• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penafsiran Jihad dan Radikalisme Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penafsiran Jihad dan Radikalisme Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

Eksistensi idealisme akademik pada civitas akademika Fakultas Ushuluddin dan Ilmu Agama UIN Mataram, khususnya para dosen, nampaknya mulai terlihat melalui karya-karya tulisnya. Kiranya, kehadiran buku-buku tersebut harus diakui sebagai sebuah langkah maju dalam kancah akademik Fakultas Ushuluddin dan Ilmu Keagamaan UIN Mataram.

  • Identifikasi Masalah
  • Rumusan Masalah
  • Batasan Masalah
  • Kajian Pustaka (Riset Sebelumnya)
  • Metode Penelitian

Untuk memahami lebih dalam konsep jihad, radikalisme dan terorisme global dalam Al-Qur'an. Mengingat data penelitian ini merupakan ayat-ayat Al-Qur’an, maka pendekatan yang dipilih adalah pendekatan tafsir.

Pengertian Jihad

Perang suci melawan kekafiran untuk membela agama Islam. Sedangkan menurut syara' (terminologi), jihad adalah penggunaan kemampuan seseorang untuk membela dan mengalahkan musuh untuk menyebarkan dan membela Islam. 6 Yusuf Qardhawi membagi jihad menjadi tiga tingkatan. Secara historis dapat dipahami bahwa perintah jihad pada masa Makkah tidak memuat ayat-ayat Al-Qur'an yang mengarahkan perang, melainkan jihad berupa pengendalian diri, dakwah dan kesabaran terhadap tantangan orang-orang kafir Quraisy. .

Latar Belakang Jihad

Pengertian Radikalisme

Seperti yang dinukilkan oleh Zulfi Mubarraq, Imam Syafi'i dalam kitabnya al-Umm adalah orang pertama yang merumuskan doktrin Jihad menentang orang kafir kerana kekufuran mereka. Dalam dakwah terselindung ini juga Abu Bakar berjaya mengislamkan beberapa orang sahabat karibnya seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash dan Talhah bin Zubair.Dan ramai lagi sahabat yang lain. yang mereka masuk Islam.16 .

Munculnya Gerakan Radikalisme Dalam Islam

Mengenai ideologi Islam, Sayyid Qutb mengatakan bahwa pokok pemikiran Islam radikal didasarkan pada konsep Hakimiyyah Allah, yaitu pengakuan kekuasaan Tuhan dan syariat-Nya hanya di muka bumi dan ketundukan manusia hanya kepada-Nya. Landasan pendapat tersebut berupa kalimat tauhid yang artinya tidak ada tuhan selain Allah dan tidak ada kekuasaan dan syariat kecuali syariat dan kekuasaan Allah. Kaum radikal melabeli orang yang tidak tunduk pada kedaulatan dan sistem Allah (Syariah Allah) sebagai orang musyrik jahiliyyah.

Sebab, mereka menyekutukan Tuhan dengan mengakui kekuasaan selain Dia dan menggunakan sistem selain sistem-Nya.28 Gagasan tentang kemutlakan kekuasaan Tuhan dan syariat-Nya tentu saja tidak mengenal demokrasi. Pendapat mereka merupakan pendapat yang benar dan wajib ditaati karena sesuai dengan “syariat” Allah, sedangkan pendapat yang lain salah. Kedua, banyak umat Islam yang ingin masyarakatnya dijalankan sesuai dengan hukum Islam (Syariat).32.

Mereka menilai Barat telah melakukan dosa besar karena telah menindas Islam dengan menjajah seluruh wilayah negara-negara Islam dan mentransmisikan/menghilangkan budaya yang menyimpang dari syariat Islam, termasuk modernisasi, sekularisasi, dan kapitalisasi.

Riwayat Kelahiran Muhammad Quraish Shihab

Ayahnya, Abdurrahman Shihab, guru besar tafsir IAIN Alauddin Ujung Pandang, kerap mengajak Muhammad Quraish Shihab dan saudara-saudaranya yang lain untuk ngobrol dan sesekali memberikan nasihat agama. Dari sinilah nampaknya benih cinta dalam diri Muhammad Quraish Shihab mulai tumbuh menuju kajian Al-Quran. Ia kemudian mempelajari kajian Al-Qur'an dan tafsirnya di Universitas Al-Azhar Kairo, setelah menyelesaikan pendidikan dasar (SD-SLTP) di Ujung Pandang.

Pada tahun 1956, saat masih duduk di bangku kelas dua SMP, Muhammad Quraish Shihab berangkat ke Malang, Jawa Timur. Pada tahun 1982, dengan disertasi berjudul Nadzm Al-Durar Li Al-Biqa'iy, Tahqiq wa Dirasah, ia berhasil memperoleh gelar doktor Ilmu Al-Qur'an dengan ijazah Summa Cum Laude disertai penghargaan 'n tingkat I (mumtaz ma martabat al-syraf al-„ula). Ia menjadi orang pertama di Asia Tenggara yang memperoleh gelar doktor ilmu Al-Quran dari Universitas Al-Azhar.

Pertama, kedudukan orang tuanya yang turut serta pada masa awal hidupnya, sehingga rasa cinta anak terhadap pelajaran Al-Qur’an semakin bertambah.

Intelektualitas dan Karir Muhammad Quraish Shihab

Sekembalinya ke Indonesia setelah memperoleh gelar doktor yaitu pada tahun 1984, Muhammad Quraish Shihab ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Antara lain Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat (sejak 1984); Anggota Lajnah Pentashihan al-Qur'an Departemen Agama (sejak 1984); Anggota Dewan Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989), dan ketua Lembaga Pembangunan. Beliau juga sangat terlibat dalam berbagai organisasi profesi; antara lain: Pengelola Kumpulan Ilmu-Ilmu Syariah: Pengurus Konsorsium Ilmu-Ilmu Agama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; dan Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Indonesia (ICMI).7.

Selain itu, Muhammad Quraish Shihab diketahui dekat dengan kepemimpinan pada masa Orde Baru. Setelah Golkar menang, Muhammad Quraish Shihab tercatat dalam struktur Kementerian Kabinet Pembangunan VII sebagai Menteri Agama Republik Indonesia, sehingga ia merangkap jabatan dan juga menjabat Rektor IAIN Jakarta. Dalam konteks nasional, nama Muhammad Quraish Shihab nampaknya tersapu bersih oleh keluarga Cendana sehingga mendapat sorotan negatif di mata masyarakat Indonesia pada umumnya.

Kemudian pada tahun 1999 berkat kebijakan pemerintahan Habibi, Muhammad Quraish Shihab diberi jabatan baru sebagai Duta Besar Indonesia untuk Mesir dan saat ini Muhammad Quraish Shihab menjadi Imam Besar Masjid Al-Thin di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Karya-Karya Muhammad Quraish Shihab

Wawasan Al-Qur'an, Tafsir Maudhu'i Berbagai Persoalan Masyarakat Buku ini awalnya merupakan makalah yang disampaikan oleh Muhammad Quraish Shihab dalam acara "Kajian Istiqlal untuk Pengurus" di Masjid Istiqlal Jakarta. Buku ini merupakan kumpulan ceramah yang disampaikan oleh Muhammad Quraish Shihab pada acara tahlilan yang diadakan di kediaman Presiden Soeharta Dalam. Kitab ini terbit setelah kitab Wawasan al-Qur'an, namun sebenarnya sebagian isinya telah ditulis oleh Muhammad Quraish Shihab jauh sebelum Wawasan al-Qur'an.

Buku ini membahas tentang ijtihad fardhi Muhammad Quraish Shihab dalam arti membahas tafsir Al-Qur'an dari berbagai aspek. Buku ini membahas tentang ijtihad fardhi Muhammad Quraish Shihab dalam bidang ibadah khususnya mahdhah yaitu shalat, puasa, zakat dan haji. Dalam lomba ini, Muhammad Quraish Shihab mencoba menjelaskan keutamaan al-Manar yang sangat mengedepankan sifat rasionalitas dalam penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an.

10 Muhammad Quraish Shihab v, Kajian Kritis Kekhasan dan Kelemahan Tafsif al-Manar (Ujung Pandang: IAIN Alauidin, 1984), hal.

Metode Penafsiran Muhammad Quraish Shihab

Ia dapat memperjelas fungsi Al-Qur'an sebagai kitab suci dan membuktikan keistimewaan Al-Qur'an. Keempat, metode ini memungkinkan seseorang untuk menolak anggapan adanya ayat-ayat yang bertentangan dalam Al-Qur'an dan juga dapat dijadikan bukti bahwa ayat-ayat Al-Qur'an sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Corak Penafsiran Muhammad Quraish Shihab

Justeru ayat-ayat al-Quran sentiasa terbuka kepada tafsiran baharu, tidak pernah pasti dan tertutup dalam satu tafsiran." Al-Qur'an al-Karim mengecam dalam sekian banyak ayat mereka yang tidak mempedulikan kandungannya. Setiap ahli tafsir. mempunyai kaedah tersendiri dalam mentafsir ayat-ayat al-Quran yang berbeza dengan ahli tafsir yang lain.

Kemudian menjelaskan makna Al-Qur'an dengan bahasa yang indah dan menarik. Menurut Al-Farmawi, metode tafsir Maudhu'i adalah metode yang membahas ayat-ayat Al-Qur'an menurut topik atau judul yang telah ditentukan. 13 Said Agil Husein al-Munawar, Al-Qur'an Membangun Tradisi Shalehan Sejati (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal.71.

Bentuk kedua ini mengumpulkan pesan-pesan Al-Qur'an yang tidak terdapat dalam satu surah saja.

Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Jihad

Munculnya ketidakadilan global dan tindakan sewenang-wenang negara-negara kuat secara politik, militer, dan ekonomi terhadap umat Islam menjadi pemicu utama munculnya tindakan kekerasan. Dalam ajaran Islam, seluruh umat Islam adalah saudara dimanapun berada, baik di negara satu atau negara lain. Realitas ini terlihat ketika umat Islam ditindas oleh Israel Yahudi, seperti yang terjadi di Palestina, atau umat Islam ditindas di Irak dan Afganistan oleh Amerika dan sekutu Kristennya.

Kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada kepentingan umat Islam juga menjadi sumber radikalisme dan terorisme. Terlebih lagi karena rezim Orde Baru memberikan tekanan politik yang besar terhadap posisi umat Islam, yang sangat merugikan secara ekonomi, politik, sosial dan budaya. Akibat sikap pemerintah yang represif, ada sebagian kelompok umat Islam yang berusaha mengganti asas Pancasila.

Umat ​​Islam yang tersekularisasi terpaksa hidup dalam tatanan ekonomi kapitalis, politik oportunistik, dan pendidikan.

Solusi Alternatif Pencegahan Paham Radikalisme

Dialog dalam forum untuk duduk bersama dan mendengarkan aspirasi, keinginan dan alasan mereka melakukan tindakan radikalisme dan terorisme sehingga dapat ditemukan solusi dan solusi untuk mengatasi tindakan tersebut. Melalui dialog diharapkan dapat terjalin kedekatan dan keakraban sehingga semua pihak dapat berbicara dari hati ke hati untuk mencari solusi terbaik dalam menghadapi aksi radikalisme dan terorisme. Sosialisasi ini dapat berupa forum dialog, diskusi, seminar atau workshop tentang bahaya radikalisme dan terorisme seperti yang dilaksanakan oleh Pimpinan Pusat Persatuan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (PP IPNU) bekerja sama dengan Interfaith Cooperation Forum (ICF), Pusat Kajian Pesantren, Indonesia Conference on Religion and Peace (ICRP), Urbanista Organization, YMCA Metro Jakarta, dan Initiatives of Change (IoC) menyelenggarakan Youth Workshop di Kota Bogor pada bulan Desember 2009.

Tujuan dari lokakarya ini adalah untuk melawan radikalisme, ekstremisme, dan terorisme yang sedang meningkat belakangan ini. Sosialisasi juga dapat dilakukan dengan menyebarkan daftar pelaku teroris dan brosur tentang bahaya radikalisme dan terorisme. Para tokoh agama dan masyarakat diharapkan dapat memberikan penjelasan dan pemahaman yang benar di berbagai forum mengenai makna jihad yang sebenarnya agar tidak disalahartikan dalam tindakan radikalisme dan terorisme, sebagaimana yang sering terjadi akibat salah tafsir terhadap makna jihad yang sebenarnya. , terutama di kalangan generasi muda yang lemah dan memiliki pemahaman agama yang dangkal.

Kelima, menjalin kerja sama dan koordinasi Untuk memberantas radikalisme dan terorisme, harus ada kerja sama yang erat antara kepolisian, TNI, dan seluruh masyarakat.

Saran

Jihad merupakan upaya mengangkat harkat dan martabat manusia, karena manusia mempunyai hak-hak yang harus dihormati. Yang pertama adalah hak asasi manusia yang tertinggi, hak untuk hidup, dan kemudian jihad atau memperjuangkan nilai-nilai kehidupan manusia. Nilai-nilai yang sangat perlu diperjuangkan dalam situasi bangsa Indonesia saat ini adalah nilai-nilai keadilan, keadilan, perdamaian dan kesejahteraan. Untuk mendukung implementasi nilai-nilai tersebut diperlukan perjuangan (jihad) untuk melembagakan nilai-nilai tersebut, dengan mengembangkan kelompok-kelompok strategis, yaitu dengan menciptakan jaringan, yang berujung pada terciptanya ‘ta’awun’ (gotong royong), dan berujung pada ukhuwwah Islamiyah. . (Persaudaraan Islam).

Azra, Azumardi, Gejolak Politik Islam: Dari Fundamentalis, Modernis hingga Postmodernis, Jakarta: Paramadina, 1996 Budhy Munawar-Rahman. Binder, Leonard, Islam Liberal: Kritik terhadap Idiologi Pembangunan, terjemahan: Iram Mutaqin, Yogyakarta: Pustaka Mahasiswa. Black, Antony, Pemikiran Politik Islam Zaman Nabi hingga Sekarang, diterjemahkan: Abdullah Ali dan Mariana Arisetyawati, Jakarta: Serambi, 2006.

The Diverse Voices of Political Islam in Post-Suharto Indonesia”, Islam and Christian-Muslim Relations.

Referensi

Dokumen terkait

Quraish Shihab sama-sama menyebutkan Yahudi dan Nasrani kedalam cakupan makna Ahl al-Kitab , kedua tokoh juga sama-sama menekankan akan pentingnya prinsip toleransi

Hasil penelitian menemukan bahwa yang dimaksud nafs dalam al-Qur’an menurut Quraish Shiha>b, mempunyai aneka makna, namun secara umum dapat dikatakan bahwa nafs dalam

Quraisy Shihab di atas dapat diringkas bahwa tidak boleh ada pemetaan antara guru laki-laki dan perempuan dalam dunia pendidikan, guru (baik laki-laki dan perempuan) harus

Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misba>h yaitu gabungan dari beberapa metode, seperti tahlili karena ia menafsirkan berdasarkan urutan ayat yang ada pada al-Qur’an,

"Etika Terapan dalam Menuntut Ilmu Perspektif Syeikh Az-Zarnuji", Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan,

Penelitian ini menemukan: (1) makna jihad yaitu mencurahkan segala kemampuan/menanggung pengorbanan dan bersungguh-sungguh, kedua makna tersebut mencangkup: a) objek

La lu, berkata lagi: Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah menjampi, dan mereka tidak pernah meminta di ruqyah, dan mereka tidak pernah percaya tahayymr

Terbukti bahwa selama ini al-Qur’an telah dikaji dengan beragam metode dan diajarkan dengan beragam cara.1 Beragamnya metode yang digunakan dalam memahami al-Qur’an telah menggelitik