PENDAHULUAN
Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pandangan Quraish Shihab mengenai status hukum poligami dalam penafsiran El-Misbah.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian Yang Relevan
Metode tafsir muqoron adalah penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an dengan mengacu pada penafsiran para mufassir. 20 M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Harmoni Al-Qur'an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol.
Metode Penelitian
Sistematika Penulisan
Biografi M. Quraish Shihab
Quraish Shihab sendiri mengaku dorongan memperdalam kajian Al-Qur'an, khususnya tafsirnya, datang dari sang ayah. Dan pada tahun 1982 memperoleh gelar doktor dalam bidang ilmu Al-Quran dengan predikat summa cum laude.9.
Metode Penafsiran Tafsir Al-Misbah
Tafsir dengan metode Maudhu'i merupakan metode pertama yang berangkat dari asumsi bahwa setiap huruf dalam Al-Qur'an mempunyai kesatuan yang utuh. Metode ini merupakan metode tafsir yang menafsirkan Al-Qur’an secara tematik dengan cara membahas ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan tema dan judul yang telah ditentukan.
Corak Tafsir AL-Misbah
Artinya: Dan jika kamu khawatir bahwa kamu tidak dapat berbuat adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (jika kamu mengawininya), maka nikahilah perempuan (lainnya) yang kamu sukai: dua, tiga, atau empat. Artinya: Dan jika kamu takut tidak dapat berbuat adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bila kamu mengawininya), maka nikahilah perempuan (lainnya) yang kamu sukai: dua, tiga, atau empat. Dari hadis Urwah bin Zubair beliau bertanya kepada Aisyah tentang firman Allah “Dan kamu takut tidak dapat berbuat adil terhadap (hak) seorang wanita yatim (jika kamu mengawininya)”.
Allah berfirman: dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap anak yatim (apabila kamu mengahwini mereka). Ayat ini mengatakan: tidak mungkin seorang lelaki berlaku adil terhadap isterinya. An-Nisa ayat 3 “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan-perempuan (anak yatim), maka kawinilah siapa yang kamu sukai dari perempuan (lain) dua, tiga atau empat.
Karya M. Quraish Shihab
TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI
Pengertian Poligami
Dalam Kamus Teologi, kata poligami berasal dari bahasa Yunani yang berarti perkawinan ganda, mempunyai istri lebih dari satu dalam satu perkawinan. Poerwadarminta mengartikan poligami sebagai suatu cara dimana seorang laki-laki mempunyai lebih dari satu isteri.8 Sedangkan dalam Kamus Ilmu Pengetahuan Populer, poligami adalah perkawinan antara satu orang dengan dua orang atau lebih, namun cenderung diartikan sebagai perkawinan antara seorang suami. . dan dua wanita atau lebih. 9. 10 Supardi Mursali, Penolakan poligami, Kajian hukum perkawinan dan hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka, 2007), hal. 1) Mempunyai lebih dari satu isteri dalam satu waktu, dibatasi empat isteri saja.
Ketiga, pasal 57, yang berbunyi: Pengadilan Agama hanya memberi izin kepada laki-laki yang akan beristeri lebih dari seorang apabila:. wanita itu tidak dapat menunaikan kewajipannya sebagai seorang isteri. wanita itu mempunyai kecacatan fizikal atau penyakit yang tidak boleh diubati c. wanita itu tidak boleh melahirkan zuriat. Kelima, pasal 59 yang berbunyi: Dalam hal perempuan tidak mau memberi izin, dan permohonan izin kawin lebih dari satu orang berdasarkan salah satu alasan yang ditetapkan dalam pasal 55 ayat 2 dan 57, Mahkamah boleh memutuskan sama ada untuk memberikan kebenaran selepas memeriksa dan mendengar wanita berkenaan di Perbicaraan Pengadilan Agama, dan terhadap penentuan ini wanita atau lelaki boleh memfailkan rayuan atau kasasi. Bunyi artikel 59 di atas menjelaskan sikap Mahkamah Agama bertindak dalam menghadapi kes poligami wanita yang saling membela pendapat.
Dasar Hukum Poligami
Maksudnya: Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri kamu walaupun kamu benar-benar menghendakinya, maka janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai) sehingga kamu membiarkan yang lain tergantung. Ahmad al-Wahidi an-Naisaburi (w. 468 H/1076 M) meriwayatkan dalam kitabnya Asbab al-Nuzul bahawa pada masa itu ada seorang lelaki yang mempunyai anak yatim yang mempunyai sedikit harta, maka Rasulullah bersabda. Oleh itu, jika kamu takut tidak berlaku adil terhadap anak yatim, nikahilah perempuan lain dan boleh baginya membatalkan niatnya.
Maksudnya: "daripada Ibnu Umar yang mengislamkan Ghilan bin Salamah Ats-Tsaqafi, sedangkan dia mempunyai sepuluh orang isteri pada zaman Jahiliyah, kemudian mereka pun masuk Islam bersamanya, lalu Rasulullah SAW memerintahkan Ghailan untuk merayakan memilih daripada mereka" (HR. Walaupun hukum- Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 berpegang pada asas monogami, sebagaimana terdapat dalam pasal 3 yang menyatakan, “Seorang laki-laki hanya boleh mempunyai seorang isteri dan seorang perempuan hanya boleh mempunyai seorang suami”, tetapi pada bagian lain. ia menyatakan poligami dibenarkan dalam keadaan tertentu.15 .
Pandangan Ulama Tentang Poligami
Imam Ath-Tabari memahami ayat dalam Surah An-Nisa: 3 dalam konteks perlakuan terhadap anak-anak yatim yang berada dalam jagaan walinya, dan juga wanita-wanita lain yang dijadikan isteri. Tambahan pula, menurut Ath-Thabari, jika seorang lelaki tidak dapat berlaku adil terhadap anak yatim yang akan dikahwininya, maka hendaklah dia mengahwini wanita lain yang disukainya, dua, tiga atau empat. Daripada tafsiran Imam Ath-Tabari di atas, jelas sekali beliau menitikberatkan berlaku adil terhadap lelaki, baik mengenai hak anak yatim mahupun hak wanita yang dinikahinya.
Oleh karena itu, Allah berfirman jika kamu khawatir akan menganiaya anak yatim ketika kamu menikahinya, maka nikahilah wanita lain yang kamu sukai. Mereka meminta kepadamu fatwa tentang wanita, yang berbunyi: Allah akan memberimu informasi dalam buku ini tentang anak yatim perempuan yang tidak ingin kamu nafkahi meskipun kamu mengawini mereka. Berdasarkan penjelasan di atas, baik ath-Thabari maupun ar-Razi memahami ayat ini dari segi perintah berlaku adil terhadap anak yatim dan juga kewajiban berbuat adil terhadap wanita yang dinikahinya.
Hikmah Poligami
Tujuan Dibolehkannya Poligami
Alasan dan Syarat Poligami
Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri (kamu) walaupun kamu benar-benar menghendakinya, maka janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai) sehingga kamu membiarkan yang lain tergantung. Oleh itu, Allah melarang mengahwini anak yatim jika tidak dapat beramal soleh. -Hans, "dan jika kamu tidak akan dapat berlaku adil, kahwinilah seorang sahaja atau budak-budak yang kamu miliki".
Padahal Al-Qur’an secara tegas mengatakan kepada manusia bahwa “mereka tidak akan bisa berlaku adil (perasaan/kecenderungan) terhadap istrinya, mereka sangat ingin berlaku adil karena keadilan seperti ini di luar kemauan mereka.”14. 22 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ayat Ahkam terjemahan dari Rawa'i Al-Bayan Tafsir Ayat Al-Ahkam min Al-Qur'an jilid 1, diterjemahkan: Ahmad Dzulfikar, MA. An-Nisa ayat 129, yaitu: Dan sekali-kali kamu tidak akan dapat berlaku adil terhadap istri-istri (kamu), meskipun kamu sungguh-sungguh menginginkannya, maka janganlah kamu terlalu condong (kepada orang-orang yang kamu cintai) sehingga kamu membiarkan mereka, sebagaimana orang-orang lain. dalam operasi.
STATUS HUKUM POLIGAMI MENURUT QURAISH SHIHAB
Asbabun Nuzul
Kemudian walinya tertarik dengan kecantikan dan kekayaannya lalu walinya ingin mengahwininya tanpa berlaku adil dalam maharnya. Oleh itu, haram mengahwini mereka (anak yatim) melainkan dia berlaku adil kepada anak yatim. Menurut ayat ini, para Sahabat meminta fatwa kepada Rasulullah, lalu Allah menurunkan ayat “dan mereka meminta fatwa kepadamu tentang wanita, katakanlah: Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al-Quran, (dia juga memberi fatwa) tentang perempuan yatim yang kamu tidak berikan kepada mereka apa yang diwajibkan kepada mereka semasa kamu hendak mengahwininya, dan tentang anak-anak yang masih dianggap lemah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan ayat 3 QS: An Nisa menjelaskan bahwa apabila ada seorang wali laki-laki yang mengasuh anak yatim piatu yang ditelantarkan beserta hartanya oleh orang tuanya dan wali tersebut menghendaki agar anak yatim tersebut dikawinkan dengannya sedangkan he he hanya menginginkan harta anak yatim, dia mengawini anak yatim tersebut dengan mahar yang tidak adil. Karena kita tahu bahwa tidak ada manusia yang sempurna, salah satunya adalah manusia tidak bisa bersikap adil. Penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa tidak akan ada seorang suami pun yang dapat berlaku adil terhadap isterinya meskipun mereka menghendakinya, sekalipun itu adalah Rasulullah a.s.
Tafsir Ayat Poligami
Yakni jika kamu takut mempunyai banyak isteri, lalu kamu tidak dapat berbuat adil kepada mereka, sebagaimana firman Allah, dan kamu tidak akan dapat berbuat adil terhadap isteri-isterimu, sekalipun kamu sungguh-sungguh menginginkannya.” suatu kecenderungan yang pasti akan muncul dalam dirinya dan tidak dapat diberantas atau dimusnahkan. Dengan demikian, Islam tidak menganggap sesuatu yang melebihi kemampuan manusia dan tidak menganggapnya sebagai dosa yang nantinya akan dikenakan sanksi.
Dalam ayat berikutnya: "..sebab itu janganlah kamu terlalu condong (terhadap orang-orang yang kamu kasihi) sehingga meninggalkan orang lain dalam kesulitan...". Hal inilah yang dilarang, adanya kecenderungan hubungan luar negeri yang menghalangi hak istri lain agar tidak memperlakukannya sebagai istri dan menceraikannya. Dalam hal ini Islam menawarkan keringanan dalam menyikapi realita kehidupan manusia dan berbagai kejadian luar biasa sifat manusia.18.
Pendapat Quraish Shihab Mengenai Status Hukum Poligami Dalam Tafsir
Jadi maksud ayat ini adalah mengawini wanita-wanita yang kamu sukai, dua atau tiga atau empat orang sesukamu. Imam Al-Qurthubi berkata “Ketahuilah bahwa angka-angka tersebut (matsna, tsulatsa, ruba’a) tidak menunjukkan diperbolehkannya sembilan pernikahan, seperti yang dipahami oleh orang-orang yang jauh dari pemahaman yang benar terhadap Al-Qur’an dan Sunnah, selain itu Hal ini merupakan kesepakatan para ulama terdahulu dengan anggapan bahwa. Dalam ayat ini Quraish Shihab menjelaskan dalam tafsir Al-Misbah bahwa setelah keadilan ditegakkan terhadap pasangan/istri yang menikah, maka dalam ayat ini keadilan harus ditegakkan. menjadi, meskipun itu bukan keadilan mutlak.
Ayat ini menekankan bahwa kalian para suami tidak akan pernah bisa berlaku adil, yakni kalian tidak akan mampu senantiasa mewujudkan dalam hati kalian keadilan dalam urusan cinta antar istri kalian. Ayat ini hanya memberikan landasan bagi mereka yang menginginkannya, ketika dihadapkan pada kondisi atau kasus tertentu, sebagaimana contoh di atas. Tentu masih banyak syarat atau perkara selain yang disebutkan, yang juga menjadi alasan logis untuk tidak menutup rapat atau menutup pintu poligami yang dibenarkan ayat ini dengan syarat yang tidak ringan.31.
Oleh kerana ayat ini tidak mewajibkan atau menganjurkan poligami, ia hanya bercakap tentang kemungkinan poligami dan ia adalah pintu kecil yang boleh masuk hanya mereka yang sangat memerlukan dan dalam keadaan yang tidak mudah. Justeru, perbincangan poligami dari sudut Al-Qur'an tidak seharusnya ditinjau dari sudut ideal atau hanya baik dan buruk, tetapi harus dilihat dari sudut penetapan hukum dalam keadaan yang berbeza. yang mungkin berlaku, yang sesuai untuk perundangan, apatah lagi agama, yang universal dan terpakai pada setiap masa dan tempat, untuk mempersiapkan keputusan undang-undang yang mungkin berlaku pada satu ketika, walaupun peristiwa itu hanya kemungkinan.