• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh model problem based learning (pbl)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pengaruh model problem based learning (pbl)"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Institut Agama Islam Negri Bengkulu Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Dalam Bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh : Yesi Marinta Nim : 1516240080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2020

(2)

ii

(3)
(4)

iv اًر ۡسُي ِر ۡسُعۡلٱ َعَم َّنِإَف ٥

Artinya: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(5)

v

mimpi, harapan dan keinginan menjadi kenyataan, karena aku yakin Allah SWT akan selalu mendengarkan doaku karena Dialah yang Maha Mengatur segalanya.

Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Kedua orang tuaku Bapak (Suparman) dan Mamak (Jusmani) yang telah melahirkan dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan telah mengantarkanku menuju cita-citaku.

2. Kakak-kakak ku tersayang Median dan Lustiana, Ayuk Ipar Ku Erni Suwartini, dan keponakan ku Adit, Yela, Zaza, Aldric, Amelia, Jihan, serta seluruh keluarga besarku yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu.

3. Para penyemangat dan pendukungku (Helin Tri, Ammelia Devita, Diliya Pusrheri, dan Endi Irawan) dan teman-temanku Ayuk Ovie, Etry Buti, Lovynia, Eriksen, Anggi, dan Febi yang telah menemani sedari awal untuk bisa sampai ketitik ini, yang ada disaat suka dan duka.

4. Sahabat-sahabat ku, Hervi oktora, Novida niarti, Maryani, enggri yani, yensi sulis, wasy syamsi.

5. Keluarga Besar PGMI angkatan 2015, kelompok KKN , dan kelompok PPL , dan teman-teman adik, kakak di IAIN Bengkulu terima kasih telah memberikan cerita selama 4 tahun lebih bersama.

6. Agama, Bangsa dan Almamaterku IAIN Bengkulu.

(6)
(7)

vii

Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Tarbiyah Dan Tadris, Iain Bengkulu.

pembimbing I : Drs. H. Rizkan A Rahman, M.Pd ; Pembimbing 2 : Beti Dian Wahyuni, M.Pd. Mat.

Penelitian ini bertujan untuk mengetahui pengaruh model Problem based learning (PBL) berbantuan mediamagic addition machine terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika Materi penjumlahan siswa Kelas II SD Negeri 04 Kaur. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simpelrandom sampling, dimana sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi dimana kelas II A sebagai Kelompok Eksperimen terdapat 20 siswa yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 11 orang perempuan dan pada kelas II B sebagai Kelompok Kontrol terdapat 19 orang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Teknik pengumpulan data melalui Tes dan Dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD Negri 04 Kaur. Sedangkan untuk teknik analisis data menggunakan Uji “t” atau test “t”. Berdasarkan analisis data dengan hasil perhitungan menggunakan Uji “t”, dilihat dari hasil Uji Hipotesis yaitu dimana ttabel

ditentukan dahulu df atau db = (N1 + N2) – 2 = (24 + 24) – 2 = 48 – 2 = 46.

Berdasarkan perhitungan diatas, apabila dikonsultasikan dengan ttabel df 50 pada taraf signifikan 5 % yaitu 2,013. Maka thitung > ttabel ( 4,412 > 2,013) yang berarti hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini diterima, dengan rata-rata (mean) nilai hasil belajar post test kelas eksperimen yaitu 81 dan nilai hasil belajar post test kelas kontrol yaitu : 70 berada pada kategori sedang. jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model Problem based learning (PBL) berbantuan media magic addition machine terhadap hasil belajar Matematika siswa Kelas II SD Negeri 04 Kaur.

Kata Kunci : Model Problem Based Learning (PBL) media magic addition machine dan Hasil Belajar

(8)

viii

dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Magic Addition Machine Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas II SD Negeri 04 Kaur”

lancar tanpa halangan apapun. Tanpa pertolongan dari-Nya maka tidaklah mungkn penulis dapat menyelesaika proposal skripsi ini dengan lancar.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada umatnya dan memberi motivasi untuk selalu menjadi yang lebih baik.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Tadris di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu. Dalam penyusunan proposal skripsi ini, banyak sekali bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sirajuddin. M, M.Ag, M.H, selaku Rektor IAIN Bengkulu yang telah memberi kesempatan untuk menimba ilmu di IAIN Bengkulu.

2. Bapak Zubaedi, M.Ag, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

3. Ibu Dra. Aam Amaliyah, M.Pd, selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasaah Ibtidaiyah (PGMI)

(9)

ix

memberikan saran, arahan dan kemudahan dalam penyusunan penelitian ini.

6. Pimpinan perpustakaan IAIN Bengkulu dan staf yang telah membantu dalam menyediakan buku-buku yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

7. Ibu Dipi Kasdinatam S.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri 04 Kaur yang telah memberikan izin dan kemudahan kepada peneliti untuk mengumpulkan data dalam menyelesaikan skripsi.

Semoga Allah SWT menjadikan skripsi ini sebagai amal jariah dan bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu 2020

Yesi Marinta

Nim : 1516240080

(10)

x

NOTA PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori Model Pembelajaran ... 15

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 15

2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran ... 16

3. Fungsi Model Pembelajaran ... 17

B. Problem Based Learning (PBL) ... 18

1. Pengertian Problem Based Learning (PBL) ... 18

2. Karakteristik Problem Based Learning (PBL) ... 20

3. Sintak Model Problem Based Learning (PBL) ... 21

4. Langkah-Langkah Penggunaan Problem Based Learning (PBL) .... 23

(11)

xi

E. Metode Konvensional ... 33

1. Pengertian Metode Konvensional ... 33

2. Ciri-Ciri Pembelajaran Konvensional ... 34

3. Langkah-Langkan Metode Konvensional ... 35

F. Hasil Belajar ... 36

1. Pengertian Hasil Belajar ... 36

2. Macam-Macam Hasil Belajar ... 38

3. Jenis-Jenis Sistem Penilaian Hasil Belajar ... 38

4. Prosedur Evaluasi Hasil Belajar ... 39

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 40

G. Pembelajaran Matematika ... 41

1. Tujuan Pembelajarn Matematika ... 42

2. Materi Operasi Hitung ... 43

H. Penelitian Yang Relevan ... 44

I. Kerangka Berpikir ... 47

J. Hipotesis ... 49

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50

B. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 51

C. Populasi dan Sampel ... 51

D. Definisi Operasional Variabel ... 52

E. Desain Eksperimen ... 52

F. Teknik Pengumpulan Data ... 53

G. Instrument Pengumpulan Data ... 53

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 54

I. Teknik Analisis Data ... 55

(12)

xii

A. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 61

B. Deskripsi Data ... 68

C. Analisis Data ... 84

1. Uji Prasyarat ... 84

2. Uji Hipotesis Data ... 105

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 108

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

xiii

(14)

xiv

Tabel 3.3 (Hasil Uji Validitas SPSS) ... 51

Tabel 3.4 (Koefisien Alfa) ... 53

Tabel 3.5 (Hasil Uji Reabilitas SPSS)... 54

Tabel 4.1 (Deskripsi identitas sekolah Penelitian) ... 56

Tabel 4.2 (Daftar Nama Pendidik Dan Tenaga Kependidikan SD N 04 kaur) ... 57

Tabel 4.3 (Daftar Jumlah Siswa-Siswa SD N 04 kaur) ... 58

Tabel 4.4 (Daftar Sarana Dan Prasarana SD N 04 kaur) ... 58

Tabel 4.5 (Deskripsi Hasil Pre test Kelas II A) ... 63

Tabel 4.6 (Perhitungan Nilai Mean Pre test Kelas II A) ... 64

Tabel 4.7 (Frekuensi Hasil Pre test Siswa Kelas II A) ... 66

Tabel 4.8 (Deskripsi Hasil Pre test Kelas II B) ... 67

Tabel 4.9 (Perhitungan Nilai Mean Pretest Kelas II B) ... 69

Tabel 4.10 (Frekuensi Hasil Pre Test Siswa Kelas II A) ... 70

Tabel 4.11 (Deskripsi Hasil Post Test Kelas II A) ... 71

Tabel 4.12 (Perhitungan Nilai Mean Post Test Kelas II A) ... 73

Tabel 4.13 (Frekuensi Hasil Post Test Siswa Kelas II A) ... 74

Tabel 4.14 (Deskripsi Hasil Post Test Kelas II B) ... 75

Tabel 4.15 (Perhitungan Nilai Mean Post Test Kelas II B) ... 77

Tabel 4.16 (Frekuensi Hasil Post Test Siswa Kelas II B) ... 78

Tabel 4.17 (Distribusi Frekuensi Skor Baku Variabel Pre Test Kelas Eksperimen) ... 80

Tabel 4.18 (Frekuensi yang Diharapkan Dari Hasil Pengamatan (Fo) untuk Pre Test Kelas Eksperimen ... 82

Tabel 4.19 (Distribusi Frekuensi Skor Baku Variabel Pre Test Kelas Kontrol) ... 84

Tabel 4.20 (Frekuensi yang Diharapkan Dari Hasil Pengamatan (Fo) untuk Pre Test Kelas Kontrol ) ... 87

(15)

xv

Tabel 4.23 (Distribusi Frekuensi Skor Baku Variabel Post Test

Kelas Kontrol) ... 93

Tabel 4.24 (Frekuensi yang Diharapkan Dari Hasil Pengamatan (Fo) untuk Post Test Kelas Kontrol ) ... 96

Tabel 4.25 (Data Variabel X dan Y Terhadap Hasil Belajar ... 100

Tabel 4.27 (Hasil Belajar Pre Test dan Post Test Kelas II A) ... 105

Tabel 4.28 (Hasil Belajar Pre Test dan Post Test Kelas II B) ... 105

Tabel 4.29 (Data Hasi Perhitungan Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen Pada Uji Prasyarat) ... 106

(16)

xvi Lampiran 3 Surat Pernyataan Perubahan Judul Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 6 Surat Keterangan Verifikasi Plagiasi Lampiran 7 Lembar Bimbingan Proposal Dan Skripsi Lampiran 8 Lembar Hasil Belajar Kelas Eksperimen Lampiran 9 Lembar Hasil Belajar Kelas Kontrol Lampiran 10 Tabel Chi Square (x²)

Lampiran 11 Tabel Kurve Normal dari 0 – Z Lampiran 12 Tabel Distribusi F

Lampiran 13 Tabel Uji “t”

Lampiran 14 Dokumentasi

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sebuah proses pembelajaran baik melalui kegiatan formal, informal maupun formal yang tujuannya tidak lain adalah untuk pengembangan diri individu, untuk menguasi berbagai aspek baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Kegiatan pendidikan bukan hanya dilakukan dan difasilitasi oleh guru di sekolah tetapi juga oleh orang tua, keluarga dan lingkungan. 1

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 2

Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Agar tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar maka perlu pengadministrasian kegiatan-kegiatan belajar mengajar, yang lazim di sebut administrasi kurikulum. Tugas guru dalam proses belajar mengajar meliputi tugas mengajar dan tugas administrasi. Dalam situasi pengajaran gurulah yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas kepemimpinan

1 Darmaningtyas, Pendidikan Rusak-rusakan, (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2012), h. 198

2 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 pasal 1

1

(18)

yang dilakukan itu. Ia tidak melakukan instruksi-instruksi dan tidak berdiri di bawah instruksi manusia lain kecuali dirinya sendiri, setelah masuk dalam situasi kelas Dalam situasi belajar gurulah yang memimpin dan bertanggung jawab dengan penuh atas kepemimpinan yang dilakukannya itu. 3

Tujuan pendidikan nasional, diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:4

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi siswa yang bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Permasalahan pendidikan yang dirasakan dewasa ini adalah rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini bisa dibuat dari pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan siswa, serta kesulitan siswa untuk mencapai hasil belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar, tidak lepas dari tanggung jawab pemerintahan dan peran guru dalam pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2012 tentangStandar Nasional Pendidikan bahwa proses pembelajaran pada satuan

3Suryo Subroto, Proses Belajar Mengjar di Sekolah, (Jakarta:PT. Rineka Cipta.2009), h. 2

4Departemen Pendidikan Nasional, 2012. Tim Penulis, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: DepdikNas, 2012), h. 6

(19)

pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik5. Untuk itu, kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru seharusnya dikondisikan dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar tercipta lingkungan belajar yang mendukung untuk membantu siswa mengerti dan memahami apa yang mereka pelajari.

Matematika merupakan ilmu pasti dan konkret. Artinya, matematika menjadi ilmu real yang bisa diaplikasikan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam kehidupan ini manusia tidak akan pernah terlepas dari matematika. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan logika berpikir berdasarkan akal dan nalar. Oleh karena itu, matematika digunakan sebagai alat bantu (berkontribusi) untuk mengatasi masalah-masalah pada bidang lainnya, sehingga matematika mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari- hari. Dengan demikian, penguasaan Matematika secara baik perlu ditanamkan pada siswa sejak dini, sehingga konsep-konsep dasar matematika dapat diterapkan dengan tepat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa matematika adalah pembelajaran sepanjang hayat, artinya matematika merupakan bagian terintegrasi dengan kehidupan manusia

5Sisdiknas, Undang-UndangNomor 20 Tahun 2012tentang Sistem Pendidikan Nasional), h. 38

(20)

sehingga keduanya saling berkaitan satu sama lain dan berlaku seumur hidup.

6

Salah satu contoh bidang studi yang menerapkan proses pembelajaran yang bersumber pada masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari adalah matematika. Peserta didik banyak yang beranggapan jika matematika merupakan pelajaran yang sulit. Namun pada hakikatnya matematika akan terasa mudah dan menyenangkan jika dikemas dengan proses pembelajaran yang menarik dan mudah ditanggapi oleh peserta didik. Akan tetapi, mayoritas siswa sulit dalam menguasai matematika bahkan enggan untuk mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. Mereka menjadikan matematika sebagai momok dalam kehidupan mereka. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi, karena pada dasarnya setiap kehidupan kita tidak akan pernah terlepas dari matematika. Dalam prakteknya, guru masih mengajar secara konvensional yaitu ceramah. Sehingga menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan. Selain itu masih ada siswa yang ramai sendiri ketika guru menyampaikan materi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang memiliki semangat dalam belajar belajar.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada dalam kurikulum pendidikan dan merupakan ilmu dasar. Proses pembelajaran matematika yang telah berlangsung, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Tanpa penggunaan media atau sumber belajar yang melibatkan siswa, maka teori yang disampaikan oleh guru akan sulit untuk dipahami dan

6Susanto, A. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.(Jakarta: PT kharisma putra utama, 2013), h. 183

(21)

terlebih jika materi tersebut sudah lama tidak dipelajari akan hilang dan tidak akan diingat oleh siswa. Namun berbeda jika guru melakukan proses pembelajaran yang menarik salah satunya menggunakan media yang melibatkansiswa secara langsung, peserta didik akan mempunyai pengalaman belajar yang akan diingat seterusnya dan materi akan mudah dipahami dan akan selalu diingat. 7

Mengingat pentingnya matematika dalam menumbuhkan generasi dengan kemampuan mengadopsi dan mengadakan inovasi Sains dan Teknologi di era globalisasi, maka tidak boleh dibiarkan adanya anak–anak muda yang buta matematika. Kebutaan yang dibiarkan akan menjadi suatu kebiasaan, membuat masyarakat kehilangan kemampuan berfikir secara disiplin dalam menghadapi masalah–masalah nyata.

Adapun permasalahan hasil belajar matematika belum diperoleh secara optimal, karena siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan abstrak, siswa tidak hanya memecahkan masalah matematis, teori, melainkan pembuktian teori melalui penyelesaian soal.

Maka diperlukan pembelajaran yang inovatif dimana siswa dituntut untuk belajar secara mandiri serta mampu mengkonstruk kognitifnya, hingga mampu meningkatkan hasil belajar matematika. Kurangnya siswa dalam menemukan pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang handal dalam pemecahan masalah, maka diperlukan serangkaian strategi

7Musfiqon.Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran.(Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2012).

(22)

pembelajaran pemecahan masalah. Berdasarkan kajian beberapa literatur terdapat banyak strategi pemecahan masalah yang kiranya dapat diterapkan dalam pembelajaran.

Manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi seorang khalifah dimuka bumi ini, dengan diberikan kecerdasan intelektual berupa akal. Hal itulah yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lain. Selain itu, manusia juga memiliki kecerdasan spritual (SQ) dan kecerdasan emosional (EQ) dengan kecerdasan-kecerdasan tersebut manusia. Dapat mengembangkan bakat yang ia miliki untuk mencari dan memperoleh ilmu pengetahuan dan pendidikan yang layak. Seperti dijelaskan dalam Al- Mujadalah, 58 : 11.































































Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadalah, 58:11)8

8 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Bumi Restu, 2012), h.

434

(23)

Di sekolah, guru hadir untuk mengabdikan diri kepada umat manusia dalam hal ini adalah peserta didik. Guru dan anak didik adalah dua sosok yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Pada hakikatnya guru dan anak didik itu bersatu. Mereka satu jiwa terpisah dalam raga. Menjadi guru berdasarkan tuntunan pekerjaan adalah suatu perbuatan yang mudah, tetapi menjadi guru berdasarkan panggilan jiwa atau tuntunan hati nurani adalah tidak mudah, karena kepadanya lebih banyak dituntut suatu pengabdian kepada anak didik dari pada karena tuntunan pekerjaan dan material oriented.

9

Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Di samping itu Djamarah juga berpendapat bahwa baik mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional. Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi. 10

Menggali potensi anak agar kreatif dan berkembang perlu diterapkan pembelajaran yang akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang

9Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 1

10 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta : Kalam Mulia, 2012), h. 32

(24)

mengesankan. Untuk itu sudah menjadi tugas guru dalam mengelolah dalam proses belajar-mengajar adalah memilih model pembelajaran yang sesuai agar pembelajaran lebih menarik dan bermakna. Hal ini disebabkan adanya tuntutan pada dunia pendidikan bahwa proses pembelajaran tidak lagi hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Guru harus mengubah paradigma tersebut dengan kegiatan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.

Pembelajaran matematika yang menarik bukan hanya pengetahuan berupa fakta, konsep dan teori yang dijejalkan begitu saja kepada siswa, namun lebih dari itu pembelajaran tersebut haruslah bermakna, menantang, dan merangsang keingintahuan siswa dengan menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis dan kreatif. Siwa diharapkan mampu menunjukkan sikap logis, kritis dan kreatif tersebut di bawah bimbingan guru dengan cara memecahkan masalah sederhana yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan pembelajaran di atas dibutuhkan kreativitas guru. Seperti kecerdasan guru dalam menelaah kurikulum, menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menggunakan strategi, metode dan metode yang tepat, serta mengelola kelas yang menyenangkan. Sebagaimana dijelaskan dalam “proses pembelajaran yang efektif memerlukan strategi dan metode pendidikan yang tepat”. Guru sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode sebelum kegiatan belajar dilaksanakan. Sebagaimana dipertegas keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru

(25)

menggunakan metode pembelajaran terutama dengan mengunakan metode pembelajaran yang beragam salah satunya adalah dengan Problem based learning (PBL) melalui media magic addition Machine .

Problem based learning (PBL) suatu model pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pembelajar dengan masalah-masalah praktis atau pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah dan memiliki konteks dengan dunia nyata”. Model ini melatih siswa untuk memecahkan masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya. Proses tersebut akan membuat terbangunnya pengetahuan baru yang lebih bermakna bagi siswa. 11

Media magic addition Machine adalah sarana atau perantara untuk menyampaikan informasi dalam pembelajaran yang dikemas secara mandiri sehingga menuntut keaktifan peserta didik yang melakukan tindakan belaja Setiap media pembelajaran memiliki keunggulan masing–masing, maka dari itulah guru diharapkan dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran. Dengan harapan bahwa penggunaan media akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu media yang digunakan adalah media magic addition Machine . 12

Berdasarkan studi awal yang dilakukan peneliti dalam sebuah pengamatan kegiatan proses pembagian matematik kelas II SD Negeri 04 Kaur didapati bahwa praktek guru dalam mengajar masih mengunakan metode konvensional, beberapa siswa tampak merasa jenuh dan bosan.

Beberapa lainnya terlihat ramai sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan

11Tan, Oon-seng. 2003. Problem Based Learning Innovation: Using Problem to Power Learning in 21st Century, thompson Learning), h. 22

12 Azhar Arsyad,Media Pembelajaran,( Jakarta:Rajawali Pers,2009), h. 15

(26)

guru. Dari 30 siswa yang hadir, mungkin hanya sekitar 7 sampai 8 siswa saja yang mengikuti pelajaran dari guru. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran guru tidak menarik sehingga menyebabkan proses belajar siswa tidak maksimal. Dalam sebuah wawancara dengan guru kelas juga menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika, guru jarang atau bahkan tidak pernah mengunakan media atau alat peragadianataranya tidak efektif dari segi waktu. Terlebih media yang disediakan oleh sekolah masih sangat terbatas, sekolah hanya memiliki media atau alat peraga bagun ruang saja, sedangkan alat atau sumber belajar yang digunakan oleh guru hanya buku dan LKS saja. Hal ini tentu saja berdampak pada pencapaian siswa dalam memahami pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa rendah.

Hasil observasi awal berkenaan dengan hasil belajar matematika siswa yang masih rendah yaitu dengan nilai rata-rata 67,16 dan persentase kelulusan hanya 58 %, sedangkan nilai ketuntasan belajar yang harus dicapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai KKM yaitu 75.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mengambil judul skripsi

”pengaruh model Problem based learning (PBL) berbantuan media magic addition Machine terhadap hasil belajar Matematika siswa Kelas II SD Negeri 04 Kaur’’.

(27)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, terdapat beberapa masalah yang muncul, diantaranya yaitu :

1. Guru mengajar cenderung dengan metode ceramah sehingga siswa kurang tertarik terhadap pelajaran.

2. Siswa cenderung pasif dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika

3. Sekolah masih terbatas dalam pengadaan dan pengunaan media pembelajaran matematika

4. Penggunaan media magic addition Machine belum pernah dilakukan pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas II SD Negeri 04 Kaur.

5. Masih banyaknya siswa yang hasil belajar mata pelajaran Matematika masih rendah dimana rata-rata nilai KKM siswa Kelas II SD Negeri 04 Kaur adalah 6,5.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan tidak meyimpang dari pembahasan maka peneliti membatasi masalah pada:pengaruh model Problem based learning (PBL)berbantuan media magic addition Machine terhadap hasil belajar Matematika siswa Kelas II SD Negeri 04 Kaur.

1. Problem based learning (PBL) pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk

(28)

melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.

2. Hasil belajar merupakan pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau proses belajar dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar siswa pada pembelajaran matematka mengunakan media Problem based learning (PBL) berbantuan media magic addition Machine pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung penjumlahan.

3. Media yang digunakan adalah media magic addition Machine .

4. Magic Addition Machine adalah permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan merupakan alat peraga edukatif sangat dianjurkan dalam pembelajaran matematika.

5. Pokok bahasan dalam penelitian ini terbatas pada materi operasi hitung penjumlahan.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah terdapat pengaruh model Problem based learning (PBL) berbantuan media magic addition Machine terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika Materi penjumlahan siswa Kelas II SD Negeri 04 Kaur?

(29)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui pengaruh model Problem based learning (PBL) berbantuan media magic addition Machine terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika Materi penjumlahan siswa Kelas II SD Negeri 04 Kaur.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Memberikan masukan kepada guru dan calon guru terhadap ranah pendidikan terhadap hasil belajar.

b. Sebagai masukan bagi sekolah dalam mengembangkan pendekatan pengaruh model Problem based learning (PBL) berbantuan media magic addition Machine terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan siswa Kelas II SD Negeri 04 Kaurdengan model pembelajaran konvensional untuk pembelajaran- pembelajaran pada mata pelajaran yang lain.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Dapat digunakan sebagai referensi bagi studi kasus yang sejenis yang melibatkan media magic addition Machine dan meningkatkan hasil

(30)

belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan siswa Kelas II SD Negeri 04 Kaur.

b. Masukan bagi penelitian yang lain bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut.

(31)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Landasan Teori Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce bahwa “Each model guides us as wedesign instruction tohelp student achieve various objectives”. Maksud kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaranuntuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. 13

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistem dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi paraperancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.

13 Trianto,ModelPembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan Implementasinya dalamKTSP,(Jakarta: Bumi Aksara), 2011, h.51.

15

(32)

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. 14

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran di kelas atau yang lain.

Model pembelajaran dapat juga dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model sesuai dengan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. 15

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat ditarik kesimpulan, dapat dipahami bahwasanya pembelajaran adalah interaksi bolak-balik antara dua pihak yang saling membutuhkan, yaitu guru dan siswa karena hasil dari pengalaman. Pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:16

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert

14 Trianto,Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif, Konsep, landasan dan Implementasinya pada KTSP, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 22.

15 Rusman,Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),h.133.

16 Rusman,Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),h.133.

(33)

Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.

b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.

c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model sintetik dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.

d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan:

1) Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax) 2) Adanya prinsip-prinsi preaksi.

3) Sistem social.

4) Sistem pendukung keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.

Dampak tersebut meliputi:

(1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur.

(2) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

3. Fungsi Model Pembelajaran

Model pembelajaran tidak hanya berfungsi mengubah perilaku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi juga berfungsi

(34)

mengembangkan berbagai aspek kemampuan yang bersangkutan dengan proses pembelajaran. Beberapa fungsi penting yang seharusnya dimiliki suatu model pembelajaran antara lain adalah sebagai berikut:17

a. Bimbingan

Suatu model pembelajaran menjadi acuan bagi guru dan siswa mengenai apa yang seharusnya dilakukan, memiliki desain instruksional yang komprehensif dan mampu membawa guru dan siswa ke arah tujuan pembelajaran.

b. Mengembangkan kurikulum

Model pembelajaran selanjutnya dapat membantu mengembangkan kurikulum pada setiap kelas atau tahapan pendidikan.

c. Spesifikasi alat pelajaran

Model pembelajaran memerinci semua alat pengajaran yang akan digunakan guru membawa siswa kepada perubahan-perubahan perilaku yang dikehendaki.

d. Memberikan perbaikan terhadap pengajaran Model pembelajaran dapat membantu peningkatan aktivitas proses belajar mengajar sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian

Problem based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan

17 Dini Rosdiani,Model Pembelajaran Langsung, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.19-20.

(35)

untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Pengertian Pembelajaran Berbasis masalah yang lain adalah metode mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, proses dimana Peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan laporan akhir. Dengan demikian Peserta didik di dorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pembelajaran dan mengembangkan ketrampilan berfikir kritis. 18

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

Problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dirancang agar siswa mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. 19

18 Kementerian Pendidikan dan kebudayaan,Model Pembelajaran Berbasis Masalah,(Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

19 Abdur Rahman As’ari, et. all., Buku Guru Matematika..., h. 29

(36)

Model pembelajaran Problem based learning (PBL) sangat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis. Penelitian tentang model pembelajaran PBL terhadap sikap ilmiah dan ketrampilan berpikir kritis siswa lebih baik daripada siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. 20

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat ditarik kesimpulan Model Problem based learning merupakan pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah yang diberikan memiliki konteks dengan dunia nyata, pembelajaran secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan memberikan solusi. Inilah yang mendorong peneliti untuk menerapkan dalam pembelajaran matematika pada model ini, pada pembelajaran ini siswa tidak hanya mengetahui teori dan rumus- rumus atau memecahkan masalah secara numerik, tetapi matematika sangatlah dekat dengan konteks dunia nyata.

2. Karakteristik Problem Based Learning

Karakteristik Problem based learning adalah sebagai berikut:21 a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar

b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur

c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda

20Fachrurazi, 2011.Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 2(1):76-89

21 Miftakhul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran (cet:II Pustaka Pelajar, Bandung), h.272

(37)

d. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimilki oleh Peserta didik, sikap dan kompentensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam mengajar.

e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM.

g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif

h. Pengembangan keterampilan inquiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.

j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman Peserta didik dan proses belajar.

3. Sintak Model Problem Based Learning

Proses PBL mereplikasi pendekatan sistematik yang sudah banyak digunakan dalam menyelesaikan masalah atau memenuhi tuntutan- tuntutan dalam dunia kehidupan dan karier.

Sintak operasional PBL bisa mencakup antara lain sebagai berikut:22 a. Pertama-tama peserta didik disajikan suatu masalah.

22 Miftakhul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran (cet:II Pustaka Pelajar, Bandung), h.272

(38)

Peserta didik mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam sebuah kelompok kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta suatu kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka membrainstorming gagasan-gagasannya dengan berpijak pada pengetahuan sebelumnya. Kemudian, mereka mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang mereka tidak ketahui. Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka juga mendesain suatu rencana tindakan untuk menggarap masalah.

b. Peserta didik terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah di luar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup:

perpustakaan, database, website, masyarakat, dan observasi.

c. Peserta didik kembali pada tutorial PBL, lalu saling sharing, informasi, melalui peer teaching atau cooperative learning atas masalah tertentu.

d. Peserta didik menyajikan solusi atas masalah.

e. Peserta didik mereview apa yang mereka pelajari proses pengerjaan selama ini. Semua yang berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat dalam review berpasangan, dan review berdasarkan bimbingan guru, sekaligus melakukan refleksi atas kontribusinya tehadap proses tersebut.

(39)

4. Langkah-Langkah Penggunaan Model Problem Based Learning Langkah-langkah operasional dalam proses pembelajaran yang dikonsepkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai berikut: 23

a. Konsep Dasar (Basic Concept)

Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.

b. Pendefinisian Masalah (Defining The Problem)

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan scenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brain storming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap scenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternative pendapat.

c. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang dinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tetulis yang tersimpan di pepustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu:

23Kementerian Pendidikan dan kebudayaan,Model Pembelajaran Berbasis Masalah,(Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

(40)

1) Agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan dikelas.

2) Informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami. Pertukaran.

3) Pengetahuan (Exchange Knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

4) Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

(41)

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah sarana pembelajaran yang digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efesiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran, di mana tujuan keterampilan menggunakan media pembelajaran yaitu memperjelas penyajian pesan agar jangan terlalu verbalitis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, memperlancar jalan proses pembelajaran, menimbulkan gairah belajar, memberi kesempatan kepada siswa berinteraksi langsung dan belajar secara mandiri. 24

Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang fikiran, perasaan dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Adapun menurut Association of Educationand Communication Technology (AECT) memberikan batasan mengenai media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. 25Kata media merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara, sedangkan menurut istilah adalah wahana pengantar pesan. Beberapa teknologi pembelajaran, banyak memberikan batasan definisi tentang media pembelajaran, di antaranya:

a. Menurut AECT ( Association of Education end Communication Tecnonology) memberi batasan mengenai media sebagai segala

24Ramayulis, Profesi dan etika Keguruan, (Jakarta : Kalam Mulia, 2013), h. 157

25Asnawir, Basyiruddin Usman. Media Pembelajaran.(Jakarta: Ciputat Pers, 2007), h.11.

(42)

bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.

b. Menurut NEA (National Education Assocation) menyatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Dan dapat dilihat, didengar dan dibaca.

Gagne menyatakan bahwa, media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs berpendapat, media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, misalnya buku, film bingkai, kaset dan lain-lain Perkembangan selanjutnya Martin dan Briggs memberikan batasan mengenai media pembelajaran yaitu mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. 26

Kesimpulan dari berbagai pendapat di atas adalah:

a. Media adalah wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada penerima pesan tersebut

b. Bahwa materi yang ingin disampaikan adalah pesan instruksional c. Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada

penerima pesan (anak didik)

26Muhaimin dkk,Strategi Belajar Mengajar (Penerapan dalam pembelajaran pendidikan Agama), (Surabaya: Citra Media, 1996), h. 91

(43)

Berdasarkan beberapa batasan tentang media pembelajaran, maka dapat dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung dalam media pembelajaran, antara lain:27

a. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indera.

b. Media pembelajaran memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai soft ware (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disamapaikan kepada siswa.

c. Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio.

d. Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada prosesbelajar baik dalam kelas maupun di luar kelas

e. Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

f. Media pembelajaran dapat digunakan secara massa (misalnya: Radio, Televisi) kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: slide, film, Video, OHP) atau perorangan (misalnya: Modul, Komputer, radio, tape/kaset video recorder).

g. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan suatu ilmu.

27Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.78

(44)

Jadi dari batasan-batasan dan ciri-ciri umum di atas media pembelajaran berupa hard ware dan soft ware dan bisa dilihat serta didengar dan juga bisa membantu guru untuk memperlancar dalam proses belajar mengajar sehingga terjadi komunikasi dan interaksi edukatif. Dan membantu mempermudah siswa dalam memahami pesan yang disampaikan oleh guru

2. Macam-macam Media Pembelajaran

Ada beberapa jenis media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, antara lain :

1) Media grafis

Media grafis adalah media visual. Dalam media ini, pesan yang akan disampaikan dapat dituangkan dalam bentuk simbol. Oleh karena itu simbol-simbol yang digunakan perlu difahami benar artinya, agar dalam penyampaian materi dalam proses belajar mengajar dapat berhasil secara efektif dan efisien.

Media grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan apabila tidak digrafiskan, misalnya: pelaksanaan shalat atau tentang konsep sifat wajib, mustahil bagi Allah, dan konsep lainnya. Media grafis selain sederhana dan mudah pembuatannya, media grafis juga termasuk media yang relatif murah

(45)

ditinjau dari segi biayanya. Adapun jenis-jenis media grafis, antara lain:28

a) Gambar atau Foto

media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana.

Media gambar adalah media visual dalam bentuk grafis. Media grafis didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar.

b) Sketsa

Gambar yang dibuat secara tepat dan spontan dengan menggunakan garis-garis sederhana, menggambar sketsa termasuk jenis dari kegiatan menggambar ekspresif. Tujuan utama menggambar ekspresif ialah ekspresinya. Karena itu dapatlah dikatakan bahwa menggambar ekspresif ialah kegiatan menggambar yang berfungsi sebagai penyalur ungkapan perasaan penciptanya.

c) Diagram

Suatu gambaran untuk memperlihatkan atau menerangkan suatu data yang akan disajikan. Atau definisi diagram yang lainnya adalah lambang-lambang tertentu yang dapat dipakai untuk

28Asnawir,Basyiruddin Usman,, Media Pembelajaran. 2002. (Jakarta: Ciputat. Pers). h.

33.

(46)

menjelaskan sarana, prosedur serta kegiatan-kegiatan yang sudah biasa dilaksanakan dalam suatu sistem.

d) Media Bagan

memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu penyajian.

Dalam bagan chart sering dijumpai bentuk grafis yang lain seperti:gambar, diagram, kartun atau lambang verbal. Agar menjadi media yang baik, bagan hendaknya dibuat: secara sederhana, lugas, tidak berbelit belit, dan up to date. Ada beberapa macam bentuk bagan, yaitu: bagan pohon, bagan arus, dan bagan garis waktu.

e) Kartun

Kartun merupakan salah satu jenis media grafis yang digunakan dalam dunia pendidikan, berfungsi sebagai alat memperjelas materi, menciptakan nilai rasa lebih dalam memahami materi, sebagai media kritisi, dan sebagainya. Sebagai salah satu bentuk komunikasi grafis, kartun merupakan suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas, atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu. Kartun biasanya hanya mengungkap esensi pesan yang harus disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana, tanpa detail, dengan menggunakan simbol-simbol, serta karakter yang mudah dikenal dan dimengerti secara cepat. Ketertarikan seseorang terhadap

(47)

kartun dibandingkan dengan media yang lain juga dikarenakan simbol-simbol tertentu dalam kartun yang menyebabkan kelucuan, selain itu isi kartun menceriterakan berbagai fenomena dalam kehidupan sehari-hari.

f) Visual, khususnya diagram, amat membantu untuk mempelajari materi yang agak kompleks.

g) Visual yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan gagasan khusus.

h) Unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang untuk mempermudah pengolahan informasi

i) Caption (keterangan gambar) harus disiapkan terlebih dahulu j) Warna harus digunakan secara realistik.

k) Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen.

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penerapan media grafis tidak perlu panjang dan lebar namun sebaiknya media grafis itu sederhana dan jelas, sesuai dengan kemampuan siswa.

Dalam pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti peneliti menggunakan media grafis gambar. 29

29Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.91

(48)

D. Media Magic Addition Machine

Magic Addition Machine adalah media mesin tambahan yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar dengan mengunaakn Mechanistic Mathematics Education dapat dunia nyata, dunia fantasi, atau dunia matematik formal asalkan nyata dalam fikiran siswa. Sehingga siswa dapat mudah memahami materi dengan mengaitkan kedalam kehidupan sehari-hari dan tujuan pembelajaran juga dapat tercapai.

Magic addition Machine merupakan sebuah media yang mengkonstruksi aturan melalui proses mathematizaion. Media pembelajaran ini merupakan reaksi terhadap pembelajaran matematika modern (New Math) di Amerika dan pembelajaran matematika di Belanda sebelumnya yang dipandang sebagai Mechanistic Mathematics Education. Istilah realistik di sini tidak selalu terkait dengan dunia nyata, tetapi penyajian masalah dalam konteks yang dapat dijangkau siswa. Konteks dapat dunia nyata, dunia fantasi, atau dunia matematik formal asalkan nyata dalam fikiran siswa.

Sehingga siswa dapat mudah memahami materi dengan mengaitkan ke dalam kehidupan sehari-hari dan tujuan pembelajaran juga dapat tercapai. 30

Bahwa “alat permainan edukatif (APE) adalah permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan”. Penggunaan alat peraga edukatif sangat dianjurkan dalam pembelajaran, karena dapat membantu guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dengan lebih mudah. Namun, ada beberapa alat peraga edukatif yang juga pernah

30Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.78

(49)

digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika yaitu seperti dakon matematika dan dekak FPB dan KPK. Akan tetapi, berdasarkan penggunaan alat peraga edukatif tersebut hasil belajar siswa belum mampu untuk ditingkatkan, ini terbukti dengan hasil belajar siswa yang rendah. 31

E. Metode Konvensional

1. Pengertian Metode Konvensional

Metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.

Pendekatan pembelajaran adalah suatu pandangan dalam mengupayakan cara siswa berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara Perceival dan Ellington, mengemukakan dua kategori pendekatan pembelajaran, kedua kategori pendekatan tersebut adalah pendekatan pembelajaran berorientasi guru (teacher oriented) dan pendekatan pembelajaran berorientasi siswa (learner oriented). 32

Pembelajaran konvensional merupakan salah satu pendekatan pemebelajaran yang masih berlaku dan layak digunakan oleh guru-guru disekolah pada umunya. Pembelajaran konvensional pada penelitian ini

31 Sundayana, Rostina. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika.Bandung: Alfabeta., 2014), h. 67

32Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran,( Bogor, Ghia Indonesia, 2010), h. 75

(50)

adalah pemebelajaran ekspositori. Pada pemebelajaran ini guru lebih banyak memberi materi kepada siswa, dan siswa hanya menyimak informasi yang diberikan oleh guru. 33

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga siswa kebanyakan pasif mendengarkan uraian guru dan semua siswa harus belajar menurut kecepatan guru, siswa hanya menerima, mencatat dan menghafal materi pelajaran.

2. Ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah:

1) Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.

2) Belajar secara individual

3) Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis 4) Perilaku dibangun atas kebiasaan

5) Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final 6) Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran 7) Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik 8) Interaksi di antara siswa kurang

9) Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

33 Zulyadaini, Perbandingan Hasil Belajar Matematika Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Coop-Coop Dengan KonvensionaL. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. Vol.16 No.1. 2016). h. 155

(51)

3. Langkah-langkah Metode Konvensional

1) Guru memberikan apersepsi terhadap siswa dan memberikan motivasi kepada siswa tentang materi yang diajarkan

2) Guru memberikan motivasi

3) Guru menerangkan bahan ajar secara verbal 4) Guru memberikan contoh-contoh

5) Guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya dan menjawab pertanyaan

6) Guru memberikan tugas kepada siswa yang sesuai dengan materi dan contoh soal yang telah diberikan

7) Guru mengkonfirmasikan tugas yang telah dikerjakan oleh siswa 8) Guru menuntun siswa untuk menyimpulkan inti pelajaran

9) Mengecek pengertian dan pemahaman siswa 4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Konvensional

Adapun kelebihan dari metode konvensional (ceramah) adalah:

1) Guru mudah menguasai kelas

2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas 3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar 4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya 5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik 6) Lebih ekonomis dalam hal waktu

7) Memberikan kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan

(52)

8) Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas

9) Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis dan penuh perhatian

10) Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain.

Adapun kelemahan Metode Konvensional (ceramah) adalah:

a) Siswa yang bertipe visual menjadi rugi, dan hanya siswa yang bertipe auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya.

b) Mudah membuat siswa menjadi jenuh

c) Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya

d) Siswa cenderung menjadi pasif dan guru menjadi aktif. 34 F. Hasil Belajar Siswa

1. Pengertian Hasil Belajar Siswa

Belajar adalah adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui tindakan latihan atau pengalaman, belajar merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.35

Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman. Hasil belajar, yaitu perubahan-prubahan yang terjadi pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagi hasil dari

34Hamzah. B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), h.21

35Anurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2009), h. 35

(53)

kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran menentu. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan mengajar36

Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku.

tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya37

Berdasarkan pengertian menurut ahli dapat ditarik kesimpulan Hasil belajar merupakan pengukuran terhadap apa yang telah dipelajari. Hasil belajar dimanfaatan untuk perbaikan dan penyempurnaan proses kegiatan belajar dan mengajar. Apabila hasil belajar telah diketahui maka dapat dinilai sejauh mana prestasi belajar yang dicapai. Hasil belajar dapat diketahui dari evaluasi hasil belajar. Evaluasi atau penilaian hasil belajar merupakan suatu usaha untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan siswa baik kemampuan penguasaan konsep, sikap maupun ketrampilan.

36 Ahmad Susanto, teori belajar dan pembelajaran disekolah dasar, (Jakarta : Kencana, 2013), h. 5

37Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012), h. 22

Gambar

Tabel 3. 2  Desain Penelitian
Tabel 3. 6  Koefisien Alfa
Tabel 3. 7  Hasil uji reabilitas
Grafik Histogram Hasil Post Test Kelas Eksperimen  b.  Kelas II B (Model Konvensional)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) efektif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning (PBL) dan Problem Based Learning (PBL) – Survey, Question, Read, Recite,

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses Sains siswa kelas X IPA 4 SMA Negeri 5 Surakarta dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL)

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan Math Mobile Learning pada

Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang dihasilkan dari Problem Based Learning (PBL) terhadap

Tingginya nilai psikomotor siswa pada kelas eksperimen karena dengan menerapkan model Problem Based Learning PBL dapat menantang kemampuan berfikir siswa untuk memecahkan masalah yang

Dokumen ini membahas pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan LKPD terhadap kemampuan berpikir kritis

Pengujian hipotesis menggunakan uji statistik parametrik dalam hal ini untuk menguji hipotesis bahwa pengaruh penerapan model multirepresentasi berbantuan PBL terhadap kemampuan