LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
TENTANG
TATA CARA PEMUNGUTAN/PEMOTONGAN
PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
TERHADAP PEGAWAI KANTOR PTP NUSANTARA III MEDAN
D
NAMA
: MUHAMMAD ARMADA MARAMIS
NIM
: 062600124
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi
Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH
NAMA : MUHAMMAD ARMADA MARAMIS
NIM : 062600124
Prog. Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan
Judul : TATA CARA PEMUNGUTAN/PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI KANTOR PTP NUSANTARA III MEDAN
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat
serta hidayah-NYA, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) yang berjudul “TATA CARA PEMUNGUTAN/PEMOTONGAN
PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI KANTOR PTP NUSANTARA III MEDAN”.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi pada Progam Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis berharap laporan ini dapat
memberikan sumbangan kepada siapapun yang membaca laporan ini untuk mendalami
masalah perpajakan.
Dalam penyelesaian laporan ini penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan baik dalam hal penyajian data maupun dalam hal penulisan.
Untuk itu, penulis membuka hati untuk menerima saran dan kritik yang membangun
dalam penyempurnaan laporan ini. Namun demikian, penulis juga telah dibantu oleh
berbagai pihak dalam penyelesaian laporan ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Yang pertama dan teristimewa, penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesarnya-besarnya untuk kedua orang tuaku, Ibunda Hj. Rosmawati Hutasuhut
semangat, dukungan, pengertian dan kesabaran yang luar biasa selama ini. Mada
harap ini bisa buat Mama Papa bangga. Walaupun terlambat.
2. Bapak Prof. DR. M.Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. H. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si, selaku Ketua Program
Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.
4. Abangda M. Arifin Nasution, S.Sos, M SP selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan bantuan yang berharga dalam menyelesaikan laporan PKLM
ini.
5. Seluruh Dosen dan staf pengajar serta pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
6. Kak Korbi dan izal, terima kasih buat semua bantuan, informasi, kelancaran
proses administrasi selama masa perkuliahan dan penyelesaian laporan.
7. Terima kasih atas dukungan, saran-saran dan semangatnya buat abangku Roni
dan keluarga (kak Rina n calon ponakanku), kakak-kakakku Yona dan Fitri a.k.a
pitok thanks y tok buat dukunganmu (kapan kw nikah???)hehehehe...dan spesial
buat malaikat kecil di rumah “Raisa” sayang ( wang ada bombon???).
8. Om ku, H. Yance Maramis dan keluarga, yang udah banyak sekali membantu
terlaksananya PKLM ini di Kantor PTP Nusantara III Medan.
9. Untuk sahabat-sahabatku Mhd. Mansyur Hasibuan alias acun alias
‘andi’(hahaha), Handoko Helmi alias ook alias lincung, Mhd. Fauzi alias ozi alias
boboho(botak-botak homo), Nirwan Prasetya alias aceh alias ‘tomi’(hahaha),
Ardiansyah Nugraha,SP alias ardi alias aca, Mhd. Iqbal Perdana,SP alias ibal
alias titik, Ardini Dwi Cahyanti alias dynee, Meli Sarani alias meli alias MC
Kondang yang telah banyak memberikan saran, dukungan, semangat serta doa
untuk penulis dalam penyelesaian laporan PKLM ini. Sahabat selamanya y
woiiiiii (kapan kita UNO lagi??)…..
10. Untuk kawan-kawan terbaik yang selalu ada Indra (ndra makasih y dah bantuin
aku ngetik, gk percuma kw ‘pulang diam2’, jago ngetik kw rupanya,hehe) Naeni,
Mira, Fisca, Ade ’aneh’, Hakim, Guduy, Ivan, Ali, Fajar, Yansen, Arman’gelek’,
Irma, Mok-Mok, Faisal, Fitrah genduk.
11. PoweRangersFingerFighters (Kimung, Nicky, Kancil, Abdi bedeell, Ketua
Usnul, Deni Penyu-den makasih y buat Laporannya).
12. Kawan-kawan futsal (bang Ucok dan keluarga, pu2, modon, bagus, doni, simson,
dicky, ginda, agus, panji, jefri, riza, yubas) yang selalu bisa ngilangin suntuk.
13. “madutigaku”, makasih banyak y sayang.
14. Kawan seperjuangan berlomba dengan waktu acun, ook, rico gendut, roy ‘opung’
(luar biasa perjuangan kita woii).
15. Kawan-kawan seperjuangan di kelas C 06 ricky, ayah, panji, rio, dodi, khususnya
buat ‘anak2 transferan’ senasib sepenanggungan (yudi ‘lepoh’, aong, benny,
datok, golbet, meo, nuek) bagi yang belum selesai tetap semangat ya kawan2,
kami siap bantu kalian.
16. Yani.. makasih banyak y yani buat dukungan, waktu luang, dan semangatnya.
18. Pihak-pihak atau kawan-kawan lain yang belum saya sebutkan, saya mohon
maaf. Terima kasih buat kalian….
Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan PKLM ini dapat memberikan
manfaat bagi setiap pembacanya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Medan, September 2009
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………...…..i
DAFTAR ISI………...v
DAFTAR BAGAN DAN TABEL………...x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………...1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM………...5
C. Ruang Lingkup PKLM………...8
D. Metode PKLM………...8
E. Metode Pengumpulan Data...9
F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM...10
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PTP NUSANTARA III MEDAN A. Sejarah Singkat Kantor PTP Nusantara III Medan…...12
B. Maksud dan Tujuan Perusahaan...16
C. Visi dan Misi Perusahaan...19
D. Struktur Organisasi...21
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 A. Pengertian Pajak...22
B. Pengertian Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan Pasal 21, dan Pegawai Tetap...23
D. Pemotong dan Pemungut Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21...25
E. Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak serta Penerima Penghasilan Yang Dipotong Pajak...26
F. Objek dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21...28
F.1. Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21...28
F.2. Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21...29
G. Pengurang Yang diperbolehkan dalam menghitung PPh Pasal 21 Bagi Karyawan Tetap...30
G.1. Biaya Jabatan...30
G.2. Biaya Pensiun...30
H. Pengurangan Untuk Menghitung Penghasilan Kena Pajak...31
I. Tarif Pajak Penghasilan...33
J. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21...34
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Prosedur Pemungutan/Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan...38
B. Objek dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan...39
B.1. Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21...39
B.3. Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan...40
C. Prosedur Penyetoran PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai
Kantor PTP Nusantara III Medan...43
D. Prosedur Pelaporan PPh Pasal 21 Pegawai Kantor PTP
Nusantara III Medan...44
E. Pendaftaran Pajak Penghasilan...45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...47
B. Saran...48
DAFTAR BAGAN DAN TABEL DAFTAR BAGAN
Bagan 1 : Struktur Organisasi Kantor PTP Nusantara III Medan…………..……..21
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Tarif PTKP Tahun 2000………..…32
Tabel 2 : Tarif PTKP Tahun 2008………..32
Tabel 3 : Tarif PKP Tahun 2000………...33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,
perguruan tinggi dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan
setiap unsur-unsurnya termasuk mahasiswa sebagai elemen penting masa depan agar
menjadi pribadi-pribadi yang mandiri, kreatif, dan solutif dalam menyikapi
perkembangan yang terjadi dalam era globalisasi dewasa ini.
Lembaga pendidikan merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peranan
dalam membentuk dan menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas melalui
teori-teori yang diterima selama masa perkuliahan dan mengaplikasikannya di lapangan
melalui kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM). Dalam rangka untuk
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di lingkungan kampus adalah dengan cara
meningkatkan kegiatan intrakulikuler yang dimaksudkan untuk memberi pengalaman
praktis di lapangan. Dengan demikian, mahasiswa dapat belajar dari dunia kerja yang
sesuai dengan bidangnya dan sekaligus menjadikan mahasiswa sebagai individu yang
solutif terhadap berbagai permasalahan yang muncul dilapangan. Universitas Sumatera
Utara sebagai salah satu lembaga pendidikan khususnya Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan yang menekankan pada pendidikan profesionalisme untuk
membentuk tenaga-tenaga ahli tingkat madya yang kompeten dalam menangani
pekerjaan sesuai bidang pendidikan yang ditekuninya. Hal tersebut dimaksudkan agar
sebenarnya khususnya pada bidang perpajakan, serta dapat mempraktikkan teori-teori
yang diterima selama masa perkuliahan.
Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang didunia. Sebagai
negara berkembang, Indonesia berusaha untuk mengadakan pembangunan di segala
bidang. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut diperlukan biaya yang besar, dan
salah satu pembiayaan tersebut tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang ditetapkan setiap tahunnya.
Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan
berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materil
maupun spiritual. Dalam pemenuhan kebutuhan keuangan pemerintah guna membiayai
pembangunan Nasional diperlukan sumber dana guna pemenuhan tersebut. Pemerintah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dahulu kala lebih mengandalkan sektor migas untuk
mendapatkan dana, akan tetapi sejalan dengan waktu migas adalah sumber pendapatan
Negara yang semakin hari semakin habis, oleh karena itu pemerintah perlu menggali
sumber-sumber keuangan Negara yang baru, salah satunya adalah pajak. Pajak
merupakan sektor potensial bagi Negara guna mendapatkan dana demi lancarnya
pembangunan Nasional yang berguna untuk kepentingan bersama.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat (23) dikatakan bahwa
’’Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-Undang’’, sehingga
menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan,
ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain-lain harus
Masalah pajak merupakan masalah yang dihadapi pemerintah sebagai pihak yang
memungut pajak dengan rakyat sebagai pihak yang berkewajiban membayar pajak.
Masing-masing pihak memiliki kepentingan yang saling ketergantungan. Tentang
besarnya beban pajak, masyarakat wajib pajak mengharapkan adanya pemungutan pajak
yang adil, artinya besarnya pajak yang terutang sesuai dengan kemampuan wajib pajak,
sedangkan harapan pemerintah sebagai pemungut pajak mengharapkan adanya pelunasan
pajak yang tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan
pajak yang berlaku.
Sistem perpajakan yang lama ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan tingkat
kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, baik dari segi kegotong-royongan
Nasional maupun dari laju pembangunan Nasional yang telah dicapai. Oleh karena itu
pemerintah menciptakan sistem perpajakan yang baru yaitu dengan lahirnya
Undang-Undang perpajakan yang baru, yang terdiri atas : UU No. 16 Tahun 1983 Jo. UU No. 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan, UU No. 7 Tahun 1983 Jo. UU
No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Panghasilan dan UU No. 8 Tahun 1983 Jo. UU No. 18
Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, UU No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan dan UU No.
13 tahun 1985 tentang Bea Materai. (Mardiasmo,2000)
Sejalan dengan perkembangan yang ada, disadari banyak masalah yang ternyata
tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada sehingga menuntut perlunya penyempurnaan
terhadap Undang-Undang perpajakan tersebut. Dengan alasan tersebut maka di tahun
penyempurnaan, dan disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.
16,17,18,19, dan 20 tahun 2000.(Mardiasmo,2000)
Adapun salah satu jenis pajak yang memberikan sumbangsih besar bagi
penerimaan Negara adalah Pajak Penghasilan (PPh). Undang-Undang No. 7 Tahun 1984
sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 dan diubah lagi
menjadi Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 yang mengatur pajak atas penghasilan
(laba) yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan.
Pajak Penghasilan (PPh) merupakan penerimaan Negara yang sangat penting
yang akan digunakan untuk melaksanakan pembangunan dan lain-lain. Pembayaran pajak
ini bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan tetapi untuk kepentingan seluruh
rakyat Indonesia. Masyarakat diberikan kepercayaan untuk menghitung, membayar, dan
melaporkan sendiri besarnya pajaknya yang harus dibayarkan (self assessment).
Objek pajak Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah penghasilan yang diterima
atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah honorarium
(termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan komisaris atau
anggota pengawas), premi bulanan, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan jabatan,
tunjangan khusus, tunjangan transport, iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak,
beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja dan penghasilan teratur
lainnya dengan nama apapun.
Kantor PTP Nusantara III Medan merupakan instansi pemerintah yang bergerak
dibidang perkebunan. Setiap pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan dikenakan Pajak
Penghasilan Pasal 21 yang langsung dipotong oleh bendahara kantor. Pajak Penghasilan
diterima atau diperoleh sehubungan dengan pekerjaan dari suatu pemberi kerja atau
merupakan pelunasan untuk tahun pajak yang bersangkutan, sehingga pada akhir tahun
pajak pegawai tersebut tidak diwajibkan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan.
Berdasarkan uraian di atas, yang menarik bagi penulis untuk dijadikan judul
laporan praktik kerja lapangan mandiri adalah Pajak Panghasilan (PPh). Dimana Pajak
Penghasilan (PPh) tersebut adalah mengatur pajak atas penghasilan (laba) yang diterima
atau diperoleh orang pribadi atau badan. Di dalam perkembangannya, Pajak Penghasilan
(PPh) telah ikut memainkan peranan penting bagi penambahan pendapatan Negara. Oleh
sebab itu, penulis menjadikan “Tata Cara Pemungutan/Pemotongan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan” sebagai objek yang menarik untuk dijadikan wadah Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM), yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki beberapa tujuan
dan manfaat baik untuk Mahasiswa itu sendiri, pihak Universitas, atau pihak Instansi
Pemerintah yang dalam hal ini Kantor PTP Nusantara III Medan dijadikan sebagai objek
1. Tujuan PKLM
Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang dilaksanakan oleh
Mahasiswa Program Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan
sesuai dengan tujuan PKLM, yaitu :
1. Untuk Mengetahui tata cara pengadministrasian pemungutan/pemotongan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor PTP Nusantara III Medan.
2. Untuk memperoleh dan melihat secara langsung data mengenai tata cara
pengadministrasian pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
yang dilakukan oleh Kantor PTP Nusantara III Medan.
3. Untuk mengetahui kendala dalam pemungutan/pemotongan PPh Pasal 21 terhadap
pegawai kantor PTP Nusantara III Medan.
2. Manfaat PKLM
Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Mahasiswa, yaitu :
1. Mengaplikasikan disiplin yang telah dipelajari ke dalam permasalahan yang timbul
selama melaksanakan PKLM pada Kantor PTP Nusantara III Medan.
2. Mempelajari dunia kerja di Kantor PTP Nusantara III Medan.
3. Untuk melihat penerapan disiplin ilmu yang dipelajari dalam dunia kerja.
4. Sebagai sarana pengujian dan persiapan dalam menghadapi dunia kerja.
5. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi Mahasiswa khususnya tentang
6. Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam
menghadapi situasi dunia kerja yang sebenarnya.
Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Universitas khususnya Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, adalah :
a. Mempromosikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terdapat di Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara khususnya staf pengajar dan mahasiswa yang
potensial.
b. Memberikan uji nyata bagi Kurikulum.
c. Untuk mengevaluasi penerapan Kurikulum Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan.
d. Memperbaiki persepsi umum tentang Universitas.
Yang menjadi manfaat PKLM bagi Instansi Pemerintah khususnya Kantor PTP
Nusantara III Medan, yaitu :
a. Mendapatkan masukan dan saran terhadap pelaksanaan administrasi serta sistem
dan prosedur pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
b. Membina hubungan baik antara Kantor PTP Nusantara III Medan dengan Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
c. Memberikan masukan untuk evaluasi dan penyempurnaan di Program Studi
C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) ini adalah :
1. Proses pengadministrasian pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 di Kantor PTP Nusantara III Medan.
2. Pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor PTP
Nusantara III Medan.
3. Prosedur pelaksanaan pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
di Kantor PTP Nusantara III Medan.
4. PKLM ini dilaksanakan di Kantor PTP Nusantara III Medan khususnya di bagian
keuangan.
5. Data yang diperoleh penulis adalah data pada Tahun 2008.
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini
adalah :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan seperti pemilihan objek PKLM, lokasi
PKLM, pengajuan judul PKLM, pengajuan proposal PKLM, dan surat pengantar.
2. Studi Literatur
Dalam tahap ini penulis melakukan pencarian data dan informasi dengan
membaca landasan teori, mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti:
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, buku-buku, majalah
3. Observasi Lapangan
Penulis melakukan kegiatan studi mencari data dan informasi dengan mengikuti
PKLM di Kantor PTP Nusantara III Medan.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui 2 cara, yaitu :
a. Data Primer
Yaitu data diperoleh melalui wawancara terhadap orang-orang yang
dianggap mampu memberi masukan dan informasi serta observasi
penulis ke lapangan tempat objek PKLM.
b. Data sekunder
Yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui literatur seperti
sumber-sumber pustaka, undang-undang, dokumentasi maupun
literatur lain yang berhubungan dengan objek PKLM.
5. Analisis dan Evaluasi
Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan
kendala yang dihadapi serta mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan
keluar yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data digunakan 3 metode, yaitu :
1. Wawancara
Yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada
pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi
2. Pengamatan
Melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan
terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian, metode ini diharapkan dapat
memberikan masukan data primer.
3. Dokumentasi
Dalam metode ini penulis mempelajari segala sumber pustaka seperti buku dan
Undang-Undang yang berhubungan dengan objek PKLM dan juga meminta
berbagai dokumen yang berhubungan dengan objek PKLM, yang dapat berupa
struktur organisasi.
F. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan PKLM ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang PKLM, tujuan
dan manfaat PKLM, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode
pengumpulan data, serta sistematika penulisan laporan PKLM.
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PTP NUSANTARA III MEDAN
Penulis menguraikan tentang sejarah singkat Kantor PTP Nusantara III
Medan, struktur organisasi Kantor PTP Nusantara III Medan, serta tata
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
Dalam bab ini penulis memaparkan dan menguraikan tentang defenisi
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, dasar hukum
pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, subjek
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan Wajib Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21, Dasar Pengenaan Pajak, tarif pajak, cara penghitungan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21.
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
Pada bagian ini penulis akan menganalisa dan mengevaluasi tentang
pengelolaan pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
pada Kantor PTP Nusantara III Medan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan menyimpulkan berdasarkan
gambaran-gambaran pada bab sebelumnya, dan berusaha memberikan saran agar
penerimaan pajak khususnya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dapat
lebih optimal lagi.
BAB II
GAMBARAN UMUM
KANTOR PTP NUSANTARA III MEDAN
A. Sejarah Singkat PTP Nusantara III Medan
PT. Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengelolaan dan
pemasaran hasil perkebunan. Pembentukan perusahaan ini mempunyai lintasan sejarah
yang diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan
Belanda pada tahun 1958 oleh Pemerintah RI yng dikenal sebagai proses “nasionalisasi”
perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Embrio yang
turut membentuk perusahaan berasal dari NV Rubber Cultuur Maatchappij Amsterdam
(RCMA) dan NV Cultuur Kij’de Oeskut (CKO) yang merupakan perusahaan perkebunan
Belanda yang beroperasi di Indonesia sejak zaman kolonial pada masa pemerintahan
Hindia Belanda.
Langkah awal perusahaan dimulai pada tahun 1958 dengan nama Perusahaan
Perkebunan Negara Baru cabang Sumatera Utara (PPN Baru). Setelah mengalami
beberapa kali perubahan bentuk/status badan hukum sejalan dengan Undang-Undang
(UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) yang ada, pada tahun 1968 PPN tersebut
diorganisasikan menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang
selanjutnya pada tahun 1974 bentuk hukumnya dialihkan menjadi PT. Perkebunan
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas terhadap kegiatan usaha
BUMN, pemerintah telah mencanangkan program restrukturisasi BUMN sub sektor
perkebunan melalui penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan
perampingan struktur organisasi.
Diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1994, 3 (tiga)
BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT. Perkebunan III (Persero), PT. Perkebunan IV
(Persero), dan PT. Perkebunan V (Persero) disatukan pengelolaannya oleh Direksi
Perkebunan III (Persero). Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor : 8 tahun
1996, tanggal 14 februari 1996 perusahaan tersebut yaitu PT. Perkebunan III, IV dan V,
yang wilayah kerjanya berada di provinsi Sumatera Utara di gabungkan satu perusahaan,
menjadi :
Nama : Perusahaan Perseroan (Persero)
PT. Perkebunan Nusantara III
disingkat dengan
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)
Alamat : Sei Batang Hari No. 2
Medan – 20122
Telepon : 8452244 – 8453100
Fax : 8455177 – 8454728
Email :
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akta Notaris Harun
Kamil, SH, Nomor 36 tanggal 11 maret 1996 dan telah mendapat pengesahan dari
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan Nomor
C2-8331.HT.01.TH.96 tanggal 8 agustus serta diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia Nomor 81 tanggal 8 oktober 1996, tambahan Nomor : 8674/1996.
Sebagai BUMN pengurusan dan pengawasan perusahaan mengacu kepada
Peraturan Pemerintah yang berlaku. Adapun dasar pengangkatan dan pemberhentian
manajemen perseroan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha
Milik Negara Republik Indonesia Nomor : KEP-213/M-MBU/2003 tanggal 05 juni 2003,
susunan keanggotaan Komisaris Perusahaan adalah:
Komisaris Utama
Komisaris 1
Komisaris 2
Komisaris 3
Dan untuk keanggotaan Direksi, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Badan
Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor : KEP-245/MBU/2003 tanggal 19 juni
2003 tentang Pembentukan dan pengangkatan anggota-angggota Direksi Perusahaan PT.
Perkebunan Nusantara III dengan susunan sebagai berikut:
Direktur Utama
Direktur Produksi
Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum
Direktur Keuangan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah badan tertinggi dalam
organisasi perusahaan. Dewan Komisaris (Dekom) berfungsi sebagai badan pengawas
yang bertugas untuk kepentingan para pemegang saham. Pengelolaan usaha sepenuhnya
dikendalikan oleh para Direksi.
Komposisi dan Personalia Dewan Komisaris beserta direksi ditetapkan oleh
Menteri Negara Pendayaagunaan BUMN Republik Indonesia, sedangkan struktur
organisasi perusahaan yang berlaku terhitung mulai tanggal 6 mei 1996 ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III No.
III.BD/KPTS/R.01/1996.
Perusahaan bergerak dalam bidang usaha perkebunan dengan komoditi utama
(core bisnis) kelapa sawit dan karet. Perusahaan memiliki lahan perkebunan yang
didukung dengan pabrik pengolahan untuk masing-masing komoditi tersebut. Lahan
perkebunan perusahaan tersebar di provinsi Sumatera Utara seluas 144.580 Ha dalam
pengelolaan perusahaan dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) Distrik Manager.
Perusahaan melakukan pengolahan hasil tanaman dari kebun sendiri, kebun
plasma maupun dari pihak lain, hasilnya menjadi bahan baku untuk Pabrik Kelapa Sawit
dan Pabrik Karet. Kapasitas pabrik kelapa sawit 510 ton/jam dengan jumlah 11 buah dan
kapasitas pabrik karet 202 ton karet kering/hari yang sebahagian sebagai bahan baku
untuk industri hilir karet dan tidak termasuk dalam ruang lingkup manual ini.
Uraian Jenis Produk
Komoditi Kelapa Sawit Komoditi Karet
Rumah Sakit
Minyak Sawit(CPO), dan Inti Sawit (PK)
Untuk menunjang peningkatan, kesehatan, kesejahteraan dan pendidikan
karyawan, perseroan menyediakan sarana lima unit Rumah Sakit dan Poliklinik setiap
kebun/unit serta sarana sosial berupa rumah ibadah, sekolah/madrasah dan sarana
olahraga disetiap lokasi perkebunan.
B. Maksud dan Tujuan Perusahaan
Sesuai akte pendirian perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan adalah turut
melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang
ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di sub sektor
perkebunan dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan
prinsip perusahaan yang sehat berlandaskan kepada azas:
1. Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi
pendapatan nasional melalui peningkatan produksi dan pemasaran dari berbagai
jenis komoditi perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam negeri maupun
ekspor, sekaligus dalam rangka meningkatkan ekspor non migas.
2. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada
umumnya serta meningkatkan taraf hidup karyawan pada khususnya.
3. Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air dan kesuburan
tanah.
Tujuan perusahaan ditentukan berdasarkan visi, misi, tata nilai dan faktor
strategi perusahaan dalam jangka panjang. Untuk mencapai maksud dan tujuan
perusahaan tesebut, maka PT. Perkebunan Nusantara III mau tidak mau, suka tidak suka
tingkat kompetisi yang sangat ketat. Keberhasilan dalam memenangkan kompetisi
dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengelola dan meningkatkan perusahaan. Sebuah
perusahaan harus sadar bahwa untuk dapat bersaing di pasar global ini, harus dapat
menunjukkan kompetensinya sesuai dengan persyaratan pasar, kalau tidak akan
mengalami apa yng disebut dengan “konsekuensi seleksi alam”. Agar PT. Perkebunan
Nusantara III mampu bertahan dan dapat terus tumbuh dan berkembang serta dapat
menjadi perusahaan kelas dunia dimasa datang, PT. Perkebunan Nusantara III
melaksanakan Program Transformasi Bisnis (PTB). Sadar akan tantangan dimasa
mendatang ini, PT. Perkebunan Nusantara III telah mengambil inisiatif untuk melakukan
pembaharuan melalui Program Transformasi Bisnis (PTB) yang merupakan metode
komprehensif yang mampu menuntun dalam melakukan perubahan dan pembaharuan.
Program Transformasi Bisnis ini memuat uraian komprehensif dan sistematis
tentang:
1. Tuntutan perubahan yang mendasari Program Transformasi Bisnis.
2. Rumusan Paradigma Bisnis Baru dan The Winning Formula sebagai respon atau
jawaban perusahaan tehadap tuntutan perubahan tersebut.
3. The Business Success Model merupakan terjemahan The Winning Formula
perusahaan dan berisikan indikator kinerja utama serta upaya strategi untuk
mencapainya.
Rumusan paradigma baru PT. Perkebunan Nusantara III:
1. Perubahan, perbaikan dan peningkatan metoda dan kinerja adalah satu keharusan.
2. Kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama untuk memenangkan persaingan.
3. Setiap kegiatan bisnis harus menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan.
4. Pengembangan hubungan industrial yang egaliter berdasarkan keterbukaan,
kesetaraan dan kebhinekaan.
5. Pengembangan SDM yang terintegrasi untuk membangun kapital insani (human)
dan intelektual yang dibutuhkan perusahaan.
6. Kepemimpinan yang efektif membangun pengaruh melalui kemampuan mengajar
dan membagi ilmu, membina hubungan baik dan menjadi panutan.
7. Penghargaan diberikan kepada karyawan berdasarkan kompetensi dan kinerjanya.
8. Efektivitas operasional harus didukung oleh struktur organisasi yang sederhana
dan dinamis.
9. Pemanfaatan teknologi sebagai perangkat untuk peningkatan produktivitas kerja
dan keunggulan kompetitif.
10. Keputusan bisnis diambil berdasarkan fakta dan data yang akurat.
11. Setiap tugas dan operasional perusahaan dilaksanakan dengan cepat tanggap,
cepat tindak lanjut, tuntas, berkualitas dan penuh tanggung jawab.
12. Seluruh aktivitas perusahaan harus berorientasi pada peningkatan mutu dan
C. Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi
“Menjadi perusahaan agri-industri kelas dunia dengan kinerja prima dan
melaksanakan tata kelola bisnis terbaik pada tahun 2009”
2. Misi
a. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.
b. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.
c. Memperlakukan karyawan sebagai aset strategi dan mengembangkannya secara
optimal.
d. Berupaya menjadi perusahaan terpilih yang memberikan “imbal hasil” terbaik
bagi para investor.
e. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.
f. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.
g. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.
3. Tata-Nilai (Values)
Perusahaan memiliki komitmen untuk menjunjung tinggi integritas profesional
dan melaksanakan tata nilai yang berbasis pada:
a. Team-Work : selalu mengutamakan kerja sama tim, agar mampu menghasilkan
sinergi optimal bagi perusahaan.
b. Innovation : selalu menghargai kreatifitas dan menghasilkan inivasi dalam metoda
baru dan produk baru.
c. Excellence: selalu memperlihatkan gairah keunggulan dan berusaha bekerja keras
d. Proactivity : selalu bersikap proaktif, dengan penuh inisiatif dan mengevaluasi
resiko yang mungkin terjadi.
e. Responsibility : selalu bertanggung jawab atas akibat keputusan yang diambil dan
tindakan yang dilakukan.
4. Strategi Perusahaan (Company Strategy)
a. Menjalin dan mengembangkan hubungan sinergi yang efektif dengan mitra
strategi untuk mewujudkan peluang bisnis.
b. Melaksanakan manajemen berorientasi pasar, sensitif terhadap kecenderungan
industri dan pergerakan pasar dan mencermati pesaing.
c. Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan kemampu-labaan serta
pendapatan dan arus kas.
d. Mematuhi aturan-aturan SHE-Safety, Health and Environment. Keselamatan,
kesehatan dan lingkungan.
e. Melaksanakan keunggulan operasional agar perusahaan menjadi Cost-Effective.
f. Membangun budaya kerja yang kondusif dengan melaksanakan Tata-Nilai dan
Paradigna Baru.
g. Membangun dan mengimplementasikan manajemen Sumber Daya Manusia
D. Struktur Organisasi
BAB III
BAB III
DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
A. Pengertian Pajak
Adapun beberapa pengertian pajak menurut ahli antara lain :
1. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah “kontribusi wajib kepada Negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat”.
2. Menurut Prof. Dr. Rahmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
bedasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
kontra prestasi secara langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum.
3. Menurut P.J.A Adriani, SH Pajak adalah iuran kas Negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk
dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum berhubung dengan tugas
Negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri yang melekat pada
pelaksaannya yang sifatnya dapat dipaksakan, dalam pembayaran pajak tidak adanya
kontra prestasi langsung, pajak dipungut oleh pemerintah baik pusat maupun daerah,
pajak diperuntukkan untuk pengeluaran umum.
B. Pengertian Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan Pasal 21, dan Pegawai Tetap
Menurut Pasal 4 UU No 17 Tahun 2000, yang dimaksud Penghasilan adalah
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia Maupun dari luar Negeri yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak.
Pajak Penghasilan tergolong pajak subjektif yaitu pajak yang mempertimbangkan
keadaan diri Wajib Pajak sebagai faktor utama dalam pengenaan pajak, yang tercermin
pada kemampuan Wajib Pajak untuk membayar pajaknya.
Penentuan daya pikul seseorang sangat subjektif sifatnya karena daya pikulnya
dapat ditentukan dengan berbagai faktor seperti jumlah kekayaan, jumlah tanggungan
keluarga, dan sebagainya.
Menurut Dimsky. K. Judiseno Pajak Penghasilan adalah suatu pungutan resmi
yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau penghasilan yang
diterimanya dalam satu tahun pajak untuk kepentingan Negara dan masyarakat dalam
hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.
Jadi pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah Pajak yang dikenakan
atau dipotong oleh pihak lain yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah,
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam Negeri.
C. Dasar Hukum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Setiap pemungutan atau pemotongan yang dilakukan oleh Negara tentu ada dasar
hukumnya, yang menjadi dasar hukum pemungutan dan pemotongan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 adalah :
1. Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana yang diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 28
Tahun 2007.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 dan diubah kembali
menjadi Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.
3. Peraturan pemerintah No. 149 Tahun 2000 Tentang Pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang tebusan,
pensiun, dan tunjangan hari tua.
4. Keputusan DIRJEN Pajak No. KEP-545/PJ/2000 tanggal 29 Desember 2000
Tentang pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 dan 26
D. Pemotong dan Pemungut Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Pemotong PPh Pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh
UU No. 7 Tahun 1983 Tentang PPh sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 17
Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan UU No. 36 Tahun 2008 untuk memotong
Pajak Penghasilan (PPh) 21 antara lain :
1. Pemberi kerja yang terdiri dari Orang Pribadi dan Badan termasuk BUT, badan,
organisasi internasional yang tidak dikecualikan berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan.
2. Bendaharawan Pemerintah termasuk bendaharawan pusat maupun daerah, instansi
atau lembaga pemerintah, lembaga Negara yang lain dan kedutaan besar
Indonesia di luar negeri.
3. Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan badan lain
yang membayar uang pensiun dan Tabungan Hari Tua.
4. Perusahaan, Badan, dan BUT yang membayar honorarium atau pembayaran lain
sebagai imbalan atas kegiatan dan jasa.
5. Perusahaan, Badan, dan BUT yang membayar honorarium atau pembayaran lain
sebagai imbalan atas kegiatan dan jasa yang dilakukan Orang Pribadi dengan
status sebagai Wajib Pajak Luar Negeri.
6. Yayasan (termasuk bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian,
olahraga, kebudayaan) lembaga kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, organisasi
massa, organisasi politik dan organisasi lainnya.
7. Perusahaan, badan dan BUT yang membayarkan honorarium atau imbalan lain
8. Penyelenggara kegiatan yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan
dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri berkenaan
dengan suatu kegiatan.
E. Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak serta Penerima Penghasilan Yang Dipotong Pajak
1. Pemotong PPh Pasal 21 dan Penerima Penghasilan Yang dipotong PPh Pasal 21
wajib mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2. Pegawai, Penerima Pensiun berskala, serta bukan pegawai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a angka 4 wajib membuat surat pernyataan yang
berisi jumlah tanggungan keluarga pada akhir tahun kalender atau pada saat mulai
menjadi Subjek Pajak dalam negeri sebagai dasar penentuan PTKP dan wajib
menyerahkannya kepada pemotong pajak pada saat mulai bekerja atau mulai
pensiun.
3. Dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga pegawai, penerima pensiun
berkala dan bukan pegawai wajib membuat surat pernyataan baru dan
menyerahkan kepada Pemotong PPh Pasal 21 paling lama sebelum mulai tahun
kalender berikutnya.
4. Pemotong PPh Pasal 21 wajib menghitung, memotong,menyetorkan dan
melaporkan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan kalender.
5. Pemotong PPh Pasal 21 wajib membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh
pelaporan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap masa pajak dan wajib
menyimpan catatan atau kertas kerja perhitungan tersebut sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
6. Ketentuan mengenai kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh Pasal 21
untuk setiap bulan kalender sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tetap berlaku,
dalam hal jumlah pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil.
7. Dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh Pasal 21 yang
terhutang, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal
21 yang terhutang pada bulan berikutnya melalui Surat Pemberitahuan Masa PPh
Pasal 21.
8. Pemotong PPh Pasal 21 wajib membuat bukti pemotongan PPh Pasal 21 dan
memberikan bukti pemotongan tersebut kepada penerima penghasilan yang
dipotong pajak.
9. Bentuk formulir pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
F. Objek dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
1. Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, yang
termasuk Objek Pajak Penghasilan :
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun,
upah, honorarium, premi bulanan, uang lembur, premi asuransi, hadiah, dan
penghasilan teratur lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun.
b. Penghasilan yang diterima secara tidak teratur berupa tunjangan hari raya, tantien,
gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan lainnya yang sifatnya tidak tetap.
c. Upah harian, mingguan, satuan, dan upah borongan.
d. Uang tebusan pensiun, pesangon, tabungan hari tua, dan pembayaran lain yang
sejenis.
e. Honorarium, hadiah, penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21 (Bukan Objek Pajak) :
a. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan
kerja, asuransi jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa.
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang diberikan Wajib Pajak.
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun dan iuran jaminan hari tua.
d. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang diberikan pemerintah.
e. Zakat yang diterima oleh Orang Pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
Adapun penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21 secara final adalah :
a. Uang tebusan pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun dan tunjangan hari tua
atau tabungan yang dibayarkan sekaligus oleh penyelenggara JAMSOSTEK.
b. Uang pesangon.
c. Hadiah dan penghargaan perlombaan.
d. Honorarium dan komisi yang diberikan penjaja barang dan petugas dinas luar
asuransi.
e. Penghasilan bruto berupa honorarium dan imbalan lain dengan nama apapun yang
diterima oleh pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, TNI/POLRI.
2. Subjek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
Adapun yang menjadi subjek pajak penghasilan yang dipotong PPh 21 adalah
Orang Pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan:
a. Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan berdasarkan
perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis.
b. Pegawai Tetap adalah Orang Pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang
menerima atau dewan komisaris atau anggota dewan pengawas yang mengelola
perusahaan secara langsung.
c. Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri yang memperoleh gaji,
G. Pengurang Yang diperbolehkan dalam menghitung PPh Pasal 21 Bagi Karyawan Tetap
1. Biaya Jabatan
Sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 3 UU No 7 tahun 1983
sebagaimana diubah terakhir dengan UU No 10 Tahun 1994 dan diubah kembali
menjadi UU No. 36 Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% dikali dengan penghasilan
Bruto.
Di dalam Peraturan Menteri Keuangan RI No. 250 / PMK.03 / 2008 di dalam
Pasal 1 ayat 1 memutuskan bahwa hasil perhitungan antara penghasilan bruto dengan
ketentuan tarif yang ditetapkan, biaya jabatan setinggi-tingginya Rp. 6.000.000( enam
juta rupiah) setahun atau Rp. 500.000 ( lima ratus ribu rupiah ) sebulan.
2. Biaya Pensiun
Sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 3 UU No. 7 Tahun 1983
sebagaimana diubah terakhir dengan UU No 10 Tahun 1994 dan diubah kembali
menjadi UU No. 36 Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% dikali dengan penghasilan
Bruto.
Di dalam Peraturan Menteri Keuangan RI No. 250 / PMK.03 / 2008 di dalam
Pasal 1 ayat 2 memutuskan bahwa perhitungan antara penghasilan bruto dengan tarif
yang ditetapkan, biaya pensiun setinggi-tingginya Rp. 2.400.000 (dua juta empat ratus
H. Pengurangan Untuk Menghitung Penghasilan Kena Pajak
Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dari Wajib Pajak Dalam
Negeri, Penghasilan nettonya dikurangi dengan jumlah PTKP.
1. Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya
sendiri, dalam hal tidak kawin pengurangan PTKP untuk keluarga yang menjadi
tanggungan sepenuhnya.
2. Bagi karyawati yang menunjukkan keterangan tertulis dari pemerintah daerah
setempat (serendah-rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima atau
memperoleh penghasilan, diberikan tambahan PTKP sebesar Rp. 15.840.000
setahun atau Rp. 1.320.000 sebulan dan ditambah PTKP untuk keluarga yang
menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak tiga orang, masing-masing
sebesar Rp. 1.320.000 setahun atau Rp. 110.000 sebulan.
3. Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.
Adapun pegawai yang baru datang, dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun
kalender, besarnya PTKP tersebut berdasarkan keadaan pada awal bulan dari
Besarnya PTKP yang berlaku sesuai dengan pasal 7 UU PPh No.17 Tahun 2000
sebagaimana telah diubah dengan UU PPh No.36 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :
1 Januari 2001 (Lama)
Keterangan Setahun Sebulan
1) Wajib Pajak Orang Pribadi
Rp.13.200.000 Rp.1.100.000
2) Tambahan Untuk Wajib Pajak Kawin
Rp.1.200.000 Rp. 100.000
3) Tambahan untuk setiap Anggota keluarga sedarah dan semanda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang ditanggung sepenuhnya, maksimal 3 orang.
Rp.1.200.000 Rp. 100.000
1 Januari 2009 (Baru)
Keterangan Setahun Sebulan
Untuk Wajib Pajak Rp.15.840.000 Rp.1.320.000
Tambahan Untuk Wajib Pajak yang Kawin
Rp.1.320.000 Rp. 110.000
Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya di gabung dengan penghasilan suami
Rp.15.840.000 Rp.1.320.000
Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang
I. Tarif Pajak Penghasilan
Tarif Pasal 17 UU No.17 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan UU No.36
Tahun 2008, dengan ketentuan berikut:
Tarif Pasal 17 UU No.17 Tahun 2000 (Lama) 1 Januari 2001
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp.25.000.000 5 %
Diatas Rp.25.000.000 sampai dengan Rp.50.000.000
10 %
Diatas Rp.50.000.000 sampai dengan Rp.100.000.000
15 %
Diatas Rp.100.000.000 sampai dengan Rp.200.000.000
25 %
Diatas Rp.200.000.000 35 %
Tarif UU PPh No.36 Tahun 2008 (Baru) 1 Januari 2009
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp.50.000.000 5 %
Diatas Rp.50.000.000 s/d Rp.250.000.000 15 %
Diatas Rp.250.000.000 s/d Rp.500.000.000 25 %
J. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan teratur pegawai
tetap :
1. Penghasilan Netto sebulan dicari dengan cara mengurangkan penghasilan bruto
dengan biaya jabatan, iuran pensiun, iuran, Tunjangan Hari Tua, kemudian
disetahunkan.
2. Apabila Wajib Pajak mulai bekerja setelah bulan Januari, maka penghasilan netto
disetahunkan dengan mengalihkan penghasilan netto sebulan dengan banyaknya
bulan sejak Wajib Pajak mulai bekerja sampai dengan Desember.
3. Penghasilan Netto disetahunkan diatas selanjutnya dikurangi PTKP untuk
memperoleh Penghasilan Kena Pajak (PKP) kemudian menghitung PPh 21
setahun, dengan mengalihkan PKP dengan tarif.
4. Untuk memperoleh PPh 21 sebulan atas penghasilan, jumlah PPh 21 setahun
dibagi dengan banyaknya bulan wajib pajak bekerja.
5. Tarif yang telah ditetapkan adalah tarif Pasal 17 UU PPh Tahun 2000
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 36 Tahun 2008.
Berikut ini adalah contoh penghitungan PPh 21 terhadap pegawai tetap :
Tuan Armada Status menikah dengan satu anak (K/1) bekerja pada PT. Z dengan
memperoleh gaji perbulan Rp.2.500.000,.PT. Z masuk program Jamsostek, Premi
asuransi kecelakaan kerja dan asuransi kematian di tanggung perusahaan sebesar
Rp.110.000 dan Rp.60.000 disamping penanggung kerja menanggung iuran pensiun
yang dibayarkan ke yayasan dan iuran THT masing-masing Rp.30.000 dan
Perhitungan PPh Pasal 21 Tuan Armada berdasarkan PTKP Tahun 2001 (lama):
Gaji Sebulan : Rp. 2.500.000
Premi Asuransi Asuransi Kecelakaan Kerja : Rp. 110.000
Premi Asuransi Kematian :
Penghasilan Bruto Rp. 2.670.000
Rp. 60.000+
Pengurang :
1. Biaya Jabatan :
5% x Rp.2.670.000 =Rp.133.500
(Maksimum yang diperbolehkan Rp.108.000)
2. Iuran Pensiun : =Rp. 30.000
3. Iuran THT : =Rp. 20.000+
Penghasilan Netto sebulan Rp.2.512.000
Rp. 158.000-
Penghasilan Netto setahun 12 x Rp.2.512.000 =Rp.30.144.000
PTKP :
a. Untuk WP sendiri : Rp.13.200.000
b. Untuk WP Kawin : Rp. 1.200.000
c. Tambahan 1 anak : Rp. 1.200.000+
Penghasilan Kena Pajak (PKP) RP.14.544.000
PPh Pasal 21 Terutang setahun :
5% x Rp.14.544.000 =Rp.727.200
PPh Pasal 21 Terutang sebulan :
Rp.727.200 / 12 bln =Rp 60.600
Perhitungan PPh Pasal 21 Tuan Armada berdasarkan PTKP Tahun 2009 (baru):
Gaji Sebulan : Rp.2.500.000
Premi Asuransi Kecelakaan Kerja : Rp. 110.000
Premi Asuransi Kematian : Rp. 60.000
Penghasilan Bruto : Rp.2.670.000
+
Pengurang :
1. Biaya Jabatan
5% x Rp.2.670.000 = Rp.133.500
(Maksimum yang diperbolehkan Rp. 500.000)
2. Iuran Pensiun = Rp. 30.000
3. Iuran THT
Jumlah
= Rp. 20.000+
Penghasilan Netto sebulan =Rp.2.486.500
=Rp. 183.500
PTKP :
a. Untuk WP Sendiri = Rp.15.840.000
b. Untuk WP Kawin = Rp. 1.320.000
c. Tambahan 1 anak = Rp. 1.320.000+
Penghasilan Kena Pajak (PKP) =Rp.11.358.000
=Rp.18.480.000-
PPh Pasal 21 Terutang setahun :
5% x Rp.11.538.000 =Rp.576.900
PPh Pasal 21 Terutang sebulan :
BAB IV
ANALISA DATA DAN EVALUASI
A. Prosedur Pemungutan/Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan.
Adapun pemungutan/pemotongan dan pelaporan PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai
Kantor PTP Nusantara III Medan adalah :
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan Sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.
2. UU Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.36 Tahun
2008.
3. Keputusan Menteri Keuangan RI No 521 / KMK.04/1998 yang berubah
menjadi Keputusan Menteri Keuangan RI No 250 / PMK.03/2008 Tentang
biaya jabatan atau biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.
4. Keputusan Menteri Keuangan No 541 / KMK.04/2000 Tentang Penentuan
Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, tempat
pembayaran pajak, tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak
5. Keputusan Menteri Keuangan No 250 / PMK.03/2008 Tentang petunjuk
pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi.
6. Keputusan Direktorat Jendral Pajak No KEP-545/PJ/2000 Tentang
Petunjuk pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan
kegiatan orang pribadi.
B. Objek dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan.
1. Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
Objek pajak penghasilan PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara
III Medan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh baik penghasilan secara
teratur maupun penghasilan yang diterima secara tidak tetap antara lain bonus dan
tunjangan hari raya.
2. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21
Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III
Medan adalah karyawan tetap Kantor PTP Nusantara III Medan yang melakukan
pekerjaan berdasarkan surat ketetapan yang ditentukan pimpinan dengan menerima atau
3. Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan.
PTP Nusantara III Medan adalah Perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang
menurut Undang-Undang perpajakan diwajibkan untuk membayar pajak dan memenuhi
kewajiban perpajakannya.
Dalam menghitung pajak PPh Pasal 21 Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan
masih menggunakan sistem manual yang dilakukan bagian keuangan Kantor PTP
Nusantara III Medan dengan penyelesaian secara komputerisasi oleh pegawainya untuk
kelengkapan administrasinya. Dari interview yang dilakukan selama PKLM dapat
disimpulkan bahwa karyawan dipungut PPh Pasal 21 adalah karyawan tetap yang
menerima gaji tunjangan umum, tunjangan jabatan, tunjangan beras, tunjangan hari raya,
tunjangan Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan dan tunjangan lainnya.
Cara Pemungutan PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III
Medan melalui gaji pokok ditambah dengan tunjangan-tunjangan tersebut maka dapat
diperoleh penghasilan bruto selama sebulan. Untuk mendapatkan Penghasilan Netto
dapat dicari dengan cara memperhitungkan gaji pokok, tunjangan anak/istri, tunjangan
jabatan, serta tunjangan beras. Kemudian dipotong dengan biaya jabatan yang
diperbolehkan, Iuran pensiun, dan Iuran lain-lain kemudian didapatkan penghasilan Netto
sebulannya.
Untuk mengetahui berapa jumlah penghasilan neto pegawai setahun, penghasilan
Netto sebulan dikalikan dengan 12 bulan. Kemudian penghasilan netto pegawai tetap
setahun dikurangi dengan PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) yang sesuai dengan
Pajak (PKP) yang merupakan dasar perhitungan PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor
PTP Nusantara III Medan dan seterusnya dikalikan dengan tarif UU No. 17 Tahun 2000
yang telah mengalami perubahan sehingga diketahuilah seberapa besar jumlah PPh Pasal
21 setahun ataupun perbulannya dengan membagi dengan 12 bulan.
Dari pengamatan yang penulis lakukan selama menjalani PKLM di Kantor
tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa pemungutan telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Perpajakan. Kantor sebagai pemungut
melakukan setiap bulannya terhadap gaji karyawan tetapnya.
PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
PEGAWAI KANTOR PTP NUSANTARA III MEDAN
SUMATERA UTARA
BULAN : NOVEMBER 2008
Nama : Syahlan
NIP : 05.00.00484
Golongan : IIIC
Jabatan : Staff Urusan
Gaji Pokok: Rp.2.182.854
-Tunjangan Jabatan: Rp.2.241.067
-Tunjangan Tetap: Rp. 727.618
Penghasilan Bruto: Rp.5.313.539 Rp.3.130.685+
Pengurang:
-Biaya Jabatan
5% x Rp.5.313.539 =Rp.265.676
(Maksimum yang diperbolehkan Rp.108.000)
-Iuran THT =Rp.230.000
-Iuran Pensiun =Rp. 65.000+
Penghasilan Netto sebulan Rp.4.910.539
Rp. 403.000-
Penghasilan Netto setahun 12 x 4.910.539 =Rp.58.926.468
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tahun 2008 :
- Untuk WP Sendiri : =Rp.13.200.000
- Untuk WP Kawin : =Rp. 1.200.000
- Untuk 2 Anak : =Rp. 2.400.000+
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp.42.126.468
Rp.16.800.000-
PPh Pasal 21 terutang setahun :
10% x Rp.42.126.468 =Rp.4.212.468
PPh Pasal 21 terutang sebulan :
C. Prosedur Penyetoran PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan.
Adapun Prosedur yang dilakukan oleh Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan
dalam menyetorkan PPh Pasal 21 yang telah dipungut atas penghasilan
karyawan/pegawai sebagai berikut :
1. Setelah seluruh PPh Pasal 21 dihitung dan dipungut setiap bulannya kemudian
disetorkan oleh pihak Pegawai Administrasi Kantor PTP Nusantara III ke Bank
Mandiri Jln.KH.Zainul Arifin.
2. Batas waktu pembayaran atau penyetoran PPh Pasal 21 yang telah dipungut oleh
Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan adalah :
a. Untuk pembayaran Masa PPh Pasal 21 paling lambat tanggal 10 bulan
takwin berikutnya setelah masa pajak berakhir.
b. Pembayaran kekurangan pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan
PPh Pasal 21 dibayar lunas selambat-lambatnya tanggal 25 bulan ketiga
setelah tahun pajak atau bagian tahun pajak berakhir, sebelum SPT itu
disampaikan.
3. Sarana yang digunakan dalam pembayaran dan penyetoran PPh Pasal 21 yang
terutang adalah dengan menggunakan SSP ( Surat Setoran Pajak). Dimana SSP
harus diisi dengan jumlah seluruh PPh Pasal 21 yang terutang atau yang akan
dibayar.
4. SSP yang digunakan terdiri dari 5 rangkap antara lain :
a. Lembar 1 untuk Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan.
c. Lembar 3 untuk dilaporkan Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan ke
Kantor Pelayanan Pajak.
d. Lembar 4 untuk Bank Mandiri.
e. Lembar 5 untuk arsip Wajib Pajak.
D. Prosedur Pelaporan PPh Pasal 21 Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan Setelah PPh Pasal 21 dihitung dan disetor oleh Kantor PTP Nusantara III Medan
maka selanjutnya Kantor PTP Nusantara III Medan melaporkan perhitungan dan
pembayaran PPh Pasal 21 yang terhutang tersebut menurut ketentuan Peraturan
Perundang-undangan Perpajakan. Adapun Prosedur yang harus dilakukan oleh Kantor
PTP Nusantara III Medan dalam melaporkan perhitungan dan pembayaran PPh Pasal 21
adalah sebagai berikut :
1. Kantor PTP Nusantara III Medan dalam melakukan pelaporan pajaknya adalah
dengan menggunakan SPT (Surat Pemberitahuan) yang harus diambil sendiri
pada Kantor Pelayanan Pajak setempat dimana Kantor PTP Nusantara III Medan
terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.
2. Menggunakan 2 jenis SPT dalam melaporkan PPh Pasal 21,yaitu :
a. SPT Masa PPh Pasal 21, adalah surat yang diperoleh Kantor PTP
Nusantara III Medan yang digunakan untuk melaporkan perhitungan dan
atau pembayaran pajak yang terhutang dalam suatu masa pajak atau pada
b. SPT Tahunan PPh Pasal 21, adalah surat yang oleh Kantor PTP Nusantara
III Medan digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran
pajak yang terhutang dalam suatu tahun pajak.
3. SPT diisi sesuai dengan perhitungan dan pembayaran yang dilakukan dalam suatu
masa atau tahun pajak yang bersangkutan.
4. SPT diserahkan atau dilaporkan oleh Kantor PTP Nusantara III Medan
selambat-lambatnya untuk SPT Masa Pasal 21 tanggal 20 bulan takwim tahun berikutnya
setelah masa pajak berakhir dan untuk SPT Tahunan Pasal 21 selambat-lambatnya
tiga(3) bulan setelah berakhir tahun pajak (biasanya tanggal 31 Maret tahun
berikutnya) ke Kantor Pelayanan Pajak.
5. Bukti-bukti yang harus dilampirkan oleh Kantor PTP Nusantara III Medan pada
SPT PPh Pasal 21 adalah :
a. Daftar gaji Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan
b. Surat Setoran Pajak (SSP) 3 lembar.
E. Pendaftaran Pajak Penghasilan
1. Pegawai Administrasi Kantor PTP Nusantara III Medan sebagai bendaharawan
pemerintah mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak Kota Medan atau
Kantor Penyuluhan & Pengamatan Potensi Pajak.
2. Pegawai Administrasi Kantor PTP Nusantara III Medan melaporkan ke Kantor
Pelayanan Penyuluhan & Konsultasi Perpajakan ( KP2KP ) untuk diberikan
3. Bendaharawan menghitung, memungut, menyetor PPh Pasal 21 yang terhutang
setiap bulannya.
4. Bendaharawan memberikan bukti pemungutan PPh Pasal 21, baik diminta atau
tidak pada saat dilakukan pemungutan pajak.
5. Bendaharawan memberikan Bukti pembayaran PPh Pasal 21 Tahunan kepada
Karyawan & pensiunan dalam jangka waktu 2 bulan setelah tahun pajak
berakhir.Apabila Karyawan / Pegawai berhenti bekerja / pensiun pada bagian
tahun takwim maka bukti potongan diberikan paling lambat 1 bulan setelah
karyawan / pegawai itu berhenti.
6. Bendaharawan mengisi, menandatangani dan menyampaikan SPT PPh Pasal 21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1) Prosedur perhitungan PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor PTP Nusantara III
Medan dilakukan dengan cara mengumpulkan semua penghasilan yaitu gaji
pokok, tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan beras, bonus dan
lain-lain dikurangkan dengan pengurangan yang diperkenankan antara lain-lain iuran
pensiun, biaya jabatan dan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang kemudian
diperoleh Penghasilan Kena Pajak.
2) Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan bagian keuangan setelah melakukan
perhitungan dan pemungutan/pemotongan PPh Pasal 21 maka akan selanjutnya
akan disetorkan Ke Bank Mandiri.
3) Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan bagian Keuangan telah melakukan
prosedur perpajakannya dengan baik sehingga mampu menghindari dari
upaya-upaya pelanggaran hukum, dalam hal ini Undang-Undang Perpajakan.
4) Kesalahan yang mungkin dilakukan oleh Kantor PTP Nusantara III Medan telah
dapat diatasi atau diantisipasi oleh pihak Pegawai Kantor PTP Nusantara III
Medan, contohnya kesalahan yang sering terjadi yaitu pegawai yang berstatus
kawin, maka Pegawai Administrasi benar memperhatikan keadaan karyawan dan
5) Prosedur pelaporan PPh Pasal 21 oleh Kantor PTP Nusantara III Medan adalah
setelah seluruh PPh Pasal 21 atas Pegawai dihitung, selanjutnya melaporkan ke
Kantor Pelayanan Pajak dimana Kantor PTP Nusantara III Medan terdaftar
dengan menggunakan SPT (Surat Pemberitahuan), dimana untuk menghitung dan
pembayaran masa pajak tertentu dilaporkan selambat-lambatnya tanggal 20 bulan
takwim berikutnya setelah masa pajaknya berakhir, dan untuk SPT Tahunan PPh
Pasal 21 selmbat-lambatnya 3 bulan setelah berakhirnya tahun pajak, biasanya
tanggal 31 Maret tahun beikutnya.
B. Saran
1) Mengingat peraturan perundang-undangan perpajakan di Indonesia ini sering
mengalami perubahan, diharapkan kepada pihak Pegawai Kantor PTP Nusantara
III Medan akan dapat menghitung Pajak Penghasilannya atas PPh Pasal 21
dengan benar tanpa mengalami kesalahan-kesalahan yang melanggar peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2) Diharapkan pihak Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan agar dapat
meningkatkan ketelitian dan pengawasan dalam penghitungan,
pemungutan/pemotongan, penyetoran serta pelaporan PPh Pasal 21 berdasarkan
ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku sehingga nantinya tidak
menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti sanksi berupa denda dan
3) Diharapkan lagi Pegawai Kantor PTP Nusantara III Medan untuk meningkatkan
lagi fasilitas penunjang dalam melaksanakan prosedur pemungutan dengan
teknologi otomatis seeperti proses komputerisasi dalam pemotongan gaji
karyawan/pegawai sehingga meminimalisasikan kesalahan dibanding secara
manual oleh pihak yang berwenang.
4) Sebaiknya Kantor PTP Nusantara III Medan khususnya di Bagian Administrasi
agar memperhatikan kondisi keadaan karyawan/pegawai dalam menetapkan
PTKP, apakah pegawai tersebut berstatus kawin atau tidak atau mempunyai
tanggungan atau tidak sehingga karyawan/pegawai tidak dirugikan dalam
pengenaan pajaknya.
5) Dalam era sekarang ini banyak perusahaan yang berusaha untuk memperkecil
jumlah pajaknya ataupun menggelapkan pajaknya, maka diharapkan kepada
perusahaan untuk dapat terus mengikuti peraturan pajak yang ada dan dapat
menghindari dari upaya-upaya pelanggaran hukum yang nantinya akan
berdampak buruk terhadap perusahaan sendiri.
6) Dengan dikeluarkannya Pasal 21 UU PPh Tahun 2008, maka sangat baik apabila
Kantor PTP Nusantara III Medan menghimbau kepada pegawainya atas
pentingnya Nomor Poko Wajib Pajak(NPWP), hal ini dikarenakan apabila
seorang pegawai tidak memiliki NPWP maka akan dikenakan sanksi administrasi
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2006, Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Sihaloho, Cyrus, 2006, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Soemitro, Rochmat, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1994, PT
Eresco, Bandung, 1992.
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan (PPh).
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan (PPh).
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 521 / KMK.04 / 1998 Tentang Biaya Jabatan dan
Dana Pensiun.
Peraturan Menteri Keuangan RI No. 250 / PMK / 2008 Tentang Biaya Jabatan dan