, 6–30.
Tyner, T., & Francis, J. (2017). Potassium Hydrogen Phthalate, Acidimetric Standard [Edited-collection]. ACS Reagent Chemicals, 2–5.
https://doi.org/10.1021/acsreagents.4291.20190201