• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Kebijakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Jasa Cyber

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Kebijakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Jasa Cyber"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2016” bukan hanya merupakan hasil jerih payah mereka saja, namun berkat bimbingan dan dukungan berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Beruntung sekali Ibu Vivi, Ibu Nato yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Alfhy Wigantara yang selalu siap membantu dan mendampingi di akhir perkuliahan dalam penulisan skripsi ini.

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian
  • Kajian Pustaka
  • Metode Penelitian
    • Jenis Penelitian
    • Tipe Penelitian
    • Pendekatan Masalah
    • Sumber Bahan Hukum
    • Proses Pengumpulan Bahan Hukum
    • Pengolahan Bahan Analisis Bahan Hukum
  • Sistematika Penulisan

UU No. 11 Tahun 2008 juncto UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, KUHP Indonesia, UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Bagaimana UU No. 11 Tahun 2008 juncto UU No. 19 Tahun 2016 tentang ITE mengatur tentang adanya tindak pidana jasa pornografi. Temukan peraturan hukum no. 11 Tahun 2008 juncto UU No. 19 Tahun 2016 tentang ITE yang mengatur tentang adanya tindak pidana jasa pornografi.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang secara khusus mengatur pornografi di Internet yang tertuang dalam ketentuan Pasal 27 ayat Penelitian ini menggunakan pendekatan masalah multi metode yaitu pendekatan undang-undang, pendekatan kasus dan pendekatan konseptual.

TINDAK PIDANA JASA PORNOGRAFI DALAM UNDANG-

Peraturan Perundang-undangan mengenai jasa pornografi

- UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, UU No. 11 Tahun 2008 juncto UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU No. 36 Tahun 1999 tentang Undang-Undang Telekomunikasi. Sebagaimana diatur dalam beberapa pasal undang-undang ini, perbuatan-perbuatan yang diatur dalam beberapa pasal juga berlaku dalam hal ini. Peraturan hukum dalam UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi tentang Cyber ​​Pornografi terdapat pada BAB IV Pasal 21, adapun bunyinya sebagai berikut.

Para pelaku yang didakwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat. (1) Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Elektronika, untuk sementara, pihak-pihak yang mendistribusikan, mentransmisikan, dan/atau menyediakan informasi elektronik dan dokumen elektronik yang mempunyai muatan yang melanggar kesusilaan. Ketentuan hukum pidana dalam undang-undang ini mengenai pornografi siber tercantum dalam Pasal 45 ayat (1) beserta Pasal 27 ayat yang mengaturnya secara lebih jelas dan tegas. Terdapat aturan yang dapat digunakan untuk menjerat produsen dan pemilik perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware dalam hal ini program yang mengandung konten pornografi, yang tercantum dalam Pasal 34 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. seperti yang terdengar.

Perangkat keras atau perangkat lunak komputer yang dirancang atau dikembangkan secara khusus untuk memudahkan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE. b.Password komputer, kode akses atau sejenisnya yang diperuntukkan agar sistem elektronik dapat diakses untuk memudahkan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE. Undang-undang ini juga mengatur larangan mengubah atau memanipulasi informasi elektronik agar seolah-olah informasi tersebut asli.

Dalam hal ini Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) juga mengatur apa saja yang ada di dalamnya.

Unsur – Unsur Tindak Pidana Jasa Pornografi

Kehadiran Internet memudahkan penyebaran gambar, tulisan, barang atau film, sehingga siapapun yang menggunakan Internet dan memasuki dunia maya berpotensi menjadi korban kejahatan tersebut. Pengertian kaidah hukum dalam tindak pidana merupakan cerminan dari reaksi negatif masyarakat. 13 Tindak pidana dalam KUHP secara umum dapat dibedakan menjadi dua jenis unsur, yaitu unsur subjektif dan unsur objektif. Namun hanya tindak pidana pada Pasal 34 UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi secara tegas memuat kesengajaan.

Dalam tindak pidana tetap perlu adanya unsur kesengajaan atas kesalahan terdakwa, karena sudah menjadi sistem wetboek van Strafrecht bahwa suatu kejahatan selalu memerlukan kesengajaan, kecuali. Dalam rumusan suatu tindak pidana selalu mengandung makna bahwa pencipta hendak melakukan perbuatan yang dilarang itu dan mengetahui segala unsur yang diletakkan sebelum unsur kesengajaan. Benda atau model yang memuat muatan pornografi sebagaimana termaktub dalam Pasal 34 UU Pornografi merupakan unsur objek tindak pidana.

Unsur benda harus selalu diarahkan atau disengaja, kesengajaan dalam Pasal 34 maksudnya pembuatnya ingin menjadi suatu benda atau model yang mengandung muatan pornografi. Sengaja ingin menjadi objek atau model sama saja dengan ingin rela menjadi objek atau model yang berkonten pornografi. Adapun pada alinea pertama Pasal 52 mengatur beratnya sanksi pidana apabila yang menjadi objek kesusilaan anak adalah sebagai berikut: “Dalam hal terjadi tindak pidana dari alinea pertama Pasal 27 yang merujuk pada kesusilaan atau eksploitasi seksual terhadap anak, berat sepertiganya ditentukan hukuman berat.” 17.

Hal ini dapat dipahami sebagai sinkronisasi sistematika peraturan perundang-undangan kita yang telah mengatur ketentuan bahwa apabila suatu tindak pidana melibatkan anak sebagai korban suatu tindak pidana, maka ancaman pidananya akan sepertiga lebih berat dari ancaman pidana pada umumnya.

Pertanggungjawaban Pelaku dalam Tindak Pidana Pornografi

Orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak, menyalin, mengedarkan, mengirimkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperdagangkan, menyewakan atau menawarkan pornografi (Pasal 29 juncto Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pornografi. Orang yang memperdagangkan, menampilkan, menggunakan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi (Pasal 32 juncto Pasal 6 UU Pornografi. Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang mengandung pelanggaran kesusilaan (Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Sanksi pidana (jenis hukumannya) ada dua macam, yaitu pidana mati (penjara dan denda) dan pidana tambahan. Ancaman pidana penjara bagi segala jenis kejahatan, baik terhadap perorangan maupun korporasi. Transaksi elektronik merupakan suatu sistem maksimum yang khusus, yaitu: (1) Maksimal. Siapa pun yang melakukan kesalahan dalam hukum pidana dapat mempertanggungjawabkan perbuatan yang dilakukannya. Secara teori, kemauan yang disengaja adalah kemauan yang diarahkan pada terwujudnya perbuatan yang dirumuskan dengan undang-undang.

Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi tidak menjelaskan tanggung jawab. Oleh karena itu, pertanggungjawaban pidana pornografi didasarkan pada ketentuan KUHP. Dalam undang-undang no. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi memuat pengecualian terhadap pelarangan perbuatan yang termasuk dalam kategori tindak pidana.

27 Erinda Sinaga, Tinjauan Tanggung Jawab Pelanggar Pornografi Berdasarkan UU Pornografi No. 44 Tahun 2008, Jurnal Ilmu Hukum Volume 8, no.

Jasa Pornografi Dalam Media Sosial

Di media sosial Instagram, ternyata penyebaran konten pornografi terutama menggunakan hashtag yang sering digunakan agar postingan pornografi mudah dilacak. Di Instagram, tidak hanya dengan hashtag saja postingan pornografi bisa dicari, namun ada beberapa akun yang melakukan tindak pidana menampilkan konten pornografi seperti yang dilakukan oleh akun yang mengatasnamakan dirinya. Di Instagram, bukan hanya akun "Indonesia xnxx com" yang melakukan tindak pidana layanan pornografi, tapi ada juga akunnya.

Kata “menunjukkan” dalam tindak pidana ini mempunyai arti yang terbatas, yaitu perbuatan memukul suatu benda dengan cara memperlihatkannya, memperlihatkannya kepada orang banyak. Yang dimaksud dengan “Penggunaan” adalah suatu perbuatan dengan cara dan cara apa pun terhadap suatu sebab suatu benda dengan memanfaatkan kegunaan atau memanfaatkan benda itu sebagaimana benda itu benar-benar dibuat. Menurut Adami Chazawi, yang dimaksud dengan perbuatan penguasaan dalam tindak pidana ini disamakan dengan penguasaan sebagai harta benda.

Kata “Menyelamatkan” adalah suatu tindakan yang memberikan hubungan yang erat dan langsung antara obyek yang berkuasa. Dalam hal ini penutupan mempunyai keterbatasan yaitu jika seseorang ingin melakukannya (menyimpan) tanpa terlebih dahulu harus melakukan tindakan lain. Bila ia mengonsumsinya berulang kali, maka ia akan terdorong untuk melakukan hubungan seks sebagai pelampiasannya, baik dalam pikiran maupun di luar pikiran.

Jika bicara dampak pornografi, remaja atau anak-anaklah yang paling rentan terkena dampaknya.

Upaya Pencegahan Tindak Pidana Pornografi

Melakukan pencegahan melalui pendekatan keagamaan dan sosial untuk menanamkan nilai-nilai agama dan mendidik tentang kejahatan merupakan tindakan yang sangat memalukan dan bukan bagian dari budaya Indonesia. UU No. 11 Tahun 2008 juncto UU No. 19 Tahun 2016 tentang ITE merupakan undang-undang pertama di Indonesia yang secara khusus mengatur kejahatan siber, termasuk cyberporn. Mirip dengan undang-undang no. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi yang mengatur tindak pidana pornografi secara lebih tepat.

Dalam undang-undang no. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, pasal 27 mengatur bahwa dalam kaitannya dengan penuntutan umum wajib menjaga kerahasiaan di bawah kuasa sumpah, baik isi maupun informasi data elektronik yang dimusnahkan atau dihapus. Pada tahap ini pemeriksaan berkaitan dengan bukti-bukti serta saksi-saksi terkait tindak pidana pornografi yang mengacu pada KUHAP dan UU Pornografi31. 31 Beny Alpris Yudanto, Upaya Penanggulangan Kejahatan Pornografi di Masyarakat yang Dilakukan Kepolisian di Semarang, Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018, halaman 10.

Kesimpulan

Saran

Suhariyanto Budi, Perlunya Regulasi Kejahatan Teknologi Informasi (Cybercrime) dan Kesenjangan Hukum, PT Grafindo Persada, Jakarta, 2012. Moeljatno, Asas Hukum Pidana, Pembinaan Literasi, Jakarta, 1983 Santoso Topo dan Zulfa Eva, Kriminologi, Rajawali press, Depok, Tahun 2013 Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik No. 19 Tahun 2016 tentang perubahan Undang-Undang Informasi Elektronik No. 11 Tahun 2008.

Cut Sarah Nadia dan Mahfud, Pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku penyalahgunaan aplikasi Bigo Live Streaming dalam konten pornografi, Majalah Sains Mahasiswa, Vol. Sinaga Erinda, Sekilas tentang pertanggungjawaban pelaku tindak pidana pornografi sesuai UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, Jurnal Ilmu Hukum Vol. Anggi Wahyu Dewanti, Penyalahgunaan Media Sosial untuk Layanan Pornografi Berdasarkan UU ITE, Skripsi Universitas Bhayangkara Surabaya, 2017.

Asrini Hanifa, Peraturan Penegakan Hukum Terhadap Pornografi Internet (CyberPorn) Sebagai Kejahatan Mayantara, Skripsi Di Universitas Sebelas Maret, 2009. Syang Dwi Sasekti, Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Cyber ​​Pornografi Melalui Live Streaming Media Sosial Gratis, Vidio, Skripsi Dari Universitas Muhammadiyah , Surakarta 2018. Beny Alpris Yudanto, Upaya Penanggulangan Kejahatan Pornografi di Masyarakat oleh Polisi di Semarang, Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018.

Jejaringsocial https://www.maxmanroe.com/vid/technology/internet/peng ertian-media-social.html, diakses pada tanggal 4 Oktober 2019 pukul 10:59 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

“Etos Kerja dan Kontribusi Ibu Rumah Tangga pemulung Terhadap Ekonomi Keluarga (Studi di TPA Muara Fajar Pekanbaru”. Jurnal JOM FISIP. “Etos Kerja Perempuan Dalam