• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas PBL Sistem Kardiovaskular

N/A
N/A
Lis tanti

Academic year: 2024

Membagikan "Tugas PBL Sistem Kardiovaskular"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas PBL (Problem Based Learning)

SISTEM KARDIOVASKULAR

Disusun sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah KMB I

OLEH:

KELOMPOK III 1. Apriliyani Imran (841422171)

2. Berliana F. Hasan (841422166) 3. Safrin B Pano (841422150) 4. Endro Budiharto (841422164) 5. Feron Ladiku (841422177) 6. Reynaldy Tumewu (841422151) 7. Suryanto Suwandi (841422178) 8. Reynaldi Dunggio (841422153)

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM NON REGULER FAKULTAS OLAH RAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2022

9. Lila Pujiarsih Abdullah (841422173)

10. Firna Napu (841422179)

11. Nurhayati Harun (841422161) 12. Nindy Hardiyanti Harun (841422148)

13. Nurmawati (841422190)

14. Listanti (841422145)

15. Tiara Magfirah Jusuf (841422155)

(2)

PEMICU SKENARIO 3 NYERI DADA SAAT AKTIVITAS

1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING a. Nyeri

Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam hal sedemikian rupa (International Association for the study of pain ), awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan (Nurarif, 2015)

b. Skala nyeri

Skala nyeri adalah tingkatan rasa nyeri dari tidak sakit sampai sangat sakit yang terbagi menjadi beberapa angka, umumnya 0-10. Saat menggunakan skala nyeri, pasien akan diminta untuk menilai rasa sakit yang dirasakan menggunakan angka (Islamie, 2018).

c. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan atau gaya lateral darah yang bekerja pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini berubah-ubah sepanjang siklus jantung. Ada 5 faktor yang menentukan tingginya tekanan darah, yaitu : curah jantung, tekanan Seorang laki-laki dirawat di ruang perawatan jantung dengan keluhan nyeri dada, nyeri dada menyebar sampai ke punggung dan leher, nyeri seperti tertusuk-tusuk dengan skala 7 (1-10). Pada pemeriksaan didapatkan TD 140/100 mmHg, frekuensi nadi 100kali/menit, frekuensi napas 26 kali/menit dan Suhu 37,5oC. Pasien sering mengeluh nyeri apabila pergi ke kamar mandi. Pasien berkativitas ditempat tidur dan semua aktivitas dibantu keluarga.

(3)

pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, dan kelenturan dinding arteri (Pono, 2019)

d. Nadi

Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila Darah dipompa keluar dari jantung. Denyut jantung ini mudah diraba disuatu tempat dimana arteri melintas (Hutabarat, 2020).

e. Pernafasan

Pernafasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang, mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondi oksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh

2. KATA / PROBLEM KUNCI

a. Nyeri dada menyebar sampai ke punggung dan leher b. Skala Nyeri 7 (1-10)

c. Frekuensi napas 26 kali/menit d. Aktivitas pasien dibantu keluarga.

e. Tekanan Darah 140/100 mmHg

f. Pasien dirawat di ruang perawatan jantung

(4)

An gin a p ect oris a dal ah nye ri d ad a y an g t erj ad i k et ka ot ot ja ntu ng t dak m en dap atk an sup lai dar ah ya ng c uku p.G eja la b eru

nyeri dada s

pa

ebelah ki ri menj alar ke lengan, bahu, punggung dan l

eher, nyer i ter

jadi saat aktivi

tas fis

X

ik.

s. X afa k n sesa gga hin ual , m gin in t d nga eri a, k ad ri d nye pa eru la b eja G ak. lem an un mb t oleh bat ham ter ng tu jan uju en h m ara d an lir ka a ket isi ond h k ala ad PJK

Per ika rd it s me ru pak an per ad an gan yan g t erj ad i p ad a p eri car diu m a tau sela pu t p em bu ngk us j an tu ng, den gan gej ala um um nye ri d ad a se pe rt dit usu k – t usu k ata u d isa yat yan g m en jal ar sa mp ai k e p un dak, nye ri t era sa sa at a kt vit as, dad a b erd eb ar – d eb ar, sesa k naf as dan dise rta i d em am

,

. irahat ist maupun ber tas akukan aktivi mel pada saat jadi ter at, yang dapat pa benda ber ertim rti t da sepe i da dengan nyer a yang ditandai jiw engancam yang m ah kondisi A) adal (IM d Akut iokar ark m Inf

3. MIND MAP

NYERI SAAT AKTIVITAS

PADA MASALAH

KARDIOVASKULAR

(5)

No Manifestasi

Klinis Perikarditis

CHF (Congestive

Heart Failure)

Infark Miokard

Angina Pectoris

1. Nyeri Dada

2.

Nyeri dada menyebar sampai ke punggung dan leher

-

3. Nyeri saat

beraktivitas - -

4. Frekuensi napas

26x/menit -

5. TD : 140/100

mmHg - -

6. Aktivitas dibantu

Tabel Ceklist

(6)

4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING

a. Mengapa nyeri pada kasus diatas bertambah saat beraktivitas ?

b. Mengapa pada kasus diatas pasien mengalami nyeri yang menyebar sampai k e punggung dan leher ?

5. JAWABAN PERTANYAAN

a. Nyeri yang dialami klien sangat mengganggu aktivitas karena nyeri dada ini pada umumnya timbul pada saat beraktivitas. Dikarenakan pada saat beraktivitas kebutuhan oksigen semakin meningkat sedangkan suplai O2 kejantung yang tidak adekuat sehingga menyebabkan terjadinya miokardium untuk melakukan metabolisme anaerob yang menghasilkan produksi asam laktat berlebihan sehingga menyebabkan nyeri. Bila penyempitan lebih dari 75% serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasioksidatif untuk membentuk energi.

Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda. (Kristiara. 2019)

(7)

b. Pada kondisi ini terjadi ketidak seimbangan antara penyediaan oksigen dan kebutuhan oksigen. Sebagai organ yang bekerja terus menerus, yang tidak dapat mengalami kekurangan oksigen, otot jantung akan beraksi dengan sangat peka terhadap pasukan yang khas di daerah belakang tulang dada, seakan-akan rongga dada dijerat. Nyeri akan menyebar sampai pundak dan lengan atas kiri, kadang-kadang rasa nyeri terasa ditengkuk atau daerah tulang selangka. (Kurnijasanti, 2001)

6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA

a. Di harapkan bisa mengerti dan mendalami masalah sistem kardiovaskuler.

b. Diharapkan bisa menganalisa penyakit yang terdapat pada kasus diatas.

c. Untuk mengetahui pemeriksaan selanjutnya untuk menegakkan diagnose dari kasus diatas.

d. Untuk mengetahui apakah adanya penatalaksanaan dari kasus diatas.

7. INFORMASI TAMBAHAN

a. Menurut jurnal yang ditulis Hutabarat tahun 2020, bahwa salah satu cara untuk mengatasi nyeri adalah teknik relaksasi yang dapat menurunkan taraf keluhan fisik pada klien yang mengalami nyeri dada. Menguasai teknik pernafasan merupakan modal penting karena teknik tersebut sangat berguna.

Keuntungan utamanya, teknik pernafasan tersebut memberi perasaan yang luar biasa indah dalam mengontrol tubuh dan pernafasan dapat meningkatkan kemampuan menahan rasa sakit. Pernafasan dapat menenangkan dan mencegah dari perasaan takut, dan dapat membantu menghemat energi yang dibutuhkan.

(8)

b. Menurut Kristiara dalam jurnalnya asuhan keperawatan pada klien stable angina pectoris dengan nyeri akut, terapi oksigen ternyata mampu mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien. Pemberian oksigen dimulai saat nyeri terjadi.

Oksigen yang dihirup akan meningkatkan tekanan perfusi koroner sehingga meningkatkan oksigenasi pada jaringan jantung yang iskemik atau memperbaiki ketidak seimbangan oksigen di miokardium. Terapi oksigen dilakukan sampai nyeri berkurang. (Kristiara. 2019)

8. KLARIFIKASI INFORMASI

a. Hal ini dibuktikan dengan adanya jurnal penelitian pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien sangat efektif untuk menurunkan tingkat nyeri. Dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan relaksasi nafas dalam, ini dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Tujuan latihan relaksasi adalah untuk menurunkan respon nyeri, bila nyeri telah hilang atau berkurang maka aksi hipotalamus akan menyesuaikan dan terjadi penurunan aktivitas sistem saraf simpatis dan parasimpatis (Islamie, 2018) b. Berdasarkan hasil penelitian Kristiara tahun 2019, Hasil penelitian

menunjukan bahwa waktu penurunan skala nyeri dada memiliki rentan waktu 10 sampai 15 menit pada kelompok pemberian oksigen 4 liter/menit, 6 sampai 10 menit pada kelompok pemberian oksigen 5 liter/menit dan 5 sampai 9 menit pada kelompok dengan pemberian oksigen 6 liter/menit.

Terapi oksigen merupakan suatu intervensi medis berupa upaya pengobatan dengan pemberian oksigen untuk mencegah atau memperbaiki hipoksia jaringan dan mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap adekuat dengan

(9)

cara meningkatkan masukan oksigen ke dalam sistem respirasi, meningkatkan daya angkut oksigen ke dalam sirkulasi dan meningkatkan pelepasan atau ekstraksi oksigen ke jaringan.

9. ANALISA DAN SINTESIS INFORMASI

Berdasarkan keluhan yang dikeluhkan pasien pada kasus diatas tanda dan gejala yang dikeluhkan pasien lebih mengarah pada diagnose angina pectoris sehingga kelompok merumuskan diagnosa medis yang diangkat pada kasus di atas adalah angina pectoris.

BAB I KONSEP MEDIS A. Definisi

Angina Pektoris adalah suatu sindroma klinis dimana klien mendapat serangan sakit dada di daerah sternum atau dibawah sternum (substernal) atau pada dada sebelah kiri yang khas yaitu seperti ditekan atau terasa berat didada yang sering kali menjalar ke lengan kiri, kadang-kadang menjalar ke punggung rahang, dan leher.

Sakit pada dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas.

(Kasron, 2016)

Coronary Artery Disease adalah penyakit kerusakan pada bagian arteri koroner angina pektoris serta infark miokard, disebut ACS ( Acute Coronary Syndrome ) atau sindrom koroner akut. Pengertian Angina secara klinis adalah keadaan iskemia miokard yang disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen ke sel-sel otot jantung ( miokard ) karena adanya penyumbatan atau penyempitan arteri koroner, peningkatan beban kerja jantung, dan menurunnya kemampuan darah mengikat oksigen.

(10)

B. Etiologi

1. Faktor Penyebab

a. Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh tiga faktor:

faktor pebuluh darah: aterosklerosis, spasme, dan ateritis, faktor sirkulasi:

hipotensi, stenosis aorta, dan insufisiensi aorta, dan faktor darah: anemia, hipoksemia, dan polisitemia.

b. Peningkatan curah jantung dapat disebabkan oleh aktivitas emosi, makan terlalu banyak, anemia, hipertiroidisme.

c. Peningkatan kebutuhan oksigen miokard dapat disebabkan oleh kerusakan miokard, hipertrofi miokard, hipertensi diastolik (Nurarif, 2016)

2. Faktor predisposisi

a. Faktor resiko yang dapat diubah (dimodifikasi): diet (hiperlipidemia), mero kok, hipertensi, obesitas, kurang aktivitas, diabetes mellitus, pemakaian ko ntrasepsi oral.

b. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah yakni; usia, jenis kelamin, ra s, hereditas.

3. Faktor pencetus serangan

a. Emosi atau berbagai emosi akibat sesuatu situasi yang menegangkan, meng akibatkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan men ingkatnya tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung juga menin gkat.

(11)

b. Kerja fisik terlalu berat dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.

c. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk pencernaan sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai ja ntung (pada jantung yang sudah sangat parah, pintasan darah untuk pencern aan membuat nyeri angina semakin buruk).

d. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan peningkat an tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.

C. Patofisiologi

Angina pectoris terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan suplai oksigen miokardium. Hal ini dikarenakan adanya aterosklerotik pada arteri koroner menyebabkan kekakuan/penyempitan pada arteri koroner sehingga arteri koroner tidak mampu berdilatasi dan suplai O2 ke miokard juga berkurang (tidak adekuat). Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan energi, sel-sel miokardium melakukan proses glikolisis anaerob yakni proses pembentukan energy tanpa menggunakan oksigen, pada proses ini juga terjadi penimbunan asam laktat yang kemudian menyentuh ujung-ujung saraf sebagai nyeri.

Pada mulanya, suplai darah tersebut walaupun berkurang masih cukup untuk memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi tidak cukup bila kebutuhan oksigen miokard meningkat seperti pada waktu pasien melakukan aktivitaas fisik yang cukup berat. Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri koroner akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Akan tetapi apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan terjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel miokardium mulai

(12)

menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energy ini sangat tidak efisien dan menyebabkan pembentukan asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris. Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung berkurang, suplai oksigen menjadi adekut dan sel-sel otot kembali keproses fosforilasi oksidatif untuk membentuk energy. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina pectoris mereda.

D. Manifestasi Klinis

1. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar kebahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri 2. Nyeri bertambah saat aktivitas

3. Membaik dengan istrahat atau dengan obat nitrat

4. Keringat dingin, mual muntah, sulit bernafas, cemas dan lemas

(13)

E. Pathway angina pectoris

Angina Pectoris

Suplai O2 ke miokard tidak seimbang Beban kerja jantung

meningkat

Menyentuh ujung-ujung saraf reseptor Asam laktat

meningkat Proses glikolisis anaerob meningkat

Nyeri dada

Nyeri akut

Kelemahan miokard Penurunan kontraktilitas miokard

Intoleransi Aktivitas Kebutuhan O2

meningkat

Kelemahan fisik Penyempitan arteri

koroner

Penurunan suplai darah kemiokard

Penurunan curah jantung

Suplai darah kejaringan tak adekuat Faktor resiko;

usia>40 tahun, jenis kelamin laki – laki, ras, hereditas, kebiasaan merokok, adanya hipertensi dan diabetes.

Iskemia

Ketidak efektifan perfusi jaringan

perifer

Kurang informasi

Tidak tau kondisi dan pengobatan

Defisit pengetahuan

(14)

F. Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari angina pectoris yaitu : 1. Angina Stabil (Stable Angina)

Terjadi sewaktu arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktifitas fisik seperti berolah raga, naik tangga, atau bekerja keras. Pajanan dingin, terutama bila disertai bekerja seperti menyekop salju.

Stres mental termasuk stress yang terjadi akibat rasa marah serta tugas mental seperti berhitung, dapat mencetuskan angina stabil. Nyeri pada angina jenis ini, biasanya menghilang, apabila individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya.

2. Angina Variant (Prinzmetal angina)

Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya sering terjadi pada saat istirahat. Pada angina ini, suatu arteri koroner mengalami spasme yang menyebabkan iskemik jantung. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan aterosklerosis. Ada kemungkinan bahwa walaupun tiak jelas tampak lesi pada arteri, dapat terjadi kerusakan lapisan endotel yang samar. Hal ini menyebabkan peptide vasoaktif memiliki akses langsung ke lapisan otot polos dan menyebabkan kontraksi arteri koroner. Disritmia sering terjadi pada angina variant.

3. Angina Tidak Stabil (Unstable Angina)

Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan penanganan segera. Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri koroner yang memburuk.

Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat aterosklerosis koroner, yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami spasme. Seiring dengan pertumbuhan thrombus, frekuensi dan keparahan serangan angina tidak stabil meningkat dan individu beresiko mengalami kerusakan jantung irreversible. Tidak seperti stable angina, angina jenis ini tidak memiliki pola dan dapat timbul tanpa aktivitas fisik berat sebelumnya serta tidak menurun dengan minum obat ataupun istirahat. Angina tidak stabil termasuk gejala infark miokard pada sindrom koroner akut.

(15)

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk pasien angina pektoris : 1. Pemeriksaan laboratorium

Untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.

Pemeriksaan lipid darah, seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor risiko.

2. Elektrokardiogram (EKG)

Gambaran EKG terkadang menunjukan bahwa klien pernah mendapat infark miokard pada masa lampau, menunjukan pembesaran ventrikel kiri pada klien hipertensi dan angina, dan menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG menunjukan adanya depresi segmen ST dan gelombang T menjadi negatif.

3. Foto rontgen dada

Sering kali menunjukan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien hiperte nsi dapat terlihat jantung yang membesar dan terkadang tampak adanya kalsifikasi a rkus aorta.

4. Uji latihan (Treadmill)

Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sehingga pasien me ncapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama latihan EKG diob servasi demikian pula setelah selesai EKG terus diobservasi. Tes dianggap positif bi la didapatkan depresi segmen ST sebesar 1mm atau lebih pada waktu latihan atau se sudahnya. Lebih – lebih bila di samping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit d ada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderi ta angina pektoris.

(16)

H. Penatalaksanaan 1. Farmakologi

a. Nitrat dan Nitrit

Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk mengurangi gejala angina pektoris dan juga memiliki efek antitrombotik dan antiplatelet. Obat yang tergolong golongan ini, yaitu isosorbit dinitrat (sorbitrat) diberikan dengan jumlah dosis 10 – 20 mg tiap 2 – 4 jam, nitrat transdermal diserap melalui kulit dan dapat digunakan sebagai pasta yang dioleskan pada dinding dada, dan preheksilin maleat diberikan dosis sebesar 100 mg per oral tiap 12 jam, kemudian ditingkatkan hingga 200 mg setiap 12 jam.

b. Nitrogliserin

Bahan vasoaktif yang berfungsi melebarkan pembuluh darah sehingga memengaruhi sirkulasi perifer dan juga menurunkan konsumsi oksigen jantung yang akan mengurangi iskemia nyeri angina. Obat ini biasanya diletakkan di bawah lidah (sublingual) atau di pipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan iskemia dalam 3 menit. Nitrogliserin juga tersedia dalam bentuk topical (Lnilin – petrolatum) yang dioleskan dikulit sebagai perlindungan terhadap nyeri angina dan mengurangi nyeri.

c. Penyekat beta adrenergic

Digunakan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan men urunkan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri dan pere gangan pada dinding ventrikel kiri. Obat yang digunakan, antara lain atenol ol, metoprolol, propanolol, nadolol.

d. Antagonis kalsium

Obat ini meningkatkan suplai oksigen jantung dengan cara melebarkan dinding otot polos arteriol koroner dan mengurangi kebutuhan jantung deng an menurunkan tekanan arteri sistemik dan demikian juga beban kerja ventr ikel kiri. Tiga jenis antagonis kalsium yang sering digunakan adalah nifedip in (prokardia), verapamil (isoptil, calan), dan diltiazen (cardiazem).

(17)

e. Antitrombin

Heparin adalah glikosaminoglikan yang terdiri dari perbagai polisakari da yang berbeda panjangnya dengan aktivitas antikoagulan yang berbeda – beda. Hirudin dapat menurunkan angka kematian infark miokard.

2. Terapi Invasiv

a) Percutanens transluminal coronary angioplasty (PTCA)

Merupakan upaya memperbaiki sirkulasi koroner dengan cara memecahkan plak atau ateroma dengan cara memasukan kateter dengan ujung berbentuk balon.

b) Coronary artery bypass graft (CABG) I. Komplikasi

1) Infark Miokard Akut (IMA)

Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya kematian.

Bila pasien sebelumnya pernah mendapat serangan angina, maka ia tahu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan angina sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang biasa, infark miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat, sering pada jam-jam awal dipagi hari.

2) Aritmia

Adalah suatu kelainan ireguler dari denyut jantung yang disebabkan oleh pembentukan impuls yang abnormal dan kelainan konduksi impuls atau keduanya. Depolarisasi terlambat disebabkan oleh meningginya kalsium intrasel. Kalsium intoksikasi adalah salah satu contoh terjadinya depolarisasi tipe ini.

(18)

3) Gagal Jantung

Beberapa derajat kelainan sesaat fungsi ventrikel kiri terjadi pada lebih dari separuh pasien dengan infark miokard. Tanda klinis yang paling umum adalah ronki paru dan irama derap S3 dan S4. Kongesti paru juga sering terlibat pada foto thoraks dada. Peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri dan tekanan arteri pulmonalis merupakan temuan hemodinamik karakteristik, namun sebaiknya diketahui bahwa temua ini dapat disebabkan oleh penurunan pemenuhan diastolik ventrikel dan / atau penurunan isi sekuncup dengan dilatasi jantung sekunder.

(19)

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN a. Pengkajian

1) Pengkajian primer dan sekunder:

Identitaspasien Nama : Tn. A JK : Laki-laki Umur : tidak dikaji Alamat : tidak dikaji Pendidikan : tidak dikaji Pekerjaan : tidak dikaji Agama : tidak dikaji 2) Keluhan utama

Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh nyeri dada.

3) Riwayat penyakit sekarang

Klien mengeluh nyeri dada menyebar sampai ke punggung dan leher. Klien sementara dirawat di ruangan kardio.

4) Riwayat penyakit sebelumnya Tidak dikaji

5) Aktivitas/istirahat

Semua aktivitas klien dibantu keluarga 6) Integritas ego

Tidak dikaji 7) Eliminasi

Tidak dikaji 8) Makanan/cairan

Tidak dikaji 9) Hygine

Tidak dikaji 10) Neurosensori

(20)

Tidak dikaji 11) Nyeri/kenyamanan

P : Nyeri timbul saat beraktifitas Q: Seperti ditusuk-tusuk

R : Nyeri dada, menyebar sampai ke punggung dan leher S : Skala nyeri 7 (1-10)

T : -

12) Interaksi social Tidak dikaji 13) Pemeriksaan Fisik

Tanda tanda vital :

a) TD : 140/100 mmHg b) N : 100 x/m

c) R : 26 x/m d) SB : 37,5oC 14) Pemeriksaan Penunjang

Tidak dikaji

(21)

Penyimpangan KDM

Angina Pectoris

Suplai O2 ke miokard tidak seimbang Beban kerja jantung

meningkat

Menyentuh ujung-ujung saraf reseptor Asam laktat

meningkat Proses glikolisis anaerob meningkat

Nyeri dada

Nyeri akut

Kelemahan miokard Penurunan

kontraktilitas miokard

Intoleransi Aktivitas Kebutuhan O2

meningkat

Kelemahan fisik Penyempitan arteri

koroner

Penurunan suplai darah kemiokard

Penurunan curah jantung

Suplai darah kejaringan tak adekuat Faktor resiko;

usia>40 tahun, jenis kelamin laki – laki, ras, hereditas, kebiasaan merokok, adanya hipertensi dan diabetes.

(22)

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. DS :

- Pasien mengeluh nyeri Dengan kriteria

P : Nyeri timbul saat beraktifitas Q: Seperti ditusuk-tusuk

R : Nyeri dada, menyebar sampai ke punggung dan leher

S : Skala nyeri 7 (0-10) T : -

DO:

- frekuensi nadi 100kali/menit - frekuensi napas 26 kali/menit -TD 140/100 mmHg

Angina Pectoris

↓ Beban kerja jantung meningkat

Penyempitan arteri koroner

Penurunan suplai darah kemiokard

↓ Kebutuhan O2

meningkat

↓ Suplai O2 ke miokard tidak seimbang

Proses glikolisis anaerob meningkat

↓ Asam laktat

meningkat

↓ Nyeri dada

Nyeri akut

Nyeri akut b.d agen pencendera fisiologis d.d nyeri yang dikeluhkan klien

2. Faktor resiko adanya perubahan afterload

Angina Pectoris

↓ Beban kerja jantung meningkat

↓ Kebutuhan O2

meningkat

Arteri koroner tidak dapat berdilatasi

↓ Suplai O2 ke miokard berkurang

(tidak adekuat)

↓ Iskemia

Resiko penurunan Curah Jantung d.d perubahan afterload

(23)

Gangguan konduktivitas dan

kontraktilitas

Penurunan curah jantung

3. Data Subyektif :

- Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

Data Objektif :

- Frekuensi napas 26 kali/menit

Angina Pectoris

↓ Beban kerja jantung meningkat

Penyempitan arteri koroner

Penurunan suplai darah kemiokard

↓ Kebutuhan O2

meningkat

↓ Suplai O2 ke miokard tidak seimbang

↓ Penurunan kontraktilitas

miokard

↓ Kelemahan

miokard

Penurunan curah jantung

↓ Suplai darah kejaringan tak

adekuat

Kelemahan fisik

Intoleransi Aktivitas

Intoleransi

Aktifitas b.d tirah baring d.d aktivitas klien dibantu keluarga

b. Diagnosa Keperawatan

(24)

1) Nyeri akut b.d agen pencendera fisiologis d.d nyeri yang dikeluhkan klien 2) Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload

3) Intoleransi Aktifitas b.d tirah baring d.d aktivitas klien dibantu keluarga

c. Intervensi Keperawatan

(25)

No

dx SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri akut b.d agen pencendera fisiologis d.d nyeri yang dikeluhkan klien

Definisi :

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,

dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan

Batasan Karakteristik DS :

- Pasien mengeluh nyeri Dengan kriteria

P : Nyeri timbul saat beraktifitas

Q: Seperti ditusuk-tusuk R : Nyeri dada, menyebar sampai ke punggung dan leher

S : Skala nyeri 7 (0-10) T : -

DO:

- frekuensi nadi 100kali/menit - frekuensi napas 26kali/menit

-TD 140/100 mmHg

Setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 3 x 24 jam maka Tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :

- Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat (5) - Keluhan nyeri

menurun (5)

- Pola napas

membaik (5) - Tekanan darah

membaik (5)

Manajemen nyeri Observasi

- Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi,kualitas, intensitas nyeri - Identifikasi skala

nyeri

- Identifikasi respon nyeri non verbal - Identifikasi faktor

yang memperberat dan memperingan nyeri

- Identifikasi

pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

- Monitor

keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan - Monitor efek

samping penggunaan analgetik Terapeutik - Berikan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.

TENS,hipnosis, akupresur,terapi musik, biofeedback, terapi pijat,

aromaterapi, teknik imajinasi

terbimbing,

(26)

kompres

hangat/dingin,terapi bermain)

- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

- Fasilitasi istirahat dan tidur

- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi - Jelaskan

penyebab,periode, dan pemicu nyeri - Jelaskan strategi meredakan nyeri - Anjurkan memonitor

nyeri secara mandiri - Anjurkan

menggunakan analgetik secara tepat

- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi - Kolaborasi

pemberian

analgetik, jika perlu

(27)

2. Resiko penurunan Curah Jantung d.d perubahan afterload

Definisi :

Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat untuk memenuhi

kebutuhan metabolism tubuh.

Setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 3 x 24 jam maka penurunan curah jantung akan teratasi dengan kriteria hasil :

- Dispnea menurun (5) - Tekanan darah

membaik (6)

Observasi:

- Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi

dispnea,kelelahan,edema, ortopnea, paroxymal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP) - Monitor tekanan darah

(termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu) - Monitor keluhan nyeri

dada

- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat.

Terapeutik

- Posisikan pasien semi- fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman.

- Berikan diet jantung yang sesuai (mis. batasi asupan kafein, natrium, kolestrol, dan makanan tinggi lemak.

- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat.

- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress jika perlu

Edukasi:

- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi

- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap

- Anjurkan berhenti merokok

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu 3. Intoleransi Aktifitas b.d tirah Setelah dilakukan Manajemen Energi

(28)

baring d.d aktivitas klien dibantu keluarga

Definisi:

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari- hari.

Batsan karakteristik DS :

- Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas DO :

- Frekuensi napas 26 kali/menit

intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam maka Intoleransi aktifitas akan teratasi dengan kriteria hasil:

- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat (5)

- Jarak berjalan

meningkat (5)

- Dispneu saat aktivitas menurun (5)

- Tekanan darah

membaik (5)

- Frekuensi napas membaik (5)

Observasi

- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan - Monitor kelelahan fisik - Monitor pola dan jam

tidur

- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas Terapeutik

- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus

- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif - berikan aktivitas distraksi

yang menenangkan - Fasilitas duduk di sisi

tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi

- Anjurkan tirah baring - Anjurkan melakukan

aktivitas secara bertahap - Anjurkan menghubungi

perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang

- Ajarkan strategi koping

untuk mengurangi

kelelahan Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.

Terapi aktivitas Observasi

- Identifikasi defisit

(29)

tingkat aktivitas

- Identifikasi kemampuan berpartisipasi

- Identifikasi strategi meningkatkan

partisipasi dalam aktivitas

- Identifikasi makna aktivitas rutin

- monitor respon

emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap aktivitas

Terapeutik

- Fasilitas focus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami - Sepakati komitmen

untuk meningkatkan frekuensi dan rentang aktivitas

- Koordinasikan

pemilihan aktivitas sesuai usia

- Fasilitas makna aktivits yang dipilih

- Fasilitas aktivitas fisik rutin

- Fasilitas aktivitas fisik rutin sesuai kebutuhan - Tingkatkan aktivitas fisik

untuk memelihara berat bada n

- Fasilitas aktivitas

motorik untuk

merelaksasikan otot - Libatkan dalam aktivitas

kelompok yang tidak kompetitif, terstruktur, dan aktif

- Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi

(30)

dan diversifikasi untuk menurunkan kecemasan - Libatkan keluarga dalam

aktivitas jika perlu - Fasilitas

mengembangkan

motivasi dan penguatan diri

- Fasilitas pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan - Jadwalkan aktivitas

dalam rutinitas sehari- hari

- Berikan penguatan positif atas parsitipaso dalam aktivitas

Edukasi

- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari jika perlu

- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih - Anjurkan melakuka

aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan

- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi jika sesuai

- Anjurkan keluarga untuk

member penguatan

positif atas partisipasi dalam aktivitas

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam

merencanakan dan

memonitor program

(31)

aktivitas jika sesuai Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu

d. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan rencana atau perencanaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Tindakan-tindakan pada perencanaan keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi

e. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan fase akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektivitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing) (Warsiki. 2020).

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif dkk, 2016. Buku; Asuhan keperawatan praktis. Jilid 1. Yogyakarta

Pono, 2019. KEMENKES.RI Badan PPSDMK Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Program Studi D-III Keperawatan. Kupang

Lestari, sunaryo, 2014. Pengaruh relaksasi benson terhadap penurunan skala nyeri dada kiri pada pasien IMA di RS dr. Moewardi Surakarta. Surakarta

Kristiara, 2019. Asuhan keperawatan pada klien unstable angina pectoris dengan nyeri akut di ruang melati 3 RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. Bandung

Hutabarat, 2020 Asuhan keperawatan pada klien congestive heart failure (chf) yang mengalami nyeri akut dengan teknik relaksasi nafas dalam di rumah sakit umum daerah pandan kabupaten tapanuli tengah. Medan

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI. Edisi 1. Jakarta

Islamie, dkk, 2018. Jurnal Ilmiah; Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien angina pektoris di RSUD Kota Subulussalam. Medan

Kurnijasanti, 2001. Jurnal PDF; Angina pectoris dan infark miokard akut, Surabaya

(33)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) efektif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada

“ PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SISWA KELAS VD SD MUHAMMADIYAH 1 KETELAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimensi permasalahan yang dihadapi mabasiswa saat mengikuti mata kuliab dengan metode Problem-Based Learning (PBL) pada

Semoga skripsi penelitian Pendidikan Sejarah PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata

Berdasarkan penilaian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perangkat ajar kurikulum merdeka yang dikembangkan berupa modul ajar mutasi berbasis problem based learning PBL untuk mata

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN

 Problem Based Learning PBL Problem Based Learning PBL yaitu model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun

Sebagai masukan bagi sekolah dalam mengembangkan pendekatan pengaruh model Problem based learning PBL berbantuan media magic addition Machine terhadap hasil belajar siswa pada mata