• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembiasaan Shalat Tahajud Berjamaah Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santri Putri Mt Al-Iffah Badean Bondowoso Tahun 2023

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pembiasaan Shalat Tahajud Berjamaah Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santri Putri Mt Al-Iffah Badean Bondowoso Tahun 2023"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pembiasaan Shalat Tahajud Berjamaah Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santri Putri Mt Al-Iffah Badean Bondowoso Tahun 2023

Zainal Anshari

UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember E-mail: zainalanshari@uinkhas.ac.id

Linda Triana

UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember E-mail: lindatriana86@gmail.com

Abstract: The habit of praying the midnight prayer in congregation is an activity that is carried out after the evening prayer until dawn, but the best time or the most important time to do the midnight prayer is the last third of the night. With the habit of praying midnight in congregation, this can improve the discipline of the santri. Based on this background, the focus of the research is: (1) How is the implementation of the habituation of the midnight prayer in congregation in improving the discipline of female students at MT Al-Iffah Badean Bondowoso in 2023? (2) What are the supporting and inhibiting factors in the habit of praying midnight prayers in congregation in improving the discipline of female students at MT Al-Iffah Badean Bondowoso in 2023? This study aims to describe the implementation of the Habituation of Congregational Prayers in Improving the Discipline of female students at MT Al-Iffah Badean Bondowoso in 2023. And to find out what are the supporting and inhibiting factors of the habituation of congregational prayers in improving the discipline of female students at MT Al- Iffah Badean Bondowoso in 2023. The research approach used is a qualitative approach to the type of case study research. Sources of data in this study were school principals, program administrators, tutors and students. Data collection techniques used are observation, interviews and documentation. The data analysis technique used is Miles, Huberman and Saldana which consists of condensing data, presenting data and drawing conclusions. The results of the study show that 1) Implementation of the habituation of the midnight prayer at MT Al-Iffah is required to be in congregation, not only the students but the administrators are also required to pray the midnight prayer in congregation. For the implementation of the midnight prayer starting at 03.15, before the implementation of the 15 minutes is used for preparation, namely by reciting the surah al-waqiah and reading the asmaul husna while waiting for all students to finish taking ablution water, for those who do not perform the midnight prayer in congregation will get a punishment from the worship administrator. 2) The supporting factors are the discipline of the students, the awareness of the students, and the presence of administrators while the inhibiting factors are the lack of intention, irregular sleep, and drowsiness.

Keywords : Habituation, Midnight Prayer, Discipline

(2)

Pendahuluan

Pada hakikatnya manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia bukan serta merta diciptakan tidak memiliki maksud dan tujuan, akan tetapi Allah SWT menciptakan manusia ke dunia memiliki maksud dan tujuan yang tidak semua diketahui oleh manusia itu sendiri, manusia diciptakan oleh Allah ke dunia untuk menjaga apa yang sudah Allah ciptakan kepada manusia melalui perantara Nabi Muhammad Saw. Di dalam Al-Qur’an sendiri terdapat perintah dan larangan bagi manusia yang harus di taati apabila seorang muslim yang taat kepada Allah, dan juga banyak sekali amalan-amalan yang wajib dilaksanakan oleh manusia yang ditetapkan Allah SWT untuk manusia.

Ketahuilah bahwa ibadah dan ketaatan itu bermacam-macam jenis dan tingkatannya. Di antaranya ada yang bersifat fardhu, dengan ibadah fardhu inilah keselamatan bisa diraih.

Demikian juga ada yang bersifat sunnah. Ibadah semacam ini akan mengantarkan seseorang untuk mendapatkan keberuntungan, berupa kedekatan dirinya dengan Allah, serta meraih kemuliaan dan derajat yang tinggi di sisi-Nya. Di antara bentuk ibadah nafilah yang paling agung adalah shalat malam (qiyamul lail). Hal tersebut merupakan jalan kebahagiaan, keuntungan umur, serta merupakan kebiasaan para hamba Allah SWT yang shalih dari kalangan para nabi dan rasul serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga hari pembalasan. Mereka telah memenuhi panggilan Allah SWT, lalu mereka lebih mementingkan Allah dari pada diri mereka sendiri, sehingga Allah pun memberikan perhatian tersendiri kepada mereka, memberikan petunjuk kepada mereka, membantu mereka untuk berdiri dihadapannya dan dekat dengannya, serta mengasihi mereka. Salah satu ibadah wajib di laksanakan oleh manusia yang sudah ditetapkan Allah Swt untuk manusia yakni shalat.

Shalat bisa juga disebut dengan ibadah (pengabdian) kepada Allah SWT yang berupa perkataan perbuatan tertentu, di mulai dari takbiratul ihram (Allahu Akbar) dan diakhiri dengan salam (assalamu’alaikum warahmatulla).1 Dari definisi lain disebutkan bahwa, shalat merupakan jalinan (hubungan) yang kuat antara langit dan bumi, antara Allah dan hamba- Nya. Sholat dalam islam memiliki kedudukan yang tinggi yaitu sebagai rukun dan tiang agama. Shalat menempati rukun yang kedua setelah syahadat serta menjadi lambang hubungan yang kokoh antara Allah dan hamba-Nya.2

Shalat dalam Islam memiliki kedudukan yang teramat penting, selain karena shalat adalah perintah Allah dan amalan yang pertama kali akan ditanyakan di hari kiamat, shalat juga menjadi tolak ukur atau barometer baik dan tidaknya amal dan perbuatan seseorang.

Artinya, jika shalat seseorang baik maka ia termasuk golongan orang yang baik amal perbuatannya, yang akan mendapat keberuntungan. Sebaliknya, jika shalat seseorang jelek maka ia termasuk dalam golongan orang yang jelek amal perbuatannya, ia termasuk dalam golongan orang yang merugi dan akan mendapatkan celaka di dunia dan di akhirat. Seorang muslim tidak hanya menjalankan ibadah wajib saja melainkan juga harus menjalankan ibadah

1 Idrus Hasan, Risalah Sholat dilengkapi Dengan Dalil-dalilnya, (Surabaya: Karya Utama, 2001), hal 23.

2 Hilmy al-Khuly, Sholat itu Sungguh Menakjubkan Menyikap Rahasia Sehat dan Bugar Di balik Gerakan Shalat, (Jakarta:

Mirqat, 2007), hal. 9

(3)

sunnah, seperti shalat tahajud, shalat hajat, shalat witir, dll untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt.3

Shalat sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah saw yakni shalat tahajud yang dilakukan pada waktu malam hari. Di dalam Al-Qur’an Surah Al-Isra’ ayat 79 Allah SWT, berfirman yang berbunyi:

َنِمَو ِهِب ْدَّجَ َتََف ِلْيَّل ٱ ىَ َسَع َ َّلَّ ً َلَِف َنَ ۦ

َعْبَي نَٱ اًدوُمْحَّم اًماَقَم َكُّبَر َكَث

Artinya : “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”.4

Dari ayat di atas bahwasanya kita selaku umatnya nabi Muhammad Saw diharuskan untuk membiasakan bangun malam menjalankan shalat sunnah yaitu shalat tahajud dan dihiasi dengan bacaan-bacaan Al-Qur’an secara perlahan-lahan. Karena shalat malam merupakan sebuah kemuliaan yang sangat besar. Karena itu, orang besar (takwa) adalah hamba-hamba Allah yang penyayang, yang melalui malam-malamnya dengan bersujud dan bermunajat kepadanya.

Shalat tahajud merupakan kehormatan bagi seorang muslim, sebab mendatangkan kesehatan, menghapus dosa-dosa yang dilakukan siang hari, menghindarkannya dari kesepian di alam kubur, mengharumkan bau tubuh, menjaminkan baginya kebutuhan hidup, dan juga menjadi hiasan surga. Selain itu, shalat tahajud juga dipercaya memiliki keistimewaan lain, dimana bagi orang yang mendirikan shalat tahajud diberikan manfaat, yaitu keselamatan dan kesenangan di dunia dan akhirat, antara lain wajahnya akan memancarkan cahaya keimanan, akan dipelihara oleh Allah dirinya dari segala macam marabahaya, setiap perkataannya mengandung arti dan dituruti oleh orang lain, akan mendapatkan perhatian dan kecintaan dari orang-orang yang mengenalinya, dibangkitkan dari kuburnya dengan wajah yang bercahaya, diberi kitab amalnya di tangan kanannya, dimudahkan hisabnya, serta berjalan di atas shirat bagaikan kilat.

Pada zaman sekarang masih banyak orang yang beranggapan bahwa shalat tahajud merupakan shalat biasa yang hanya dilakukan di malam hari tanpa mengetahui faidah atau manfaat, terutama bagi para remaja dan orang-orang awam akan pengetahuan tentang shalat.

Di dalam pondok pesantren melaksanakan shalat tahajud menjadi rutinitas yang biasa dilakukan sehari-hari tanpa dilewatkan oleh para seluruh santri. Namun, meskipun sudah diterapkan akan tetapi, ada sebagian santri yang melanggar untuk tidak ikut melaksanakan tahajud secara berjamaah.

Pembiasaan shalat tahajud secara berjamaah ini diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan santri putri Majelis Ta’lim Al-Iffah, dengan diterapkannya pembiasaan shalat tahajud berjamaah ini dapat menjadikan santri lebih baik serta memiliki jiwa kedisiplinan yang tinggi. Kedisiplinan sangatlah penting dimiliki bagi setiap manusia khususnya bagi

3 Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi, Etika Beribadah Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, (Jakarta: amzah, 2011), hal. 26

4 Syaamil Quran, Departemen Agama Aisyah Al-Quran dan Terjemahan untuk Wanita, (Bogor: Wisma Haji, 2007, hal 290.

(4)

seorang santri. Karena dengan memiliki kedisiplinan baik itu disiplin dalam hal belajar, disiplin dalam hal sekolah dan lain-lain. Tentunya sikap disiplin ini perlu ditanamkan sejak dini agar kedepannya diharapkan santri memiliki sikap disiplin. Seorang santri perlu memiliki sikap disiplin karena disiplin merupakan salah satu kunci sebuah kesuksesan dan keberhasilan yang akan kelak ia dapatkan.

Seseorang yang memiliki sikap kedisiplinan yang tinggi tentunya akan dengan mudah mendapatkan sebuah kepercayaan dari orang lain. Karena pastinya orang yang memiliki sikap disiplin tentunya tidak akan menyepelekan atau merusak sebuah kepercayaan yang sudah di berikan orang lain kepada dirinya. Karena hal itulah sikap disiplin sangatlah penting untuk kehidupan manusia terutama bagi seorang santri baik di dalam pondok atau diluar pondok.

Berdasarkan wawancara dengan Abah KH. Imam Barmawi Burhan selaku pengasuh Majelis Ta’lim Al-Iffah, dawuhnya beliau yakni:

“Berkaitan dengan pembiasaan shalat tahajud yaitu yang pertama dan utama adalah mengikuti amaliah tersebut. Jadi kita biasakan bagaimana santri ini amaliyahnya di dasari ilmu dan ilmunya di amalkan. Pertama mengilmuinya kita sadar bahwa orang mulia dan orang yang ingin mendapatkan “makomam mahmuda” satu di antaranya yang paling terpercaya melalui shalat tahajud yang terdapat di dalam Q.S Al-isra’ ayat 79. Memang pada awalnya kegiatan ini tidak begitu populer atau terasa berat tapi nyatanya setelah dibiasakan terutamanya pada santri-santri yang musyrif mereka ada agenda ngaji sebelum subuh dengan mengawalinya dengan shalat tahajud”5

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwasanya pembiasaan shalat tahajud ini dilaksanakan yaitu yang pertama dan utama berawal dari ilmu yang diamalkan dan amalan yang di dasari dengan ilmu. Meskipun pada awalnya kegiatan ini tidak begitu populer atau masih terasa berat untuk menjalaninnya tapi setelah dibiasakan hingga akhirnya santri menjadi terbiasa untuk melaksanakan shalat tahajud. Selain itu di Majelis Ta’lim Al-Iffah diadakannya shalat tahajud berjamaah yakni karena bermula dari pengurus angkatan 2019 yang menerapkan program shalat tahajud berjamaah.

MT Al-Iffah merupakan sebuah lembaga pendidikan islam yang berada dibawah naungan Yayasan Nurul Burhan yang bertempat di Badean Bondowoso. Lembaga MT Al- Iffah ini hanya menekankan pada kegiatan keagamaannya saja. Sesuai dengan visi dan misi lembaga tersebut yakni: Tiada waktu tanpa berjamaah, tiada hari tanpa Al-Qur’an, tiada hari tanpa shalawat, berperilaku yang di ridhai Allah, dan membiasakan hidup bersih.

Untuk tercapainya tujuan pesantren itu maka diterapkanlah program shalat tahajud agar membentuk seseorang yang yang memegang teguh ajaran islam rahmatal lil’alamin di Majelis Ta’lim Al-Iffah Badean Bondowoso. Majelis Ta’lim Al-Iffah ini mewajibkan santrinya bangun jam 03.00 WIB, untuk melaksanakan shalat tahajud sebelum dilaksanakan shalat tahajud ada persiapan terlebih dahulu yakni salah satu pengurus ibadah mengaji surah

5 Abah KH Imam Barmawi Burhan, di wawancarai oleh penulis 06 Mei 2023

(5)

Al-waqiah dan dilanjutkan membaca asmaul husna sembari menunggu santri yang lain siap untuk melaksanakan shalat tahajud berjamaah. Setelah selesai pelaksanaan shalat tahajud dilanjutkan membaca dzikir dan doa. Bagi santri yang tidak melaksanakan shalat tahajud diberi hukuman yakni mengaji selama 15 menit bagi santri yang telat dan 30 menit bagi santri yang tidak ikut shalat tahajud dilaksanakan setelah shalat malam selesai. Berdasarkan latar belakang diatas, dalam hal ini penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut terkait dengan

“Pembiasaan Shalat Tahajud Berjamaah Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santri Putri MT Al-Iffah Badean Bondowoso Tahun 2023”.

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan dan jenis penelitian kualitatif deskriptif.

Penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menggunakan latar belakang alamiah, yang bertujuan untuk menafsirkan fenomena yang terjadi yang dilakukan dengan menggunakan berbagai macam metode yang ada dalam penelitian kualitatif.6 Jadi penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang bertujuan untuk memahami sebuah fenomena yang terjadi pada subyek penelitian. Subyek penelitian adalah seseorang atau informan yang menjadi sumber dari data penelitian, dimana seseorang tersebut bersedia memberikan informasi terhadap segala situasi dan kondisi latar penelitian. 7 Pemilihan subjek penelitian menggunakan purposive sampling.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan yaitu: observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model Miles, Huberman dan Saldana yang terdiri dari Pengumpulan data (Data Collection), Reduksi, Penyajian Data (Data Display), Penarikan kesimpulan (Conclusion Drawing). Sedangkan uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan uji kredibilitas yang dilakukan dengan triangulasi.

Triangulasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu suatu teknik pengujian keabsahan data yang diperoleh dari beberapa sumber dengan mempergunakan metode yang sama, metodenya wawancara, sedangkan triangulasi teknik yaitu suatu teknik pengujian keabsahan data dengan mempergunakan metode yang berbeda, misalnya ada yang diperoleh dari wawancara diuji keabsahannya dengan mempergunakan metode observasi dan dokumentasi.8

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pembiasaan Shalat Tahajud Berjamaah Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santri Putri MT Al-Iffah Badean Bondowoso Tahun 2023

Berdasarkan dengan pembiasaan shalat tahajud yakni yang pertama dan yang utama adalah mengilmui amaliah tersebut, jadi kita biasakan bagaimana santri ini amaliahnya didasari ilmu dan ilmunya diamalkan. Jadi pertama mengilmuinya kita sadar bahwa orang mulia dan orang yang ingin mendapatkan makomam mahmuda, satu diantaranya yang paling terpercaya melalui shalat tahajud yang terdapat di dalam Q.S Al-Isra’ Ayat 79 yang berbunyi:

6 Umar Siddiq dan Moh. Miftahul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan, (Ponorogo: CV, Nata Karya, 2019), hal 4

7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2018, hal 229.

8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hal 274

(6)

َنِمَو ِهِب ْدَّجَ َتََف ِلْيَّل ٱ ىَ َسَع َ َّلَّ ً َلَِف َنَ ۦ

اًدوُمْحَّم اًماَقَم َكُّبَر َكَثَعْبَي نَٱ

Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”(Q.S Al-Isra’: 79)9

Dari kandungan ayat tersebut kita sadar dan paham tentang pentingnya makomam mahmuda. Jadi dalam hal ini santri di ajak bukan disuruh. Santri itu diajak bareng-bareng untuk melakukan apa yang diperintah oleh Nabi Muhammad Saw. Untuk mengisi malam- malam kita dengan qiyamul lail, walaupun bukan berarti suatu yang tidak bisa ditawar sama sekali karena kita paham dan maklum bahwa shalat tahajud itu sunnah hukumnya, semata-mata derek lampana kanjeng Nabi Muhammad Saw.

Program Pembiasaan shalat tahajud berjamaah di Majelis Ta’lim Al-Iffah Badean Bondowoso ini diadakan sejak tahun 2019, di mana sebelum diadakannya program tersebut, santri yang melaksanakan shalat tahajud itu hanya satu sampai dua orang saja.

Sehingga dari hal tersebut diterapkanlah shalat tahajud berjamaah. Shalat tahajud berjamaah ini dianggap efektif sebagai sarana pendidikan religius serta kedisiplinan santri.

Pelaksanaan pembiasaan shalat tahajud berjamaah di Majelis Ta’lim Al-Iffah Badean Bodowoso dilaksanakan pada waktu malam hari setelah bangun dari tidur, sekitar pukul 03.00 (bel berbunyi) semua santri dibangunkan untuk melaksanakan shalat tahajud, setelah membangunkan santri setiap pengurus secara bergantian setiap harinya untuk mengaji surah al-waqiah dilanjut membaca asmaul husna sembari menunggu santri selesai mengambil wudhu dan bersiap-siap ke musholla.

Pelaksanaan shalat tahajud berjamaah di Majelis Ta’lim Al-Iffah ini pada waktu malam hari setelah bangun dari tidur, dan dilaksanakan sekitar pukul 03.15, kegiatan ini diwajibkan bagi seluruh santri Majelis Al-Iffah. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hamdi El-Natary bahwa shalat tahajud dapat dilaksanakan pada permulaan, pertengahan, atau penghujung malam. Dengan syarat sesudah menunaikan shalat isya’. Adapun waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat tahajud adalah penghujung malam atau sepertiga malam yang terakhir. Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah Saw yang artinya:

“Waktu yang paling dekat antara Rab dengan hamba-Nya adalah pada separuh malam terakhir. Karenanya, jika kamu dapat menjadi salah satu orang yang mengingat Allah, maka lakukanlah.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i dari Amr bin

‘Abasah).10

Selain itu shalat tahajud yang dilaksnakan di Majelis Ta’lim Al-Iffah itu dilaksanakan sebanyak 2 rakaat. Untuk imam dari shalat tahajud ini langsung diimami oleh pengurus sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Shalat malam yang dilaksanakan di Majelis Ta’lim Al-Iffah bukan hanya shalat tahajud saja melainkan ada shalat hajat, shalat istikhoroh, dan diakhiri dengan shalat witir. Hal tersebut sesuai dengan teori

9 Syaamil Quran, Departemen Agama Aisyah Al-Quran dan Terjemahan untuk Wanita, (Bogor: Wisma Haji, 2007), hal. 290.

10 Hamdi El-Natary, Shalat Tahajud Cara Rasulullah SAW, (Jakarta Selatan:Wahyu Qolbu, 2015), hal 20

(7)

Hamdi EL-Natary bahwa mengenai jumlah shalat tahajud (Qiyamul lail) sebenarnya tidak ada batasannya.

Namun demikian, jumlah rakaat yang paling utama dan paling kuat adalah sebelas rakaat. Jumlah tersebut juga sudah termasuk tiga rakaat shalat witir. Pelaksanaannya dapat 4+4+3 (4 shalat tahajud + 4 shalat tahajud + 3 rakaat shalat witir). Dapat juga 2+2+2+2 (shalat tahajud + tiga rakaat shalat witir.11 Shalat tahajud ini termasuk dari program kegiatan harian santri dan salah satu program yang harus dilaksanakan karena jika tidak maka akan mendapat konsekuensi yang sudah ditetapkan oleh pengurus ibadah.

Jadi berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan shalat tahajud di Majelis Ta’lim Al-Iffah di laksanakan setelah bangun dari tidur sekitar pukul 03.15.

Jumlah rakaat yang digunakan yakni 2 rakaat dan untuk imam dari shalat tahajud ini langsung diimami oleh pengurus sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembiasaan Shalat Tahajud Berjamaah Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santri Putri MT Al-Iffah Badean Bondowoso Tahun 2023

Dalam sebuah pelaksanaan suatu kegiatan, tentunya ada beberapa faktor yang menjadi pendukung agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Karena keberhasilan suatu kegiatan tidak terlepas dari beberapa faktor yang menjadi pendukungnya.

Menurut temuan peneliti, bahwa ada beberapa faktor yang menjadi pendukung pelaksanaan pembiasaan shalat tahajud berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan santri putri MT Al-Iffah Badean Bondowoso sehingga menjadi suatu kebiasaan. Yakni faktor adanya pengontrolan dari pengurus, adanya sanksi (ta’zir), sarana prasarana yang memadai, dan mengetahui manfaat dan keutamaannya.

a. Faktor Pendukung

1) Pengontrolan dari Pengurus

Kepengurusan di dalam pesantren sangatlah penting karena sangat membantu pengasuh untuk mengontrol dan membimbing santri. Apalagi dalam kegiatan shalat tahajud pengurus sangat terlibat sekali dalam kegiatan tersebut, seperti membangunkan santri pada waktu pelaksanaan kegiatan shalat tahajud berjamaah di Majelis Ta’lim Al-Iffah Badean Bondowoso. Kebiasaan para santri memang tidak bisa dipungkiri semua kegiatan yang ada di pesantren tidak begitu mudah untuk dilakukan maka dari itu pengurus sangatlah penting dan berpengaruh sebagai faktor penunjang terlaksananya suatu kegiatan.

2) Adanya Sanksi (Ta’zir)

Sanksi (ta’zir) ini bertujuan untuk memberikan kepada santri agar disiplin dalam menjalan peraturan yang ada di Majelis Ta’lim Al-Iffah sehingga mempunyai tanggung jawab yang penuh atas kewajibannya ketika di pesantren.

Seperti halnya jika santri tidak mengikuti kegiatan shalat tahajud berjamaah maka akan dikenakan sanksi berupa mengaji selama 15 menit bagi yang telat, dan 30 menit bagi yang tidak ikut melaksanakan shalat tahajud. Pelaksanan sanksi tersebut setelah selesai melaksanakan shalat malam.

11 Hamdi El-Natary, Shalat Tahajud Cara Rasulullah SAW, hal 22

(8)

3) Sarana dan prasarana yang memadai

Sarana dan prasarana juga menjadi salah satu faktor pendukung dan syarat yang harus dipenuhi pada setiap lembaga pendidikan atau pesantren sebagai tempat untuk ibadah. Sarana dan prasarana yang ada di Majelis Ta’lim Al-Iffah yakni terdiri dari gedung Siti Zuhriyah merupakan pusat kegiatan santri Majelis Ta’lim Al-Iffah, asrama pesantren, kamar mandi, kantin, dan jemuran.

4) Mengetahui manfaat dan keutamaannya

Mengetahui keutamaan dan manfaat sangat berpengaruh dalam faktor pendukung kegiatan shalat tahajud berjamaah yang ada di Majelis Ta’lim Al-Iffah Badean Bondowoso. Karena biasanya seseorang berani mencoba dan melakukan sesuatu apabila seseorang itu telat mengetahui manfaat dan keutamaan dari suatu pekerjaan itu. Karena dapat merangsang keinginan atau kemauan seseorang untuk dapat melakukan shalat tahajud.

b. Faktor Penghambat

Peningkatkan kedisiplinan santri melalui pembiasaan shalat tahajud berjamaah terdapat faktor penghambat yang dihadapi oleh pengurus Majelis Ta’lim Al-Iffah.

Pembentukan karakter disiplin santri pada dasarnya berawal dari suatu pembiasaan, di mana pembiasaan ini dapat menjadi faktor yang kuat dalam kehidupan seseorang.

Kondisi pembiasaan shalat tahajud berjamaah di Majelis Ta’lim Al-Iffah sudah berjalan dengan baik, namun ada beberapa hambatan pelaksanaan pembiasaan shalat tahajud berjamaah di Majelis Ta’lim Al-Iffah Badean Bondowoso sebagai berikut:

1) Kurangnya niat

Niat merupakan modal paling utama yang harus dimiliki oleh para santri untuk melaksanakan shalat tahajud karena memang benar tanpa niat yang sunggung-sungguh tidak akan bisa untuk melakukan pekerjaan tersebut. Tetapi jika diiringi dengan niat yang sungguh-sungguh pekeraan apapun akan terasa enak dan mudah untuk dilakukan, sekalipun pekerjaan itu sulit dan berat untuk dilakukan.

2) Tidur tidak teratur

Dalam hal ini kita tahu bahwa di pondok pesantren kegiatan santri di waktu malam hari setelah selesai kegiatan pasti begadang atau ngobrol bersama teman sampai larut malam. Karena kelarutan begadang tersebut sehingga pada waktu kegiatan santri untuk melaksanakan shalat tahajud akan susah untuk dibangunin.

Sehingga pada akhirnya banyak alasan-alasan yang dikeluarkan oleh santri seperti malas, ngantuk, atau kedinginan.

3) Rasa kantuk

Berbicara rasa kantuk ini memang benar-benar menjadi alasan pokok bagi santri Majelis Ta’lim Al-Iffah Badean Bondowoso yang sulit untuk melaksanakan shalat tahajud. Karena memang benar di waktu malam hari itu enak-enaknya tidur, apalagi orang yang sudah tidur nyenyak yang akan mempersulit untuk bangun malam.

(9)

Alasan rasa kantuk ini bukan hanya bagi santri Majelis Ta’lim Al-Iffah saja untuk menjadikan alasan untuk bangun malam, tetapi bagi semua orang, anak- anak santri lainpun rasa kantuk memang sulit di tinggalkan.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai Pembiasaan Shalat Tahajud Berjamaah Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santri Putri MT Al-Iffah Badean Bondowoso, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pembiasaan Shalat Tahajud Berjamaah Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santri Putri MT Al-Iffah Badean Bondowoso Tahun 2023.

a. Pelaksanaan shalat tahajud berjamaah

b. Kegiatan yang wajib dilaksanakan bukan hanya shalat tahajud tetapi, shalat sunnah lainnya juga diwajibkan seperti shalat dhuha, shalat hajat, istikhoroh, dan witir.

c. Shalat tahajud tidak hanya berlaku bagi santri saja melainkan pengurus lainnya juga diwajibkan berjamaah.

d. Santri dibangunin pukul 03.00 kemudian santri itu bangun untuk mengambil wudhu secara bergantian. Setelah itu langsung menuju ke musholla.

e. Shalat dilaksanakan pukul 03.15, sebelum itu 15 menit digunakan untuk membaca surah al- waqiah dan asmaul husna sembari menunggu santri yang lain siap.

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pembiasaan Shalat Tahajud Berjamaah Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santri Putri MT Al-Iffah Badean Bondowoso Tahun 2023.

1) Faktor pendukung:

a. Pengontrolan dari pengurus b. Adanya sanksi (ta’zir) c. Sarana dan prasarana

d. Mengetahui manfaat dan keutamaannya 2) Faktor penghambat:

a. Kurangnya niat b. Tidur tidak teratur c. Rasa kantuk

Daftar Rujukan

Al-Khuly, Hilmy, Shalat Itu Sungguh Menakjubkan Menyikap Rahasia Sehat Dan Bugar Di Balik Gerakan Shalat, Jakrta: Mirqat, 2007.

Amin, Samsul Munir, dan Haryanto Al-Afandi, Etika Beribadah Berdasarkan Al-Quran dan Sunnah, Jakarta: Amzah, 2011.

El-Natary, Hamdi, Shalat Tahajud Cara Rasulullah SAW, Cet. I: Jakarta Selatan: Wahyu Qolbu, 2015 Hasan, Idrus, Risalah Shalat Dilengkapi Dengan Dalil-Dalinya, Surabaya: Karya Utama, 2001.

Quran, Syaamil, Departemen Agama Aisyah Al-Quran dan Terjemahan untuk Wanita, Bogor: Wisma Haji, 2007.

Siddiq ,Umar, dan Moh, Mitahul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan, Ponorogo: CV, Nata Karya, 2019.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itulah, penulis melakukan penelitian tentang Pengaruh Pembiasaan Shalat Fardhu Lima Waktu Berjamaah dalam Mencegah Kenakalan Santri yang dalam hal

Penelitian skripsi yang berjudul “Implementasi Pembiasaan Shalat Awal Waktu Sebagai Metode Pembentuk Sikap Kedisiplinan Santri Pondok Pesantren Putra Al-Ishlah

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana penanaman pendidikan karakter melalui pembiasaan shalat berjamaah dan faktor penghambat dan pendukung dalam pembiasaan

Ketika telat mengerjakan shalat jamaah di mushola (shalat berjamaah sudah selesai ), apakah anda mencari teman untuk melaksanakan shalat jamaah

adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu tentang pendekatan. pembiasaan shalat berjama’ah dalam meningkatkan

Strategi pembiasaan shalat berjama‟ah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MI Hidayatul Mubtadi‟in Wates dan MIN Pandansari Ngunut Tulungagung ... Metode pembiasaan

membangunkannya pada jam 03:30 setiap hari dan rutin dan konseli pun berusaha bangun dari tidurnya untuk berwudlu’ dan kemudian melanjutkannya dengan shalat

Hasil penelitian ini adalah : 1 Penerapan Terapi Shalat Tahajud dalam Mengatasi Stres ringan yaitu pengasuh dan pengurus mencatat santri yang mengalami Stres kemudian diadakan