• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh model problem based learning (pbl) disertai video

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh model problem based learning (pbl) disertai video"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DISERTAI VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SEMESTER 2

SMPN 1 BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Siska Ratna Sari1, Rina Widiana2, Diana Susanti2

1Mahasiswa Pendidikan Biologi STKIP PGRI SUMBAR, siskaratnasari14@gmail.com

2Dosen Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

The learning outcomes of student in biology that lower in topic of adulteration and damage of enviroment in SMPN 1 Batang Anai caused the student not used learning model in learning process. Moreover, media that teacher used in learning just text book and student worksheet. It make the student learning process not be active. The purpose of this research to know what the effect of Problem Based Learning (PBL) model with using video toward student’s learning outcomes biology a study at VII grade student’s 2nd semester of SMPN 1 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman. This research did in April-Mei 2016 in VII grade of SMPN 1 Batang Anai 2nd semester in 2015/2016. The research is experimental research with using design the randomized Control-Group Post Test Only Design. That use experiment was VII.7 and control was VII.9. The instrumet of this research is written test in cognitive domain and observation to affective and psychomotor domain. The data analysis is t uji. The learning outcomes of this research is average value in cognitive domain in experimental class is 79,85 and control class 72,5. The resulted of tarithmatic > ttable that 1,89 >1,69, so hypothesis of this research is acceptable. Affective domain in experiment class have modus 3,38 and control class 3,15. In psychomotor domain in experiment class have achievement of optimum 3,62 and control class 3,55, so it can concluded that the Problem Based Learning (PBL) model with using video can improve the learning outcomes in cognitive domain in SMPN 1 Batang Anai kabupaten Padang Pariaman

Kata Kunci : Problem Based Learning (PBL), Video, Learning outcomes.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan cerminan kemajuan bangsa. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu bangsa, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusianya. Peningkatan kualitas pendidikan harus diwujudkan dengan menjadikan suasana belajar dan pembelajaran yang baik agar potensi peserta didik berkembang secara maksimal.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pihak pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (Sagala, 2010: 61). Guru sebagai pendidik terlibat langsung dalam pembelajaran, sesungguhnya guru dapat mengupayakan banyak hal untuk meningkatkan hasil belajar, diantaranya dengan menggunakan strategi yang tepat model pembelajaran yang bervariasi, media yang menarik dan menyenangkan yang

dapat membangkitkan aktivitas siswa. Guru hendaknya memotivasi siswa dengan berbagai upaya tersebut dalam proses pembelajaran dan memiliki keterampilan untuk menciptakan variasi-variasi baru dalam proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Biologi di SMPN 1 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman pada bulan November 2015 ditemukan bahwa dalam proses pembelajaran Biologi siswa lebih terpusat pada guru, karena proses pembelajaran yang biasa dilakukan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Hal lain yang ditemukan adalah sedikitnya siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Aktifitas siswa umumnya mencatat, mendengarkan dan mengerjakan latihan saja. Ada juga sebagian siswa yang langsung mencatat ketika guru menerangkan pelajaran tanpa mengerti apa yang dicatatnya dan merekapun tidak berani

▸ Baca selengkapnya: solusi dari kelemahan model problem based learning (pbl)

(2)

bertanya. Sedikitnya siswa yang mau mengemukakan argumennya terhadap materi yang diajarkan guru. Saat guru bertanya kepada siswa tentang materi yang sudah diberikan, siswa itu cenderung diam dan siswa beranggapan pelajaran biologi sulit sehingga mereka merasa bosan untuk mengikuti pelajaran biologi. Hal ini disebabkan karena guru belum menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat proses pembelajaran hanya berupa buku paket dan LKS sebagai sumber bacaan sehingga proses pembelajaran kurang maksimal. Hal ini mengakibatkan nilai siswa rendah dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) terutama pada materi pecemaran dan kerusakan lingkungan.

Berdasarkan permasalahan di atas maka dituntut kreativitas guru menggunakan model dan media pembelajaran yang tepat sehingga dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi serta minat siswa dalam belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan memaksimalkan kemampuan siswa dalam pembelajaran adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Model pembelajaran PBL melibatkan peran peserta didik dalam proses pembelajarannya. Peserta didik diberikan kebebasan dalam berfikir kreatif serta aktif berpartisipasi dalam mengembangkan penalarannya pada materi yang diajarkan serta mampu menggunakan penalarannya dalam menyelesaikan permasalahan dari sebuah fenomena yang ada di kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2006:

214).

Berbeda dengan model-model lain yang penekanannya adalah pada mempresentasikan ide-ide dan mendemonstrasikan keterampilan, dalam PBL guru menyodorkan situasi-situasi bermasalah kepada siswa dan memerintahkan mereka untuk menyelidiki dan menemukan sendiri solusinya. Tujuan instruksional PBL rangkap tiga yaitu membantu siswa mengembangkan keterampilan investigatif dan keterampilan

mengatasi masalah, memberikan pengalaman peran-peran orang dewasa kepada siswa dan memungkinkan siswa untuk mendapatkan rasa percaya diri atas kemampuannya sendiri, untuk berfikir dan menjadi elajar yang self-graduated (Arends, 2008: 70)

Selain menggunakan model Problem Based Learning (PBL) penelitian ini juga menggunakan media sebagai penunjang jalannya proses pembelajaran.

Menurut Susilana dan Riyana (2009: 9) media pembelajaran tidak hanya mempunyai fungsi sebagai alat bantu guru dalam pembelajaran, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Salah satu media yang dapat digunakan adalah media berupa video.

Menurut Prastowo (2011: 301) video termasuk dalam kategori bahan ajar audio visual. Media audio visual merupakan media yang mengkombinasikan dua materi, yaitu materi visual dan auditif. Materi auditif ditunjuk untuk merangsang indera pendengaran, sedangkan materi visual untuk merangsang indera penglihatan. Kombinasi dua materi ini dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih berkualitas, karena komunikasi berlangsung secara efektif. Hal itu berdasarkan pandangan bahwa peserta didik cenderung akan lebih mudah mengingat dan memahami suatu pelajaran jika mereka tidak hanya menggunakan satu jenis indera saja, apalagi hanya indera pendengaran.

Berdasarkan uraian di atas, penulis telah melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Disertai Video Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII semester 2 di SMPN 1 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning disertai video terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VII Semester 2 SMPN 1 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei pada siswa kelas VII Semester 2 SMPN 1 Batang Anai Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan

(3)

penelitian “Randomised Control Group Only Design” yaitu penelitian menggunakan sekelompok subjek penelitian dari suatu populasi tertentu.

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Batang Anai pada tahun 2015/2016. Sampel penelitian diambil random menjadi dua kelompok atau kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Dari 9 kelas VII di SMPN 1 Batang Anai diperoleh kelas VII.7 sebagai kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) disertai video dan kelas VII.9 sebagai kelas kontrol dengan menerapka metode ceramah dan tanya jawab.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model Problem Based Learning (PBL)

disertai video dan variabel terikat adalah hasil belajar biologi siswa yang diukur pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Instrument penelitian pada ranah kognitif berupa tes tertulis dan lembar observasi pada ranah afektif dan psikomotor.

Tes uji coba berupa soal objektif sebanyak 73 butir pada ranah kognitif dilakukan pada kelas VII.4 di SMPN 1 Batang Anai. Hasil tes uji coba dianalisa untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya beda soal. Hasil dari analisa diperoleh 37 soal tes akhir.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji t. Sebelum dilakukan analisi data, maka dilakukan uji normalitas menggunakan uji Liliefor’s dan uji homogenitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Ranah Kognitif

Data penelitian yang dianalisis adalah rata-rata nilai tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Rata-rata, Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis pada Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol Ranah Kognitif.

No Parameter Perlakuan

Eksperimen Kontrol

1 Rata-rata 79,85 72,5

2 Uji Normalitas L0 = 0,044 Lt = 0,173

L0 = 0,079 Lt = 0,161 3 Uji Homogenitas Fh = 0,50

Ft = 1,93

4 Uji Hipotesis Th = 1,89

Tt = 1,67 Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) disertai video memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Adapun rata- rata kelas eksperimen adalah 79,85 sedangkan rata-rata kelas kontrol adalah 72,5. Uji normalitas pada masing-masing

kelas didapat L0 < Lt maka data berdistribusi normal. Uji homogenitas dengan Fh < Ft dimana Fh = 0,50 dan Ft = 1,93 yang berarti data homogen. Dari uji hipotesis yang dilakukan didapat bahwa Thitung > Ttabel dimana Th = 1,89 dan Tt = 1,67 maka hipotesis diterima.

Adapun persentase ketuntasan siswa pada ranah kognitif dapat dilihat pada gambar 1.

(4)

Gambar 1. Persentase Ketuntasan Siswa Pada Ranah Kognitif

Data penelitian pada ranah kognitif menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 79,85 dan rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol 72,5. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada kelas eksperimen sebanyak 15 orang dengan persentase 57,69% sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 11 orang dengan persentase 39,3%. Hal ini disebabkan karena tingkat kemampuan siswa yang berbeda. Jika dilihat dari uraian di atas persentase ketuntasan kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol meskipun belum mencapai 60%.

Rendahnya persentase nilai siswa yang mencapai KKM di kelas eksperimen dikarenakan siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based learning (PBL) disertai video. Hal ini mengakibatkan siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan investigasi kelompok untuk memecahkan permasalah yang ditemukan sehingga membutuhkan konsumsi waktu yang lebih lama pada saat investigasi tersebut. Jika waktu tidak digunakan dengan efisien maka proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa kurang optimal, hal ini juga akan berdampak terhadap pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Menurut pendapat Djamarah (2010: 107) apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa maka tingkat keberhasilannya tergolong kurang baik.

Tingginya hasil belajar siswa kelas eksperimen dibadingkan dengan kelas kontrol pada ranah kognitif karena dengan menerapkan model pebelajaran Problem Based Learning (PBL) disertai video, siswa terlibat lebih aktif saat proses pembelajaran.

Hal ini dimungkinkan karena pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) disertai video diawali dari pemasalahan yang ditemukan sendiri oleh siswa melalui video, kemudian siswa memecahkan masalah tersebut secara berkelompok dalam

investigasi kelompok dan

memepresentasikan hasil dari pemecahan masalah tersebut. Langkah tersebut telah dapat membantu siswa memecahkan permasalahan dalam pembelajaran dan membantu siswa menemukan pengetahuan sendiri untuk memahami materi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siswanto, Maridi & Marjono (2014: 53- 59) bahwa model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah biologi di SMP Negeri 14 Surakarta. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Trianto (2009: 96-97) bahwa kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu realistik dengan kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat inquiry siswa, retensi konsep menjadi kuat dan memupuk kemampuan problem solving.

Selain itu dengan penggunaan media video dapat merangsang terciptanya suasana pembelajaran yang dapat memusatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran. Penggunaan video juga dapat menstimulus siswa untuk memunculkan permasalahan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman, Deni dan Riyana (2011: 220) yang menyatakan bahwa video memiliki kelebihan yaitu memberi pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa, sangat bagus untuk menerangkan suatu proses, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, lebih realistis, dapat diulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan dan memberi kesan yang mendalam yang dapat memengaruhi sikap siswa.

Rendahnya hasil belajar siswa pada kelas kontrol disebabkan karena metode ceramah dan tanya jawabyang digunakan membuat peserta didik bosan sehingga perhatian peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru berkurang dan pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih mudah terlupakan. Hal ini terlihat dalam proses pembelajaran kurangnya interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan siswa. Hal ini juga 0

100 57,69

39,3

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Ketuntasan (%)

(5)

terlihat dari kebanyakan siswa hanya mengandalkan dan mendengarkan penjelasan materi dari guru saja, sehingga

penguasaan siswa terhadap materi berkurang.

2. Ranah Afektif

Berdasarkan hasil observasi aktifitas siswa pada ranah afektif yang berkaitan dengan sikap ataupun kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung yang diamati pada setiap kali pertemuan, maka diperoleh rata-rata nilai modus keseluruhan siswa yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Rata-rata Modus Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Ranah Afektif

No Kelas Rata-rata

1 Eksperimen 3,38

2 Kontrol 3,15

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa rata-rata nilai modus keseluruhan pada kelas eksperimen adalah 3,38 dengan predikat B dan nilai rata-rata modus keseluruhan pada kelas kontrol adalah 3,15 juga berada pada predikat B. Adapun persentase ketuntasan siswa pada ranah afektif dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2.Persentase Ketuntasan Siswa pada Ranah Afektif

Berdasarkan Gambar 2 Persentase ketuntasan siswa ranah afektif pada kelas eksperimen adalah 100% dan kelas kontrol 96,15%. Nilai dari setiap indikator penilaian pada ranah afektif dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Nilai Afektif Siswa Kelas Sampel Berdasarkan Gambar 3 dapat

diketahui bahwa penilaian afektif kelas eksperimen pada indikator menghargai pendapat orang lain adalah 3,42, pada indikator disiplin adalah 3,5, dan indikator pecaya diri adalah 3,3. Pada kelas kontrol

penilaian afektif untuk indiaktor menghargai pendapat orang lain adalah 3,08, pada indikator disiplin adalah 3,27 dan indikator percaya diri adalah 3,12.

Tingginya nilai modus masing- masing indikator pada kelas eksperimen

90 100

100 96,15

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Ketuntasan (%)

2,8 3 3,2 3,4 3,6

Menghargai Pendapat Orang

Lain

Disiplin Percaya Diri 3,42

3,5

3,3 3,08

3,27

3,12

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Rata-rata

(6)

karena dalam proes pembelajaran siswa dituntut untuk menghargai pendapat orang lain, disiplin dan percaya diri. Tingginya skor menghargai pendapat orang lain karena siswa saling megemukakan pendapatnya dalam berdiskusi sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai pendapat dalam diri siswa dan menciptakan pola fikir yang dewasa bagi siswa. Siswa juga dituntut disiplin dalam PBM, hal ini terlihat dari sikap siswa yang masuk dan keluar kelas tepat waktu, meskipun dalam pembelajaran masih ditemukan beberapa siswa yang kurang tertib dalam mengikuti pembelajaran.

Siswa juga percaya diri mengemukakan argumennya dalam memecahkan masalah bersama kelompoknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Arends (2008: 70) yang menyatakan bahwa tujuan instruksional Problem Based Learning (PBL) adalah mengembangkan keterampilan mengatasi masalah dan memberikan pegalaman peran- peran orang dewasa kepada siswa, sehingga memungkinkan siswa untuk mendapatkan rasa percaya diri atas kemampuannya sendiri untuk berfikir dan menjadi pelajar yang self- graduated.

Rendahnya nilai modus afektif pada kelas kontrol karena kurangnya interaksi

siswa dalam PBM, masih terdapat siswa yang terlambat masuk kelas dan siswa kurang tertib mengikuti pembelajaran, dalam mengemukakan argumennya siswa masih terlihat ragu-ragu dan kurang percaya diri.

Latisma (2011: 192) mengatakan bahwa ciri- ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.

Seperti, perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai materi pelajaran, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap pendidik dan sebagainya. Ranah afektif menentukan tingkat keberhasilan seseorang

.

3. Ranah Psikomotor

Berdasarkan hasil observasi yang diamati pada setiap kali pertemuan, maka diperoleh rata-rata nilai capaian optimum siswa yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Rata-rata Capaian Optimum Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Ranah Psikomotor

No Kelas Rata-rata Keterangan

1 Eksperimen 3,62 A-

2 Kontrol 3,55 A-

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa rata-rata nilai capaian optimum pada kelas eksperimen adalah 3,62 dengan predikat A- dan nilai rata-rata capaian optimum pada kelas kontrol adalah 3,55 juga berada pada predikat A-. Adapun persentase ketuntasan siswa pada ranah psikomotor dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Persentase Ketuntasan Siswa pada Ranah Psikomotor Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa 100% siswa tuntas pada kedua kelas sampel.

Nilai dari setiap indikator penilaian pada ranah psikomotor dapat dilihat pada Gambar 5.

0

100 100 100

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Ketuntasan (%)

(7)

Gambar 5. Nilai Psikomotor Siswa Kelas Sampel Berdasarkan Gambar 5 dapat

diketahui bahwa penilaian psikomotor pada kelas eksperimen pada indikator tata bahasa adalah 3,63, pada indikator kelengakapan 3,13 dan indikator sistematika 3,8. Pada kelas kontrol penilaian psikomotor indikator tata bahasa adalah 3, pada indikator kelengakapan 3,94 dan indikator sistematika 3,6.

Tingginya rata-rata kelas eksperimen pada indikator tata bahasa karena dalam menyiapkan laporan siswa setiap anggota kelompok mengeluarkan idenya masing-masing sehingga hasil pemikiran yang dituangkan dalam laporan berupa bahasa sendiri dan sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, ringkas serta mudah dipahami.

Pada kelas kontrol umumnya belum menggunakan bahasa sendiri yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Tingginya rata-rata kelas kontrol pada indikator kelengkapan dikarenakan pada kelas kontrol setelah guru menjelaskan materi siswa langsung mencatat sehingga catatan siswa lengkap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pada kelas eksperimen dalam membuat laporan siswa harus memecahkan permasalahan terlebih dahulu sehingga membutuhkan konsumsi waktu yang lebih banyak dan hasilnya berupa pemikiran sendiri, sehingga pada segi kelengkapan ditemukan beberapa laporan kurang lengkap.

Pada indikator sistematika tingginya nilai kelas eksperimen karena dalam penyusunan laporan sudah mencantumkan identitas kelompok, topik dan terdapat permasalahan dan pemecahan

masalah yang berurutan sesuai tuntutan materi pada pada tujuan pembelajaran. Pada kelas kontrol masih ada ditemukan catatan siswa yang tidak mencantumkan topik dan masih ada siswa yang mencatat materi tidak berurutan sesuai tuntutan tujuan pembelajaran.

Tingginya nilai psikomotor siswa pada kelas eksperimen karena dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) dapat menantang kemampuan berfikir siswa untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa menjadi bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2006: 220) yang mengemukakan kelebihan dari model PBL yaitu dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa dan membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya serta bertanggung jawab.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) disertai video dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa SMPN 1 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman Tahun Pelajaran 2015/2016.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arends,I.R. 2008. Belajar Untuk Mengajar.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

0 1 2 3 4

Tata Bahasa Kelengkapan Sistematika

3,63

3,13

3,8 3

3,94

3,6

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Rata-rata

(8)

Djamarah, S.B. Zain A. 2010. Startegi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Latisma. 2011. Evaluasi Pendidikan.

Padang: UNP.

Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.

Yogyakarta: Diva Press.

Rusman, Deni, K., & Riyana, C. 2011.

Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta:

Raja Gravindo Persada.

Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Siswanto, Maridi & Marjono. 2012.

Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa Kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi. 2(IV). Hlm.

53-59.

Susilana, R. & Riyana. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Jakarta: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

36 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbasis Mind Mapping terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI PIS pada Konsep Sistem Peredaran