• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerolehan Bahasa Anak Usia 54 Bulan Melalui Perhitungan MLU dan Aspek Fonologi (Kajian Psikolinguistik)

N/A
N/A
Nanda Putri

Academic year: 2025

Membagikan "Pemerolehan Bahasa Anak Usia 54 Bulan Melalui Perhitungan MLU dan Aspek Fonologi (Kajian Psikolinguistik)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Volume xx, Issue x, 202x, pp. 1—11

Available online: https://e-journal.usd.ac.id/index.php/sintesis

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

Pemerolehan Bahasa Anak Usia 54 Bulan Melalui Perhitungan MLU dan Aspek Fonologi

(Kajian Psikolinguistik)

Nanda Putri Pratama1, Hendra Setiawan2

1.2 Universitas Singaperbangsa Karawang, Indonesia.

E-mail: [email protected] 1, [email protected] 2 Received: Month xx, 202x; Revised: Month xx, 202x; Accepted: Month xx, 202x

Abstrak: Anak-anak mengalami dua tahap penting dalam belajar bahasa, yaitu pemerolehan bahasa pertama dan pembelajaran bahasa kedua. Proses pemerolehan bahasa diperoleh saat mereka mulai belajar bahasa pertama mereka, sedangkan pembelajaran bahasa terjadi ketika mereka mempelajari bahasa kedua setelah menguasai bahasa pertama. Penelitian ini fokus pada kemampuan pemerolehan bahasa anak usia 54 bulan dari segi sintaksis dan fonologi, dengan menggunakan konsep MLU. Tujuannya adalah untuk menilai sejauh mana kemampuan anak tersebut dalam memahami bahasa. Penelitian dilakukan dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Brown, dengan metode kualitatif deskriptif melalui pendekatan studi kasus, dan subjek penelitian adalah anak bernama Kemal. Data dikumpulkan melalui percakapan yang direkam, kemudian ditranskripsikan, diamati, dan dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek memiliki kemampuan bahasa yang rendah, dengan nilai MLU yang diperoleh sebesar 2,35 berada ditahap IV MLU (2,25 – 25) pada usia 28 -30 bulan, sedangkan diusianya saat ini seharusnya sudah berada ditahap X MLU (45+) yaitu usia +47 bulan.

Selain itu, subjek juga masih mengalami kesulitan dalam pengucapan beberapa fonem, seperti kesulitan dalam mengucapkan fonem /r/ yang sering diubah menjadi /l/. Dari observasi lapangan, terlihat bahwa subjek masih mengalami kesulitan dalam berbicara yang terkadang terputus-putus.

Kata kunci: pemerolehan bahasa, ujaran, MLU, fonologi, psikolinguistik.

Abstract: Children experience two important stages in language learning, namely first language acquisition and second language learning. Language acquisition occurs when they start learning their first language, while language learning occurs when they learn a second language after mastering their first language. This study focuses on the language acquisition ability of 54-month-old children in terms of syntax and phonology, using the MLU concept. The aim is to assess the extent of the child's ability to understand language. The research was conducted using the theory proposed by Brown, with a descriptive qualitative method through a case study approach, and the research subject was a child named Kemal. Data was collected through recorded conversations, then transcribed, observed, and analyzed. The results showed that the subject had low language skills, with an MLU score obtained of 2.35 at stage IV MLU (2.25 - 25) at the age of 28-30 months, while at his current age he should have been at stage X MLU (45+), namely the age of +47 months. In addition, the subject also still has difficulty in pronouncing some phonemes, such as difficulty in pronouncing the phoneme /r/ which is often changed to /l/. From field observations, it can be seen that the subject still has difficulty in speaking which is sometimes disjointed.

Keywords: language acquisition, speech, MLU, phonology, psycholinguistics.

How to Cite: Author, A. A. A. & Author, A. A. A. (2023). Title of article title of article: Title of article title of article title of article. Sintesis, 17(2), 1-5. https://doi.org/10.24071/sin.v17i2.xxxx

(2)

Pendahuluan

Belajar bahasa adalah proses melibatkan pembentukan kebiasaan yang dipengaruhi oleh masukan positif dan negatif, di mana perilaku yang benar diperkuat positif dan kesalahan diperkuat negatif. Anak dianggap sebagai kanvas kosong saat mereka belajar bahasa, di mana mereka meniru serangkaian kebiasaan. Kesalahan dianggap sebagai gangguan terhadap kebiasaan yang ada dalam bahasa pertama anak yang tidak diinginkan.

Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi secara kompleks yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi, mengungkapkan ide, emosi, dan informasi. Setiap bahasa memiliki struktur dan aturan unik yang memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi secara efektif. Bahasa juga mencerminkan identitas budaya suatu komunitas dan dapat menjadi simbol kekayaan warisan budaya.

Dengan bahasa, manusia dapat mengekspresikan diri, mempelajari pemikiran orang lain, dan memperluas wawasan mereka tentang dunia. Keberagaman bahasa di seluruh dunia memperkaya pengalaman manusia dan memainkan peran penting dalam memperkuat hubungan antarindividu dan antarkelompok.

Bahasa diperoleh oleh manusia sejak masih dalam kandungan. Ketika lahir anak akan memperoleh bahasa pertamanya yang disebut sebagai bahasa ibu. Menurut Chaer (2009), pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa merujuk pada proses di mana otak seorang anak mengembangkan bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Anak-anak ketika mempelajari bahasa sebenarnya memiliki dua proses yang harus dilewati, yaitu pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa. Perbedaan dari keduanya cukup mendasar yaitu pemerolehan bahasa terjadi saat seseorang memperoleh bahasa pertamanya, sementara pembelajaran bahasa terjadi ketika seseorang mempelajari bahasa kedua setelah memperoleh bahasa pertamanya.

Penelitian ini mengulas tentang bagaimana bahasa diperoleh, yang termasuk dalam domain psikolinguistik. Chaer (2003: 5) menjelaskan bahwa Psikolinguistik berusaha memahami struktur bahasa, cara pembelajaran struktur tersebut, penggunaannya dalam berbicara, dan pemahaman saat membaca. Sejak bayi, anak belajar bahasa secara alami tanpa pelatihan khusus. Sebaliknya, pemerolehan bahasa kedua terjadi setelah seseorang menguasai bahasa pertama, kemudian mempelajari bahasa kedua secara formal. Walaupun usia serupa, perkembangan terhadap bahasa anak dapat berbeda antara anak satu dengan yang lain. Proses pemerolehan bahasa pada anak menarik karena kecepatannya bervariasi, terutama pada usia 2-3 tahun ketika mereka mulai memahami vokal dan konsonan. Tahap ini dianggap sebagai periode kritis yang sangat penting dalam pemerolehan bahasa.

(3)

Penelitian mengenai pemerolehan bahasa anak usia dini, Pramita (2019) menyoroti aspek fonologi, sintaksis, dan semantik. Fokus penelitian ini terutama akan difokuskan pada pemerolehan fonologi dan sintaksis. Pemerolehan fonologi menarik untuk diteliti karena bunyi dalam bahasa anak dipengaruhi secara genetik, yang pada gilirannya memengaruhi variasi dalam pemerolehan bahasa.

Penelitian sintaksis dalam pemerolehan bahasa anak dapat dieksplorasi melalui konsep Mean Length Of Utterance (MLU), yang digunakan untuk mengukur kompleksitas linguistik anak. MLU dihitung dengan membagi jumlah morfem dengan ujaran, dan semakin tinggi nilai MLU, semakin mahir anak dalam berbahasa. Konsep Mean Length Of Utterance (MLU) adalah teori yang diperkenalkan oleh Brown.

Dalam konteks penelitian ini, selain fokus pada riset yang akan dilakukan, terdapat juga penelitian terkait yang patut disorot. Sebagai contoh, penelitian yang berjudul “Analisis Pemerolehan Bahasa Berdasarkan MLU pada Anak Usia 1 Tahun 10 Bulan dalam Aspek Sintaksis dan Fonologi” yang dilakukan oleh Astuti dan Setiawan pada tahun 2023. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan pengukuran MLU, Zahra menunjukkan tingkat panjang ujaran sebesar 1,51, yang menempatkannya pada tahap II. Artinya, kemampuan pemerolehan bahasa Zahra tergolong tinggi mengingat usianya yang baru 1 tahun 10 bulan atau 22 bulan. Selain itu, Zahra sudah mampu menguasai beberapa jenis kata seperti nomina, verba, adjektiva, numeralia, dan pronomina. Dari segi fonologi, Zahra juga sudah mampu mengucapkan huruf vokal dengan baik dalam ujarannya.

Kedua, pada judul “Pemerolehan Bahasa dari Segi Fonologi, Sintaksis, dan Semantik Anak Usia 3;5 Tahun (Studi Kasus Pada Raja)”, penelitian ini ditulis oleh Pramita dkk pada tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Raja telah berhasil menguasai semua huruf vokal (a), (i), (u), (e), (o) dengan lancar. Selain itu, Raja juga mampu menyusun beberapa kata menjadi kalimat. Namun, dalam hal pemahaman makna kata, Raja masih mengalami kesulitan dalam mengaitkan makna yang benar dengan kata yang digunakan.

Dari kedua penelitan di atas, terdapat persamaan yang diperoleh dengan penelitian yang sedang dilakukan. Terdapat persamaan yaitu, menganalisis pemerolehan bahasa pada anak menggunkaan perhitungan MLU dan ada pula yang menggunakan aspek fonologi di dalamnya. Ada pun sedikit perbedaan yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu, tidak menggunakan analaisis berdasarkan aspek semantik. Meskipun sama-sama menganalisis pemerolehan bahasa pada anak, tetapi usia yang dianalisis oleh masing-masing penulis tentu berbeda.

Metode

Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif melalui pendekatan studi kasus. Tujuan dari pendekatan deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang fenomena yang sedang diteliti (Sugiyono, 2016:308). Berdasarkan hal tersebut menggunakan

(4)

metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, peneliti dapat menganalisis pemerolehan bahasa pada anak berdasarkan bidang fonologi dan sintaksis. Pendekatan ini memungkinkan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam sesuai dengan tujuan penelitian.

Penelitian ini menggunakan salah satu anak berusia 4 tahun 6 bulan (54 bulan) yang bernama Kemal sebagai objek penelitian. Peneliti menggunakan teknik simak libat cakap dengan merekam interaksi, mentranskripsikan data, serta menganalisisnya secara detail untuk mendapatkan hasil yang lebih mendalam. Peneliti juga tidak lupa untuk melakukan dokumentasi sebagai penguat penelitian.

Analisis data dilakukan dengan pendekatan deskriptif untuk menggali temuan dalam penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Setiap anak memiliki tingkat kemampuan berbahasa yang unik. Kemampuan memahami dan menggunakan Bahasa tentu akan berbeda-beda untuk setiap anak. Faktor lingkungan di sekitar anak biasanya memengaruhi proses pemerolehan bahasa mereka. Kemal merupakan anak berusia 4 tahun yang terbilang aktif di kesehariannya. Memiliki teman-teman yang sebaya dengannya membuat Kemal senang dan aktif berkomunikasi. Sehingga memudahkan peneliti untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan Kemal dalam memperoleh bahasanya.

Pada penelitian ini, pemerolehan bahasa pada Kemal anak berusia 4 tahun 6 bulan (54 bulan) terjadi perubahan bunyi yang dialaminya. Dengan demikian, peneliti akan membahasnya lebih lanjut pada pembahasan sebagai berikut.

Perhitungan MLU (Tataran Sintaksis)

Tabel 1 Transkip Data pada Subjek Penelitian

No. Ujaran Terjemahan ∑U ∑M

1. Yat / lyat lauk na Lihat / lihat ikannya 2 3

2. Mana matci? Mana mati? 1 2

3. Tu / tu yat tu Itu / itu lihat itu 2 4

4. Ketablak ntal teh Ketabrak nanti juga 1 3

5. I i itu kucing yang letcik paeh Itu kucing yang kecil mati 1 5

6. Itu kucing punya syapa? Itu kucing punya siapa? 1 4

7. Punya sapah? Punya siapa? 1 2

8. Iyah Iya 1 1

9. Lumahnya teh Sasa Rumahnya teh Sasa 1 3

10. Paeh ntal ge Mati nanti juga 1 3

11. Pat tahon Empat tahun 1 2

12. Sekalang kamu ga makan? Sekarang kamu gak makan?

1 4

(5)

13. Dua hali? Dua hari? 1 2

14. Tuh lyat goyang Itu lihat goyang 1 3

15. Nyakal yah? Nyakar ya? 1 2

16. Lyat / dapet si Putla Lihat / dapat si Putra 2 4

17. Yat Sal Lihat Sal 1 2

18. Belapah? Berapa? 1 1

19. Benel ya sekalang Benar ya sekarang 1 3

20. Apah? Apa? 1 1

21. Vin / kotol ga? Vin / kotor gak? 2 3

22. Cobelin ituh Cobain itu 1 2

23. Buluan Buruan 1 1

24. Punya aku sendili Punya aku sendiri 1 3

25. Ma mamah Sama Mama 1 2

26. Ada Kaka / Zahla / Sipa / Mamah / udah segitu doang

Ada Kakak / Zahra / Syifa / Mama / udah segitu aja

5 8

27. Keja Kerja 1 1

28. Vano Devano 1 1

29. Sama si lehan Sama si Rehan 1 3

30. Ndah Udah 1 1

31. Ema tadi pake / emang tadi tadi pake baju inih

Emang tadi pakai / emang tadi pakai baju ini

2 8

32. Iyah / ya Vin ya Iya / ya Vin ya 3 4

33. Ema tadi tadi au pake baju ini ya Emang tadi Aku pakai baju ini ya

1 7

34. Kotol / si Devin mah Kotor / si Devin mah 3 4

35. Ngaji Ngaji 1 1

36. Si Putla sekalang ga ngaji juga Si Putra sekarang gak ngaji juga

1 6

37. Ngaji / benel ngaji tadi Ngaji / bener tadi ngaji 2 4 38. Liat / e e aku liat di e di tanggul Lihat / aku lihat di tanggul 2 5

39. Di lumahnya juga Di rumahnya juga 1 3

40. Tadi aku ada syang-syang Tadi aku ada siang-siang 1 5 41. Ya Vin ya / syang tadi ada ya Ya Vin ya / siang tadi ada

ya

2 7

42. Ladaeun / bong ladaeun si Devin mah

Kepedesan / bohong kepedesan si Devin mah

3 6

43. Telek ya Serek ya 1 2

44. Kalo makan itu telek Kalau makan itu serek 1 4

(6)

45. Kalo makan kelupuk yang pedes telek

Kalau makan kerupuk yang pedas serek

1 6

46. Gacol dia ma / gacol Gacor dia mah / gacor 2 4

47. Ga tau aku juga Gak tahu aku juga 1 4

48. Si Putla melen Si Putra kali 1 3

49. Si Levi Si Revi 1 1

50. Kaka Naya Kakak Naya 1 2

51. Au dsyini ah Aku di sini 1 3

52. Icing ge Devin / Sia Diam Devin / Kamu 2 3

53. Mbama Monik Mama Monik 1 2

54. Iii belok jadinya Ih kotor jadinya 1 3

55. Walna melah Warna merah 1 2

56. Melah apah itu? Merah apa itu? 1 3

57. Itu melah sama apah? Itu merah sama apa? 1 4

58. Dicampul Dicampur 1 1

59. E e si Devin mah pacalnya si Monik

Si Devin mah pacarnya si Monik

1 6

60. Maneh / ih Kamu / ih 2 2

61. Kepo ih Kepo ih 1 2

62. Ga tau ku juga Gak tahu aku juga 1 4

63. Ituh / di jalan Itu / di jalan 2 3

64. Am amau nyeblang Mau nyebrang 1 2

65. Gage aya tuh Engga juga / ada itu 2 4

66. Mala? Mana? 1 1

67. Mbebek endalnya ya Bebek sendalnya ya 1 3

68. Ni bebek Ini bebek 1 2

69. Ada / boong ya Ada / bohong ya 2 3

70. Coba lyat Coba lihat 1 2

71. Di situh Di situ 1 2

72. Awas di situ ada jamblet setan siah / Devin

Awas di situ ada jambret setan / Devin

2 7

73. Timpug Lempar 1 1

74. Mbi Nesem Bibi Nesem 1 2

75. Mala difoto coba Kenapa difoto coba 1 3

Jumlah 100 235

(7)

Perhitungan Menggunakan Rumus MLU Ʃmorfem

MLU =

Ʃujaran 235 MLU =

100

MLU = 2,35

Brown dalam (Owens 2008) mengelompokkan perkembangan bahasa anak berdasarkan Mean Length Of Utterance (MLU) ke dalam sepuluh tahap yang berbeda, sebagai berikut:

Tabel 2 Tahap MLU

Berdasarkan hasil perhitungan Mean Length Of Utterance (MLU) di atas, panjang ujaran yang diperoleh Kemal 2,35 yang di mana belum memenuhi standar usianya. Jika dilihat berdasarkan teori Brown, Kemal berada ditahap IV MLU (2,25 – 2,5) yaitu usia 28 bulan s.d. 30 bulan. Sedangkan usia Kemal 4 tahun 6 bulan (54 bulan), yang seharusnya sudah berada ditahap X MLU (45+) yaitu usia +47 bulan. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa Kemal masih dianggap rendah, mengingat pada usianya sekarang seharusnya sudah mencapai tingkat X MLU (45+) sekitar 47 bulan.

Berdasarkan informasi dari tabel sebelumnya, subjek utama umumnya hanya mengeluarkan 1 atau 2 ujaran dan mampu menggunakan 1 atau 2 ujaran dengan panjang antara 3 hingga 8 morfem.

Selain itu, dari data bahasa yang tercantum, subjek masih memiliki kelemhan dalam pengucapan bunyi-bunyi bahasanya, terutama dalam hal fonem /r/ yang sering diganti dengan /l/. Selain itu, cara berbicara subjek tampaknya masih terbata-bata sehingga membuatnya sulit untuk berbicara dengan baik.

No. Tahapan

1. Tahap I MLU (1,0 – 1,5) pada usia 12 s.d 22 bulan 2. Tahap II MLU (1,5 – 2,0) pada usia 22 s.d. 28 bulan 3. Tahap II MLU (2,0 – 2,25) pada usia 27 s.d. 28 bulan 4. Tahap IV MLU (2,25 – 2,5) pada usia 28 s.d. 30 bulan 5. Tahap V MLU (2.5 – 2,75) pada usia 31 s.d. 32 bulan 6. Tahap VI MLU (2,75 – 3,0) pada usia 33 s.d. 34 bulan 7. Tahap VII MLU (3,0 – 3,5) pada usia 35 s.d. 39 bulan 8. Tahap VIII MLU (3,5 – 3,45) pada usia 38 s.d 40 bulan 9. Tahap IX MLU (3,5 – 3,45) pada usia 41 s.d. 46 bulan 10. Tahap X MLU (45+) pada usia >47 bulan

(8)

Gambar 1 Subjek Penelitian

Analisis Data Pemerolehan Bahasa (Tataran Fonologi)

Berdasarkan data yang diperoleh, jika dilihat dari tataran fonologi dapat dikemukakan bahwa bunyi bahasa yang dituturkan oleh subjek telah terjadi perubahan fonem. Dengan demikian, peneliti akan membahasnya lebih lanjut pada pembahasan sebagai berikut.

Tabel 3 Perubahan Fonem

No. Fonem Data Terjemahan Keterangan

1. /i/ Lyat Lihat Vokal

2. /r/ Ketablak Ketabrak Konsonan

3. /c/ Matci Mati Konsonan

4. /i/ Syapa Siapa Vokal

5. /r/ Lumah Rumah Konsonan

6. /r/ Sekalang Sekarang Konsonan

7. /r/ Hali Hari Konsonan

8. /r/ Nyakal Nyakar Konsonan

9. /r/ Putla Putra Konsonan

10. /r/ Belapa Berapa Konsonan

11. /r/ Benel Bener Konsonan

12. /r/ Kotol Kotor Konsonan

13. /r/ Buluan Buruan Konsonan

14. /r/ Sendili Sendiri Konsonan

15. /r/ Zahla Zahra Konsonan

16. /r/ Keja Kerja Konsonan

17. /r/ Lehan Rehan Konsonan

18. /u/ Ndah Udah Vokal

19. /i/ Syang Siang Vokal

20. /h/ Boong Bohong Konsonan

21. /r/ Kelupuk Kerupuk Konsonan

(9)

Subjek yang bernama Kemal memang terbilang aktif di kesehariannya, senang bermain dan mudah berbaur sehingga membuatnya aktif berbicara. Namun, tidak menutup kemungkinan pemerolehan bahasa akan Kemal baik. Berdasarkan data di atas, terlihat beberapa fonem yang telah berubah. Pada tabel tersebut perubahan fonem dominan pada bunyi /r/ yang berubah menjadi bunyi /l/. Contoh seperti pada kosakata berikut:

Kelupuk = Kerupuk Belapa = Berapa Benel = Bener Kotol = Kotor Hali = Hari Melah = Merah

Pada beberapa kasus, anak-anak mungkin mengalami perubahan dari pengucapan fonem /r/

menjadi fonem /l/, tetapi tidak selalu terjadi pada setiap kesempatan berbicara. Ketika anak berusia sekitar 4 tahun, kemampuan mereka dalam melafalkan fonem /r/ biasanya sudah semakin baik. Pada usia 4 tahun, anak sedang mengasah kemampuan berbicara mereka, dan faktor lingkungan sekitarnya juga dapat memengaruhi bagaimana mereka berbicara. Jika anak terbiasa mendengar pengucapan yang salah di sekitarnya, seperti mengubah /r/ menjadi /l/ secara disengaja, maka mereka mungkin akan terpengaruh oleh lingkungan tersebut.

Gambar 2 Subjek Penelitian

22. /r/ Walna Warna Konsonan

23. /r/ Melah Merah Konsonan

24. /r/ Campul Campur Konsonan

25. /r/ Pacal Pacar Konsonan

26. /r/ Nyeblang Nyebrang Konsonan

27. /r/ Jamblet Jambret Konsonan

(10)

Simpulan

Berdasarkan penelitian pada salah satu anak bernama Kemal yang berusia 4 tahun 6 bulan (54 bulan), dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasanya masih di bawah standar. Meskipun menurut teori Brown seharusnya pada usia 54 bulan sudah mencapai tahap X MLU (45+) atau sekitar +47 bulan, tetapi hasil perhitungan yaitu 2,35 menunjukkan bahwa Kemal masih berada pada tahap IV MLU (2,25 - 2,5) setara dengan usia 28 hingga 30 bulan. Maka dapat disimpulkan kembali bahwa pemerolehan bahasa Kemal masih dikatakan rendah, karena tahap yang diperoleh tidak sesuai dengan usianya. Selain itu, subjek masih memeiliki kekurangan dalam fonem bahasanya. Fonem-fonem bahasa yang diperoleh subjek belum sepenuhnya sempurna, subjek dominan tidak dapat mengucapkan fonem /r/ sehingga merubahnya menjadi fonem /l/. Namun, tidak hanya fonem /r/ saja, ada pula fonem yang memang tidak telalu jelas ketika subjek mengucapkannya seperti fonem /i/. Sesuai data yang didapat dilapangan, bahwa cara berbicara subjek masih terbata-bata.

Daftar Pustaka

Astuti, D., & Setiawan, H. (2023). Analisis Pemerolehan Bahasa Berdasarkan MLU pada Anak Usia 1 Tahun 10 Bulan dalam Aspek Sintaksis dan Fonologi. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 5(2), 880-885. https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/4815

Brown dalam Owens, J.E. (2008). Excerpt From Language Development: An Introduction.

Chaer (2009) dalam Arsanti, M. (2014). Pemerolehan bahasa pada anak (kajian psikolinguistik). Jurnal PBSI, 3(2). https://scholar.google.com/scholar

Chaer (2003: 5) dalam Rahayu, S. S., & Setiawan, H. (2022). ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA 3 TAHUN 1 BULAN (KAJIAN PSIKOLINGUISTIK). Lingua Rima: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 11(1), 109-119. https://jurnal.umt.ac.id/index.php/lgrm/article/view/5790

Pramita, C. (2019). Pemerolehan Bahasa Anak Usia 3; 5 Tahun (Studi Kasus Pada Raja). Jurnal Edukasi Khatulistiwa: Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(2), 8-12.

https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpbsi/article/view/34356

Pramita (2019) dalam Nugraheni, L., & Ahsin, M. N. (2021). Pemerolehan Bahasa pada Anak Usia Dini di Desa Hadiwarno Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 7(2), 375-381. https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio/article/view/1025

Sugiyono (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendeatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah urutan pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia dalam bahasa lisan anak usia 3-4 tahun.. Urutan pemerolehan kosa kata dasar

Dalam proses pemerolehan fonologi oleh si anak dapat dikemukakan bahwa produksi si anak adalah hasil aplikasi sistem fonologi murni yang dimiliki anak itu

Dari pemerolehan fonologi tutur di atas, dapat penulis sampaikan bahwa bahasa tutur anak dalam penelitian ini adalah bilingual infomal yang merupakan representasi dari bahasa di

Pemerolehan fonologi anak usia 1-3 tahun pada pasangan pernikahan Jawa Madura yaitu anak sudah mampu memperoleh bentuk fonologi yang muncul pada tataran vokal dan

terjadi perubahan bunyi pada suku kata kedua yakni bunyi getar apikoalveolar /r/ menjadi bunyi sampingan apikoalveolar /l/ serta terjadi penghilangan bunyi geseran bersuara

Pendapat yang hampir sama disampaikan Dardjowidjojo (2012: 225) yang mengatakan bahwa pemerolehan adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah urutan pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia dalam bahasa lisan anak usia 3-4 tahun.. Urutan pemerolehan kosa kata dasar

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa hal yaitu: 1 pemerolehan vokal anak usia 3 tahun 2 pemerolehan konsonan anak usia 3 tahun, dan 3 faktor yang mempengaruhi pemerolehan