• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATALAKSANAAN OTITIS EKSTERNA DIFUSA

N/A
N/A
dinda saskia

Academic year: 2024

Membagikan "PENATALAKSANAAN OTITIS EKSTERNA DIFUSA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENATALAKSANAAN OTITIS EKSTERNA DIFUSA PENATALAKSANAAN OTITIS EKSTERNA DIFUSA

Renold Yurensa, Askaroellah Aboet Renold Yurensa, Askaroellah Aboet

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah suatu inflamasi dari kulit pada liang telinga luar, biasanya Otitis eksterna adalah suatu inflamasi dari kulit pada liang telinga luar, biasanya berhubungan dengan infeksi bakteri dan atau infeksi jamur dari kulit yang lembab. Banyak  berhubungan dengan infeksi bakteri dan atau infeksi jamur dari kulit yang lembab. Banyak  faktor berperan, seperti trauma ketika mengorek telinga, perubahan lapisan kulit superfisial, faktor berperan, seperti trauma ketika mengorek telinga, perubahan lapisan kulit superfisial, pintu masuk untuk infeksi dapat terjadi, membuat bakteri otitis eksterna penyebab terbanyak  pintu masuk untuk infeksi dapat terjadi, membuat bakteri otitis eksterna penyebab terbanyak  penyakit pada liang telinga luar. Kondisi sistemik seperti anemia dan kelainan endokrin penyakit pada liang telinga luar. Kondisi sistemik seperti anemia dan kelainan endokrin terutama diabetes dan banyak jenis dari dermatitis seperti seboroika, psoriasis dan eksema terutama diabetes dan banyak jenis dari dermatitis seperti seboroika, psoriasis dan eksema kemungkinan mengurangi resistensi terhadap infeksi pada liang telinga luar yang kemungkinan mengurangi resistensi terhadap infeksi pada liang telinga luar yang menyebabk

menyebabkan terjadinya an terjadinya otitis eksterna.otitis eksterna.11

Perawatan otitis eksterna dapat

Perawatan otitis eksterna dapat dilakukan dengan pengobatan topikal walaupun dapatdilakukan dengan pengobatan topikal walaupun dapat  juga menggunakan pengobatan

 juga menggunakan pengobatan secara sistemik secara sistemik untuk mengobati untuk mengobati pasien otitis pasien otitis eksterna. Padaeksterna. Pada keadaan khusus seperti pasien

keadaan khusus seperti pasien immunocompromiseimmunocompromise, pemberian pengobatan berpotensi, pemberian pengobatan berpotensi mencegah penyeba

mencegah penyebaran ke ran ke jaringan sekitar.jaringan sekitar.22

Otitis eksterna dapat di klasifikasikan dalam beberapa kategori seperti: otitis eksterna Otitis eksterna dapat di klasifikasikan dalam beberapa kategori seperti: otitis eksterna yang terlokalisasi (sirkumskripta), otitis eksterna difusa, otitis eksterna bagian generalisata yang terlokalisasi (sirkumskripta), otitis eksterna difusa, otitis eksterna bagian generalisata dari kondisi kulit secara umum, otitis eksterna invasif, otitis eksterna bentuk lain. Otitis dari kondisi kulit secara umum, otitis eksterna invasif, otitis eksterna bentuk lain. Otitis eksterna difusa dibagi oleh dua stadium yaitu otitis eksterna akut difusa dan otitis eksterna eksterna difusa dibagi oleh dua stadium yaitu otitis eksterna akut difusa dan otitis eksterna kronik difusa. Otitis eksterna akut difusa adalah proses infeksi pada liang telinga luar.

kronik difusa. Otitis eksterna akut difusa adalah proses infeksi pada liang telinga luar.

Hiperestesia regional adalah hasil dari inflamasi kulit pada daerah dengan sedikit jaringan Hiperestesia regional adalah hasil dari inflamasi kulit pada daerah dengan sedikit jaringan subkutan, glandula sebasea dan apokrin, terutama pada bagian dalam 2/3 dari meatus.

subkutan, glandula sebasea dan apokrin, terutama pada bagian dalam 2/3 dari meatus.

Masuknya air ke dalam liang telinga

Masuknya air ke dalam liang telinga luar adalah penyebab terbanyak terjadinya otitis eksternaluar adalah penyebab terbanyak terjadinya otitis eksterna yang berhubungan dengan insidensi dan kejadian otitis eksterna, penyakit ini berkisar antara yang berhubungan dengan insidensi dan kejadian otitis eksterna, penyakit ini berkisar antara 5% - 10% pada penduduk, kasus otitis

5% - 10% pada penduduk, kasus otitis eksterna tinggi pada daerah lembab dan musim panas.eksterna tinggi pada daerah lembab dan musim panas.33 Otitis eksterna kronik difusa memiliki gejala iritasi dan keluarnya cairan dari liang telinga.

Otitis eksterna kronik difusa memiliki gejala iritasi dan keluarnya cairan dari liang telinga.

Dapat terjadi tuli akibat

Dapat terjadi tuli akibat akumulasi debris pada liang telinga luar.akumulasi debris pada liang telinga luar.44

(2)

ANATOMI TELINGA ANATOMI TELINGA

Secara anatomi telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga Secara anatomi telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

dalam.5,6,75,6,7

Telinga luar terdiri atas daun telinga ( pinna atau aurikula ) dan liang telinga. Karena Telinga luar terdiri atas daun telinga ( pinna atau aurikula ) dan liang telinga. Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang melengkung atau seperti keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang melengkung atau seperti spiral, maka telinga luar mampu melindungi membran timpani dari trauma, benda asing dan spiral, maka telinga luar mampu melindungi membran timpani dari trauma, benda asing dan efek termal. Telinga luar berfungsi untuk mengumpulkan dan menghantarkan gelombang efek termal. Telinga luar berfungsi untuk mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga tengah.

bunyi ke struktur-struktur telinga tengah.77

Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk-lekuk dan ditutupi oleh Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk-lekuk dan ditutupi oleh kulit. Lekuk daun telinga yang utama ialah heliks dan antiheliks,

kulit. Lekuk daun telinga yang utama ialah heliks dan antiheliks, tragustragus dandan antitragusantitragus, dan, dan konka. Konka merupakan lekukan menyerupai corong yang menuju

konka. Konka merupakan lekukan menyerupai corong yang menuju meatusmeatus. Bagian daun. Bagian daun telinga yang tidak mengandung tulang rawan ialah

telinga yang tidak mengandung tulang rawan ialah lobuluslobulus. Tulang rawan daun telinga. Tulang rawan daun telinga berlanjut menjadi tulang rawan liang telinga luar, merupakan 1/3 dari panjang liang telinga berlanjut menjadi tulang rawan liang telinga luar, merupakan 1/3 dari panjang liang telinga luar dan 2/3 bagian dalam merupakan bagian tulang. Di sebelah medial, liang telinga luar luar dan 2/3 bagian dalam merupakan bagian tulang. Di sebelah medial, liang telinga luar dibatasi oleh membran timpani. Kulit yang melapisi tulang rawan sangat longgar dan dibatasi oleh membran timpani. Kulit yang melapisi tulang rawan sangat longgar dan mengandung banya

mengandung banyak folikel k folikel rambut, kelenjar serumen dan rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea.kelenjar sebasea.77

Gambar 1. Daun telinga Gambar 1. Daun telinga 88

Liang telinga luar bagian tulang melengkung ke arah anterior dan inferior, dan Liang telinga luar bagian tulang melengkung ke arah anterior dan inferior, dan menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Bagian tulang membentuk 2/3 bagian dari menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Bagian tulang membentuk 2/3 bagian dari keseluruhan panjang liang telinga yang rata-rata berukuran 3 ½ cm. Garis tengah saluran keseluruhan panjang liang telinga yang rata-rata berukuran 3 ½ cm. Garis tengah saluran bervariasi antara 7

bervariasi antara 7 –  – 9 mm dengan ukuran vertikal lebih besar. Kulit pada bagian tulang9 mm dengan ukuran vertikal lebih besar. Kulit pada bagian tulang sangat erat melekat ke tulang dengan lapisan subkutan yang padat membentuk 

sangat erat melekat ke tulang dengan lapisan subkutan yang padat membentuk   perios perios..

Gendang telinga dan kulit

Gendang telinga dan kulit liang telinga bagian tulang mempunyai sifat liang telinga bagian tulang mempunyai sifat membersihkan sendirimembersihkan sendiri

(3)

yang disebabkan oleh migrasi lapisan keratin epitelium dari membran timpani keluar ke bagian tulang rawan. Migrasi ini agak cepat dekat perlekatan lengan malleus, menjadi lambat secara melingkar dari umbo dan menjadi sangat lambat ketika mencapai liang telinga.7

Gambar 2. Lapisan kulit.8

Kulit terdiri dari lapisan epitel ektodermal yaitu epidermis, dan lapisan jaringan penghubung mesodermal yaitu dermis (gambar 2). Hubungan dermis dan epidermis adalah irreguler, dan tonjolan dari dermis disebut papillae dengan evaginasi dari epidermis disebut epidermal ridges. Dibawah dermis, hipodermis atau jaringan subkutan. Jaringan penghubung

berisi sel-sel adiposa yaitu  panniculus adiposus. Epidermis sebagian besar terdiri dari stratified squamous keratinized epithelium, tetapi epidermis berisi 3 tipe sel: melanocytes, sel  Langerhan’s, dan sel  Merkel’s. Sel keratinizing epidermal disebut keratinocytes. Keratinocytes membedakan antara kulit yang tebal (glabrous, atau halus dan tidak berambut) dan kulit yang tipis (berambut), dijumpai di tempat lain pada permukaan tubuh.  Epidermis terdiri dari 5 lapisan sel-sel yang memproduksi keratin (keratinocytes) yang mengatur :9

1. Stratum basale (stratum germinativum).

Terdiri dari lapisan tunggal kolumnar basofil atau sel-sel kuboid pada lamina basalis dari gabungan dermis -epidermis (memisahkandermis dari epidermis).

(4)

2. Stratum spinosum.

Terdiri dari kuboid, poligonal dengan sentral nukleus dan dengan sitoplasma yang berisi ikatan filamen-filamen.

3. Stratum granulosum.

Terdiri dari 3  –  5 lapisan sel-sel poligonal yang tipis yang berisi nukleus dan sitoplasma, kemudian mengisi granul basofilik yang disebut granul keratohialin.

4. Stratum lusidum.

Stratum lusidum lebih terlihat pada kulit yang tipis. Bersifat translusen dan tersusun atas lapisan yang sangat tipis dan sel eusinofilik.

5. Stratum corneum.

Terdiri dari 15 – 20 lapisan yang datar bersifat non nucleated keratinized  dimana sitoplasma berisi filamen skleroprotein yaitu keratin.

 Dermis tersusun dari jaringan konektif yang mendukung epidermis. Ketebalan dermis bervariasi tergantung area dari tubuh, ketebalan maksimum 4 mm pada daerah punggung.

 Dermis memiliki papil (dermal papillae) terutama pada daerah kulit yang sering mendapat tekanan. Lapisan papillaryadalah tipis, tersusun atas jaringan konektif. Ini merupakan bagian utama daripada dermal papillae. Penghubung antara dermal dan epidermal dapat terlihat secara histologi. Lapisan reticular  adalah tebal yang terdiri dari jaringan konektif yang irreguler, oleh karena itu banyak terdapat jaringan berupa serat dibandingkan sel yang terdiri dari lapisan papillary.9

Dermis banyak terdapat pembuluh darah dan limfa, dermis berfungsi dalam hal pengaturan temperatur tubuh dan sedikit peranan tekanan darah perifer, juga terdapat persarafan pada dermis. Jaringan subkutan terdiri dari jaringan konektif yang mengikat kulit bagian dalam. Pada jaringan subkutan berisi sel lemak yang jumlahnya tergantung pada area tubuh.9

Kulit dari kanalis kartilaginous berisi banyak sel-sel rambut dan kelenjar sebasea serta kelenjar apokrin seperti kelenjar serumen. Berturut-turut, ketiga struktur adneksa ini memberikan fungsi perlindungan dan ini disebut dengan apopilosebaseus. Sekresi kelenjar dengan pergantian kulit epitel skuamous ke dalam bentuk lapisan asam dari serumen, salah satu pelindung primer terhadap infeksi dari liang telinga. Invaginasi dari lapisan epidermis pada dinding luar dari folikel rambut, dan bentuk tangkai rambut pada dinding dalam.

Kanalis folikularis adalah ruang antara kedua struktur ini. Alveoli dari kelenjar sebasea dan

(5)

apokrin kosong karena duktus ekskretori kaku dan pendek, kemudian dialirkan ke dalam kanalis folikularis. Sumbatan dari beberapa duktus menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi.9

Hubungan antara liang telinga dengan struktur di sekelilingnya mempunyai arti klinis yang penting. Dinding anterior liang telinga ke arah medial berdekatan dengan sendi temporomandibular dan ke lateral dengan kelenjar parotis. Dinding inferior liang telinga juga berhubungan erat dengan kelenjar parotis. Infeksi pada liang telinga bagian tulang rawan memungkinkan infeksi meluas dari liang telinga luar ke dalam parotis dan sebaliknya. Pada ujung medial dinding superior liang telinga bagian tulang membentuk lempengan tulang berbentuk baji yang memisahkan lumen liang telinga dan epitimpani. Dinding posterior liang telinga bagian tulang terpisah dari sel udara mastoid oleh suatu tulang tipis.7,10

Gambar 3. Bagan telinga.8

Pada liang telinga luar normalnya steril atau berisi Staphylococcus albus, juga terdapat Staphylococcus aureus atau Streptococci. Pada otitis eksterna mikroorganisme sering bercampur, Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif seperti Pseudomonas dan Proteus. Infeksi liang telinga oleh bakteri patogen dipengaruhi oleh kondisi host  misal adanya trauma lokal, dermatitis dan perubahan pH pada liang telinga.11

(6)

PENDARAHAN

Pendarahan liang telinga luar berasal dari cabang arteri aurikular posterior, cabang dari arteri karotid eksternal atau arteri oksipital. Arteri temporal superfisial juga memperdarahi permukaan lateral dari aurikula. Pengaliran darah vena berkaitan dengan pengaliran darah dari arteri. Aliran limfatik bervariasi tetapi pada umumnya aliran konka dan meatus menuju preauricular daninfraauricular nodes. Kanalis auditori eksternal mengalir ke mastoid daninfraauricular nodes.12

Gambar 4. Arteri yang mendarahi kepala dan leher.8

PERSARAFAN

Daun telinga dan liang telinga luar menerima cabang-cabang sensoris dari cabang aurikulotemporal saraf ke-5 di bagian depan, di bagian posterior dari nervus auricula mayor  dan minor, dan cabang-cabang nervus glossofaringeus dan vagus. Stimulasi saraf ini akan menyebabkan refleks batuk bila telinga luar dibersihkan. Liang telinga bagian tulang sebelah posterior superior disarafi oleh cabang sensorik nervus fasial.7

KLASIFIKASI

Klasifikasi otitis eksterna berdasarkan luasnya lesi (tabel 1).4

Tabel 1. Klasifikasi otitis eksterna.4

Klasifikasi Subklasifikasi

1. Terlokalisasi (furunkulosis)

2. Otitis eksterna difusa Idiopatik.

(7)

Traumatik.

Iritan.

Alergi.

Bakteri/jamur.

Faktor iklim/lingkungan.

3. Bagian dari kondisi-kondisi kulit pada umumnya.

Dermatitis seboroika.

Dermatitis alergi.

Dermatitis atopi.

Psoriasis.

4. Invasif (granulomatosa / nekrotising /  maligna).

5. Lain-lain (keratosis obturans)

DEFENISI

Otitis eksterna difusa adalah infeksi bakteri pada liang telinga yang disebabkan oleh rusaknya kulit pada liang telinga/berkurangnya produksi serumen sebagai pelindung liang telinga dari kelembaban dan temperatur yang tinggi, biasanya dikenal sebagai “Swimmer’s ear ”. Trauma ketika membersihkan liang telinga dengan kuku jari atau kapas pengorek 

telinga diketahui sebagai faktor lokal penyebab otitis eksterna difusa yang paling sering terjadi.13

STADIUM

Stadium otitis eksterna difusa terdiri dari 2 stadium :4

1. Stadium akut.

Rasa tidak nyaman hingga nyeri didalam dan sekitar liang telinga yang sesuai dengan pergerakan dari rahang. Dalam kasus berat terdapat pembengkakan di sekitar jaringan lunak dan bagian luar dari aurikula. Pada pemeriksaan, kulit dari liang telinga berwarna merah, edema dan sangat sensitif. Dijumpai nanah pada liang telinga dan sebagai perkembangan penyakit dari deskuamasi epitel pada liang telinga yang terbentuk dari massa debris seperti keju didalam liang telinga serta membran timpani sering tidak jelas terlihat.4

(8)

DAFTAR PUSTAKA

1. Nogueira JCR, Diniz MFFM, Lima EO, Lima ZN, Identification and antimicrobial susceptibility of acute external otitis microorganisms, Original article, Brazilian  journal of Otorhinolaryngology, July/August 2008, Pubmed central, Available from

URL : www.scielo.br/pdf/rboto/v74n4/en_a07v74n4.pdf 

2. Sander R, Otitis externa : A practical guide to treatment and prevention, Practical therapeutics, American family physician, Vol. 63, Number 5, March 1, 2001, Proquest

medical library, Available from URL :

http://proquest.umi.com/pqdweb?index=0&did=69861024&SrchMode=1&sid

3. Callejo FJG, Martinez NM, Achiques MT, Tobias NC, Elena MJM, Algara JM, Considerations on acute otitis externa for its optimized treatment, Original article, Acta Otorhinolaryngology Espanola, February 2009, Pubmed central, Available from URL : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term

4. Wright D, Diseases of the external ear, In : Scott-Brown’s Otolaryngology, 6thedition, Oxford Boston Johannesburg, Elsevier, 1997, pg : 3/6/1 – 19.

5. Liston SL dkk, Embriologi, anatomi dan fisiologi telinga, Dalam: Boeis buku ajar penyakit THT, Edisi 6, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta, 1997, hal : 27 -38.

6. Sosialisman dkk, Kelainan telinga luar, Dalam: Buku ajar ilmu kesehatan THT-KL, Edisi 6, Balai penerbit FK UI, Jakarta, 2007, hal : 58 – 61.

7. Austin DF, Anatomi dan embriologi telinga, h : 101  – 51, Penyakit telinga luar, Dalam: Penyakit THT-KL, John Jacob Ballenger, Edisi 13, jilid 2, Binarupa aksara, Jakarta, 1997, hal : 332 – 48.

8. Human being sense organ hearing (picture), Available from URL : www.virtualmedicalcentre.com

9. Junqueira LC, Carneiro J, Kelley RO, Skin, In : 1989 Basic histology, 6th edition, Prentice-Hall International Pub, United States of America, 1989, pg : 354 – 67.

10. Wareing MJ, Lalwani AK, Jackler RK, Development of the ear, In : Head & Neck  Surgery Otolaryngology, 4th edition, Vol. 2, Lippincott Williams & Willkins, Philadelphia, 2006, pg : 1869 – 73.

11. Yanagisawa E, Kmucha S, Diseases of the external and middle ear, In : Text book of  Otolaryngology Head and Neck Surgery, 8thedition, Elsevier, 2003, pg : 63 - 76.

(9)

12. Moore GF, Ogren FP, Yonkers AJ, Anatomy and embriology of the ear, In : Text book of Otolaryngology Head and Neck Surgery, 8th edition, Elsevier, 2003, pg : 1 –  26.

13. Ong YK, Chee G, Infections of the external ear, Review article, Annals academy of  medicine, Vol. 34, No. 4, May 2005, Pubmed central, Available from URL : www.pubmed.com

14. Linstron CJ, Lucente FE, Infection of the external ear, In : Head and Neck Surgery, Otolaryngology, 4th edition, vol.2, Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins, 2006, pg : 1987 – 2000.

15. Lee S, Rosh AJ, Otitis externa, Article, eMedicine Emergency Medicine Ear Nose and

Throat, Apr 20, 2010, Available from URL :

www.emedicine.medscape.com/article/763918

16. Osguthorpe JD, Nielsen DR, Otitis externa : Review and clinical update, American Academy of Family Physicians, 2006, Available from URL : www.aafp.org/afp

17. Guss J, Ruckenstein MJ, Infections of the external ear, In : Cummings Otolaryngology Head & Neck Surgery, 5th edition, vol.2, Mosby Elsevier, 2010, pg : 2979 - 87

18. Garry JP, Otitis externa, Article, Department of family & community medicine, University of Minnesota Medical School, Feb 28, 2010, Available from URL : www.emedicine.medscape.com/article/84923-clinical

19. Iurato S, Diseases of the auricle and of the external auditory canal, In : European manual of medicine Otorhinolaryngology, Head & Neck Surgery, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, 2010, pg : 43 – 54.

20. Handley RT, Otitis externa : treatment is easy, but a missed diagnosis can be fatal, CME, JAAPA, February 2009, Available from URL : www.jaapa.com

21. Adult male ear (rash, growth, or disease) (picture), Available from URL : www.skinsight.com/images/dx/webAdult/cellulitis_6635_med.jpg

Referensi

Dokumen terkait

Otits eksterna tipe maligna (OEM) sendiri adalah infeksi dari MAE yang progresif, berpotensial untuk mematikan jaringan sekitarnya dan dasar tengkorak, biasnya

Otitis eksterna maligna adalah infeksi difusa di liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya yang umumnya terjadi pada orang tua dengan penyakit

Operasi timpanomastoidektomi dinding runtuh yang dilakukan pada kasus kolesteatom eksterna dengan perluasan ke kavum mastoid memberikan hasil yang baik, dimana tujuan

discharge yang keluar dari telinga, gatal-gatal (khususnya pada infeksi jamur atau otitis eksterna gatal (khususnya pada infeksi jamur atau otitis eksterna kronik), rasa nyeri

Penelitian ini untuk melihat gambaran kuman penyebab otitis eksterna serta bagaimana pola kepekaan kuman terhadap antibiotik yang sering digunakan di di poliklinik

Faktor predisposisi otitis eksterna, yaitu (Sander, 2009) : struktur anatomis (penimbunan serumen dapat diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada

Salah satu jenis otitis media adalah Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK), yang merupakan infeksi kronik telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan

Penatalaksanaan: Penatalaksanaan otitis media akut dengan komplikasi intrakranial dan intratemporal mencakup pemberian antibiotik empiris, analgetik, anti-inflamasi dan