PENAFSIRAN KATA NABI DAN RASUL DALAM AL-QUR’AN (Studi Komparatif Tafsîr Al-Mîzân dan Tafsîr Al-Kasysyâf)
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Siti Khalidah NIM. 15210701
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1440 H/2019 M
PENAFSIRAN KATA NABI DAN RASUL DALAM AL-QUR’AN (Studi Komparatif Tafsîr Al-Mîzân dan Tafsîr Al-Kasysyâf)
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Siti Khalidah NIM. 15210701
Pembimbing:
Hj. Istiqomah, S.Th.I, MA
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1440 H/2019 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Penafsiran Kata Nabi dan Rasul dalam Al-Qur‟an (studi komparatif Tafsir Al-Mizan dan Tafsir Al-Kasysyaf)” yang disusun oleh Siti Khalidah Nomor Induk Mahasiswa: 15210701 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh pembimbing telah dan memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan dalam sidang Munaqasyah.
Jakarta, 16 Agustus 2019 Pembimbing
Hj. Istiqomah, S.Th.I, MA
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Penafsiran Kata Nabi dan Rasul dalam Al-Qur‟an (studi komparatif Tafsir Al-Mizan dan Tafsir Al-Kasysyaf)” yang disusun oleh Siti Khalidah dengan NIM 15210701 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 19 Agustus 2019. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Agama (S.Ag).
Jakarta, 16 September 2019 Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc, MA Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dra. Hj. Romlah Widayati, MA. Isman Iskandar, S,Sos
Penguji I Penguji II
Dra. Hj. Romlah Widayati, MA. Drs. Arison Sani, MA.
Pembimbing
Hj. Istiqomah, S.Th.I, MA
iii
PERNYATAAN PENULIS Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Khalidah
NIM : 15210701
Tempat/Tgl.Lahir : Sumenep, 21 Mei 1995
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul judul “Penafsiran Kata Nabi dan Rasul dalam Al-Qur‟an (studi komparatif Tafsir Al-Mizan dan Tafsir Al- Kasysyaf)” adalah benar-benar asli karya penulis kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 16 September 2019
Siti Khalidah
iv MOTTO
ميظعلا يلعلا للهاب لاإ ةوق لاو لوح لا
“Jangan mengukur kemampuan diri yang terbatas, bersandarlah pada kemampuan Allah yang Maha tak Terbatas”
“Sesuatu yang kamu bayangkan, pasti bisa kamu wujudkan”
v
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta;
Bapak Abdul Ghaffar dan Ibu Mutmainnah.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah sang Maha Pencipta yang telah memberikan yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga kita masih bisa hidup dalam keadaan yang penuh berkah.
Shalawat serta salam senantiasa penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang berilmu pengetahuan seprti halnya sekarang ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena atas pertolongan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Penafsiran Kata Nabi dan Rasul dalam Al-Qur‟an (studi komparatif Tafsir Al-Mizan dan Tafsir Al-Kasysyaf)”. Selain itu penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih yang terdalam kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Huazemah Tahido Yanggo, Rektor Institut Ilmu Al- Qur‟an (IIQ) Jakarta, Dr. Hj. Nadjematul Faizah, Wakil Rektor 1, Dr.
H. M. Dawud Arif Khan, Wakil Rektor II, dan Dr. Hj. Romlah Widayati, Wakil Rektor III, beserta seluruh jajaran yang telah berjasa dalam kemajuan perguruan tinggi ini.
2. Bapak Dr. H. Muhammad Ulinnuha, Lc, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IIQ Jakarta yang selalu berdedikasi tinggi dalam mengabdikan diri terhadap Fakultas Ushuluddin dan Dakwah dalam mencetak generasi Al-Qur‟an yang berwawasan keilmuan yang luas.
vii
3. Bapak M. Haris Hakam, SH. MA dan Ka Mamlu„atun Nafisah, S.Th.I, MA, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Al- Qur`an dan Tafsir (IAT) Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta yang selalu menggiatkan semangat mahasiswa dalam menumbuhkan kecintaan terhadap ilmu dan selalu berkenan memberikan saran demi menjadi mahasiswa yang lebih baik.
4. Dra. Hj. Romlah Widayati, MA. Dan Drs. Arison Sani, MA. Selaku dosen penguji skripsi ini yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran dalam proses sidang skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis serta mengajarkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
6. Staf Fakultas Ushuluddin terima kasih atas semua waktu, semangat dorongan dan motivasinya.
7. Ucapan terima kasih kepada Instruktur Tahfidz Usth. Rifdah Farnidah, Ibu Hj. Atiqoh, Ibu Hj. Mutmainnah, dan Ibu Hj.Istiqomah, terima kasih atas waktu dan motivasi luar biasa kepada penulis untuk lebih dekat dengan Al-Qur‟an.
8. Terima kasih kepada Ibu Hj. Istiqomah yang telah dengan sabar dan penuh dedikasi membimbing penulis selama proses pengerjaan skripsi ini hingga selesai.
9. Terima kasih kepada kedua orang tua yang tercinta Bapak Abdul Ghaffar dan Ibu Mutmainnah, beliaulah yang tak pernah lupa melafadzkan nama penulis di dalam do‟a-do‟anya. Terima kasih atas setiap tetesan peluh dan keringat yang tak akan bisa terbalas dengan hal apapun. Dari keduanya penulis belajar kuat dan sabar dalam keadaan apapun. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih
viii
sayang-Nya, memberikan kesehatan, kebahagiaan, perlindungan dan keselamatan dunia dan akhirat kepada keduanya. Aamiin.
10. Terima kasih kepada Nur Mahbubah, teman satu kontrakan penulis, atas motivasi, arahan dan bantuan kepada penulis selama ini, termasuk dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Terima kasih kepada Putri Hilyah Aulawiyah yang telah setia menemani penulis selama menulis skripsi hingga skripsi ini selesai.
12. Terima kasih kepada sahabat-sahabat kelas IAT B angkatan 2015, yang telah memberi banyak pelajaran dan kenangan manis selama penulis belajar di Institut Ilmu Al-Qur‟an.
13. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan kebaiakan yang berlipat ganda. Aamiin.
Jakarta, 19 Agustus 2019 Penyusun
Siti Khalidah
ix DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN PENULIS ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATAPENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
ABSTRAK ... xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 5
C. Identifikasi Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Kajian Pustaka ... 7
H. Metodologi Penelitian ... 9
I. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG NABI DAN RASUL A. Pengertian Nabi dan Rasul ... 12
B. Kosa Kata Nabi dan Rasul dalam Al-Qur‟an ... 18
1. Kata Nabi ... 18
2. Kata Rasul ... 20
x
3. Kata nabi dan rasul dalam satu ayat ... 24
C. Nabi dan Rasul yang Disebutkan dalam Al-Qur‟an ... 24
D. Sifat-Sifat Nabi dan Rasul ... 28
E. Urgensi Diutusnya Nabi dan Rasul ... 31
BAB III: TAFSIR AL- MÎZÂN KARYA THABATHABA’I DAN AL- KASYSYÂF KARYA AZ-ZAMAKHSYARI A. Biografi Thabathaba‟i ... 37
1. Riwayat Hidup ... 37
2. Latar Belakang Intelektual dan Spiritual... 37
3. Karya-Karya Thabathaba‟i ... 40
B. Kitab Tafsir Al-Mîzân ... 41
1. Identifikasi Fisiologis... 41
2. Latar Belakang Penamaan dan Penulisan Kitab ... 42
3. Sumber dan Referensi Penafsiran ... 43
4. Metode dan Corak Penafsiran ... 45
5. Sistematika Penulisan Kitab ... 45
6. Karakteristik Penafsiran ... 46
7. Pendapat Ulama Tentang Tafsîr al-Mîzân ... 47
C. Biografi Az-Zamakhsyari ... 48
1. Riwayat Hidup ... 48
2. Latar Belakang Spiritual dan Intelektual ... 48
3. Karya-Karyanya ... 51
D. Kitab Tafsir Al-Kasysyâf ... 52
1. Identifikasi Fisiologis... 52
2. Latar Belakang Penamaan dan Penulisan Kitab ... 52
3. Sumber dan Referensi Penafsiran ... 54
xi
4. Metode dan Corak Penafsiran ... 55
5. Sistematika Penulisan Kitab ... 56
6. Karakteristik Penafsiran ... 57
7. Pendapat Ulama Tentang Tafsîr al-Kasysyâf ... 58
BAB IV: PENAFSIRAN KATA NABI DAN RASUL MENURUT THABATHABA’I DAN AZ-ZAMAKHSYARI A. Penafsiran Kata Nabi dan Rasul ... 60
1. Penafsiran Kata Nabi dan Rasul Menurut Thabathaba‟i ... 60
2. Penafsiran Kata Nabi dan Rasul Menurut Az-Zamakhsyari ... 77
B. Analisis Perbedaan dan Persamaan Penafsiran ... 84
1. Persamaan Penafsiran ... 84
2. Perbedaan n Penafsiran ... 84
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 92
xii ABSTRAK
Di kalangan masyarakat muslim, selama ini berkembang suatu pengertian bahwa nabi adalah seorang yang diberi wahyu oleh Allah untuk menjalankan suatu syariat (ajaran Allah), sementara ia sendiri tidak diperintahkan untuk menyampaikan ajaran itu kepada orang lain. sedangkan rasul ialah orang yang diberi wahyu oleh Allah untuk menjalankan suatu syariat (ajaran Allah) dan ia diperintahkan untuk menyampaikan ajaran itu kepada orang lain. Namun di sisi lain terdapat pendapat lain bahwa setiap nabi adalah rasul dan setiap rasul adalah nabi. Penelitian ini mengkaji tentang penafsiran kata nabi dan rasul dalam Al-Qur‟an dengan membandingkan penafsiran Thabathaba‟i dalam karyanya Tafsir al-Mizan dan az-Zamakhsyari dalam karyanya Tafsir al-Kasysysaf. Sehingga penulis menganalisa apa persamaan dan perbedaan dari penafsiran kedua mufasir tersebut dalam memaknai kata nabi dan rasul dalam Al-Qur‟an.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif berupa library research. Adapun pengumpulan data melalui kajian pustaka terhadap buku primer yaitu al-Mîzân fî Tafsîri al-Qur‟an karya Thabathaba‟i dan Al-Kasysyâf „an Haqâ‟iq at-Tanzîl, wa „uyûn al-Aqâwîl fi wujûh at- Ta‟wîl karya az-Zamakhsyari dan buku-buku lainnya yang terkait. Pada bagian inti penulis melakukan analisis persamaan dan perbedaan penafsiran antara kedua mufasir dalam memaknai kata nabi dan rasul.
Adapun hasil dari penelitian ini terhadap 5 ayat yang dijadikan objek kajian dari penelitian penulis menilai bahwa terdapat perbedaan dan persamaan penafsiran pada kata nabi dan rasul yang dilihat dari berbagai aspek sehingga diperoleh persamaan penafsiran Thabathaba‟i dan az- Zamakhsyari dalam menafsirkan ayat-ayat yang mengandung kata nabi dan rasul penerimaan kitab. Keduanya menjelaskan bahwa nabi adalah utusan yang membawa berita dari Allah, sedangkan rasul adalah utusan yang membawa berita sekaligus diberi kitab dari Allah.
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi ini berpedoman pada buku penulisan skripsi, tesis, dan disertasi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta tahun 2017. Transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
No. Arab Latin No. Arab Latin
1.
ا
A 16.ط
th2.
ة
B 17.ظ
zh3.
ث
T 18.ع
„4.
ث
Ts 19.غ
gh5.
ج
J 20.ف
f6.
ح
H 21.ق
q7.
خ
Kh 22.ك
k8.
د
d 23.ل
l9.
ذ
dz 24.و
m10.
ز
r 25.ن
n11.
ش
z 26.و
w12.
س
s 27.ه
h13.
ش
sy 28.ء
,14.
ص
sh 29.ي
y15.
ض
dhxiv 2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal panjang Vokal Rangkap
Fathah : a
آ
: ȃْْي َ
.. : aiKasrah : i
ي
: ȋ ْو َ
.. :auDhammah : u
و
: ȗ3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam
(لا)
qamariyah.Kata sandang yang diikuti alif lam
(لا)
qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya.Contoh :
ةسقبنا
: al-Baqarahتنيدمنا
: al-Madȋnahb. Kata Sandang yang diikuti oleh
(لا)
syamsiahKata sandang yang diikuti alif lam
(لا)
syamsiahditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
مجسنا
: ar-rajulةديسنا
:as-Sayyidahصمشنا
: asy-syamsيمزادنا
:ad-Dȃrimȋc. Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah (Tasydȋd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (
ْ َ َ َ)
sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandengkan huruf yang bertanda tasydȋd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydȋd yangxv
berada di tengah kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiah. Contoh:
ِّْاللبِبْآّن م ء :
Ȃmannȃ billȃhiِْعّكُّسنا و :
wa ar-rukka‟iْ ءآه فُّسناْ ه ما ء ْ :
Ȃmannȃas-Sufahȃ‟uْ هْيِرناْ َّنِإ : ْ
Inna al ladzȋna d. Ta Marbȗthah (ة
)Ta Marbȗthah (
ة
) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat (na‟at),maka huruf tersebut diaksarakan menjadi huruf“h”. Contoh:
ِْة دِئْف ْلْ ا
: al-Af‟idahْ ت يِم لَْسِلإاْ ت عِمب جْن ا
: al-Jȃmi‟ah al-IslȃmiyyahSedangkan ta marbuthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di- washal) dengan kata benda (ism) maka dialih aksarakan menjadi huruf ”t”. Contoh:
ِْت بِصب نناْ ت هِمب ع
: „Ȃmilatun Nȃshibah.ى سْب كْناْ ت ي ْلْ ا
: al-Ȃyat al-Kubra e. Huruf KapitalSistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf capital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) seperti penulisan awal kalimat,huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada PUEBI berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis capital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: „Ali Hasan al-„Ȃridh, al-Ȃsqallȃnȋ,
xvi
al-Farmawȋ dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf capital. Contoh: Al- Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fȃtihah dan seterusnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Di kalangan masyarakat muslim, khususnya di Indonesia, selama ini berkembang suatu pengertian bahwa Nabi adalah seorang yang diberi wahyu oleh Allah untuk menjalankan suatu syariat (ajaran Allah), sementara ia sendiri tidak diperintahkan untuk menyampaikan ajaran itu kepada orang lain.
sedangkan Rasul ialah orang yang diberi wahyu oleh Allah untuk menjalankan suatu syariat (ajaran Allah) dan ia diperintahkan untuk menyampaikan ajaran itu kepada orang lain.
Di antara yang membedakan dua term tersebut adalah Muhammad Ali ash-Shabuni. Menurutnya, Nabi adalah seorang yang mendapat wahyu dari Allah berupa hukum syari‟at, tetapi tidak dibebani untuk menyampaikannya, sedang rasul adalah seseorang yang mendapat wahyu dari Allah berupa hukum syari‟at tetapi diperintahkan untuk menyampaikannya.1
Adapun yang berpendapat bahwa setiap Nabi adalah Rasul dan setiap Rasul adalah Nabi di antaranya adalah Musthafa Al-Maraghi. Hal ini dapat dilihat dari penafsirannya pada ayat yang membicarakan definisi tentang Nabi dan Rasul, misalnya dalam Surah Al-Baqarah ayat 119 dan 129, Surah Al- Ahzab ayat 40, 45 dan 46, Al-Maraghi cenderung menyamakan konsep antara keduanya.2
Adapun ulama yang membedakan term Nabi dan Rasul berargumen pada hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan dari Abu Dzar ra. di mana ia bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, siapakah Nabi yang pertama kali?”
“Adam,” jawab Rasulullah. “Wahai Rasulullah, apakah Adam itu seorang Nabi?” tanya Abu Dzar lagi. “Ya,” jawab Rasulullah. “Beliau adalah seorang Nabi yang diberi wahyu langsung oleh Allah,” tambah Rasulullah. “Berapakah
1 Muhammad „Ali ash-Shabuni, An-Nubuwah wa al-Anbiya‟ (Beirut: „Alim al- Kutub, 1985), h. 14
2 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Toha Putra, 1984) jilid 22, h. 28-30
2 jumlah para Rasul?” tanya Abu Dzar lagi. “315, suatu jumlah yang cukup banyak,” Jawab Rasulullah.
Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Umamah Al-Bahili, Rasulullah saw. bersabda bahwa jumlah Nabi itu ada 124.000 orang, sedangkan yang menjadi Rasul di antara mereka hanya 315 orang.
Namun demikian, perbedaan antara Nabi dan Rasul seperti dituturkan di depan tampaknya perlu ditinjau kembali. sebab, ditinjau dari segi ajaran Allah secara umum, rasanya tidak tepat apabila ada seorang yang diberi wahyu oleh Allah di mana wahyu itu berisi suatu ajaran ibadah kepada-Nya, tetapi ia tidak diwajibkan menyampaikannya kepada orang lain. Sementara salah satu sifat Nabi adalah tabligh (menyampaikan). Apabila demikian halnya, maka ini berarti Allah membiarkan ada orang yang tidak mengenal-Nya dan tidak mengetahui cara-cara yang benar dalam beribadah kepada-Nya. Sementara Allah sendiri menegaskan bahwa jin dan Manusia ini tidak diciptakan kecuali agar mereka beribadah kepada-Nya saja.
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْْْ
“
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka hanya taat kepada-Ku.” (QS. al-Dzariyat [51]: 56)Di sisi lain, orang yang telah mengetahui ajaran Allah, ia berkewajiban untuk menyampaikan ajaran itu kepada orang lain. apabila tidak, ia akan dilaknat oleh Allah dan malaikat.
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْْ
ْْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْْْْ
“Sesungguhnya rang-orang yang menyembunyikan (tidak menyampaikan) apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua makhluk yang melaknati.” (QS. Al-Baqarah [2]: 159)
3
Berdasarkan ajaran ini, orang yang mengetahui ajaran Allah berkewajiban menyampaikan ajaran itu kepada orang lain meskipun ia tidak pernah menerima wahyu. Apabila demikian, maka orang yang mengetahui ajaran Allah karena ia menerima wahyu tentu lebih berkewajiban menyampaikan ajaran itu kepada orang lain.
Oleh sebab itu, pembedaan antara Nabi dan Rasul yang layak untuk dipertimbangkan adalah pembedaan yang dinukil oleh ahli tafsir kenamaan dari Yaman, yaitu Imam al-Syaukani (w. 1250 H) dalam kitabnya Fath al-Qadir.
beliau menukil tentang dikotomi Nabi dan Rasul sebagai berikut:
1. Rasul adalah orang yang diutus oleh Allah kepada makhluk-Nya dengan diberi wahyu melalui Malaikat Jibril. sedangkan Nabi adalah orang yang diutus Allah kepada makhluk-Nya dengan diberi wahyu melalui ilham atau mimpi, tidak melalui Malaikat Jibril.
2. Rasul adalah orang yang diutus Allah dengan membawa syariat (ajaran Allah) dan diwajibkan untuk menyempaikan ajaran itu kepada orang lain.
sedangkan Nabi adalah orang yang diberi wahyu oleh Allah untuk mengajak orang lain agar mengikuti syariat Rasul sebelumnya, sementara ia sendiri tidak membawa syariat baru dan tidak diberi kitab suci.
Dari dua pengertian ini, sebenarnya baik Nabi maupun Rasul mempunyai tugas dakwah yaitu menyampaikan ajaran Allah kepada orang lain, bukan Rasul saja seperti yang dipahami selama ini. Jadi seperti halnya Rasul, Nabi juga orang yang diutus Allah kepada makhluk-Nya. pengertian ini sejalan dengan firman Allah yang berbunyi:3
3Ali Mustafa Yaqub, Sejarah Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), h. 6
4
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْْ
ْ
ْ
ْ
ْْْْ
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasul pun dan tidak pula seorang Nabi pun, melainkan apabila dia mempunyai suatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan ke dalam keinginannya itu. tetapi Allah menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu, dan Allah akan menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hajj [22]: 52)
Dari beberapa pengertian di atas, perlu kiranya untuk dikaji lebih dalam lagi bagaimana konsep Nabi dan Rasul dalam Al-Qur‟an, bagaimana dan kapan Al-Qur‟an memakai kata Nabi dan kata Rasul.
Seperti pada beberapa ayat di bawah ini:
Pada Surah Maryam ayat: 30 Allah berfirman:
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْْْ
“Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.” (QS. Maryam [19]:
30)
Pada ayat tersebut disebutkan bahwa Isa as. Adalah seorang Nabi.
Lalu pada ayat 49 Allah menyebut Ishak dan Yaqub yang masing- masing diangkat menjadi seorang Nabi:
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْْ
ْْ
ْ
ْْْْ
“Maka ketika dia (Ibrahim) sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan
5 kepadanya Ishak dan Yaqub. Dan masing-masing Kami angkat menjadi Nabi.” (QS. Maryam [19]: 49)
Namun, pada ayat 51 pada surah yang sama, Allah menyebut Musa sebagai Nabi sekaligus Rasul:
ْ
ْ
ْْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْْْْ
ْ
“Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Musa di dalam kitab (Al- Qur‟an). Dia benar-benar orang yang terpilih, seorang rasul dan nabi.”
(QS. Maryam [19]: 51)
Berangkat dari beberapa pengertian yang berkembang dikalangan masyarakat, khususnya masyarakat muslim, dan dari beberapa ayat di atas, perlu kiranya dikaji lebih dalam lagi apa makna sesungguhnya dari kata nabi dan rasul, apakah terdapat perbedaan dan persamaan pengertian antara keduanya, apa saja faktor-faktor yang membedakan pengertian nabi dan rasul, dan bagaimana mufasir menafsirkan kedua kata tersebut.
B. Pembatasan Masalah
Kata nabi dan rasul memiliki banyak bentuk dalam Al-Qur‟an, di antaranya nakirah, ma‟rifah, mufrad, jama‟ dan idhafah. Namun, ayat-ayat yang akan diteliti adalah ayat-ayat yang di dalamnya terdapat kata nabi dalam bentuk nakirah, dan kata rasul dalam bentuk nakirah yang mempunyai arti nabi atau rasul secara umum, bukan secara khusus. Maka dari itu pada skripsi ini penulis hanya membatasi masalah pada Surah Al-Baqarah ayat 213, Surah Maryam ayat 30, 41, 51, dan Surah Al-Hajj ayat 52, karena menurut penulis ayat-ayat tersebut mengandung kata nabi dan rasul yang bermakna umum dan telah mencakup penjelasan dari ayat-ayat lain yang serupa.
Adapun kitab tafsir yang akan diteliti adalah kitab al-Mîzân fî Tafsîri al- Qur‟an karya Thabathaba‟i dan Al-Kasysyâf „an Haqâ‟iq at-Tanzîl, wa „uyûn al-Aqâwîl fi wujûh at-Ta‟wîl karya az-Zamakhsyari. Alasan dipilihnya kedua
6 kitab ini adalah karena Tafsir al-Mizan merupakan kitab tafsir yang terkenal dengan pendekatan yang sangat luas, di antaranya falsafi, ijtima‟, tarikhi dan keilmuan-keilmuan lain. Selain itu Thabathaba‟i merupakan mufasir yang beraliran Syi‟ah namun tidak fanatik, sehingga kitab tafsirnya banyak dijadikan referensi oleh para ulama dari berbagai aliran kalam. Adapun dipilihnya Tafsir al-Kasysyaf dalam penelitian ini adalah karena az-Zamakhsyari merupakan mufasir yang masyhur dengan keahliannya di bidang Bahasa dan sastra Arab.
Selain itu penafsirannya merupakan penafsiran yang mengedepankan rasio dalam menafsirkan ayat Al-Qur‟an.
C. Identifikasi Masalah
Kata nabi dan rasul yang berada pada Surah Al-Baqarah ayat 213, Surah Maryam ayat 30, 41, 51, dan Surah Al-Hajj ayat 52, merupakan ayat-ayat yang mengandung kata nabi dan rasul yang bermakna umum dan telah mencakup penjelasan dari ayat-ayat lain yang serupa. Maka dari itu, dalam pembahasan skripsi ini penulis melakukan identifikasi masalah yang fokus pada:
1. Pengertian nabi dan rasul dalam Al-Qur‟an.
2. Perbedaan dan persamaan penafsiran Thabathaba‟i dan az-Zamakhsyari dalam menafsirkan kata nabi dan rasul dalam Al-Qur‟an.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan batasan masalah di atas, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan nabi dan rasul dalam Al-Qur‟an?
2. Apa perbedaan dan persamaan penafsiran Thabathaba‟i dan az- Zamakhsyari dalam menafsirkan kata nabi dan rasul dalam Al-Qur‟an?
E. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan pernyataan di atas, maka tujuan dari pembahasan ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian nabi dan rasul dalam Al-Qur‟an.
7 2. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan penafsiran Thabathaba‟i dan
az-Zamakhsyari dalam menafsirkan kata nabi dan rasul dalam Al-Qur‟an F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki arti akademis sebagai tambahan pemikiran dan pengembangan ilmu yang ada di dalam Al- Qur‟an khususnya dalam pengertian dan perbedaan Nabi dan Rasul serta kapan saja Al-Qur‟an menggunakan kata Nabi dan Rasul.
2. Secara Praktis
Implementasi penelitian ini diharapkan bisa memberi kontribusi agar dapat memperkaya pengetahuan tentang pengertian Nabi dan Rasul secara umum dalam Al-Qur‟an. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman yang benar pada masyarakat tentang pengertian Nabi dan Rasul. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan penelitian yang sejenis.
G. Kajian Pustaka
Sejauh penulis menelaah, ada bebarapa literature kajian yang hampir sama dan perlu untuk dipaparkan sekilas, diantaranya adalah:
1. Skripsi karya Mohamad Ilham Hidayat dengan judul “Nabi-Nabi dalam Al- Qur‟an Surat Al-Anbiyâ‟”, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir. Skripsi ini hanya terfokus pada kisah dan perjalanan dakwahnya saja, penulis juga hanya fokus pada satu surat, yakni surat Al-Anbiya‟. Penulis skripsi ini mengungkap nabi siapa saja yang tercantum dalam surat Al-Anbiya‟, pelajaran apa saja yang dapat dipetik dari kisah para nabi dalam surat Al-Anbiyâ‟, dan apa kaitan pesan antara nabi yang satu dengan nabi yang lainnya dalam surat Al-Anbiyâ‟.
Penulis juga mengungkapkan ada empat kaitan pesan antara nabi satu dengan nabi lainnya, yakni: pertama, pesan aqidah, sebagaimana yang ada pada pesan dakwah yang dibawa oleh nabi Ibrahim, nabi Nuh, dll. Kedua, pesan ibadah, sebagaimana yang terdapat dalam kisah nabi Musa dan nabi
8 Ibrahim. Ketiga, pesan akhlak sebagaimana yang terdapat dalam pesan nabi Ayyub dan Isma‟il. Keempat, pesan mu‟amalah sebagaimana yang terdapat pada kisah nabi Daud dan nabi Sulaiman. Persamaan skripsi ini adalah sama-sama membahas perihal kenabian, namun penulis hanya memfokuskan pada satu surat, yakni surat Al-Anbiyâ‟.
Skripsi yang ditulis oleh Mohamad Ilham Hidayat ini sangat berperan penting dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Setelah membaca skripsi ini, penulis menemukan gambaran mengenai keterkaitan pesan yang disampaikan antara nabi yang satu dengan nabi yang lain dalam surat Al-Anbiyâ‟.
2. Penulis juga menemukan sebuah jurnal yang berjudul “Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Al-Qur‟an” karya Eni Zulaiha, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dalam jurnalnya, ia memaparkan panjang lebar pengertian nabi lengkap dengan pendapat beberapa ulama. Ia juga memaparkan karakteristik nabi menurut Murtadha Muthahhari, yakni di antaranya: pertama, nabi merupakan seseorang yang diberi wahyu oleh Allah. Kedua, nabi dianugerahi mukjizat, yang dengannya nabi mampu melakukan tindakan-tindakan tertentu yang tidak bisa dilakukan oleh manusia biasa. Ketiga, nabi memiliki sifat ma‟sum, yakni terjaga dari perbuatan dosa dan kekeliruan. Keempat, kecerdasan yang dimiliki para nabi berbeda dengan kemampuan orang jenius dalam hal yang sama. Kelima, memiliki kemampuan memimpim ke arah kehendak Tuhan. Keenam, memiliki ketulusan niat. Ketujuh, para nabi memberi energi pada kekuatan masyarakat dan mengorientasikan mereka agar melatih, membing, dan membangun masyarakat manusia. kedelapan, para nabi berjuan meneguhkan tauhid, kebijaksanaan dan keadilan. Kesembilan, walaupun memiliki karakteristik di atas, nabi tetap mempunyai aspek manusia layaknya manusia pada umumnya.
Persamaan jurnal ini dengan skripsi penulis adalah, sama-sama membahas pengertian nabi dan rasul menurut beberapa mufassir. Namun, jurnal ini
9 tidak mencantumkan klasifikasi dan penafsiran ayat-ayat yang mengandung term nabi dan rasul.
Jurnal yang ditulis oleh Eni Zulaiha ini sangat berperan penting dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Setelah membaca jurnal ini, penulis menemukan gambaran mengenai pandangan beberapa mufassir mengenai pengertian dan atau perbedaan nabi dan rasul.
H. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang ditetapkan berbentuk penelitian kualitatif kajian pustaka, yaitu mengungkapkan penafsiran kata nabi dan rasul dari kitab Tafsîr al-Mîzân dan Tafsîr al-Kasysyâf lalu mengomparasikan penafsiran keduanya.
2. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data menurut Arikunto Suharsimi dalam Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, adalah “subyek dari mana diperolehnya,”4 dalam hal ini data atau informasi yang digunakan dalam kajian ini adalah:
a. Sumber Data Primer
Pengambilan data langsung dikumpulkan oleh penulis dari sumber pertamanya,5 yaitu Al-Qur‟an, kitab Tafsîr al-Mîzân dan Tafsîr al- Kasysyâf.
b. Sumber Data Sekunder
Sebagai mana sumber data sekunder ini biasanya sudah tersusun dalam dokumen-dokumen,6 yaitu tulisan dari buku-buku perpustakaan yang tidak secara langsung berkaitan dengan tema skripsi. Sumber-sumber data sekunder yaitu:
1) Kamus-kamus yang terkait dengan pembahasan
4Arikunto Suharsimi, Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rieneka Cipex, 2002), h. 107.
5Sumardi Surya Brata, Metode Penelitian, (Jakarta: Grafindo Persada, 1998), h. 84.
6Ibid., h. 85.
10 2) Ensiklopedia Al-Qur‟an
3) Konkordansi Al-Qur‟an
4) Buku-buku yang terkait dengan ilmu pengetahuan Al-Qur‟an yang terkait dengan pembahasan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode yang penulis gunakan dalam mengumpulkan data adalah metode dokumentasi, yaitu mebumpulkan data dari berbagai bentu dokumen, baik berupa buku, kamus, atau lainnya yang membahas dan menguraikan materi terkait objek penelitian, yakni kata nabi dan rasul.
4. Metode Analisis Data
Adapun Teknik analisisa data yang di gunakan dalam penelitian dengan telaah literature. Teknik tersebut dengan cara mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian sehingga ditemukan tema dan dirumuskan. Semua data yang telah terkumpul, baik primer maupun sekunder dan di analisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek penelitian dengan menggunakanan metode komparatif.
Adapun yang dimaksud dengan metode komparatif adalah:
1. Membandingkan teks ayat-ayat Al-Qur‟an yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, atau memiliki redaksi yang berbeda dalam satu kasus yang sama.
2. Membandingkan ayat Al-Qur‟an dengan hadis yang pada lahirnya terdapat pertentangan.
3. Membandingkan berbagai macam pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan Al-Qur‟an.7
7 Nashiruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur‟an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002, h. 60
11 Dari pengertian di atas, penulis ingin mengkaji penafsiran kata nabi dan rasul dengan metode analisis komparatif, yaitu mencoba mendeskripsikan kata nabi dan rasul menurut dua mufasir, yakni Thabathaba‟i dan az-Zamakhsyari, lalu dianalisis serta dicari sisi persamaan dan perbedaan dari pemikiran kedua mufasir tersebut.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam kajian ini tersusun menjadi lima bagian.
Masing-masing bagian akan menjelaskan deskripsi singkat mengenai isi tulisan. Dengan demikian diharapkan dapat mempermudah dalam penyajian dan pembahasan serta pemahaman terhadap apa yang akan diteliti. Berikut merupakan sistematika penulisan penelitian :
Bab pertama, merupakan yang berfungsi untuk menyatakan gambaran keseluruhan isi skripsi secara global, yang di dalamnya memuat sub-sub bab yang terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan yang di dalamnya memuat identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaatnya, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua, berisi kajian mengenai nabi dan rasul menurut para ulama dan mufassir.
Bab ketiga, penulis mengemukakan profil Tafsir Al-Mizan karya Thabathaba‟i dan Tafsir Al-Kasysyaf karya az-Zamakhsyari.
Bab keempat, berisi analisa penafsiran Thabathaba‟i dan az- Zamakhsyari terhadap ayat-ayat yang mengandung kata nabi dan rasul yang meliputi persamaan dan perbedaan antara pemikiran kedua mufassir.
Bab kelima, sebagai penutup dalam rangkaian penelitian ini. Dalam bab terakhir ini memuat kesimpulan dari penelitian penulis, dijelaskan pula perihal saran dan rekomendasi yang berkaitan dengan penelitian penulis, biasanya mengenai tindak lanjut dari penelitian ini, berupa aspek yang masih bisa untuk dilengkapi dari apa yang telah dibahas pada penelitian ini.
89 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan kajian atas literatur-literatur yang berkaitan dengan pokok pembahasan pada penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal:
Para nabi dan rasul dalam Al-Qur‟an mengandung makna sebagai orang-orang pilihan Allah untuk mengembangkan dakwah kepada hamba-hamba-Nya, memberikan kabar gembira kepada orang-orang beriman dan beramal shaleh, bahwa mereka akan mendapatkan pahala dan imbalan yang baik serta hidup berkecukupan dalam kehidupan dunia dan akhirat, serta memberi ancaman kepada orang-orang kafir yang beramal buruk bahwa mereka akan mendapat siksa dan tempat kembali yang amat buruk.
Adapun persamaan penafsiran Thabathaba‟i dan az-Zamakhsyari mengenai nabi dan rasul adalah dari aspek penerimaan kitab. Keduanya menjelaskan bahwa nabi adalah utusan yang membawa berita dari Allah, sedangkan rasul adalah utusan yang membawa berita sekaligus diberi kitab dari Allah.
Dari segi perbedaan penafsiran, Thabathaba‟i menafsirkan kata nabi dan rasul dengan menggunakan sumber penafsiran bi al-ma‟tsur dan memberi bab khusus terhadap pembahasan-pembahasannya, baik dari segi sumber, corak maupun pendapat para ulama sehingga pemaparan penafsirannya sangat kaya. Thabathaba‟i juga menafsirkan kata nabi dan rasul dari berbagai aspek. Di antaranya:
90 a.) Aspek bahasa
Thabathaba‟i mengartikan rasul sebagai pembawa risalah, sedangkan nabi adalah pembawa kabar atau berita.
b.) Kemuliaan
Thabathaba‟i berpendapat, rasul mempunyai kemuliaan sebagai perantara antara Allah dan makhluknya, sedangkan nabi mempunyai kemuliaan keilmuan tentang Allah dan apa-apa yang berkaitan dengan-Nya.
c.) Cara datangnya wahyu
Thabathaba‟i mengungkapkan nabi adalah seseorang yang dapat melihat dan mendengar suara malaikat wahyu dalam mimpinya, namun tidak bisa melihatnya dalam keadaan sadar, sedangkan rasul adalah seseorang yang dapat melihat dan mendengar suara malikat secara langsung.
d.) Wahyu yang diterima
Thabathaba‟i mengungkapkan, nabi adalah seseorang yang diberi wahyu oleh Allah, sedangkan rasul adalah seseorang yang diberi wahyu juga kitab dari Allah.
Sedangkan az-Zamakhsyari menafsirkan kata nabi dan rasul menggunakan sumber penafsiran bi al-ra‟yi, yakni menafsirkan dengan pendapat dan ijtihad. Corak dari penafsirannya adalah lughawi sesuai dengan keahliannya akan bahasa Arab dan sastra yang tak tertandingi di masanya. Namun, meskipun beliau menggunakan sumber bi al-ra‟yi, beliau juga mencantumkan hadis tentang jumlah nabi dan rasul dalam penafsirannya pada Surah Al-Hajj ayat 52. Az-Zamakhsyari juga menafsirkan kata nabi dan rasul hanya dari dua aspek, yaitu:
91 a.) Wahyu yang diterima
Dari aspek ini, az-Zamakhsyari berpendapat bahwa rasul adalah utusan Allah yang diberi kitab di antara para nabi, sedangkan nabi sendiri adalah seorang utusan yang membawa berita dari Allah walaupun tidak diberi kitab.
b.) Syari‟at
Menurut az-Zamakhsyari, rasul merupakan bagian dari nabi, yakni yang diberi mukjizat berupa kitab yang diturunkan kepadanya. Sedangkan nabi bukan merupakan bagian dari rasul, yakni yang tidak diberi kitab suci, akan tetapi ia diperintahkan untuk menyeru manusia kepada syari‟at yang sebelumnya
B. Saran
Penulis menyadari betul bahwa melalui penafsiran kedua tokoh mufasir di atas mengenai arti kata nabi dan rasul belum bisa dikatakan cukup luas jika dibandingkan dengan banyaknya pendapat-pendapat ulama lain. Semua itu tidak lain karena keterbatasan kemampuan penulis dan luasnya pemikiran dan pengetahuan Thabathaba‟i dan az- Zamakhsyari. Untuk itu, telaah ini kiranya perlu dilanjutkan dan dikembangkan lebih jauh oleh studi-studi lain mengenai pemikiran Thabathaba‟i dalam Tafsîr al-Mîzân dan az-Zamakhsyari dalam Tafsîr al-Kasysyaf, terutama yang berkenaan dengan nabi dan rasul.
92
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Syekh Muh., Risalah Tauhid, terj. Firdaus AN, cet. 10, Jakarta:
Bulan Bintang, 1996
Abdullah, Afif, Nabi-Nabi dalam Al-Qur‟an, Semaramg: CV. Toha Putra Mughniyah, Muh. Jawwad, an-Nubuwwah wa al-„Aqly, terj.Shabahussusrur, Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993
Abuddin Nata, dkk., Ensiklopedi Al-Qur‟an; Kajian Kosa Kata dan Tafsirnya.
Ali, Wan Zailan Kamaruddin bin Wan. “Konsep Nabi dan Rasul dari Perspektif Al-Qur‟an” dalam Jurnal Ushuluddin, No. 5 Desember 1996 Arabiyah, Majma‟ al-Lughah. Mu‟jam Alfaz Al-Qur‟an al-Karim Jilid I.
Qohirah: 1970
Al-Atsqalani, Ahmad bin „Ali bin Hajar. Fathu al-Bari Jilid 6, Mesir: Dar al- Kutub al-„Ilmiyah
Al-Atsqalani, Ibnu Hajar. Lisan Al-Mizan. Jilid VI. Kairo: Dar al-Fikr
Ayub, Mahmud. Al-Qur‟an dan Para Penafsiran. Jakarta: Pustaka Firdaus.
1991.
Baqi, Muhammad Fu‟ad Abdul, al-Mu‟jam al-Mufahras li al-fâdzi Al- Qur‟an al-Karim, Istanbul: al-Maktabah al-Islamiyah, 1984
Baidan, Nashiruddin, Metodologi Penafsiran al-Qur‟an, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998.
Al-Baydawi. Anwar al-Tanzil wa Asror wa Ta‟wil, Jilid IV.
Darmuin, Menelusuri Corak Penafsiran Kaum Syi'i, Cet. IX. ttp : Media.
2000.
Dzahabi, Syamsuddin Muhammad ibn Ahmad ibn „Utsman adz-, Syiaru A‟lami an-Nubala, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1987.
Durayd, Ibn, Kitab Jamharah al-Lughah, III, Baghdad: 1925.
93 Firdaus, Deni Hamdani. Kamus Al-Qur‟an: Cara Mudah Mencari Makna
dalam Al-Qur‟an. Purwakarta: Pustaka Ancala. 2007.
Ghofur, Saiful Amin, Profil Para Mufasir Al-Qur‟an, Yogyakarta: Pustaka Insan Mandiri, 2008
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Yogya Yayasan Penerbit Psyeology UGM, 1990.
http://id.wikishia.net/view/Al-Mizan_fi_Tafsir_al-Quran_(buku), diakses tanggal 25 Juli 2109.
Ilyas, Hamim, Studi Kitab Tafsir, Yogyakarta: Teras, 2004
Jawwad Mughniyah, Muh. Al-Nubuwwah wa al-Aqly. terj. Shabahussurur.
Jakarta: PustakaHidayah. 1993.
Khawarizmi, Abu al-Qasim Jarullah Mahmud bin Umar az-Zamakhsyari Al- Kasysyâf „an Haqâ‟iq Ghawâmid at-Tanzîl, wa „uyûn al-Aqâwîl fi wujûh at-Ta‟wîl, Beirut: Dar- al-Ma‟rifah, 2009.
http://fikriihsan12.blogspot.com/2016/10/tafsir-al-kasysyaf-karya-az- zamakhsyari.html, diakses tanggal 8 Agustus 2019.
Mahmud, Mani‟ Abd Halim. Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006.
Mahmud, Syaikh Abdullah bin Zaid Ali. al-Ittihaf Ahfiya' bi Risalah al- Anbiya' Qatar: Ri'asah al-Mahakim asy-Syar'iyyah wa asy-Syu'un ad- Diniyyah. 1991.
Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Semarang: Toha Putra, 1984.
Mansur Abdul Qahir ibn Tahir at-Tamimi al-Bagdadi, Abu. Kitab Usul ad- Din Beirut: Dar al Kutub al-'Ilmiyah. 1981.
Manzur, Ibn, Lisan al-„Arab, Jilid XI, Beirut: 1956
Moh. Matsna HS., Orientasi Semantik Al-Zamakhsyari, Jakarta: Anglo Media, 2006
94 Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002Suharsimi, Arikunto, Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rieneka Cipex, 2002
https://asysyariah.com/perbedaan-nabi-dan-rasul/
Munthe, Saefuddin Herlambang, Studi Tokoh Tafsir dari Klasik Hingga Kontemporer, Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2018
Muthahhari, Murtadha. Falsafah Kenabian. Jakarta: Pustaka Hidayah, 1991.
Nata, Abuddin, dkk., Ensiklopedi Al-Qur‟an; Kajian Kosa Kata dan Tafsirnya, Jakarta: Yayasan Bimantara, 1997.
Razzaqi, Abu Al-Qasim. Pengantar Kepada Tafsir Al-Mizan, Al-Hikmah No. 8. 1993.
Raya, Ahmad Thib. Rasionalitas Bahasa Al-Qur‟an: Upaya menafsirkan Al- Qur‟an dengan Pendekatan Kebahasaan. Jakarta: Fikra Publishing.
2006.
Sabiq, Sayid, Aqidah Islam (Ilmu Tauhid), terj. M. Abdai Rathony, Bandung:
CV. Diponegoro, 1993
Saputra, Irhas, “Penerapan Tafsir Al-Qur‟an bi Al-Qur‟an: Studi Atas Kitab Tafsir al-Mizan Fi Tafsir al-Qur`an Karya Muhammad Husain al- Thabathaba‟I”, dalam Jurnal Ushuluddin, Vol. 24 No. 2, Juli-Desember 2016.
Shabuni, Muhammad „Ali, An-Nubuwah wa al-Anbiya‟, Beirut: „Alim al- Kutub, 1985.
Shabuni M. Ali, an-Nubuwwah wa al-Anbiya‟, terj. As‟ad Yasin, Jakarta:
Gema Insani Pers
Ash-Shiddieqi, Teuku M. Hasbi. Al-Islam, Jilid I, PT. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 1998.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah, vol 8, Jakarta: Lentera Hati, 2002
95 Sumardi Surya Brata, Metode Penelitian. Jakarta: Grafindo Persada, 1998.
Asy-Syirbasi, Ahmad. Sejarah Tafsir Al-Qur‟an. Jakarta: Pustaka Firdaus.
1996.
Syukur, Amin. Pengantar Studi Islam. Semarang: Duta Grafika & Yayasan Iqra‟. 1993
Tahir Muin, Taib. Ikhtisar Ilmu Tauhid, Solo: Ramadhani. 1998.
Thabathaba‟I, Allamah Sayid Muhammad Husain, Tafsir al-Mizan, Jilid 1, Jakarta: Lentera, 2010
Yaqub, Ali Mustafa, Sejarah Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.
Al-Yusr Muhammad bin Muhammad bin Abdul Karim al-Bazdawi, Abu.
Kitab Usul ad-Din. Kairo: Dar Ihya al-Kutub al-'Ilmiyyah. 1963 Yusuf, Muhammad, dkk, Studi Kitab Tafsir: Munyuarakan Teks yang Bisu Al-Zahabiy, Muchammad Chusain. al-Tafsirwa al-Mufassirun,1976.
Zainuddin. Ilmu Tauhid Lengkap. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992.
Zulaiha, Eni, “Fenomena Nabi dan Kenabian dalam Perspektif Al-Qur‟an”, dalam Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir, Vol. 1 No. 2 Desember 2016.
RIWAYAT HIDUP
Siti Khalidah dilahirkan di kabupaten Sumenep tepatnya di Dusun Tamba Agung Ares pada tanggal 21 Mei 1995. Anak tunggal dari pasangan Abdul Ghaffar dan Mutmainnah.
Peneliti menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Tamba Agung Ares II Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep, Madura pada tahun 2007. Pada tahun itu juga peneliti melanjutkan pendidikan di MTs. Miftahul Ulum Kecamatan Ambunten dan tamat pada tahun 2010. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep, Madura pada tahun 2010 hingga lulus pada tahun 2014. Setelah lulus, pada tahun ini juga peneliti mulai mengabdi di Pondok Pesantren Al- Amien Prenduan, Sumenep, Madura selama satu tahun, yakni sampai tahun 2015.
Pada tahun 2015, setelah menyelesaikan masa pengabdiannya, peneliti melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, tepatnya di Institut Ilmu Al- Qur‟an (IIQ) Jakarta Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir. Peneliti penyelesaikan program kuliah Strata Satu (S1) pada tahun 2019.