• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelatihan Pembuatan Alat Permainan Edukatif (APE) Sains Sederhana bagi Guru PAUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pelatihan Pembuatan Alat Permainan Edukatif (APE) Sains Sederhana bagi Guru PAUD"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

140

Pelatihan Pembuatan Alat Permainan Edukatif (APE) Sains Sederhana bagi Guru PAUD

1Enggal Mursalin, 2Aria Bayu Setiaji

1,2Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon Email: [email protected]

ABSTRACT

The availability of science educational games (APE) in several PAUD in Ambon City is considered very minimal. This is due to the high price and the low availability of APE in the Ambon city market. However, this should not be a barrier for PAUD teachers in implementing science learning in schools.

Community Service Activities (PkM) in the form of this training aim to increase the creativity and innovation of PAUD teachers in making simple Science APEs sourced from used materials. A total of 25 PAUD teachers throughout Ambon City participated in this training. This activity is carried out in 2 sessions, where in each session using the lecture method, interactive discussion, demonstration and practice. The results of this training are, 1) increased understanding of teachers about the functions and benefits of Science APEs in learning; and 2) increased creativity and innovation of teachers in making simple Science APEs made from used materials. Furthermore, it is hoped that teachers will be able to create more Science APEs from used materials to support learning activities in schools.

Keywords: PAUD teacher training, educational game, used materials ABSTRAK

Ketersediaan alat permainan edukatif (APE) Sains pada beberapa PAUD/Sederajat di Kota Ambon dirasa amat minim. Hal ini disebabkan oleh mahalnya harga dan sedikitnya ketersediaan jumlah APE di pasaran kota Ambon. Namun demikian, hal tersebut seyogyanya bukan menjadi penghalang bagi guru PAUD dalam melaksanakan kegiatan bermain sains di sekolah. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dalam bentuk pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi guru PAUD dalam membuat APE Sains sederhana yang bersumber dari bahan bekas pakai. Sebanyak 20 orang guru PAUD/Sederajat se- Kota Ambon menjadi peserta dalam pelatihan ini. Kegiatan ini dilaksanakan dalam 2 sesi, dimana pada tiap sesinya menggunakan metode ceramah, diskusi interaktif, demonstrasi dan praktik. Hasil dari pelatihan ini yakni, 1) meningkatnya pemahaman guru tentang fungsi dan manfaat APE Sains dalam pembelajaran; dan 2) meningkatnya kreativitas dan inovasi guru dalam membuat APE Sains sederhana berbahan bekas pakai. Lebih lanjut, diharapkan guru mampu mengkreasikan lebih banyak lagi APE Sains dari bahan bekas pakai demi menunjang kegiatan bermain sains di sekolah.

Kata Kunci: pelatihan guru PAUD, alat permainan edukatif, bahan bekas pakai

(2)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Desember 2021 pISSN 2685-0303

141 PENDAHULUAN

Bermain sains pada anak usia dini adalah salah satu kegiatan untuk mengembangkan aspek perkembangan, dan potensi yang dimiliki anak. Pembelajaran sains melatih kemampuan anak untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa (Putra, 2016; Winarni, 2017). Berkaitan dengan pembelajaran sains untuk anak usia dini, Khaeriyah, Saripudin, & Kartiyawati (2018); Rachmawati, Gunadi, &

Budiada (2019); dan Gross (2012) menegaskan bahwa seyogianya pembelajaran sains lebih menekankan proses dibandingkan hasil (produk), sehingga anak dapat memiliki kebermaknaan konsep dan dapat memecahkan masalah melalui penggunaan metode ilmiah.

Lebih lanjut melalui pembelajaran sains, diharapkan anak dapat melakukan eksperimen sederhana, sehingga dapat melatih anak mengaitkan sebab dan akibat dari sebuah fenomena/tindakan. Dengan kata lain, kegiatan bermain sains dapat melatih anak untuk dapat berpikir logis/ilmiah. Pada akhirnya, pembelajaran sains sekaligus turut mengembangkan kecerdasan intelektual anak/kognitif (Nugraha, 2005; Yulianti, 2010). Dalam menunjang pelaksanaan kegiatan sains pada anak usia dini, seorang guru yang profesional harus memiliki berbagai kompetensi, salah satunya yakni kompetensi pedagogi dan mengajar yang baik sesuai dengan keahliannya (Kamali, Hadi, &

Romdhini, 2019; Mursalin & Setiaji, 2021).

Salah satu alternatif solusi yang telah banyak dilakukan dalam membelajarkan sains pada anak usia dini yakni melalui Alat Permainan Edukatif (APE) sains (Mas’ud

& Imron, 2020; Dewi, Taufiq, Khusniati, Hardiyanto, & Subekti, 2019; Fadillah, Wahyudi, & Nurhayati, 2018). Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016), APE PAUD adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan bermain anak usia dini, yang mengandung nilai pendidikan dan dapat mengoptimalkan perkembangan anak. APE bagi anak usia dini memegang peranan penting sebagai media stimulasi, pembelajaran dan permainan (Lena et al., 2021) serta dapat dipergunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif), dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak, dan membuat pembelajaran lebih efektif (Sulastri, Rahma, & Hakim, 2017; Haryadi et al., 2019; Jazariyah, Latifah, & Atifah, 2021).

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara kepada beberapa guru PAUD di Kota Ambon, tim menemukan beberapa kendala dalam pelaksanaan kegiatan sains di sekolah, yakni 1) guru kurang memahami urgensi dari membelajarkan sains pada anak, 2) kurangnya inisiatif guru dalam menggunakan metode dan model pembelajaran sains, 3) kurangnya variasi penggunaan media pembelajaran, 4) guru kesulitan menemukan APE sains di pasaran kota Ambon, kalaupun ada, harganya tergolong mahal, 5) teridentifikasi beberapa guru PAUD yang bukan berlatarbelakang lulusan sarjana PG-PAUD, dan 6) beberapa guru masih belum memahami fungsi dan kegunaan APE dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, tim menyimpulkan bahwa perlu dilakukan kegiatan dalam bentuk pelatihan untuk mengurai benang kusut terkait permasalahan tersebut.

Telah banyak dilakukan kegiatan pelatihan bertemakan membelajarkan sains (kognitif) bagi anak usia dini. Beberapa pelatihan tersebut berfokus pada penggunaan APE sebagai media pembelajaran sains pada anak usia dini. Seperti yang telah dilakukan oleh, Sulastri, Rahma, & Hakim (2017) dalam kegiatan pelatihan tentang

(3)

142

pembuatan APE yang aman bagi anak, ramah lingkungan, bersumber dari bahan yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar, biaya pembuatan rendah, serta yang terpenting melaksanakan prinsip 4R (Reduce, Reuse, Recycle dan Replace) dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hasil kegiatan tersebut menunjukkan bahwa seluruh peserta memperoleh pengetahuan dan keterampilan pembuatan APE dalam rangka meningkatkan kualitas dan profesionalisme sebagai guru.

Selanjutnya Poerwati et al. (2019) melaksanakan workshop terkait pengembangan APE PAUD bagi guru PAUD di gugus tunjung kecamatan Abiansemal. Hasil kegiatan tersebut yakni meningkatnya kemampuan guru dalam mengembangkan APE PAUD sesuai dengan tema pembelajaran. Diperkuat oleh kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh Fransiska, Adpriyadi, Sudarto, &

Wahyuningsih (2021) yang berfokus pada pembuatan APE menggunakan bahan-bahan bekas yang tersedia di sekitar lingkungan. Kegiatan ini menghasilkan beragam APE sederhana berbahan bekas hasil kreasi dari para peserta.

Selaras dengan kegiatan tersebut, Kencono & Winarsih (2021) turut melakukan kegiatan terkait pemanfaatan barang bekas sebagai APE ramah lingkungan di sekolah PAUD di Kota Yogyakarta. Hasil kegiatannya tersebut yakni melalui pemanfaatan barang bekas akan tercipta APE yang dapat menjawab permasalahan keterbatasan APE di sekolah, sekaligus dapat mengurangi sampah (daur ulang).

Uraian yang telah dijelaskan di atas, menjadi landasan bagi tim pelaksana PkM IAIN Ambon dalam upaya memberikan solusi yakni, melalui pelaksanaan pelatihan pembuatan APE Sains sederhana bagi guru PAUD sebagai bentuk nyata kontribusi dosen IAIN Ambon dalam melaksanakan tridharma pengabdian kepada masyarakat di bidang pendidikan. Secara lebih ringkas, kerangka pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dapat dilihat seperti pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Kerangka Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) METODE PELAKSANAAN

Kegiatan PkM dalam bentuk pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2019 atas kerjasama antara Yayasan Pamahanu dan IAIN Ambon. Peserta kegiatan

(4)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Desember 2021 pISSN 2685-0303

143 yakni 20 guru PAUD/sederajat se-Kota Ambon, sedangkan narasumber yakni perwakilan dosen dari IAIN Ambon dan praktisi pendidikan PAUD di Kota Ambon.

Materi kegiatan yang diberikan dapat dirincikan seperti pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan

Sesi Materi Alokasi Waktu Metode

I

Urgensi dan Metode Mengenalkan Sains bagi Anak

Usia Dini (AUD)

90 Menit Ceramah,

Diskusi Interaktif, dan

Tanya Jawab Peran APE dalam Kegiatan

Bermain Sains

90 Menit Ceramah,

Diskusi Interaktif, dan

Tanya Jawab II

Pembuatan APE Sains Sederhana 120 Menit Ceramah dan Demonstrasi Pembuatan APE Sains Sederhana 120 Menit Diskusi Interaktif

dan Praktik HASIL KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan PkM dalam bentuk pelatihan ini terbagi dalam 2 sesi, dimana hasil setiap sesi nya dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Sesi I

Pada sesi ini, pemateri yakni Enggal Mursalin, M.Pd sebagai perwakilan dosen Program Studi Tadris IPA IAIN Ambon. Pemateri menjelaskan terkait urgensi dan metode mengenalkan sains bagi AUD. Metode yang digunakan yakni ceramah, diskusi interaktif, dan tanya jawab. Antusiasme guru peserta pelatihan terlihat sangat baik.

Peserta memberikan respon baik terkait pertanyaan yang diberikan oleh pemateri.

Lebih lanjut, secara rinci materi yang diberikan berkaitan dengan 1) pengertian sains, 2) metode membelajarkan sains pada AUD, 3) langkah-langkah membelajarkan sains bagi AUD, 4) pengertian dan jenis APE, dan 5) peran APE dalam membelajarkan sains bagi AUD. Materi tersebut disampaikan kurang lebih selama 180 menit.

Berdasarkan pelaksanan sesi I, tim mendapatkan temuan yakni, dari 20 guru peserta pelatihan, sebagian besar tidak memiliki ijazah sarjana bidang PAUD.

Beberapa bahkan berlatarbelakang sarjana ekonomi, hukum, dan keilmuan lain di luar bidang pendidikan PAUD. Hal ini menjadi kendala besar, dikarenakan kompetensi keahlian para guru amat minim berkaitan dengan teori keilmuannya. Kemudian hanya sebagian kecil saja guru peserta pelatihan yang telah mengikuti beragam workshop dan pelatihan berkaitan dengan keilmuan PAUD. Sebagian besar guru peserta pelatihan hanya sekadar memahami bahwa untuk menjadi guru PAUD hanya diperlukan kesabaran dan ketekunan saja dalam mengasuh anak. Mereka tidak memahami bahwa banyak sekali kompetensi ilmu ke-PAUD-an yang seharusnya mereka kuasai salah satunya kompetensi keilmuan sains bagi AUD. Sebagian besar peserta menginginkan kegiatan sejenis dengan tema-tema lain seputar ilmu ke-PAUD-an demi menambah khasanah wawasan kompetensinya.

(5)

144

Berdasarkan hasil tersebut, tim mengevaluasi bahwa perlu diprogramkan kembali pelatihan sejenis dengan membawakan materi-materi lain berkenaan dengan ilmu ke-PAUD-an demi meningkatkan kompetensi keahlian guru-guru PAUD di kota Ambon. Hal ini menjadi catatan masukan bagi tim untuk kedepannya memasukkan program tersebut ke dalam Road Map pengabdian kepada mayarakat di jurusan maupun di institusi IAIN Ambon.

2. Sesi II

Pada sesi ini, pemateri yang menyampaikan yakni praktisi pendidikan PAUD perwakilan dari Yayasan Pamahanu Maluku, Ibu Yati Sumyati, M.Pd dan tim. Tim tersebut membawakan materi terkait pembuatan APE sains sederhana dari bahan bekas pakai. Lebih rinci, materi yang dibawakan yakni, 1) mendesain APE sains sederhana sesuai kebutuhan tema, dan 2) membuat produk APE sains sederhana dari bahan bekas pakai. Pelaksanaan sesi II ini turut mengundang antusias yang tinggi dari para peserta pelatihan. Terlihat dari pertanyaan dan pendapat yang disampaikan oleh para peserta terkait dengan penyampaian materi yang diberikan. Para peserta semakin memahami arti penting dan urgensi membelajarkan sains bagi AUD berbantuan APE sebagai media pembelajaran. Pelaksanaan sesi II ini berjalan selama 240 menit yang terbagi melalui pemberian materi dan praktik langsung pembuatan APE.

Pada penjelasan mengenai peran dan manfaat APE dalam kegiatan bermain sains AUD, tercatat beberapa peserta menanyakan pertanyaan seputar identifikasi APE sains yang patut untuk digunakan, atau dengan kata lain, bagaimana ciri-ciri APE sains. Selanjutnya, peserta dalam bentuk kelompok diminta untuk bekerjasama di dalm kelompok merumuskan APE sains sederhana yang akan dibuat. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang guru, sehingga tebentuk 4 kelompok yang bertugas membuat APE sains sederhana dari bahan-bahan yang ada di sekitar.

Selama 30 menit, masing-masing kelompok diberikan waktu untuk berdiskusi dalam kelompoknya untuk menentukan APE sains sederhana yang akan dibuat, dan fungsi dari APE sains tersebut. Hasil praktik pembuatan APE yang dikerjakan oleh peserta pelatihan menghasilkan 4 produk APE sains sederhana berbahan bekas pakai, yakni, APE sains 1) pengenalan anatomi tubuh, 2) timbangan berat sederhana (konsep berat-ringan), 3) erupsi gunung api (konsep fenomena alam), dan 4) pohon sederhana (konsep pengenalan tumbuhan). Produk APE sederhana yang berhasil dibuat sudah cukup merepresentasikan APE sains yang diharapkan. Kreativitas dan inovasi guru peserta pelatihan dapat muncul dengan baik melalui ide-ide pembuatan APE sains.

lebih lanjut, tiap-tiap kelompok dapat saling memberikan gagasan, masukan, dan kritikan terhadap produk APE sains yang telah dibuat oleh kelompok lain. Hal ini bertujuan agar kedepannya akan menghasilkan produk APE sains yang lebih baik dan maksimal dan dapat digunakan di sekolah masing-masing.

Berdasarkan pelaksanaan sesi II, tim bersama-sama mengevaluasi dan menyimpulkan beberapa hal terkait pelaksanaan kegiatan tersebut. Hasil evaluasi yang muncul yakni, 1) perlu adanya tindak lanjut seperti pelatihan dan workshop lain yang bertemakan pembuatan APE sederhana, 2) perlu diberikan materi lanjutan berkaitan dengan tema sains bagi AUD, dan 3) perlu diadakan kerjasama lanjutan dengan PAUD lain yang pada kesempatan ini tidak dapat hadir, demi mewujudkan diseminasi informasi terkait dengan ilmu ke-PAUD-an. Hasil evaluasi tersebut dicatat dan kemudian akan dijadikan sebagai masukan kepada prodi maupun institusi agar dipetimbangkan ke dalam rumusan Road Map PkM IAIN Ambon di tahun berikutnya.

(6)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Desember 2021 pISSN 2685-0303

145 Pelaksanaan kegiatan pelatihan pada sesi I dan II berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan tujuan awal yang ingin dicapai. Beberapa dokumentasi kegiatan pada sesi I dan II dapat dilihat seperti pada gambar 2 dan 3 di bawah ini.

Gambar 2. Pelaksanaan Kegiatan Sesi I dan II

Gambar 3. APE Sains Sederhana Hasil Kreasi Peserta Pelatihan PEMBAHASAN

Kegiatan bermain sains bagi anak usia dini merupakan bagian dari pengembangan ranah kognitif anak. Hal ini sesuai dengan petunjuk rumusan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) AUD menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan AUD. KI yang diharapkan muncul yakni, KI-3 dimana disebutkan

‘Mengenali diri, keluarga, teman, pendidik, lingkungan sekitar, agama, teknologi, seni,

(7)

146

dan budaya di rumah, tempat bermain dan RA dengan cara: mengamati dengan indera (melihat, mendengar, mencium, merasa, meraba); menanya; mengumpulkan informasi;

menalar; dan mengkomunikasikan melalui kegiatan bermain. Ditunjang dengan KD sebagai berikut: 1) KD 3.4: Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan gerakannya untuk pengembanganmotorik kasar dan motorik halus; 2) KD 3.5: Mengetahui cara memecahkan masalah sehari-hari dan berperilaku kreatif; 3) KD 3.6: Mengenal benda- benda disekitarnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri lainnya); dan 4) KD 3.8: Mengenal lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca, tanah, air, batu-batuan, dll).

Dalam upaya mewujudkan KI, KD, dan Indikator yang telah dirumuskan tersebut, maka perlu menggunakan alat bantu media pembelajaran dalam bentu APE sains. APE memiliki beragam manfaat, yakni 1) merangsang perkembangan motorik anak, 2) merangsang perkembangan kognitif dan mengasah ketajaman penginderaan anak, karena dalam bermain memerlukan pemecahan masalah tentang bagaimana cara melakukan permainan dengan baik dan benar, 3) sebagai media terapi, media intervensi dan melatih kemandirian anak dalam melakukan sesuatu secara mandiri dan tidak melibatkan orang lain, dan 4) anak menjadi lebih bersemangat dalam belajar (Zaman, Hernawan, & Eliyawati, 2008).

Pada pembuatan APE sains atanomi tubuh hasil kerja kelompok I, bahan yang diperlukan pada pembuatan yakni, kardus bekas (dibuat bentuk menyerupai tangan dan jari jemari), sedotan bekas warna-warni (digunakan untuk ditempel pada jari jemari).

Selanjutnya pada pembuatan APE sains timbangan sederhana hasil kerja kelompok II, bahan yang dibutuhkan yakni, botol air mineral (sebagai tumpuan utama), dan pipa bekas (sebagai penyeimbang). Pada pembuatan APE sains gunung erupsi meletus hasil kerja kelompok III, bahan yang diperlukan yakni, kardus bekas (dibentuk kerucut menyerupai gunung) dan pasir sebagai alas gunung. Sedangkan pada pembuatan APE sains pohon sederhana hasil kerja kelompok IV, membutuhkan bahan-bahan yakni, kardus bekas, tutup botol, dan potongan gabus (dibentuk menyerupai pohon) (Gambar 3).

Keempat produk APE sains sederhana berbahan bekas pakai hasil karya dari para peserta teridentifikasi telah memenuhi syarat tiga syarat APE yaitu edukatif, teknis dan estetika. Syarat edukatif yaitu pembuatan APE disesuaikan dengan tujuan program pendidikan atau kurikulum yang berlaku, serta disesuaikan dengan didaktik metodik yaitu membantu mendorong aktifitas dan kreatifitas anak sesuai tahap perkembangannya. Selanjutnya, syarat teknis diantaranya tepat bentuk dan ukuran sehingga tidak menimbulkan kesalahan konsep, multiguna, dibuat dengan bahan yang mudah diperoleh atau bahan bekas pakai, aman (tidak mengandung unsur-unsur yang dapat membahayakan keselamatan anak), serta mudah digunakan, menambah ketertarikan anak dalam belajar dan bereksplorasi. Sedangkan syarat estetika, yakni bentuk yang ergonomis mudah dibawa anak, keserasian ukuran, serta kombinasi warna (Zaman et al., 2008).

Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dalam bentuk Pelatihan Pembuatan APE Sains Sederhana dengan memanfaatkan bahan bekas pakai ini pun tidak terlepas dari faktor penghambat dan faktor pendukung pelaksanaan kegiatan. Salah satu faktor pendukung kegiatan ini yakni antusias yang sangat tinggi dari para guru sebagai peserta. Hal ini menambah semangat tim pada saat melaksanakan kegiatan ini. Adapun yang menjadi faktor penghambat yakni

(8)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Desember 2021 pISSN 2685-0303

147 terbatasnya waktu pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan uraian tersebut, kedepannya tim akan lebih intensif melaksanakan kegiatan serupa dengan alokasi waktu yang efektif dan efisien.

KESIMPULAN

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) dalam bentuk pelatihan pembuatan alat permainan edukatif (APE) Sains Sederhana bagi guru PAUD se-Kota Ambon ini berjalan dengan baik dan lancar. Guru mendapatkan pengalaman baru dan berbeda dari sebelumnya. Manfaat yang diperoleh guru yakni, meningkatkan pemahaman terkait pentingnya penggunaan APE dalam membelajarkan sains kepada anak, dan menumbuhkan inovasi para guru dalam mengkreasikan APE Sains sederhana bersumber dari bahan bekas yang terdapat di lingkungan sekitar. Pada akhir kegiatan, diperoleh 4 macam APE Sains sederhana hasil dari kreasi guru, yakni 1) Anatomi Tubuh, 2) Timbangan Berat, 3) Gunung Api Erupsi, dan 4) Pohon.

Kedepannya, guru berharap kegiatan serupa dalam bentuk pelatihan bertema lain lebih intensif diadakan demi meningkatkan kapasitas guru dalam mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, N. R., Taufiq, M., Khusniati, M., Hardiyanto, R. D., & Subekti, N. (2019).

Peningkatan Keterampilan Pembuatan Alat Peraga IPA Murah Pada Guru IPA SMP Di Karimunjawa. JURNAL PANJAR: Pengabdian Bidang Pembelajaran, 1(1), 75–83.

Fadillah, S., Wahyudi, W., & Nurhayati, N. (2018). PEMANFAATAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN IPA BAGI GURU SD/SMP DI DESA TANJUNG SALEH. GERVASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 95–103.

Fransiska, F., Adpriyadi, A., Sudarto, S., & Wahyuningsih, D. (2021). Pemanfaatan Barang Bekas Sebagai Alat Permainan Edukatif (APE) Bagi Anak Usia Dini.

JURNAL ABDI POPULIKA, 2(2), 112–118.

Gross, C. M. (2012). Science concepts young children learn through water play.

Dimensions of Early Childhood, 40(2), 3–11.

Haryadi, R., Vita, M., Utami, I. S., Ihsanudin, I., Setiani, Y., & Suherman, A. (2019).

Briquettes production as teaching aids physics for improving science process skills. Journal of Physics: Conference Series, 1157(3), 32006. IOP Publishing.

Jazariyah, J., Latifah, E., & Atifah, N. Z. (2021). Persepsi Orangtua terhadap Pemanfaatan Barang Bekas sebagai Alat Permainan Edukatif Anak Usia Dini.

Kiddo: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 2(2), 180–190.

Kamali, S. R., Hadi, S., & Romdhini, M. U. (2019). PRAKTIKUM SEBAGAI MEDIA PENERAPAN KONSEP DASAR SAINS BAGI GURU-GURU SD DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH. JPIn: Jurnal Pendidik Indonesia, 2(1), 44–

48.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, D. P. (2016). Petunjuk Teknis Bantuan Alat Permainan Edukatif (APE) PAUD Tahun 2016. Jakarta.

Kencono, D. S., & Winarsih, A. S. (2021). Pemanfaatan Barang Bekas sebagai Alat Peraga Edukasi Ramah Lingkungan Sekolah PAUD di Kota Yogyakarta.

(9)

148

PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(3), 291–297.

Khaeriyah, E., Saripudin, A., & Kartiyawati, R. (2018). Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran sains untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini. AWLADY: Jurnal Pendidikan Anak, 4(2), 102–119.

Lena, H., Rukiyah, R., Syafdaningsih, S., Rantina, M., Utami, F., Karnita, A., &

Munawaroh, A. (2021). Pelatihan Pembuatan Alat Permainan Edukatif Berbasis Pendekatan Saintifik bagi Guru PAUD di Kota Palembang. Bubungan Tinggi:

Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(4), 332–337.

Mas’ud, A., & Imron, A. (2020). PELATIHAN PEMBUATAN ALAT PERAGA IPA BAGI GURU SMP IT AL HIKMAH. Jurnal Pengabdian Polinema Kepada Masyarakat, 7(2), 6.

Mursalin, E., & Setiaji, A. B. (2021). Capacity Teacher’s Strengthening in Writing and Publishing Scientific Research Articles. MANGENTE: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, 1(1), 1–15.

Nugraha, A. (2005). Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini. Jakarta:

Depdiknas.

Poerwati, C. E., Suryaningsih, N. M. A., Cahaya, I. M. E., Prima, E., Lestari, P. I., &

Rimpiati, N. L. (2019). Pelatihan Pembuatan Alat Peraga Edukatif (APE) PAUD Bagi Guru Paud Di Gugus Tunjung Kecamatan Abiansemal. Seminar Nasional Aplikasi Iptek (SINAPTEK).

Putra, M. R. (2016). MEMBANGUN KARAKTER MELALUI EKSPLORASI SAINS UNTUK ANAK USIA DINI. CONFERENCE PROCEEDING ICETS 2016, 51.

Rachmawati, D. O., Gunadi, I. G. A., & Budiada, K. (2019). Pelatihan Dan Pendampingan Pembuatan Alat Perga Fisika Sederhana. Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat, 4, 346–356.

Sulastri, Y. L., Rahma, A., & Hakim, L. L. (2017). IbM Pembuatan Alat Permainan Edukatif (APE) Ramah Anak Bagi Guru Paud di Kota Bandung. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 7(2), 84–91.

Winarni, D. S. (2017). Analisis kesulitan guru PAUD dalam membelajarakan IPA pada anak usia dini. Edu Sains: Jurnal Pendidikan Sains Dan Matematika, 5(1), 12–22.

Yulianti, D. (2010). Bermain sambil belajar sains di taman kanak-kanak. Jakarta: PT.

Indeks.

Zaman, B., Hernawan, A. H., & Eliyawati, C. (2008). Media dan Sumber Belajar TK.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Referensi

Dokumen terkait

Alasan pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pengamatan peneliti bahwa di sekolah tersebut masih ada kendala yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran SKI, dari hasil wawancara dengan

In this way, some conclusions can be taken from the study: • The ship had its trajectory deflect to starboard due to East winds, showing that wind has an influence on the ship behavior