PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan instrumen kuesioner. Penelitian yang dilakukan oleh Shabrina Rahutami Nur Amalia (2014) dengan judul “Pengaruh Auditor Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Tengah”. Oleh karena itu, penekanan harus diberikan pada kualitas pelaporan keuangan karena mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemangku kepentingan. Kajian terkait ketiga dilakukan oleh Latifah Fadhillah (2019). “Pengaruh Audit Internal Terhadap Kredit Macet Nasabah Pada Bank Pembangunan Daerah Banten Cabang Makassar” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh parsial audit internal terhadap kredit macet nasabah.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
H3: Penerapan manajemen risiko bank dan penerapan audit internal berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan perkreditan. Penerapan manajemen risiko bank dan penerapan audit internal secara simultan mempengaruhi kebijakan perkreditan.
TINJAUAN PUSTAKA
Penerapan Audit Internal
Menurut Suginam (2017:4), fungsi audit internal merupakan suatu kegiatan bebas yang dilakukan di dalam organisasi. Kewajiban bank untuk memiliki fungsi audit intern serta struktur, wewenang dan tugas pokok SKAI (Satuan Kerja Audit Intern).
Kredit
Sumber pengembalian lain yang dapat digunakan untuk mengurangi tingkat pinjaman adalah yang berasal dari uang segar pemilik usaha, misalnya dari tambahan setoran modal. Pinjaman produktif, pinjaman yang digunakan untuk meningkatkan volume atau output usaha dan menghasilkan arus kas untuk kepentingan pemilik usaha dan untuk membayar kewajiban pinjaman.
Penelitian Terdahulu
Kerangka Konsep
Hipotesis
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini untuk variabel manajemen risiko (X1), audit internal (X2) dan kebijakan kredit (Y) adalah dengan menyebarkan kuesioner. Dalam penelitian ini uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah terdapat korelasi atau hubungan antara variabel penerapan manajemen risiko bank dengan pelaksanaan audit internal. Variabel independennya terdiri dari manajemen risiko bank dan audit internal, dan variabel dependennya adalah kebijakan perkreditan.
Dimana pada tabel 4.7 terlihat bahwa variabel penerapan manajemen risiko mempunyai kriteria valid untuk seluruh item pertanyaan dengan nilai r hitung > r tabel. Penerapan manajemen risiko bank dan penerapan audit internal mempengaruhi kebijakan pemberian kredit secara bersamaan sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 diterima. Hasil pengujian penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan manajemen risiko bank berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan (Ika Caya Putri, 2010) yang menunjukkan bahwa penerapan manajemen risiko bank melalui kebijakan perkreditan berpengaruh positif atau signifikan. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa penerapan audit internal tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan perkreditan. Putri, Ika Caya, “Dampak Penerapan Manajemen Risiko Bank dan Penerapan Audit Internal Terhadap Kebijakan Alokasi Kredit”, Tesis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Metode penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian yang spesifikasinya sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas dari awal hingga perumusan rencana penelitian.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
Manajemen risiko dapat diukur dengan menggunakan skala likert, dimana jawaban “Sangat Setuju” diberi skor “5”, “Setuju” diberi skor “4”, “Belum memutuskan” diberi skor “ 3”, “Tidak Setuju” diberi skor “2”, dan “Sangat Tidak Setuju” diberi skor “1”. Audit internal merupakan fungsi evaluasi independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi aktivitas organisasi yang dilakukan. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh adanya variabel bebas, variabel terikat dalam penelitian ini adalah kebijakan perkreditan.
Populasi dan Sampel
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisis
Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa instrumen masing-masing variabel dalam penelitian ini reliabel karena α hitung > 0,6, variabel penerapan manajemen risiko memiliki α 0,901 > 0,6, variabel penerapan audit internal memiliki α 0,885 > 0,6, dan variabel implementasi audit internal memiliki α 0,885 > 0,6. Variabel kebijakan penyaluran kredit mempunyai α 0,925 > 0,6. Pengujian ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel independen yaitu penggunaan manajemen risiko (X1) dan penggunaan audit internal (X2) dalam menjelaskan variasi variabel dependen yaitu kebijakan perkreditan (Y). Manajemen risiko yang diterapkan oleh bank diharapkan dapat membantu memberikan kebijakan yang tepat dalam penyaluran kredit.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa audit internal mempunyai pengaruh negatif atau tidak signifikan terhadap kebijakan perkreditan. Artinya manajemen risiko yang diterapkan oleh bank diharapkan dapat membantu dalam memberikan kebijakan perkreditan yang tepat, dengan kata lain penerapan manajemen risiko mempunyai peranan penting dalam kebijakan perkreditan. Artinya, semakin baik suatu bank menerapkan manajemen risiko dan audit internal, maka semakin baik pula bank tersebut menawarkan penyaluran kredit kepada nasabahnya.
Bagi perbankan diharapkan dapat menerapkan manajemen risiko khususnya pada bagian perkreditan dengan benar dan tepat, karena hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel penerapan manajemen risiko sangat mempengaruhi kebijakan pemberian kredit. Dimana penerapan manajemen risiko yang baik juga akan meningkatkan efisiensi hasil bank dan meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Penerapan manajemen risiko oleh perbankan juga harus ditindaklanjuti dengan pengembangan sistem pengawasan berbasis risiko yang dilakukan OJK.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah Perusahaan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia dimulai pada abad ke-19 dengan berdirinya Bank Perkreditan Rakyat (BKR) dan Lumbung Desa yang dibangun untuk membantu petani, karyawan, dan buruh melepaskan diri dari perbudakan rentenir. yang membebankan bunga tinggi. Bank yang didirikan antara tahun 1950-1997 terdaftar sebagai Perseroan Terbatas (PT), CV, KERJASAMA, PESAWAT ANDIL INDONESIA, YAYASAN dan PERKUMPULAN. Undang-undang ini secara khusus menyebutkan jenis bank yang ada di Indonesia adalah bank umum dan BPR.
BPR merupakan bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah serta dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Hasamitra didirikan di Makassar pada tanggal 15 November 2005 berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. Yang sangat membanggakan bagi kami adalah hingga tahun 2019 BPR Hasamitra telah mendapatkan “Golden Award” atas pencapaian kinerja keuangannya selama 11 tahun berturut-turut yakni pada tahun.
Pelayanan yang baik adalah prioritas utama kami dengan tujuan menjadikan setiap nasabah merasa menjadi bagian dari keluarga besar BPR Hasamitra. BPR Hasamitra sangat peduli dan mendukung setiap program pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia dalam mensosialisasikan manfaat menabung dan wawasan dunia perbankan itu sendiri khususnya BPR. BPR Hasamitra terus berupaya untuk terus meningkatkan kualitas produk dan layanan untuk menjamin pengalaman terbaik dalam berinteraksi dengan kami.
Penemuan atau Hasil Penelitian
Dimana dapat dilihat pada tabel 4.2 bahwa responden terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki yaitu sebanyak 24 orang atau 66,7%, sedangkan sisanya perempuan sebanyak 12 orang atau 33,3%, hal ini berarti mayoritas responden menyelesaikan kuesioner yang dimasukkan. pria. Dimana pada tabel 4.3 terlihat jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan sebanyak 3 orang atau 8,3% D3, 30 responden bergelar sarjana atau 83,3%, dan 3 responden bergelar magister atau 8,3%, dan tidak ada satupun responden memiliki gelar PhD. Dimana pada tabel 4.5 terlihat jumlah responden berdasarkan jam kerja sebanyak 13 orang dengan umur 1-3 tahun atau 5 orang atau 13,8%, dan 18 orang diatas 5 tahun atau 50%.
Dimana pada Tabel 4.8 terlihat bahwa variabel pelaksanaan audit internal mempunyai kriteria valid untuk seluruh item pertanyaan dengan nilai r hitung > r tabel. Dimana pada tabel 4.9 terlihat bahwa variabel kebijakan perkreditan mempunyai kriteria valid untuk seluruh item pertanyaan dengan nilai r hitung > r tabel. Dimana pada tabel 4.11 terlihat nilai toleransi setiap variabel sebesar 0,448, sedangkan nilai VIF setiap variabel sebesar 2,234.
Penelitian ini mempunyai tiga variabel yang terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Dimana angka koefisien korelasi (R) pada tabel 4.13 adalah sebesar 0,849 yang menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah kuat karena mempunyai nilai koefisien korelasi diatas 0,5. Berdasarkan olahan data pada tabel 4.15 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas yaitu lt;0,05).
Pembahasan
Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik suatu bank menerapkan manajemen risiko dan audit internal maka semakin baik pula perusahaan tersebut dalam memberikan kredit sehingga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan perbankan. Temuan penelitian ini didukung dengan penelitian terdahulu yaitu (Latifah Fadhillah, 2019) yang menyatakan bahwa audit internal berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap kemacetan lalu lintas dan kinerja auditor internal efektif dilakukan pada Bank Pembangunan Daerah Bantaen Makassar cabang. Artinya semakin baik suatu bank melaksanakan audit internal, maka bank tersebut akan semakin berhati-hati dalam memberikan kredit kepada nasabahnya, sehingga dalam melaksanakan pelaksanaannya bank harus mematuhi peraturan atau aturan perkreditan untuk menjaga kepentingan masyarakat. .
Selain itu, bank mungkin dapat meningkatkan peran audit internal, karena saat ini audit internal di bank masih melakukan upaya represif dibandingkan upaya preventif. Amalia, Shabrina Rahutami Nur, “Pengaruh audit internal terhadap kualitas pelaporan keuangan pada BPR di Jawa Tengah”, Skripsi Universitas Diponegoro, Semarang, 2014. Fadhillah, Latifah, “Pengaruh audit internal terhadap kredit macet nasabah di Bank Pembangunan Daerah Banten di Kota Makassar”, Skripsi Universitas Muhammadiyah Makassar, Makassar, 2019.
Dampak Peran Audit Internal dan Pengendalian Internal dalam Pencegahan Fraud (Studi Kasus di PT. Tolan Tiga Indonesia). Manajemen risiko bagi bank umum merupakan pedoman yang mengatur pengelolaan risiko agar kegiatan usaha bank dapat tetap terkendali dalam batas yang dapat diterima dan menguntungkan bank. 10 Dalam pengendalian risiko kredit, bank harus membentuk sistem evaluasi yang independen dan konsisten (internal credit review) terhadap efektivitas penerapan proses manajemen risiko kredit.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Pratama, Eva Hardianti, “Dampak Pengendalian Internal Terhadap Kecenderungan Kredit Macet Pada Perusahaan Perbankan (Studi Empiris Pada Bank Konvensional Milik Negara di Bandar Lmpung), Skripsi Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2017. 34; Struktur Pengendalian Dampak Internal untuk kelancaran pelunasan pinjaman pada koperasi simpan pinjam di Kota Dempasar”. Untuk meningkatkan efektivitas proses pengukuran risiko kredit, bank hendaknya memiliki sistem informasi manajemen yang menyediakan laporan dan data yang akurat dan tepat waktu untuk mendukung pengambilan keputusan oleh direksi dan pejabat lainnya.
Untuk memantau risiko kredit secara lebih intensif, bank harus melakukan fungsi remediasi secara independen. Jangka waktu kredit terkait dengan setiap perubahan yang terjadi di pasar, sistem pengukuran kredit, yang harus diperhitungkan dalam risiko kredit. Bank harus memiliki sistem informasi yang memungkinkan direksi menentukan konsentrasi portofolio kredit.
Seorang auditor dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan harus mempunyai keahlian dan pengalaman yang cukup, serta pelatihan teknis yang cukup agar mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Setiap kegiatan audit yang akan dilakukan oleh seorang auditor harus direncanakan secara matang dan asisten yang mendampingi harus mempunyai pengalaman yang cukup. Bukti audit yang kompeten adalah kinerja inspeksi, observasi dan permintaan informasi langsung kepada pihak yang berkepentingan.
10 Setelah selesai proses audit, setiap auditor harus memberikan pernyataan atas hasil atau bukti yang diperoleh. Bank harus mengetahui sejauh mana kemampuan debitur dalam membayar, salah satu caranya adalah dengan melihat slip gaji atau bukti penghasilan lainnya.