• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak Penghasilan Pasal 21

N/A
N/A
Adam am

Academic year: 2024

Membagikan "Pajak Penghasilan Pasal 21"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PPh Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21

Kelompok 4 // 4F Akuntansi

(2)

Anggota Kelompok 4

Ema Nuratika

022121170

Adam Armansyah

022121178

Bernadet Bekania T.

022121180

(3)

PPh 21 adalah pajak pemotongan yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh seorang Wajib Pajak Orang

Pribadi (WPOP) dalam negeri atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukannya.

PENGERTIAN

PPh Pasal 21

(4)

1. Pegawai Tetap

2. Penerima uang pesangon

3. Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas 4. Bukan pegawai

5. Mantan pegawai menerima bonus, jasa produksi, THR, dan sejenisnya

6. Anggota dewan komisaris

7. Penerima dana pensiun yang masih aktif sebagai pegawai

8. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan

Subjek Pajak

(5)

• Biaya jabatan sebesar 5% setinggi-tingginya Rp500.000 per bulan atau Rp6.000.000 setahun.

• Iuran yang dibayarkan oleh pegawai.

Misalnya Jaminan Pensiun.

• Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

• Jika penghasilan tidak sampai Rp450.000 per hari atau Rp4.500.000 per bulan maka pegawai tidak tetap tersebut tidak ada pemotongan PPh Pasal 21.

• Jika penghasilan mencapai Rp450.000 per hari atau sama dengan Rp4.500.000 per bulan maka pegawai tersebut, penghasilan brutonya dikurangi Rp450.000.

• Jika penghasilan lebih dari Rp4.500.000 hingga Rp10.200.000 maka

perhitungannya adalah penghasilan dikurangi PTKP sebenarnya.

PPh 21

Pegawai Tetap

PPh 21 Pegawai Tidak Tetap

Perhitungan Berdasarkan

Subjek Pajak

(6)

Tarif PPh 21 Bukan Pegawai

• Tarif PPh 21 bagi bukan pegawai berkesinambungan maka perhitungannya adalah 50% dari jumlah penghasilan bruto

dikurangi PTKP.

• Sedangkan bagi pegawai tidak

berkesinambungan maka perhitungannya adalah 50% dari jumlah penghasilan bruto saja.

PPh 21 atas Manfaat Pensiun

• Untuk manfaat pensiun yang dibayar sekaligus,

pemotongan dilakukan secara progresif yaitu 0% untuk

penghasilan hingga

Rp50.000.000 dan 5% untuk penghasilan di atas

Rp50.000.000.

• Untuk manfaat pensiun yang dibayarkan bulanan, maka perhitungan PPh 21 sama dengan perhitungan bagi pegawai tetap dengan tarif progresif Penghasilan Kena Pajak sesuai Pasal 17 UU PPh.

PPh 21 atas Manfaat Uang Pesangon

Adapun lapisan tarifnya adalah sebagai berikut:

Rp0 -hingga

Rp50.000.000 = 0%

Lebih dari

Rp50.000.000 hingga Rp100.000.000 = 5%

Lebih dari

Rp100.000.000 –

Rp500.000.000 = 15%

Lebih dari

Rp500.000.000 = 25%.

Lanjutan…

(7)

Objek Pajak

1. Penghasilan yang diterima/diperoleh Pegawai Tetap bersifat teratur atau tidak teratur

2. Penghasilan yang diterima/diperoleh penerima pensiun bersifat teratur atau tidak teratur

3. Penghasilan berupa uang pesangon

4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas 5. Imbalan kepada bukan pegawai berupa honorarium,

komisi, fee, dan imbalan lain sehubungan dengan jasa yang dilakukan

6. Imbalan kepada peserta kegiatan berupa uang saku

7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan bersifat tidak teratur

8. Penghasilan berupa jasa produksi dan imbalan tidak teratur lain

9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun masih aktif sebagai pegawai

(8)

Tidak Termasuk Subjek Pajak

➢ Pejabat perwakilan diplomatik atau konsultan atau pejabat lain dari negara asing

➢ Pejabat perwakilan organisasi

Internasional

(9)

1. Manfaat atau santunan Asuransi 2. Natura atau kenikmatan dalam bentuk apa pun

3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pension, iuran tunjangan hari tua 4. Zakat yang diterima oleh OP yang berhak 5. Beasiswa yang diterima atau diperoleh oleh WNI

Tidak Termasuk

Objek Pajak

(10)

1. Honorarium dan imbalan lain yang diterima oleh pejabat negara.

2. Uang pesangon yang dibayarkan sekaligus

3. Uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan

pembayaran lain sejenis

Penghasilan Yang PPh

Pasal 21 Bersifat Final

(11)

PPh Pasal 21= Tarif × Dasar pengenaan pajak

Besarnya tarif dan dasar pengenaan pajak (PKP) didasarkan pada jenis penghasilan dan penerima penghasilan

Tarif Dasar Pengenaan Pajak

Pasal 17 ayat (1) a UU PPh Penghasilan Bruto

Tarif Khusus 50% x Penghasilan Bruto

Tarif Final Penghasilan Kena Pajak

(12)

H IT U N G A N Penerima Pegawai tetap: swasta, PNS, anggota TNI/Polri,

pejabat negara, dan pensiunannya

Jenis Penghasilan

Penghasilan teratur: gaji, uang lembur, tunjangan,

premi asuransi dibayar pemberi

kerja, natura

(tertentu)

(13)

Lapisan penghasilan kena pajak Tarif

0 s.d. Rp60 juta 5%

Di atas Rp60 juta s.d. Rp250 juta 15%

Di atas Rp250 juta s.d. Rp500 juta 25%

Rp500 juta s.d. Rp5 Miliar 30%

Di atas Rp5 Miliar 35%

Ketentuan Tarif Pasal

17 UU PPh - WP OP

(14)

PKP

P en gh as ila n K en a P aj ak

Untuk PKP, tarif Pajak Penghasilan dikenakan sebagai tarif pajak progresif yang diatur dalam Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008.

Untuk lebih jelasnya, berikut daftar tarif progresif PPh 21.

Lapisan Penghasilan Kena Pajak

Tarif Pajak (Memiliki NPWP)

Tarif Pajak

(Tidak memiliki NPWP)

Hingga Rp50.000.000 dalam Setahun 5% 6%

Diatas Rp50.000.000 hingga Rp250.000.000 dalam Setahun

15% 18%

Diatas Rp250.000.000 sampai Rp500.000.000

25% 30%

Diatas Rp500.000.000 30% 36%

(15)

Perhitungan

Penghasilan Kena Pajak

Misal, Pak Wiji berpenghasilan RP360.000.000 setahun, maka perhitungannya tidak

langsung dikali dengan faktor pengali lapisan penghasilannya atau Rp360.000.000 x 25%.

Cara perhitungan yang benar adalah dengan menghitung pph 21 pada tiap lapisan.

Penghasilan Rp360.000.000 tadi dibagi-bagi ke dalam lapisan perhitungan. Diawali

dengan lapisan pertama Rp50.000.000, sisanya dibagi sesuai dengan selisih per lapisan.

Dengan kata lain jika Pak Wiji berpenghasilan Rp360.000.000 setahun maka perhitungan yang benar adalah:

Hitung lapisan pertama terlebih dahulu yaitu, Rp50.000.000 x 5% = Rp2.500.000 Lalu ambil selisih antara lapisan pertama dan kedua yaitu Rp250.000.000 –

Rp50.000.000 = Rp200.000.000. Selisih ini kemudian dikali dengan pengali tarif pajak lapisan kedua yaitu Rp200.000.000 x 15% = Rp30.000.000

Kemudian tinggal mengkali sisanya dengan lapisan ketiga yaitu Rp110.000.000 x 25% = Rp27.500.000

Perhitungan

Penghasilan Kena Pajak

(16)

Pria/Wanita Lajang

TK/0 Rp54.000.000 TK/1 Rp58.500.000 TK/2 Rp63.000.000 TK/3 Rp67.500.000

Pria Menikah

K/0 Rp58.500.000 K/0 Rp63.000.000 K/2 Rp67.500.000 K/3 Rp72.000.000

Menikah NPWP Suami Istri Digabung

K/I/0 Rp112.500.000 K/I/1 Rp117.000.000 K/I/2 Rp121.500.000 K/I/3 Rp126.000.000

Keterangan:

TK : Tidak Kawin K : Kawin

K/I : Kawin dengan penghasilan suami dan istri digabung.

Tanggungan maksimal 3 orang.

Catatan:

Jika istri memiliki pekerjaan, penghasilan, dan NPWP sendiri, maka PTKP menggunakan status TK/0. Tapi

PTKP suami tetap dianggap status K/0 – K/3.

Penghasilan Tidak Kena Pajak

(17)

PTKP

P en gh as ila n T id ak K en a P aja k

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.

101/PMK.010/2016 perubahan nilai PTKP sebagai berikut:

1. Wajib pajak orang pribadi tidak kawin (TK/0) = Rp54.000.000 per tahun atau Rp4.500.000 per bulan

2. Tambahan untuk wajib pajak kawin tanpa tanggungan (K/0) = Rp4.500.000 menjadi Rp58.500.000

3. Untuk istri yang penghasilannya digabung dengan suami tanpa

tanggungan (K/I/0) = Rp54.000.000. Jadi besaran PTKP untuk suami dan istri yang penghasilannya digabung = Rp58.500.000 +

Rp54.000.000 = Rp112.500.000

4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah (ayah, ibu, anak kandung) dan keluarga semenda (mertua, anak tiri) dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

Rp4.500.000.

5. Jadi misalnya pria sudah menikah dengan dua anak. Jika penghasilan dipisah dengan istri, besaran PTKP = Rp58.500.000 + (Rp4.500.000 x 2) = Rp67.500.000. Bila digabung = Rp58.500.000 + Rp63.000.000 = Rp121.500.000.

(18)

Andi seorang karyawan, wajib pajak belum menikah (TK/0).

Gaji per bulan = Rp6.000.000.

Penghasilan neto per tahun

= Rp6.000.000 x 12

= Rp72.000.000.

PTKP = Rp54.000.000.

PKP Andi = Rp72.000.000 – Rp54.000.000 = Rp18.000.000.

Pembayaran PPh (tarif 5%) = 5% x Rp18.000.000 = Rp900.000.

PPh tersebut sudah dipotong oleh pemberi kerja (perusahaan), sehingga saat melaporkan pajak di SPT Tahunan nihil atau tidak kurang bayar pajak.

Surya menikah dengan Tiara dan memiliki 2 orang anak (K/2).

Surya dan Tiara bekerja di perusahaan berbeda, namun NPWP dipisah.

Penghasilan neto setahun Surya = Rp120.000.000.

Penghasilan neto setahun Tiara = Rp84.000.000 .

PTKP K/2 = Rp67.500.000.

PKP Surya = Rp120.000.000–Rp67.500.000

= Rp52.500.000.

PPh Surya yang dipotong pemberi kerja

= Tarif 5% x Rp52.500.000 = Rp2.625.000.

PKP Tiara = Rp84.000.000 – (PTKP TK/0) Rp54.000.000 = Rp30.000.000.

PPh Tiara yang sudah dipotong pemberi kerja = Tarif 5% x Rp30.000.000 = Rp1.500.000.

Menghitung PPh sebelum Menikah

Menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Sebelum dan Setelah Menikah

Menghitung PPh setelah Menikah

NPWP Suami Istri dipisah

(19)

Lanjutan…

• Surya menikah dengan Tiara dan memiliki 2 orang anak (K/2).

• Surya dan Tiara bekerja di perusahaan berbeda, namun NPWP sudah digabung.

• Penghasilan neto setahun Surya = Rp120.000.000.

• Penghasilan neto setahun Tiara = Rp84.000.000.

• PTKP K/I/2 = Rp121.500.000.

• PKP = (Penghasilan Surya + Tiara) Rp120.000.000 + Rp84.000.000

= Rp204.000.000. Rp204.000.000 – Rp121.500.000 = Rp82.500.000.

• PPh suami istri= Tarif 5% x Rp60.000.000 = Rp3.000.000.

= Tarif 15% x Rp 22.500.000 = Rp3.375.000.

= Rp3.000.000 + Rp3.375.000 = Rp6.375.000.

• SPT Tahunan Surya = (Rp120.000.000 / Rp204.000.000) x Rp6.375.000 = Rp3.750.000.

• PPh Surya yang sudah dipotong pemberi kerja = Rp2.625.000 (mengacu pada perhitungan di atas).

Kurang bayar pajak yang harus dilunasi Surya = Rp3.750.000 – Rp2.625.000 = Rp1.125.000.

• SPT Tahunan Tiara = (Rp84.000.000 / Rp204.000.000) x Rp6.375.000 = Rp2.625.000.

• PPh Tiara yang sudah dipotong pemberi kerja = Rp1.500.000 (mengacu pada perhitungan di atas).

Kurang bayar pajak = Rp2.625.000 – Rp1.500.000 = Rp1.125.000.

NPWP Suami Istri digabung

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Objek dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan. Objek Pajak Penghasilan PPh

PPh atau Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, honor / honorarium, upah, tunjangan dan pembayaran lain yang diterima atau

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 orang pribadi adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, honor /

Pajak Penghasilan 21 atau PPh 21 adalah Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan

Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 Pengertian PPh pasal 21 berdasarkan peraturan Menteri Keuangan No 252/PMK.03/2008 menyebutkan bahwa PPh pasal 21 adalah pajak

Menurut Edy Suprianto (2011-37), menyatakan bahwa: Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau

Bank Rakyat Indonesia, Tbk Kantor Cabang Balikpapan Sudirman telah mengimplementasikan perhitungan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 terhadap penghasilan pegawai sesuai dengan peraturan

Pajak penghasilan pasal 21 menurut Undang – undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, honorarium, upah, tunjangan, dan pembayaran