Penetapan rencana induk pelabuhan penyeberangan akan diusulkan kepada Pemerintah Provinsi/Menteri setelah mendapat rekomendasi dari Pemerintah Provinsi/Bupati sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Lokasi pelabuhan penyeberangan berada di tepi barat Jalur Normalisasi Sungai dengan batas darat sekitar 100-200 meter dengan tanggul normalisasi sungai;
Sasaran
RIP, DLKR dan DLKP digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan program pengembangan dan operasional pelabuhan. Bagi badan pengelola pelabuhan, RIP, DLKR dan DLKP berguna dalam menyusun rencana rinci kegiatan pelabuhan.
Materi Tatanan Kepelabuhan Nasional
14. Identifikasi kebutuhan pembangunan dengan membandingkan penawaran (supply) dan proyeksi permintaan (demand) untuk kebutuhan di masa depan.
Materi Rencana Peruntukkan Sisi Darat
Materi Rencana Peruntukkan Sisi Perairan
Materi Rumusan Penataan
Pembangunan pelabuhan pariwisata di Padangbai tepatnya di Tanah Ampo akan menyeimbangkan perkembangan Bali selatan dengan Bali timur. Potensi kawasan seperti kawasan wisata seni budaya dan kawasan wisata pantai sebagian besar berada di kawasan Bali Selatan, dengan jarak yang relatif dekat, sehingga perkembangan industri kerajinan dan sarana penunjang pariwisata di kawasan Bali Selatan meningkat sangat pesat;
Hinterland
Daya dan Tanjung Bugbug di timur laut dengan Pelabuhan Feri Padangbai di barat daya. Selain itu, di kawasan Teluk Labuhan Amuk sudah terdapat pelabuhan khusus yaitu Pelabuhan Depo Pertamina yang terletak di barat daya lokasi rencana (Dusun Ulakan, Desa Ulakan, Kecamatan Mangis, Kabupaten Karangasem).
Topografi
Demikian pula kemunculan bintang Kartika menurut dauh (waktu) dan sasih (bulan menurut penanggalan Bali) mempunyai pengaruh yang besar terhadap arus dan gelombang laut (Tengeran yeh pasih). Menurut informasi dari nelayan setempat, ada istilah luah yaitu arus yang bergerak dari arah timur yang artinya air pasang. dan kondisi laut ini baik untuk perjalanan/berangkat ke arah timur, dan merupakan istilah aus yaitu air laut (arus) bergerak ke arah barat, artinya air laut sedang surut, dan kondisi ini baik untuk jukung bergerak menuju perjalanan Barat. Hal ini tergantung pada musim atau sasih (bulan menurut penanggalan Bali), selain itu juga dikenal dengan istilah selok yaitu air yang berputar (toya mapincer) dimana air laut menghantam batu atau pantai dan airnya bergerak ke timur atau barat.
Proses Sosial
Mereka merasa cukup nyaman dengan kondisi kehidupannya yang sibuk, apalagi tinggal di desa sendiri sehingga dapat memenuhi kewajiban sosial budaya dan sosial agama yang cukup intensif sebagai ciri adat adat desa di Bali. Kecuali pada hari Nyepi (Tahun Baru Icaka), mereka tidak diperbolehkan melakukan aktivitas seharian penuh baik di laut maupun di darat seperti adat desa adat lainnya.
Pranata Sosial
Pranata Desa
Pranata di Bidang Ekonomi
Pranata Pendidikan
Pranata Olahraga
Pranata Agama
Pranata Keamanan
Jika kondisi di masa depan cukup stabil dalam artian tidak berbeda jauh dengan kondisi masa lalu, maka metode ini dapat memberikan hasil ramalan yang cukup akurat. Dengan kata lain, hasil maksimal dari kegiatan peramalan adalah meminimalkan ketidakpastian yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Kebutuhan Lahan Daratan
- Areal gedung terminal
- Areal parkir kendaraan antar/ jemput
- Kantor Pelabuhan
- Areal fasilitas bahan bakar
- Areal fasilitas air bersih
- Generator
- Areal fasilitas peribadatan
- Areal fasilitas pengobatan
- Areal fasilitas perdagangan
- Area fasilitas pos dan telekomunikasi
Kebutuhan lahan untuk tempat ibadah didasari oleh kebutuhan ruang untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial. Persyaratan dasar area perawatan didasarkan pada kebutuhan ruang fasilitas umum dan fasilitas sosial.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 10 Tahun (2013 - 2017)
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPj) 20 Tahun (2018-2028)
Rencana Pembangunan Keseluruhan Tahapan (RPJPd, RPJM, RPJPj)
Prinsip dasar metode ini adalah membandingkan manfaat yang diperoleh dari pembangunan pelabuhan dan biaya yang diperlukan untuk mewujudkannya. Kelayakan ekonomi pengembangan pelabuhan wisata di Tanah Ampo ditentukan berdasarkan nilai tiga indikator yaitu: Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR).
Biaya Pelaksanaan Proyek
Biaya Pembangunan Pelabuhan
Pembangunan pelabuhan baru dapat menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif, yang sangat sulit diukur. Dalam penelitian ini manfaat yang dihitung merupakan manfaat langsung dan tidak langsung yang diperoleh yang dapat dianalisis secara kuantitatif oleh pengguna pelabuhan dan kawasan belakang pelabuhan.
Biaya Pengadaan Tanah
Dampak positifnya bisa berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, kenaikan harga tanah, dan lain-lain. Sedangkan biaya dihitung berdasarkan kebutuhan pembangunan fisik pelabuhan serta biaya operasional dan pemeliharaan yang dikeluarkan selama umur ekonomis proyek.
Biaya Studi, Biaya DED dan Biaya Pengawasan
Berdasarkan indikator kelayakan ekonomi, rencana pengembangan pelabuhan menunjukkan asumsi suku bunga bank sebesar 12%, 15% dan 18%. Analisis sensitivitas terhadap rencana pengembangan pelabuhan wisata di Tanah Ampo menunjukkan bahwa rencana pengembangan pelabuhan layak secara ekonomi untuk dilanjutkan pembangunannya.
Iklim
- Tipe Iklim
- Temperatur udara (Kelembaban)
- Curah Hujan
- Arah dan Kecepatan Angin
- Intensitas Radiasi Surya
- Pola Iklim Mikro
Kecepatan angin maksimum terjadi pada bulan Desember (35 knot) dengan arah angin dari Barat, kecepatan angin terendah terjadi pada bulan Juli, September dan Oktober (19 knot), dengan arah angin dari Tenggara. Persentase waktu pemaparan terendah terjadi pada bulan Desember (66%), dan persentase waktu pemaparan tertinggi terjadi pada bulan September (89,2%).
Kualitas Udara Dan Kebisingan
Kualitas Udara
Kebisingan
Fisiografi
Topografi
Geologi
Geomofologi
Kualitas Air
Kualitas Air Tanah
Kualitas Air Laut
Hal ini terjadi karena sumber tetesan minyak yang tumpah sebagian besar berasal dari kapal atau perahu motor. Tumpahan minyak ini terjadi akibat pembersihan kapal dengan surfaktan, sehingga minyak dan minyak pelumas berakhir di air laut dalam bentuk tetesan yang dilapisi surfaktan.
Tahap Pra Konstruksi
- Terganggunya Tata Ruang
- Meningkatnya Pendapatan Daerah (PAD)
- Perubahan Sikap dan Persepsi Masyarakat
- Terganggunya Keamanan dan Ketertiban
Rencana aksi yang tidak dikomunikasikan dengan baik kepada para pemimpin dan pejabat desa serta tanpa sepengetahuan masyarakat setempat dapat menimbulkan kekhawatiran di sebagian besar masyarakat setempat. Hal lainnya adalah menjangkau masyarakat lokal untuk memberikan rencana aksi dapat menimbulkan keuntungan dan kerugian.
Tahap Konstruksi
- Menurunnya Kualitas Udara
- Meningkatnya Kebisingan
- Menurunnya Sifat Fisik dan Kimia Tanah
- Terganggunya Tata Ruang
- Perubahan Pola Arus dan Gelombang
- Terjadinya Erosi dan Sedimentasi
- Menurunnya Kualitas Air
- Terganggunya Flora dan Fauna Darat
- Terganggunya Flora dan Fauna Air
- Kerusakan Terumbu Karang
- Meningkatnya Peluang Kerja dan Berusaha
- Sikap dan Persepsi Masyarakat
- Terganggunya Kawasan/Tempat Suci dan Nilai Budaya
- Terganggunya Keamanan dan Ketertiban
- Menurunnya Kesehatan Masyarakat
- Terganggunya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
- Terganggunya Transportasi Darat dan Laut
Berdasarkan kriteria pentingnya dampak, maka dapat dikategorikan sebagai dampak negatif tidak penting (-TP) terhadap kegiatan pembangunan pelabuhan. Perkiraan dampak tersebut dapat dikelompokkan menjadi dampak negatif tidak penting (-TP) hingga dampak negatif penting (-P).
Dampak Negatif Penting
- Terjadinya erosi dan sedimentasi
- Perubahan pola arus gelombang
- Menurunnya kualitas air laut
- Terganggunya flora dan fauna air
- Kerusakan terumbu karang
- Terganggunya kawasan/tempat suci dan Nilai Budaya
- Terganggunya keamanan dan ketertiban
- Terganggunya keselamatan dan kesehatan para pekerja
- Terganggunya transportasi darat
- Terganggunya transportasi laut
Pembangunan dermaga menyebabkan banyak material yang terangkut dari darat, sehingga kepadatan lalu lintas darat meningkat. Lalu lintas laut terganggu karena luas teluk yang relatif sempit digunakan untuk kapal nelayan, perahu motor, dan kapal laut untuk kebutuhan PERTAMINA.
Dampak Positif Penting
Meningkatkan pendapatan daerah (PAD)
Meningkatkan peluang kerja dan berusaha
Membaiknya lalu lintas darat
Daratan Klungkung dan Nusa Penida yang dipisahkan oleh laut menyebabkan kesenjangan pembangunan wilayah dan pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat. Sehingga tingkat akses masyarakat dari dan menuju daratan Klungkung dan Nusa Penida sangat rendah.
Curah Hujan
Geologi Dan Mekanika Tanah
- Tanah Regosol Coklat Kelabu
- Tanah Regosol Coklat Kekuningan
- Tanah Mediteran Coklat
- Tanah Regosol Coklat Kemerahan dan Litosol
Jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Dawan, Klungkung, dan Banjarangkan seluas 245 hektar, dengan ciri-ciri terdiri dari bahan induk abu fokan menengah, dengan bentuk daerah bergelombang miring. Jenis tanah ini terdiri dari batugamping yang permukaannya bergelombang hingga berbukit.
Topografi Dan Matimetri
Kedua formasi ini terdiri dari material yang terbentuk melalui proses sedimentasi material klastik, kimia, dan organik. Tanah yang terbentuk agak masam sampai netral, kandungan P2O5 dan K2O sedang sampai tinggi, kandungan CaO dan MgO sedang.
Produk Domestik Regional Bruto
Keuangan, persewaan dan jasa korporasi: Bank, lembaga keuangan non-bank, jasa pendukung keuangan, persewaan dan jasa korporasi;
Sistem Jaringan Transportasi
Transportasi Darat
Transportasi Laut
Potensi Daerah Sektor Non Migas
- Pertanian
- Perkebunan
- Peternakan
- Perikanan
- Industri
- Pertambangan dan Penggalian
- Perdagangan
Pada tahun 2007, jumlah usaha industri rumah tangga di Kabupaten Klungkung berjumlah 4.849 orang dan mempekerjakan 13.191 orang, sedangkan jumlah usaha industri kecil sebanyak 938 orang dan mempekerjakan 6.724 orang. Jumlah SIUP yang diterbitkan di Kabupaten Klungkung pada tahun 2007 masing-masing sebanyak 106 per kecamatan, di Kecamatan Nusa Penida 7, di Kecamatan Banjarangkan 29, dan 59.
Rona Sosial Budaya
Rona Kependudukan
Luas total: 1,62 ha untuk kawasan pelabuhan dan 13 ha untuk kawasan pelabuhan beserta fasilitas yang menyertainya;
Sisi Perairan (Sea Side)
GPS;
Rencana Fungsi Kegiatan Penunjang
Rencana Penggunaan Ruang Perairan
Rencana Penggunaan Ruang Daratan
Luas sarana air bersih didasarkan pada kebutuhan air sehari-hari dengan asumsi kebutuhan air bersih untuk satu orang adalah 10 liter air bersih dan kapasitas penumpang kapal yang dibawa adalah kapasitas maksimal. Selanjutnya lahan tersebut harus ditambah dengan keutuhan sirkulasi yang diasumsikan 20% dari luas bangunan yaitu 5.676,67 m2 sehingga luas lahan yang dibutuhkan untuk lahan pelabuhan adalah 51.090,06 m2.
Rencana Sistem Pergerakan Kendaraan
Rencana Suply Air Bersih Dan Drainase
Rencana Suply Listrik
Rencana Suply Telekomunikasi
Rencana Suply Bahan Bakar
Alur Masuk Kolam Pelabuhan
Alur Bantu Navigasi
Fasilitas Pengamanan Pelabuhan
Kondisi Lingkungan
Pada musim penghujan angin dominan bertiup dari arah barat dan barat laut, dimana musim ini disebut dengan musim angin barat, sedangkan pada musim kemarau angin dominan bertiup dari arah timur dan tenggara. Kecepatan angin di permukaan laut dapat mencapai 30 knot hingga 40 knot dan rata-rata berkisar 5 hingga 10 knot, sedangkan pada musim pancaroba arah hembusan angin tidak menentu.
Prakiraan Dampak Pengembangan Pelabuhan
Prakiraan Dampak Pada Tahap Pra-Konstruksi
Rata-rata suhu permukaan laut di wilayah pesisir sekitar 270C, di darat dan dataran tinggi sekitar 250C, dan di pegunungan sekitar 220C.
Prakiraan Dampak Pada Tahap Konstruksi
Kegiatan mobilisasi peralatan dan material dapat menimbulkan gangguan terhadap kualitas udara dan kebisingan sehingga dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan. Kegiatan pengerukan tambak jangkar dapat menimbulkan kebisingan, perubahan topografi laut (batimetri) dan gangguan terhadap biota laut.
Prakiraan Dampak Pada Tahap Operasional
Sebagai bagian dari pekerjaan Penataan Muara Tukad Unda, tujuannya adalah untuk melindungi pelabuhan Gunaksa dari banjir dan pendangkalan. Diharapkan juga menjadi objek wisata yang menarik dan berkelanjutan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengamankan wilayah pantai dari banjir dan genangan air, sehingga melindungi wilayah daratan dari serangan gelombang dan arus yang terjadi berupa erosi serta mengamankan alur sungai secara permanen. Adanya upaya perlindungan kawasan pantai sepanjang muara Tukad Unda bertujuan untuk melindungi kawasan tersebut dari proses hidrodinamika yang terjadi di sana, sehingga menjadi kawasan yang aman dan lestari.
Alternatif Penanganan
Pengerukan sedimen yang terjadi pada muara sungai dilakukan secara berkala, namun pekerjaan ini kurang ekonomis karena memerlukan pengeluaran biaya yang cukup besar untuk setiap pengerukan, dan dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan kerusakan lingkungan; Menghindari timbunan pasir dalam jumlah besar di muara sungai dapat dilakukan dengan membangun dermaga di muara.
Dasar Perencanaan
Dasar dermaga di tepi pantai ditempatkan pada kedalaman - 2,75 m dari permukaan laut rata-rata (MSL) sebagai dasar penggalian, mengingat ketinggian tersebut - 1,00 meter di bawah permukaan air surut (LWL); Bagian atas dermaga dipasang pada kedalaman – 1,50 m dari permukaan laut rata-rata (MSL), sehingga lokasi dermaga merupakan daerah pemecah gelombang;
Rencana Jetty
Lebar muara pada muara diasumsikan sebesar 26,00 meter sesuai dengan perhitungan sebelumnya mengenai kapasitas tampung muara debit banjir periode ulang 25 tahun; Kestabilan dermaga dihitung berdasarkan tinggi gelombang dengan periode ulang 25 tahun dan direvisi pada saat air laut pasang (HWL) ditambah kenaikan air laut akibat gelombang badai/pengaturan angin, SLR dan gerusan.
Konstruksi Mercu Jetty
Pada awal musim penghujan diharapkan debit banjir mulai datang dengan volume yang tidak terlalu besar, diharapkan banjir berangsur-angsur semakin meningkat hingga mencapai debit yang direncanakan. Dalam proses ini diharapkan gundukan pasir di muara sungai dapat terangkut ke laut, sehingga penampakan muaranya cukup besar untuk menampung debit banjir yang akan terjadi.
Rencana Pembangunan 5 Tahun (2009-2013)
Rencana Pembangunan 10 Tahun (2014-2024)
Rencana Pembangunan 25 Tahun (2024-2033)
Rencana Pembangunan Pada Keseluruhan Tahapan
Sesuai dengan tugas pekerjaan yang diberikan (job description), menghitung biaya (termasuk biaya investasi, biaya operasional, biaya pemeliharaan, dll) dan pendapatan yang diperoleh hanya jika proyek telah berjalan.
Rencana Tahapan Program Investasi
Analisa Pendapatan
Data iklim yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah III Tuban, Denpasar. Oleh karena itu, data curah hujan yang akan digunakan adalah data stasiun klimatologi Sampalan Nusa Penida.
Topografi Batimetri
- Transportasi Darat
- Transportasi Laut
- Sisi Perairan (Sea Side)
- Sisi Daratan (Land Side)
Jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Klungkung daratan tercatat sebanyak 3.621 unit dan di wilayah Nusa Penida sebanyak 23 unit truk, 81 unit mobil van, dan 641 unit sepeda motor. Kabupaten Klungkung (daratan) saat ini belum memiliki pelabuhan penyeberangan yang representatif seperti Pelabuhan Mentigi di Nusa Penida atau Pelabuhan Padangbai di Kabupaten Karangasem.
Keterkaitan Antar Pelabuhan
Keterkaitan Pelabuhan Dengan Moda Transportasi
Areal Parkir
Area parkir di Pelabuhan Feri Nusa Penida terdiri dari area parkir keberangkatan/penyeberangan seluas 450 m2 dan area parkir drop off/pick up seluas 400 m2 dengan kapasitas masing-masing 14 – 16 kendaraan. Dan karena luas parkir mobil shuttle yang tersedia adalah 400 m2, berarti kapasitasnya cukup untuk kebutuhan;
Kolam Pelabuhan
Alur Pelayaran
Sarana pengolahan limbah kapal dan tempat penyimpanan bahan bakar (bunker) sebaiknya tidak dibangun di Pelabuhan Nusa Penida. Pemeliharaan fasilitas pelabuhan harus tetap dijaga agar tidak terjadi kerusakan sehingga pelayanan penyeberangan di pelabuhan Nusa Penida tidak terganggu;
Kondisi Eksisting Pemanfaatan Ruang Pelabuhan
Kondisi Eksisting Penggunaan Ruang Perairan (Sea Side)
Sementara itu, tempat penanganan limbah kapal dan depo penyimpanan bahan bakar (bunker) akan dibangun di Pelabuhan Klungkung di daratan; Dibutuhkan juga tempat pembuangan sampah lokal dan tempat pembuangan sampah khusus untuk kegiatan Pelabuhan Nusa Penida karena aktivitas pelabuhan akan terus meningkat dalam jangka menengah dan panjang.
Kondisi Eksisting Penggunaan Ruang Daratan (Land Side)
Kondisi Eksisting Fasilitas Pelabuhan
Kondisi Eksisting Fasilitas Laut/Perairan (Sea Side)
Kondisi Eksisting Fasilitas Daratan (Land Side)
Fungsi kegiatan yang berlangsung pada tahun 2026 di Pelabuhan Penyeberangan Nusa Penida ini terdiri dari beberapa fungsi yaitu :.
Rencana Fungsi Kegiatan Utama
Rencana Penggunaan Ruang Perairan (Sea Side)
Rencana Penggunaan Ruang Daratan (Land Side)
Rencana Fasilitas Wilayah Perairan (Sea Side)
Rencana Fasilitas Wilayah Daratan (Land Side)
Pemeliharaan dan perbaikan permukaan jalan dan tempat parkir di kawasan pelabuhan, tempat parkir gudang dan jalan rumah dinas (5.411 m2); Pintu keluarnya melalui jalan lingkungan Pelabuhan Nusa Penida ke arah barat melalui depan pelabuhan hingga jalan barat.
Rencana Suply Air Bersih Dan Sistem Drainase
Pintu masuk utama gerbang pelabuhan diakses satu arah dari sisi timur kawasan pelabuhan Nusa Penida hingga pintu masuk utama. Untuk mengatasi kebutuhan darurat akibat pemadaman listrik PLN, akan disediakan genset sebagai sumber listrik cadangan.
Alat Bantu Navigasi
Kondisi Lingkungan Saat Ini
Sifat dampaknya bersifat sementara yaitu pada saat dilakukan penelitian dan menyangkut kelompok masyarakat yang terbatas dibandingkan dengan masyarakat yang memperoleh manfaat dari hasil pembangunan pelabuhan, sehingga bobot dampak dapat dikatakan negatif dan tidak penting. ; Kegiatan mobilisasi peralatan dan material dapat menimbulkan gangguan terhadap kualitas udara dan kebisingan sehingga dapat menimbulkan dampak buruk.
Evaluasi Dan Pengelolaan Dampak Penting
Akibat pembangunan struktur tanah, intensitas kebisingan akan meningkat, kualitas udara akan menurun (terutama karena debu) dan kapasitas jaringan jalan di sekitarnya akan menurun. Kemungkinan terjadinya penurunan kualitas air laut akibat pencemaran kapal yang beroperasi, baik berupa sampah maupun kebocoran bahan bakar.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPj) 25 Tahun (2023-2033)
Rencana Pembangunan Pada Keseluruhan Tahapan (RPJPd, RPJM, RPJPj)