Akibatnya, artikel-artikel ini tidak dapat dicitasi dan tidak dapat memberi kontribusi pada pengembangan keilmuan. Buku ini berisi artikel- artikel saya yang terbit di jurnal, baik jurnal nasional (Sinta dan terakriditasi) maupun internasional, juga book chapter.
Pengantar
Kebanyakan tugas akhir mahasiswa menempatkan ayat–ayat al–Qur’an untuk mendukung klaim kebenaran sains.6 Kedua, integrasi dengan cara mendekatkan sains kepada agama sehingga sains dapat membuktikan keilmiahan agama.7 Metode ijmali yang berkembang di Timur Tengah sesuai dengan kategori ini. Metode ini menggunakan cara kerja sains untuk mengkaji ayat–ayat al–Qur’an sehingga ajaran agama tampak saintifik.8 Ketiga, integrasi model Ismail Raji Faruqi (1921–.
Tinjauan Literatur
Integrasi Kuantum
Integrasi quantum didasarkan atas prinsip dasar dan dikonstuksi dari pemikiran filosofis yang ketat sehingga dapat menjadi model integrasi agama dan sains yang seimbang dan efektif. 28 Achmad Khudori Soleh, Integrasi Quantum Agama Dan Sains (Quantum Integration of Religion and Science), ed.
Relasi Agama–Sains
Penelitian McPhetres dan Nguyen menunjukkan bahwa pemahaman publik terhadap nilai agama memberi pengaruh pada penerimaan mereka terhadap sains.35 Sebaliknya, pemikiran public terhadap sains telah membentuk pilihan rasional masyarakat terhadap agama.36 Di Amerika, relasi agama dan sains telah memunculkan perbedaan pendapat dan kontroversi tentang peran agama di sekolah.37.
Metode
Untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut, studi ini melakukukan cross–check dengan mengkaji ulang data yang digunakan, membandingkan dengan data primer lainnya atau membandingkan dengan data sekunder yang membahas masalah ini.40. Hasil analisis kemudian dikaji lagi dengan menggunakan discourse analysis.41 Pada bagian ini, hasil yang ditampilkan dibandingkan dengan data lain dengan menggunakan metode komparasi, melacak akar sejarahnya dengan metode historis atau memprediksi konsekuensi logisnya dengan metode analisis interpretative.42 Berdasarkan hal kemudian diambil kesimpulan terpentingnya.
Hasil
Prinsip Dasar
Agama dan sains pada dasarnya sama–sama hasil interpretasi atas firman dan karya Tuhan sehingga keduanya berada pada posisi yang sederajat. Farabi salah satu tokoh besar dalam filsafat Islam, menyatakan bahwa ilmu agama tidak lebih tinggi dari filsafat.45 Nidhal Guessoum menyebut agama dan sains sebagai saudara sesusuan (bosom sisters) karena keduanya sama–sama merupakan hasil interpretasi atas wahyu dan realitas, yang wahyu dan realitas sendiri berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah.46.
Konstruksi Filosofis
Integrasi quantum menempatkan kitab suci dan realitas empiric sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam posisinya sebagai sumber pengetahuan berdasarkan pemahaman bahwa keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Tuhan. Berdasarkan kesatuan kitab suci dan semesta tersebut, integrasi quantum meniscayakan adanya kerelaan dan keterbukaan dari tokoh agama maupun saintis.
Struktur Integrasi Kuantum
Pembahasan
Prinsip kesatuan wahyu, rasio dan realitas dalam integrasi quantum ini selaras dengan pemikiran integrasi agama dan sains Abu Hasan al–Amiri (d. 992). Islām karya al–Amiri menyatakan bahwa al–Amiri melakukan integrasi agama dan sains berdasarkan empat prinsip.
Kesimpulan
Relasi Agama dan Filsafat
Al–Razi menyatakan bahwa akal adalah anugerah Tuhan yang luar biasa, yang dapat menentukan salah dan benar, baik dan buruk.16 (4) Mengintegrasikan gama dan filsafat seperti yang dilakukan mayoritas filosof muslim.17. 17 Musa, Bain Al–Dîn Wa Al–Falsafah Fî Ra’y Ibn Rushd Wa Falâsifah Al–’Asr Al–Wustâ.
Relasi Agama dan Sains
Model Ini belum termasuk beberapa model integrasi agama dan sains yang ada beberapa perguruan tinggi yang lain. Bagian ini menguraikan dua hal, yaitu (1) pemikiran integrasi agama dan filsafat Ibn Rushd, (2) keunggulan integrasi agama dan filsafat Ibn Rushd.
Pemikiran Integrasi
Ibn Rushd menyatakan bahwa meski sains dan filsafat dapat menjelaskan banyak hal tetapi keduanya tidak dapat menguraikan semuanya. Ibn Rushd menyatakan bahwa tiga bentuk pengetahuan tersebut berasal dari sumber yang sama dan satu, yaitu Allah Sang Maha Pencipta.
Penyatuan Sumber
Keunggulan Integrasi
Karena itu, Ibn Rushd 37 Ibn Rushd, “Al–Kashf an Manahij Al–Adilah Fi Aqaid Al–Millah.”. 38 Ibn Rushd, “Faşl Al–Maqāl Wa Taqrĩr Mā Bain Al–Sharĩ’ah Wa Al–Hikmah Min Al–Ittişāl.”.
Posisi rasio dalam Sharia
Pertama, berdasarkan keyakinan bahwa ayat al–Qur’an dapat dipahami oleh masyarakat, sesuai tingkat nalar dan metodenya. 47 Ibn Rushd, “Faşl Al–Maqāl Wa Taqrĩr Mā Bain Al–Sharĩ’ah Wa Al–Hikmah Min Al–Ittişāl.”.
Sikap Syariah terhadap Sains
Riwayat Hidup
Tidak lama kemudian, tahun 1169 M, Ibn Rusyd diangkat sebagai hakim di Seville, suatu kota yang kemudian menjadi ibu kota Andalus. Karena itu, Ibn Rusyd tidak belajar pada Ibn Tufail dan kita tidak mendapati data tentang gurunya.
Kontribusi Ibn Rusyd dalam Keilmuan
Antara lain, Talkhîsh Kitâb al–Thabî’î lî Aristhûthâlîs (Uraian Fisika Aristotelels), Syarh Kitâb al–Samâ’. Majasthî (Uraian Almagest Porphiry) dan Talkhîsh Kitâb al–Qawiy al–Thabî’î lî Jâlînûs (Uraian tentang Potensi Alamiah Galen).26.
Wahyu dan Realitas Sebagai Sumber Pengetahuan
Dengan demikian, sumber pengetahuan dalam perspektif Ibn Rusyd terdiri atas dua macam: realitas–realitas wujud dan wahyu. Namun, berbeda dengan rasionalitas sains dan filsafat yang didasarkan atas prinsip–prinsip kausalitas alam, rasionalitas ilmu–ilmu keagamaan didasarkan atas maksud dan tujuan sang legislator (maqâshid al–syar’î), yaitu untuk mendorong kepada kebenaran dan kebajikan.
Wahyu Memerintahkan Rasionalitas
Dalam kitab ini, Ibn Rusyd secara jelas dan tegas menyatakan bahwa penalaran rasional tidak mungkin bertentangan dengan wahyu. Menurutnya, penalaran rasional yang dilakukan secara sungguh–sungguh dan mendalam tidak mungkin menghasilkan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran wahyu.
Metode Ilmiah dapat Digunakan Dalam Ilmu Agama
Karena itu, makna–makna takwil tidak layak disampaikan kepada masyarakat awam atau ditulis dalam kitab–kitab retorik maupun dialektik. Meski demikian, hal itu bukan berarti Ibn Rusyd lebih mengedepankan makna takwil dari pada makna zhahir teks.
Penutup
Sulaiman Dunya, Mesir: Dar al–Maarif, tt ______, “Fashl al–Maqâl” dalam Falsafah Ibn Rusyd, Beirut, Dar al–Afaq,. Al–Mâdiyyah wa al–Mitsâliyyah fî Falsafah Ibn Rusyd, Mesir: Dar al–Ma’arif, tt.
Pendahuluan
Claremont, USA, misalnya, menyatakan bahwa itu adalah buku terbaik tentang Islam dan sains yang pernah ada, yang mencoba mengharmonikan iman dan nalar dengan visi filsafat dan teologi islam yang integratif. Sementara itu, Denis Alexander (l. 1945 M) Direktur Institut Agama dan Sains di Universitas Oxford, menyatakan bahwa karya Nidhal tersebut adalah buku yang sangat penting bagi siapapun yang ingin memahami hubungan Islam dan sains, dalam perspektif historis dan kontemporer (Guessoum, 2011: iii).
Pendidikan dan Aktivitas
Selesai post–doctoral, Nidhal pulang ke Aljazair dan menjadi dosen di Universitas Blida, Aljazair, tahun 1990–1994. Pada Desember 2011, Nidhal pernah datang ke Indonesia atas undangan program CRCS Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, untuk menyampaikan makalah tentang integrasi Islam dan sains.
Semangat Ibn Rusyd
Berdasarkan hal itu, tahun 1277 M, karya–karya filsafat Ibn Rusyd dibakar di gerbang Universitas Sorbone, Paris. Ketiga, upaya luar biasa dari Ibn Rusyd untuk mempertemukan agama dan filsafat, wahyu dan rasio.
Kritik Nidhal Goessoum Pada Pola Islamisasi
- Model I’jazi al–Ilm
- Integrasi Model al–Faruqi
- Model Ijmali Sardar
Ada beberapa catatan dan kritik yang berikan Nidhal kepada proyek islamisasi sains al–Faruqi di atas. Berdasarkan hal tersebut, Nidhal menilai bahwa integrasi ilmu al–Faruqi mengandung kelemahan mendasar sehingga tidak mudah direalisasikan.
Pendekatan Kuantum Nidhal Goessoum
- Prinsip Tidak Bertentangan
- Penafsiran Berlapis
- Falsifikatif Teistik
Tiga tingkat berpikir tersebut harus mendapat porsi penalaran yang sesuai, dan al–Qur’an berbicara sesuai dengan tingkat penalaran masing–. Akan tetapi, al–Qur’an tetap tidak meninggalkan bagian untuk kalangan yang berpikir rasional filosofis.
Simpulan
- Empirisme dan Rationalisme
- Bayan, Burhan dan Irfan
- Kebenaran Ontologi dan Epistemologi
- Sumber dan Sarana Kebenaran
- Kritik pada Pencari Kebenaran
Al–Ghazali menggambarkan kaum sufi sebagai golongan yang mempunyai visi spiritual (mushâhadah) dan pencerahan (mukâshafah).
Biografi Singkat
Teori ini digunakan untuk menganalisis pemikiran epistemologi Ibn Rusyd dan upayanya untuk mempertemukan antara teks dan realitas. Menurut Ibn Abi Usaibiah,14 Ibn Rusyd sangat mumpuni dalam bidang hukum dan menjadi satu–satunya pakar dalam soal khilafiyah di zamannya.
Realitas & Wahyu Sebagai Sumber
Bagaimana menentukan prinsip yang paling tepat untuk kehidupan manusia di antara prinsip–prinsip yang banyak dan beragam yang ditemukan dari analisa realitas–realitas wujud. Dua bentuk sumber ini masing–masing melahirkan disiplin ilmu yang berbeda; realitas wujud melahirkan ilmu dan filsafat sedang wahyu memunculkan ilmu–ilmu keagamaan (‘ulûm al–syar’iyyah).
Sarana Indera, Rasio dan Intelek
Menurutnya, manusia terdiri atas tiga unsur: badan (al–jism), jiwa (al–nafs), dan intelek (al–‘aql). Unsur–unsur ini sesuai dengan bentuk–bentuk objek pengetahu an yang terdiri atas bentuk material (al–hayulani) dan non–material (ghayr al– . hayulani).
Metode Tasawur dan Tashdiq
- Mempertemukan Agama dan Sains
- Melahirkan Kebenaran Ganda (double truth)
- Realitas Sebagai Dasar Penalaran
- Mendewakan Rasio
- Bekerja dengan Otak Kiri
- Mengecilkan Potensi Manusia
Premis ini, menurut Ibn Rusyd, sama posisi dan derajatnya dengan opini–opini yang secara umum diterima (al–masyhûrât). Konsep Ibn Rusyd tentang dua sumber pengetahuan, realitas dan wahyu, yang dipahami sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dapat 45 Ibn Rusyd, Talkhîs Kitâb al–Jidal, ed.
Kesimpulan
Machasin, Qadli Abd Jabbar Mutasyabih al–Qur’an: Dalil Rasional al–Qur’an (Yogyakartakarta: LKiS, 2000). Uwaidah, Kamil, Ibn Rusyd al–Andalusi Failusûf al–Arabî wa al–Muslimîn, (Beirut, Dar al–Kutub, 1991).
Pengertian Hermeneutika
Tiga Model Hermeneutika
- Analisa linguistik. Meski diakui bahwa analisa bahasa bukan merupakan analisa yang baik, tetapi ia merupakan alat sederhana yang akan membawa
- Generalisasi makna–makna yang dihasilkan dengan situasi luar, situasi kekinian yang di luar situasi saat maupun contoh situasi di mana
Nur Ikhwan, “Al–Qur’an Sebagai Teks Hermeneutika Abu Zaid” dalam Abd Mustaqim (ed), Studi Al–Qur’an Kontemporer, (Yogyakarta,Tiara Wacana. Namun, jika diterapkan pada teks al–Qur’an sendiri, berarti juga bahwa teks–teks madaniyah lebih sempurna atau menyempurnakan teks–.
Tafsir dan Hermeneutika
Yaitu, bahwa keduanya sama–sama berusaha untuk memahami al–Qur’an sebagaimana yang dimaksudkan Tuhan atau memahami teks sebagaimana yang dimaksudkan si pengarang. Berdasarkan atas kenyataan tersebut, maka metode tafsir bi al–ra’y berarti tidak berbeda dengan hermenutika subjektif.
Plus Minus
Selain itu, apa yang dimaksud sebagai konteks masa kini dan pemahaman atas maqâshid al–syarî’ah, sesungguhnya, juga sangat. Hermeneutika model ini belum ada padanannya dalam ilmu tafsir, meski umat Islam senantiasa menyatakan bahwa Islam, al–Qur’an dan ajarannya diturunkan sebagai pembebas manusia.
Penutup
Tidak banyak ahli tafsir di abad kedua puluh yang menawarkan metode baru untuk menafsirkan Al–Qur'an. Karena itu, pertama–tama tulisan ini akan menguraikan kritik Bint al–Shaṭi’ terhadap kelemahan tafsir klasik.
Artikel Review dan Metode
Menurut mereka, metode tafsir Bint al–Shaṭi’ adalah pengembangan dari metode tafsir Amin al–Khuli. Kelima, artikel Maizul Imran dan Ismail yang menulis tentang prinsip taraduf (sinonimitas) dalam metode tafsir Bint al–Shaṭi’.
Kritik Terhadap Tafsir Klasik
18 Sahiron Syamsuddin, “An Examination of Bint Al–Shati”s Method of Interpreting the Qur’an” (McGill University, 1998). Sebab, kenyataannya, inilah satu–satunya cara yang paling memadai untuk memahami makna al–Qur’an.
Proteksi dari Pengaruh Luar
Sebab, tujuan dari bayan al–Qur’an adalah untuk pemenuhan segala tuntutan situasi yang berkaitan dengan tujuan. Qur’an dengan sains sama artinya dengan menempatkan kebenaran al–Qur’an pada kondisi relative dan tidak abadi.
Kualifikasi Mufasir
Menurut Quraish Shihab (b. 1944), al–Qur’an lebih merupakan ajaran dan dorongan moral untuk melakukan penelitian dan melahirkan temuan–temuan baru dalam sains, tetapi al–Qur’an bukan ajaran tentang sains.42. Karena itu, atas nama kemodernan dan masyarakat yang sangat menghormati spesialisasi keilmuan, Bint al–Shaṭi’ menolak keras keabsahan tafsir al–Qur’an yang disampaikan dan dipublikasikan oleh orang yang tidak mempunyai kualifikasi dalam bidang ini.46.
Perbandingan Dengan Tokoh Lain
- Kesimpulan
Secara kronologis, rumusan metode tematik Bint al–Shati ini lebih dahulu dibanding 54 Shihab, Membumikan Al–Qur’an. Modern Qur’anic Exegesis: A Study of Bint Al–Shati’s Method.” The Muslim World LXIV, no.
Lemah Metodologi
Mizan al–Kubra menyatakan, tidak akan sempurna ibadah seorang mulim jika hanya mengikuti satu madzhab saja. Pembekalan santri tentang kemampuan untuk menjawab tantangan–tantangan semacam itu dan mendudukkannya secara benar tidak mungkin bisa dilakukan secara baik tanpa pengetahuan yang memadai tentang ulum al–hadits.
Tidak Dari Sumber Primer
- Definisi, Faktor, dan Pengaruh
- Perspektif Muslim
- Sumber Rujukan
Ada tiga alasan kenapa tema kebahagiaan, khususnya konsep kebahagiaan al–Ghazali dalam buku Kimia Kebahagiaan penting untuk diteliti. Objek penelitian ini adalah konsep kebahagiaan al–Ghazali dalam Chemistry of Happiness (Kimya al–Sa’adah).
Sumber Rujukan al–Ghazali
Prinsip dan Aspek Kebahagiaan
Al–Ghazali menegaskan bahwa seseorang harus melakukan aktivitas tertentu untuk meraih kebahagiaan, yaitu mujāhadah dan mencari guru spiritual (murshid). Al–Ghazali menyatakan bahwa hati adalah bagian dari alam titah yang dimaksukkan Allah ke dalam diri manusia.44 Hati adalah satu–satunya potensi jiwa yang dapat menyaksikan kebesaran Allah (mushāhadah) sebagai sumber kebahagiaan.
Aspek Kebahagiaan
Metode Meraih Kebahagaiaan
Al–Ghazali menyatakan bahwa sifat malaikat adalah jati diri manusia, bukan sifat binatang apalagi syetan. Al–Ghazali menegaskan bahwa untuk meraih kebahagiaan, seseorang harus mengenal sifat dan karakter dalam dirinya sendiri.49 Rasulullah menyatakan, siapa yang mengenal dirinya akan mengenal Tuhannya (HR. Yahya ibn Muadz).
Karakter dan Potensi Diri