PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian
- Bagi Peneliti
- Bagi Akademik
- Bagi Masyarakat
Hipotesis Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit
- Definisi
- Struktur Kulit
Lapisan paling atas adalah epidermis, lapisan di bawah epidermis adalah dermis, dan lapisan ketiga dan terdalam adalah lapisan subkutan. Ini biasanya disebut sebagai jaringan subkutan dan terdiri dari jaringan areolar longgar dan jaringan adiposa.
Luka
- Definisi Luka
- Klasifikasi Luka
- Berdasarkan mekanisme terjadinya
- Berdasarkan Sifatnya
- Berdasarkan kondisi dan kebersihannya
- Berdasarkan Stadium
- Proses Penyembuhan Luka
- Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
- Tipe penyembuhan luka
- Skala Penyembuhan Luka
Ciri-ciri vulnus scissum adalah kedalaman luka, nyeri dan terbukanya luka.12,13. Steker trombosit dan jaringan fibrin bergabung membentuk trombus, yang menghentikan pendarahan, melepaskan faktor pelengkap dan pertumbuhan yang diperlukan untuk penyembuhan luka.15-18.
Zinc
- Definisi
- Fungsi Zinc
- Manfaat Zinc pada kulit
- Peran zinc topikal terhadap penyembuhan luka
Salah satu bentuk senyawa seng, yaitu seng oksida, telah digunakan dalam aplikasi pengobatan dan industri selama berabad-abad. Seng oksida tidak termasuk dalam kategori senyawa alami, tetapi ada ikatan molekul oksigen dengan seng. Sebagai salep topikal, zinc digunakan untuk mengatasi ruam, mempercepat penyembuhan luka, melindungi kulit dari sinar matahari, membantu merawat dan mencegah jerawat, dan manfaat lainnya.
Makrofag M1 penting untuk proses awal peradangan dan pembersihan mikroba/debris, sedangkan makrofag M2 berperan dalam remodeling/perbaikan jaringan selanjutnya. Selama penyembuhan luka, penting untuk mengatasi peradangan dan memulai re-epitelisasi, proses dimana sel-sel epitel mengalami pertumbuhan dan perkembangan untuk mengisi kembali jaringan yang rusak untuk penutupan luka. Selama reepitelisasi, terjadi proliferasi dan migrasi keratinosit, fibroblas, sel epitel, dan sel endotel. Pemberian zinc secara topikal dapat meningkatkan proses reepitelisasi, migrasi fibroblast yang dimediasi ROS, dan mengoptimalkan angiogenesis.
Faktor transkripsi untuk TGF-B disebut juga SMAD.26 Seng merupakan kofaktor penting untuk SMAD dan karena itu berperan besar dalam pembentukan jaringan granulasi.25.
Kerangka Teori
Kerangka Konsep
Dengan demikian dapat diketahui adanya pengaruh pemberian seng oksida 13% topikal terhadap proses penyembuhan luka sayat pada tikus putih Wistar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh seng oksida topikal 13% terhadap penyembuhan luka pada tikus putih Wistar. Uji Mann Whitney menunjukkan adanya pengaruh seng oksida topikal 13% terhadap proses penyembuhan luka tikus putih Wistar (p=0,000).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengambil judul “Pengaruh Zinc Oxide 13% Topikal Terhadap Penyembuhan Luka Pada Tikus Putih”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh seng oksida 13% topikal terhadap proses penyembuhan luka sayat pada tikus putih Wistar.
Kesimpulan penelitian adalah seng oksida 13% topikal berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka sayat pada tikus putih Wistar.
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional
Jenis Penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian
- Waktu Penelitian
- Tempat Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
- Populasi Penelitian
- Sampel Penelitian
- Besar Sampel
Populasi penelitian ini adalah Rattus norvegicus (tikus putih suku Wistar) yang memiliki karakteristik berumur tiga bulan di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Kelompok kontrol tidak mendapat pengobatan sampai hari ke-7, kelompok perlakuan mendapat seng oksida topikal 13% sebanyak 2 kali.
Teknik Pengumpulan Data
Persiapan Sampel
- Alat dan Bahan
- Prosedur Kerja
Tiga puluh dua tikus Wistar putih jantan diaklimatisasi kurang lebih satu minggu sebelum penelitian. Pada 32 ekor tikus Wistar putih jantan dilakukan insisi pada punggung tikus dengan luka sepanjang 2,5 cm dengan pisau bedah sedalam 0,2 cm. Selanjutnya, seng oksida topikal 13% ukuran buku jari 13% dioleskan secara topikal dengan metode unit ujung jari 2 kali sehari selama 7 hari pada kelompok perlakuan yang terdiri dari 16 ekor sapi.
Pengolahan dan Analisis Data
- Pengolahan Data
- Analisis data
Alur Penelitian
Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran proses penyembuhan luka pada tikus putih galur Wsitar pada kelompok yang mendapat dan tidak mendapat pengobatan topikal dengan seng oksida 13%. Sehingga terjadi penyembuhan luka yang lebih baik setelah pemberian seng oksida 13% topikal dibandingkan pemberian seng oksida 13% topikal pada kelompok eksperimen. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya pengaruh pemberian seng oksida 13% topikal terhadap proses penyembuhan luka sayat pada tikus putih Wistar, setelah dibuktikan dengan uji komparasi dengan Wilcoxon dan Mann-Whitney.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa seng oksida 13% topikal berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka pada tikus putih Wistar. Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran proses penyembuhan luka pada tikus putih Wistar pada kelompok yang mendapat dan tidak mendapat pengobatan topikal dengan seng oksida 13%. Dengan demikian, penyembuhan luka setelah pemberian seng oksida 13% topikal lebih baik daripada sebelum pemberian seng oksida 13% topikal pada kelompok eksperimen.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya pengaruh pemberian seng oksida 13% topikal terhadap proses penyembuhan luka sayat pada tikus putih Wistar, setelah dibuktikan dengan uji komparasi dengan Wilcoxon dan Mann-Whitney.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
- Analisis Univariat
- Analisis Bivariat
- Perbandingan kondisi luka sebelum dan setelah diberikan perlakuan
- Perbandingan kondisi luka setelah pemberian zinc oksida 13 % topikal
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa skor proses penyembuhan luka sebelum diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didominasi oleh 93,3% mencit dengan skor 6-10 (sembuh ringan). , dan 6,7% tikus lain pada kelompok eksperimen memiliki skor 11-15 (tidak sembuh), sedangkan 6,7% tikus pada kelompok kontrol memiliki skor 1-5 (sedang sembuh. Kemudian skor untuk sayatan setelah aplikasi topikal seng oksida 13% pada kelompok eksperimen didominasi oleh 73,3% mencit dengan skor 0 (sepenuhnya), dan 26,7% tikus lainnya pada kelompok eksperimen memiliki skor 1-5 (sedang). sembuh). Berdasarkan hasil pengujian yang disajikan pada Tabel 4.2 yaitu penyembuhan luka sebelum dan sesudah pada kelompok eksperimen, dan penyembuhan luka sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol.
Dengan demikian, uji perbandingan penyembuhan luka sebelum dan sesudah perawatan dan non perawatan dilakukan menggunakan statistik non parametrik, dengan uji perbandingan sampel berpasangan menggunakan uji Wilcoxon. Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh P-value pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing sebesar 0,001 (<0,05), sehingga dapat dinyatakan terdapat perbedaan kondisi luka sebelum dan sesudah pemberian obat. Seng oksida topikal 13% pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan uji Shapiro Wilk pada Tabel 4.4 terlihat bahwa perbedaan penyembuhan luka setelah perlakuan atau tidak tidak berdistribusi normal, dengan demikian uji perbandingan kondisi luka setelah perlakuan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji Mann Whitney.
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji Mann Whitney yang disajikan pada Tabel 4.5 diperoleh nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,000 (<0,05).
Pembahasan
Hasil observasi kondisi luka sebelum dilakukan perawatan pada kelompok kontrol menunjukkan proses awal penyembuhan luka dengan kondisi luka yaitu ekimosis yang ditandai dengan bercak ungu kehitaman, perdarahan (eksudasi), kedua tepi luka luka masih terbuka. dan mereka mencatat peradangan yang ditandai dengan kemerahan dan edema. Sedangkan hasil observasi pada hari ketujuh pada kelompok kontrol menunjukkan hasil skoring REEDA masih bernilai 1-5 yang berarti penyembuhan luka sedang. Dengan demikian, terdapat perbedaan kondisi luka setelah pengaplikasian seng oksida 13% topikal antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Selain itu, dalam penelitian tersebut, setelah menerima seng oksida 13% topikal, 73,3% dari mereka dinyatakan sembuh total dan 26,7% lainnya pulih pada tingkat sedang. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di University of LouisVille, Kentucky, dimana penelitian tersebut membandingkan hasil penyembuhan luka eksisi pada dua kelompok, yaitu 44 pasien yang dirawat dengan balutan medis standar dan 36 pasien yang dirawat dengan balutan yang mengandung zinc oxide. Sebanyak 91,7% pasien yang menerima balutan seng oksida sembuh total, sementara hanya 65,9% pasien yang menerima balutan medis standar sembuh.
Seng oksida dapat mempersingkat waktu penyembuhan luka melalui remodeling jaringan dan dapat menghancurkan patogen yang menyerang untuk mencegah infeksi tanpa toksisitas pada eritrosit dan sel endotel, penyusutan luka mencapai 93,5% pada hewan percobaan, mempercepat penutupan luka, non-sitotoksisitas, terutama pada deposisi keratinosit dan kolagen Nanokomposit dapat mempercepat penyembuhan luka dengan memperpendek proses inflamasi, melindungi jaringan dari kerusakan akibat radikal bebas dan meningkatkan deposisi kolagen pada matriks ekstraseluler.
Keterbatasan Penelitian
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menggunakan plester luka untuk membalut luka sayatan pada hewan coba agar tidak terjadi infeksi sehingga proses penyembuhan luka menjadi lebih optimal. Contoh zat gizi yang berperan dalam penyembuhan luka adalah protein, zinc dan beberapa vitamin seperti vitamin C. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan desain penelitian true eksperimen dengan desain pre-test post-test control group design untuk menganalisis pengaruh zinc oxide 13% terhadap penyembuhan luka pada tikus putih wistar jantan.
Pada Tabel 1 diatas dapat dilihat skor proses penyembuhan luka sebelum diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang masing-masing didominasi oleh mencit 93,3% dengan skor 6-10 (sembuh ringan), dan 6,7% mencit tikus lain pada kelompok eksperimen dengan skor 11 - 15 (tidak sembuh), sedangkan 6,7% tikus pada kelompok kontrol memiliki skor 1 - 5 (cukup sembuh). Uji Saphiro-Wilk pada Tabel 4 menunjukkan bahwa data perbedaan kesembuhan luka setelah diberikan perlakuan dan tidak mendapat perlakuan tidak berdistribusi normal, sehingga dilakukan uji perbandingan kondisi luka setelah diberikan perlakuan antara menggunakan uji Mann Whitney . Hasil observasi kondisi luka sebelum diberikan seng oksida 13% topikal pada kelompok eksperimen menunjukkan proses awal penyembuhan luka dengan kondisi luka menunjukkan tanda peradangan yang ditandai dengan kemerahan dan oedema di sekitar tepi luka, mengeluarkan darah (discharge), dan kedua tepi luka masih terbuka.
Selain itu, diharapkan penelitian selanjutnya dapat menggunakan pembalut luka untuk mengikat sayatan pada hewan coba agar tidak terjadi infeksi sehingga proses penyembuhan luka menjadi lebih optimal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
PENGUJIAN EFEKTIVITAS GEL EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA CEDERA DENGAN BAKTERI STAphylococusaureus PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus) EFEK GEL EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (TE) ), Infeksi, Status Imunologi dan penyakit yang menyertai. Kulit juga berperan dalam imunologi, persepsi sensorik, kontrol kehilangan cairan, dan homeostasis secara umum.1 Luka adalah proses terganggunya struktur anatomi mulai dari lapisan epitel hingga lapisan terdalam seperti otot, lemak, dan jaringan subkutan. .2 Proses penyembuhan luka kulit terdiri dari proses biologis kompleks yang melibatkan aksi berbagai jenis sel, senyawa kimia, dan ECM (matriks ekstraseluler).
Dalam keadaan defisiensi seng dapat menimbulkan beberapa masalah klinis seperti dermatitis, alopecia, diare dan gangguan penyembuhan luka. Penelitian yang dilakukan di University of Louisville, Kentucky membandingkan hasil penyembuhan luka eksisi pada dua kelompok, yaitu 44 pasien yang dirawat dengan balutan medis standar dan 36 pasien yang dirawat dengan balutan seng oksida. Pada Tabel 2 yaitu penyembuhan insisi sebelum dan sesudah pada kelompok eksperimen, dan penyembuhan insisi sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol, masing-masing data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, sedangkan data insisi sebelum perawatan pada kelompok kontrol adalah terdistribusi secara normal.
Hasil observasi kondisi luka sebelum dilakukan perawatan pada kelompok kontrol menunjukkan adanya proses awal penyembuhan luka, dimana kondisi luka menunjukkan indikator adanya perdarahan di bawah kulit yang ditandai dengan bercak ungu kehitaman di tepi luka (ecchymosis ). , keluar darah (discharge), kedua tepi luka masih terbuka, dan terlihat adanya peradangan yang ditandai dengan kemerahan dan edema. Namun proses penyembuhan luka dapat berlangsung lebih cepat atau lebih lambat.17 Hal ini dikarenakan penyembuhan luka dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stres, hormon, usia, infeksi, oksigenasi jaringan dan nutrisi. 18. Dengan demikian, terdapat perbedaan kondisi luka setelah pemberian seng oksida topikal 13% antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.