• Tidak ada hasil yang ditemukan

pendekatan integratif teknik muhasabah diri dan teknik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pendekatan integratif teknik muhasabah diri dan teknik"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN INTEGRATIF TEKNIK MUHASABAH DIRI DAN TEKNIK SELF- MANAGEMENT UNTUK MENANAMKAN KEDISIPLINAN SISWA

YANG SERING TERLAMBAT

(STUDI KASUS 2 SISWA MA AT-TAHZIB KEKAIT)

Oleh :

MUHAMMAD BAYANI Nim : 170303080

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2021

(2)

ii

PENDEKATAN INTEGRATIF TEKNIK MUHASABAH DIRI DAN TEKNIK SELF- MANAGEMENT UNTUK MENANAMKAN KEDISIPLINAN SISWA

YANG SERING TERLAMBAT

\(STUDI KASUS 2 SISWA MA AT-TAHZIB KEKAIT) SKRIPSI

Diiajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Serjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

MUHAMMAD BAYANI Nim : 170303080

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2021

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Muhammad Bayani, NIM: 170303080 dengan judul " Pendekatan Integratif Teknik Muhasabah Diri Dan Teknik Self-Management Untuk Menanamkan Kedisiplinan Siswa Yang Sering Terlambat (Studi Kasus Dua Siswa MA At-Tahzib Kekait)" telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: ________________

PembimbingI, Pembimbing II

Dr. Muchammadun, M.PS.,MAPP.Ling Maliki, M.Pd.I NIP.197711212009011005 NIDN.2031128802

(4)

iv NOTA DINAS

Mataram_________________

Hal: Ujian Skripsi

Yang Terhormat

Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Di Mataram

Assalamu’alaikum, Wr.Wb.

Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi, kami berpendapat bahwa skripsi Saudara:

Nama Mahasiswa : Muhammad bayani

NIM : 170303080

Jurusan/Prodi : Bimbingan dan Konseling Islam (BKI)

Judul : Pendekatan Integratif Teknik Muhasabah Diri Dan Teknik Self-Management Untuk Menanamkan Kedisiplinan Siswa Yang Sering Terlambat (Studi Kasus Dua Siswa MA At-Tahzib Kekait).

telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqosah skripsi Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera di-munaqasyah-kan.

Wassalammu’alaikum, Wr.Wb.

PembimbingI, Pembimbing II

Dr. Muchammadun, M.PS.,MAPP.Ling Maliki, M.Pd.I NIP.197711212009011005 NIDN.2031128802

(5)

vi

PENGESAHAN

Skripsi oleh: Muhammad Bayani, NIM: 170303080 dengan judul " Pendekatan Integratif Teknik Muhasabah Diri Dan Teknik Self-Management Untuk Menanamkan Kedisiplinan Siswa Yang Sering Terlambat (Studi Kasus Dua Siswa MA At-Tahzib Kekait)" telah dipertahakan di depan dewan penguji Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram pada tanggal 21 Desember 2021.

Dewan Penguji

Dr. Muchammadun, M.PS.,MAPP.Ling.

(Ketua Sidang/Pemb. I)

__________________________

Maliki, M.Pd.I (Sekertaris Sidang/Pemb. II)

__________________________

Dr. Mira Mareta, MA (Penguji I)

__________________________

Dwi Widarna Lita Putri, M.Psi (Penguji II)

__________________________

Mengetahui

Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Dr. Muhammad Saleh Ending , MA.

NIP. 197209121998031001

(6)

vii MOTTO

َلَ َو ِهي ِخَأ َو َفُسوُي نِم ۟اوُسَّسَحَتَف ۟اوُبَهْذٱ َّىِنَبََٰي ِ َّللَّٱ ِح ْو َّر نِم ُسَٔـْي۟اَي َلَ ۥُهَّنِإ ۖ ِ َّللَّٱ ِح ْو َّر نِم ۟اوُسَٔـْي۟اَت

َنو ُرِف ََٰكْلٱ ُم ْوَقْلٱ َّلَِإ

Artinya: "Wahaianak-anaku! Pergilah kamu, cari (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu putusasa dari Rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputusasa dari Rahmat Allah, h

anyalah orang-orang kafir". (QS Yusuf: 87).

Harapan selalu ada bagi orang yang percaya hadapi setiap tantangan dalam hidup dengan niat mencari Rindho-Nya, lakukan usaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan disertai dengan do'a.

(7)

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk

1. Kedua oang tua Bapak Abdullah dan Ibundaku Hj Nurhasanah tercinta yang telah mengasuh saya dengan penuh cinta dan kasihsayang, dan tetap memberikan semangat dalam hidup saya sehingga saya dapat menyelesaikan kuliah saya untuk meraih gelar S.1. Andaikan boleh aku bersujud menyembah padamu, akan aku lakukan sebagai bukti baktiku padamu

2. Buat semua keluarga, Nenek, Paman, Bibik, Kekasih tersayang , dan semua keluarga yang tidak bisa saya sebut namun tidak mengurangi rasa hormat dan kasih sayang saya terhadap semunya, terimaksi atas dukungannya selama ini.

3. Buat guru dan dosenku terimaksi atas bimbingan sehingga aku bisa sampai titik yang aku inginkan selama ini.

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidakakan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karna itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut:

1. Dr. Muchammadun, M.PS.,MAPP.Ling. Sebagai Pembimbing I dan Maliki, M.Pd.I. Sebagai Pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosen di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai;

2. Dr. Mira Mareta, M.A sebagai ketua jurusan;

3. Dr. Muhammad Saleh, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi;

4. Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M. Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberikan bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.

5. Dan setrusnya.

(9)

x

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat-ganda dari Allah SWT. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta. Aamiin.

Gunungsari,______________

Penulis,

Muhammad Bayani

NIM: 170303080

(10)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMNING ... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL (JIKA ADA) ... xiv

DAFTAR GAMBAR (JIKA ADA) ... xv

ABSTRAK (INDONESIA, ARAB DAN INGGRIS) ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Peneliti Manfaat Penelitian ... 7

D. Telaah Pustaka ... 8

E. Kerangka Teori... 16

F. Metode Penelitian... 35

G. Sistematika Pembahasan ... 45

(11)

xii

BAB II Paparan Data dan Temuan ... 48

1. Gambaran Umum MA AT-Tahzib ... 48

1. Deskripsi lokasi penelitian ... 48

2. Deskripsi konselor ... 54

3. Deskripsi konseli ... 56

4. Latar belakang konseli ... 60

2. Deskripsi pelaksanaan Pendekatan Integratif Teknik Muhasabah Diri dan Teknik Self-Management Untuk Menanamkan Kedisiplinan Pada Siswa Yang Sering Terlambat di MA At-Tahzib Kekait. ... 65

1. Identifikasi masalah ... 66

2. Diagnosis ... 74

3. Prognosis ... 76

4. Treatment/terapi ... 79

5. Evaluasi dan follow up ... 90

3. Deskripsi Dampak Pendekatan Integratif Teknik Muhasabah Diri dan Teknik Self-Management Untuk Menanamkan Kedisiplinan Pada Siswa Yang Sering Terlambat di MA At-Tahzib Kekait. ... 101

BAB III PEMBAHASAN……….. 104

1. Analisis Pelaksanaan Pendekatan Integratif Teknik Muhasabah Diri dan Teknik Self-Management Untuk Menanamkan Kedisiplinan Pada Siswa Yang Sering Terlambat di MA At-Tahzib Kekait…..104

1) Suasana hati yang berubah-ubah………105

2) Kurang Manajemen waktu……….106

(12)

xiii

3) Kurangnya perhatian dan pengawasan………..108

2. Analisis Dampak Pendekatan Integratif Teknik Muhasabah Diri dan Teknik Self-Management Untuk Menanamkan Kedisiplinan Pada Siswa Yang Sering Terlambat di MA At-Tahzib Kekait. ... 112

1) Disiplin………112

2) Religius………113

BAB IV PENUTUP……… 115

A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 123

LAMPIRAN (jikaada) ... 126

(13)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Sarana dan Prasarana yang ada di MA At-Tahzib Kekait, 46.

Tabel 2.2 Daftar Jadwal Harian Mh, 73.

Tabel 2.3 Daftar Jadwal Harian Mr, 73.

Tabel 2.4 Daftar Rencana Perubahan Untuk Kedua Konseli,77.

Tabel 2.5 Daftar Jadwal Perubahan Mh Pada Sesi Pertama, 80.

Tabel 2.6 Daftar Jadwal Perubahan M r Pada Sesi Pertama, 81.

Tabel 2.7 Daftar Jadwal Perubahan Mh Pada Sesi Kedua, 83.

Tabel 2.8 Daftar Jadwal Perubahan M r Pada Sesi Kedua, 84.

Tabel 2.9 Daftar Jadwal Perubahan Mh Pada Sesi Ketiga, 86.

Tabel 2.10 Daftar Jadwal Perubahan M r Pada Sesi Ketiga, 87.

Tabel 3.11 Daftar Perbandingan Konseli Sebelum Dan Sesudah Konseli Melakukan Proses Konseling, 103.

(14)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Lokasi Pondok Pesantren At-Tahzib, 42.

Gambar 3.2 Diagram Sebab Akibat Perilaku Negatif Mh dan Mr, 93.

(15)

xvii

PENDEKATAN INTEGRATIF TEKNIK MUHASABAH DIRI DAN TEKNIK SELF- MANAGEMENT UNTUK MENANAMKAN KEDISIPLINAN SISWA

YANG SERING TERLAMBAT

(STUDI KASUS 2 SISWA MA AT-TAHZIB KEKAIT) Oleh

Muhammad Bayani 170303080 ABSTRAK

Salah satu untuk mewujudkan lingkungan pendidikan yang efektif, dengan mentaati peraturan yang mengharuskan siswa menjadi di siplin. Disiplin juga dapat diartikan sebagai kepatuhan, pengawasan, pengendalian terhadap aturan atau norma yang ada disekolah. Sikap disiplin merupakan sebuah latihan yang bertujuan untuk melatih diri menjadi seorang yang bertanggung jawab atas kewajian sebagai pelajar yang harus mentaati peraturan-peraturan yang ada di sekolah sehingga tidak terjadi suatu permasalahan yang berkaitan dengan terlambat datang. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif karena penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan domumentasi.

Sumber data data dalam penelitian iniadalah sumber data primer yaitu, guru Bk, siswa yang bersangkutan, teman dekatnya dan orang tua atau keluarganya.

Sedangkan data sekunder iyalah temuan-temuan dari hasil bacaan dari buku maupun jurnal dan skripsi yang berkaitan dengan menanmkan kedisiplinan pada siswa yang sering terlambat.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pelaksanaan pendekatan behavior teknik muhasabah dan teknik self-management untuk menanamkan kedisiplinan pada siswa yang sering terlambat datang (studi kasus siswa MA at-tahzib kekait) menemukan beberapa permasalahan yang menjadikan siswa tidak disiplin yaitu: 1.

Suasana hati yang berubah-ubah, 2. Kurang manajemen waktu, 3. Kurangnya perhatian dan pengawasan. Adapun dampak dari pelasanaan pendekatan behavior teknik muhasabah dan teknik self-management untuk menanamkan kedisiplinan pada siswa yang sering terlambat datang (studi kasus siswa MA at-tahzib kekait) ialah: 1. Siswa menjadi disiplin, 2 siswa menjadi lebih religius.

Kata kunci: teknik muhasabah, teknik self-managemnt, menanamkan kedisiplinan.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi individu. Karena dengan pendidikan kehidupan akan menjadi cerah dimasa depan, baik bagi diri sendiri, lingkungan, agama, sosial, nusa, dan bangsa. Di samping itu pendidikan individu harus memiliki sifat disiplin, karena disiplin merupakan kunci sukses bagi kegiatan belajar siswa di sekolah, karena dengan disiplin maka setiap siswa akan menciptakan rasa nyaman serta aman bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di lingkungan sekolah. Disiplin tentu tidak akan muncul begitu saja pada diri siswa tanpa didasari dengan penegakan peraturan demi mengwujudkan lingkungan pendidikan yang efektif.

Salah satu untuk mewujudkan lingkungan pendidikan yang efektif, dengan mentaati peraturan yang mengharuskan siswa menjadi di siplin. Disiplin itu merupakan sebuah sikap yang patuh terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan dan pengendalian diri terhadap peraturan yang ada. Disiplin juga disebut sebagai latihan diri yang bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan diri seseorang agar bisa berprilaku saat dan patuh terhadap tata tertib. Tata tertib dibuat dalam dunia pendidikan untuk dijalan kan dan tipatui oleh semua semua siswa yang ada disekolah baik itu guru, kepala sekoalah, staf dan termasuk didalam nya yaitu siswa itu sendiri yang berperan aktif untuk menjalankan peraturan tersebut sehingga nantinya siswa yang mempunyai

(17)

permaslahan yang berkaitan dengan kurang yang disiplin bisa menjadi lebih disiplin melaui menajemen waktu yang baik maka tercipta suatu rasa tanggung jawab untuk mentaati tata tertib tersebut. Permasalahan yang paling sering dijumpai dalam dunia pendidikan ialah datang terlambat kesekolah (tidak disiplin).

Perilaku terlambat memang bukanlah sebuah persoalan pelanggaran yang berat seperti mencuri, tauran, minum-minuman keras ataupun membunuh, sampai –sampai kita meremehkan persoalan yang mungkin dianggap ringan oleh sebagaian besar namun perlu kita sadari dampak dari tidak disiplin seseorang atau siswa dapat berdampak bagi perkembangan pembelajaran siswa sehingga berdampak juga pada penurunan prestasi siswa disekolah. Sikap disiplin harus dibentuk pelan-pelan sehingga siswa merasakan efek dari disiplin sehingga nantinya apabaila sudah berhasil melatih dirinya menjadi orang yang disiplin maka dia berhasil menjalankam semua prosespembelajar disiplin maka dia akan menjadi lebih bertanggung jawab terhadap dirinya dan orang lain bahkan nantinya ketika dia bekerja akan menjadi orang yang bertanggung jawab atas pekerjaanya.

Kedisiplinan dapat terbentuk melalui keinginan dirinya sendiri dan dorongan oleh guru dengan mengajarkan bagaimana menjadi seorang yang bertanggung jawab terhadap dirinya dengan menjalankan nilai-nilai ketaatan dan kepatuhan yang harus dimiliki oleh seorang siswa sehingga nantinya akan muncul sikap ketertiban untuk menjalankan tamnggungjawabnya. Dalam prose pendidikan sikap disiplin sangat diperlukan karena tanggung jawab siswa itu sebagai pelajar yang baik harus datang tepat waktu untuk mengikuti pembelajaran dengan cara baik dan lancar akan tetapi juga menciptakan pribadi yang

(18)

bertanggung jawab atas tugas dan tanggungjawab sebagai pelajar. Adapun faktor penyebab awal permasaahan melemahnya kedisiplinan karena disebabkan oelh pergaulan lingkungan baik sekolah maupun dirumah dan bisa saja kurangnya keterlibatan orang tua dalam mengawasinya.

Salah satu metode untuk mengatasi lemahnya perilaku disiplin dalam diri siswa dengan cara membaca diri (muhasabah). Muhasabah adalah membaca diri kita sendiri atas apa yang dilakukan selama ini dengan tujuan menjadi lebih baik dalam berprilaku dan perbuatan, gerak gerik dan segenap unsur jiwa yang kita miliki digunakan dengan sebaik-baiknya agar menjadi insan yang baik.1 Teknik muhasabah yakni digunakan sebagai pendorong konseli untuk membaca diri dari segala perbuatan dan tingkah laku yang dilakukan setiap hari, setiap mingu dan setiap bulan selalu mengevaluasi diri dan bahkan setiap bulan dan tahun selalu mengevaluasi diri agar menjadi orang yang lebih baik dari hari-hari seblumnya.

Evaluasi diri yang tujuannya untuk mengingat atas apa yang dilakukan selama ini baik yang berkaitan dengan perintah Allah SWT yang harus dijalan kan oleh setiah manusia yang menjadi hamba Allah yang baik dengan menjalanakan perinta Allah dan menjahu semua larangan-Nya. Apabila kita melakukan sesuatu yang Allah benci maka lita harus muhasabah diri lalu bertaubat dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Sikap muhasabah atau mengevaluasi diri apabila diterapkan oleh semua siswa maka akan timbul sikap disipin pada diri siswa itu sendiri. Disamping disiplin, siswa akan bertanggungjawab atas tugas dan tanggungjawabnya sehingga perilaku terlambat datang kesekolah tidak terjadi lagi.

1 Abdul Hadziq, Rekonsiliasi psikologi Sufistik dan Humanistik, (Semarang: Rasail, 2005), hlm. 30.

(19)

Disamping siswa menerapkan muhasabah diri untuk dapat berperilaku disiplin dengan baik seorang siswa harus memiliki kemampuan Self-Management yang baik pula. Self-Menagement adalah prosedur dimana seseorng mengarahkan atau mengatur perilaku sendiri. 2Karena setiap siswa harus mengatur dan mengelola dirinya dengan baik terutama dalam berperilaku. Self-Management dalam berperilaku disiplin adalah suatu kemampuan yang berkenaan dengan keadaan diri-sendiri dan keterampilan dimana individu mengarahkan diri sendiri untuk mengubah tingkahlakunya kearah yang lebih positif. Disamping itu peneliti akan menangani perilaku disiplin siswa dalam mematuhi tata-tertib dengan cara mengarahkan perilaku siswa agar mampu mengelola perilaku, pikiran, dan perasaan dalam diri untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu memiliki perilaku disiplin siswa dalam mematuhi tata tertib disekolah.

Perilaku terlambat datang kesekolah merupakan perilaku maladaptive yang sering kali dijumpai disemua instansi pendidikan. MAAt-Tahzib Kekait merupakan salah satu sekolah yang bisa dibilang cukup maju, diamping itu juga kafasitas guru sudah memadai. Pelaksanaan kurikum sesuai dengan aturan kemaindekbut yaitu kurikulum 13 meskipun banyak guru yang masih belum bisa mahir menggunakan leptop dan ada juga pasilitas yang belum terpenuhi untuk menopang pasilitas untuk guru maupun siswanya. Ada juga yang sudah di penuhi sperti leb komputer, ruang menjahit yang tujuan untuk mencetak siswa yang unggul dal dunia teknologi dan bidang desainer bagi siswa yang ingin mahir dalam menjahit.untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan sekolah maka

2 Muchmaad Nursalim, Strategi dan Intervensi Konseling, (Jakarta: PT Indeks, 2014).

hlm.150.

(20)

membuat suatu perogram untuk menopang visi misi tersebut dengan tujuan bisa mengeluarkan lulusan yang mampu bersai dalm dunia kampus maupun dunia pekerjaan. Di samping itu juga sekolah membuat suatu peraturan yang wajib patuhi oleh semua siswa yaitu siswa harus datang sekolah seblum pukul 07:00 WIB.3

Aturan yang disebutkan di atas sangat jelas karena setiap pukul 07:00 tepat maka gerbang sekolah akan ditutup tetapi masih ada siswa yang belum datang sehingga mengakibatkan keterlambatan dan menimbukan permasalalahan dikarenakan kurang dalm mengatur waktu.siswa yang terlambat datang kesekolah bukan tidak mempunyai alasan atau atau sebab akibat, tetapi berbagai macam alasan yang dilontarkan diantaranya karena bergadang ngerjain tugas sehingga tidur sampai larut malam, tidak ada yang ngaterin, rumah jauh dan ada juga yang beralasan membantu orang tuadan lain sebagainya. Problrm-probrlm yang seperti inilah yang dilontarkan menjadi sebuah alsan ketika diketemukan terlambat datang kesekolah. Sehingga hal ini tidak boleh dibiarkan untuk berlalut dalam sebuah alasan perlu sebuah penanganan ekstra dalam meminimalisir tidakan yang tidak disiplin dengan cara memberikan pembinaan yang lebih mendalam agar dapat memahami suatu kondisi yang dialami oleh siswa-siswa yang bermasalahan dalam kedisiplinannya sehingga nantinya tidak menjadi sebuah budaya yang yang terus berkembang setiap harinya yang berdampak tidak baik terhadap prose pembelasaran dan berdampak tidak baik juga terhada pendidik yang terlibat dalam

3Irsyad Muhsinin S.Pd.I.,guru BK, Wawancara, 23 Desember 2020.

(21)

sekolah itu sendiri sehingga lembaga atau sekolah tercoreng tidak baik oleh masyarakat setempat.

Dari uraian teoritis dan data lapangan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh melakukan kajian lebih dalam dengan judul " Pendekatan Behavior Teknik Muhasabah Dan Teknik Self-Management Untuk Menanamkan Kedisiplinan Siswa Yang Sering Terlambat (Studi Kasus Dua Siswa MA At- Tahzib Kekait".

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pelaksanaan Pendekatan Integratif Teknik Muhasabah Diri dan Teknik Self-Menagement untuk menanamkan kedisiplinan pada siswa yang sering terlambat di MA Aa-Tahzib

2. Bagaimana Dampak dari Pendekatan Integratif Teknik Muhasabah Diri dan Teknik Self-Menagement untuk menanamkan kedisiplinan pada siswa yang sering terlambat di MA At-

C. Tujuan dan Manfaat

1. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Pendekatan Integratif Teknik Muhasabah Diri dan Teknik Self-Menagement untuk menanamkan kedisiplinan siswa yang sering terlambat di MA At-Tahzib

2. Untuk Mengetahui Dampak dari Pelaksanaan Pendekatan Integratif Teknik Muhasabah Diri dan Teknik Self-Menagement Untuk menanamkan kedisiplinan siswa yang sering terlambat di MA At-Tahzib

(22)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Aspek teoritis yang diinginkan dalam penelitian ini ialah menjadi bahan acuhan untukl menangani kasus yang sama yakni yang berkaitan dengan masalalah kedisiplinan dengan menerapkan teknik mevaluasi diri (muhasabah) dan mengatur diri (self-management) disamping itu juga berharap memberkan pengetahuan baru dalam menangani permasalahan kedisiplinan karena sikap disiplin penting bagi individu seseorang.

2. Manfaat peraktis

Peneliti berharap kegunaan penelitian ini diharapkan bisa membantu siswa untuk menanamkan kedisiplinan pada siswa yang memiliki permasalahan tentang kedisiplinanya dengan menggunakan membaca diri (muhasabah) dan mengatur diri (self-managemnt). Sehingga nantinya bisa dijadikan sebuah pedoman dalam menangani permasalhan siswa yang kurang atau tidak disiplin. Dan besar harapan peneliti dalm penelitian ini bisa bermanfaat kedepanya.

E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian merupakan keseluruhan proses pemikiran dan pengetahuan yang matang entang hal-hal yang dilakukan serta dapat pula dijadikan sebagai dasar penelitian, baik oleh peneliti itu sendiri maupun orang lain. Penelitian bertujuan memberikan pertanggungjawaban terhadap langkah yang diambil. Berdasarkan pada konteks dan rumusan

(23)

masalah, maka yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah konselor, Orangtua, dan pesertadidik yang mengalami permasalah tidak disiplinya siswa dan siswi di MA AT-Tahzib Kekait. Sedangkan obyek penelitian ini adalah Menanamkan Kedisiplinan Siswa yang sering terlambat oleh peneliti dan sekaligus menjadi konslornya.

2. Setting Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren At-Tahzib Kekait di Jln, Jurusan Tanjung KM. 8 Desa Kekait, Kec. Gunungsari, Kab. Lobar.

Berdasarkan hasil observasi yang telahdilakukan di MA At-Tahzib masih ada siswa yang terlambat dengan berbagai macam alasan yang diantaranya, membantu orang tua, telatbangun, tidak ada kendaraan dan sebagainya agar nantinya tidak mendapatkan teguran atau hukuman yang berlaku di sekolah.

Dengan permasalahan yang ada di MA At-Tahzib sangat diperluakan bimbingan konseling untuk menanamkan Kedisiplinan Siswa dan siswi.

Jadi, MA At-Tahzib menjadi lokasi untuk penelitian karena terdapat obyek penelitian yang akan dikaji dan disesuaikan dengan judul penulis. Untuk mendapatkan data dan informasi terkait hal tersebut maka peneliti langsung terjun kelapangan atau kelokasi di Pondok Pesantren AT-Tahzib Kekait di Jln, Jurusan Tanjung KM. 8 Desa Kekait, Kec. Gunungsari, Kab. Lobar.

F. Telaah Pustaka

1. Ruslan Abdul Gani yang berjudul “ Efektivitas Layanan Konseling Behavioral Dengan Teknik Self-Management Untuk Mengembangkan

(24)

Tanggung Jawab Belajar Pada Peserta Didik Kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung” hasil penelitianny amenunjukan bahwa terdapat perkembangan tanggungjawab belajar pada peserta didik setelah melaksanakan layanan behavioral dengan teknik self-management dengan diperoleh (df) 78 kemudian dibandingkan dengan ttabel 0,05 = 2,101, maka terhitung ≥ ttabel (3,679 ≥ 2,101) atau nilai sign.(2-tailed) lebih kecil dari nilai kritik 0,005 (0.000 ≤ 0,005), in imenunjukkan bahwa Hoditolak dan Ha diterima, selain itu didapatkan nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dari pada kelompok kontrol (115.275 ≥ 101.925). Jadi dapat disimpulkan bahwa layanan konseling behavioral dengan teknik self- management dapat mengembangkan tanggung jawab belajar pada peserta didik kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017.4

Persamaan: pendekatan yang di gunakan oleh peneliti sebelumnya (Ruslan Abdul Gani) dan penelitian yang sekarang sama, yakni konseling behabior dengan teknik "Self-Menagement".

Perbedaan: peneliti sebelumnya menggunakan metode Kuantitatif dengan memberikan sampel atas apa yang diteliti untuk memberikan efektifitas dalam penlitian dan mempersingkat waktu sedangkan penelit yang sekarang menggunakan penelitian Kualitatif dengan teknik Islami yaitu muhasabah dengan menggunakan kualitatif kita bisa tau asal-usul

4Ruslan Abdul Gani, "EfektivitasLayanan Konseling Behavioral Dengan Teknik Self- Management Untuk Mengembangkan Tanggung Jawab Belajar Pada Peserta Didik Kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung," (Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Bandar Lampung, 2016), hlm. 15.

(25)

dan sebab-musabab tejadinya masalah tersebut pada diri konsli dan dengan itu kita bisa mencoba membantu merubah konseli dan Peneliti sebelumnya mengambil objek dari peserta didik kelas XI SMA AL-azhar 3 Bandar Lampung sedangkan peneliti yang sekarang mengambil objek siswa di MA At-Tahzib Kekait.

2. Nurdjana Alamri yang berjudul “Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Self-Management Untuk Mengurangi Perilaku Terlambat Masuk Sekolah, Studi Pada Siswa Kelas X SMA 1 Gebog Tahun 2014/2015”

hasil penelitiannya menunjukan bahwa pada prasiklusskor rata-rata adalah 41 menurun pada siklus I menjadi 28,63 dengan kategori cukup, dan pada siklus II menjadi 13,13 atau sangat rendah dengan kategori sangat baik.

Ada penurunan dari siklus I kesiklus II yaitu sebesar 15,5 atau secara keseluruhan 27,88. Sehingga hipotesis tindakan dapat diterima dan peningkatan dari indicator keberhasilan.5

Persamaan: teknik yang di gunakan oleh peneliti sebelumnya (Nardjana Alamri) dan teknik yang digunakan peneliti sekarang sama, yakni teknik "Self-Menagement" dan masalah yang dikaji oleh peneliti sebelumnya (Nardjana Alamri) dan permasalahan yang diambil peneliti untuk dijadikan penelitian yaitu sama, tentang “kedisiplinan”

Perbedaan: peneliti sebelumnya menggunakan metode peneliti Kuantitatif dengan memberikan sampel atas apa yang diteliti untuk memberikan keefektifitas dalam penlitian dan mempersingkat waktu

5Nurdjana Alamri, Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Self-Management Untuk Mengurangi Perilaku Terlambat Masuk Sekolah, Studi Pada Siswa Kelas X SMA 1 GebogTahun 2014/2015, (Skripsi, Universitas Muria Kudus, Jawa Tengah, 2015), hlm. 20

(26)

dibandingkan dengan peneelitian yang sekarang menggunakan prndekatan kualitatif dengan teknik Islami yaitu muhasabah dengan menggunakan kualitatif kita bisa tau asal usul sebab-musabab tejadinya masalah tersebut pada diri konsli dan dengan itu kita bisa mncoba membantu merubah konseli sedangkan peneliti yang sekarang menggunakan metode kualitatif dengan teknik atau terapi islami yaitu muhasabah dan Peneliti sebelumnya mengambil objek dari peserta didik kelas X SMA 1 Gebog Tahun 2015/2015 sedangkan peneliti yang sekarang mengambil objek siswa di MA At-Tahzib Kekait.

3. Eny Awalin yang berjudul “Efektivitas Teknik Self-Management Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas VIII smp Negeri 2 Bandung Tahun Pejaran 2014/2015”, Hasil penelitian ditemukan bahwa teknik self- management efektif untuk meningkatkan kedisiplinan yang ditunjukkan dari hasil hitung 0,7639 > rtable 0,254 dengan taraf kepercayaan 95%, Ha diterima. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa teknik self-management efektif untuk meningkatkan kedisiplinan siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015.6

Persamaan: teknik yang di gunakan oleh peneliti sebelumnya (Eny Awalin) dan teknik yang digunakan peneliti sekarang sama, yakni teknik

"Self-Menagement" dan masalah yang dikaji oleh peneliti sebelumnya (Eny Awalin) dan peneliti sekarang juga membahsan permasalhan yang sam yakin "Kedisiplinan".

6Eny Awalin, Efektivitas Teknik Self-Management Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas VIII smp Negeri 2 Bandung Tahun Pejaran 2014/2015, (Skripsi, Universitas Nusantasa PGRI Kediri, Jawa Timur, 2015).hlm.27.

(27)

Perbedaan: peneliti sebelumnya menggunakan metode Kuantitatif dengan memberikan sampel atas apa yang diteliti untuk memberikan keefektifitas dalam penlitian dan mempersingkat waktu sedangkan peneliti yang sekarang menggunakan metode kualitatif dengan teknik atau terap iIslami yaitu muhasabah dengan menggunakan kualitatif kita bisa tau asal usul dan sebab-musabab tejadinya masalah tersebut pada diri konsli dan dengan itu kita bisa mencoba membantu merubah konseli sedangkan penelitian yang sekatang menggunakan pendekatan Kualitatif dengan teknik atau terapi islami yaitu muhasabah dan Peneliti sebelumnya mengambil objek dari dari peserta didik Kelas VIII smp Negeri 2 Bandung Tahun Pejaran 2014/2015 sedangkan peneliti yang sekarang mengambil objek siswa di MA At-Tahzib Kekait.

4. Farikha Whyu Lestari yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Dalam Menaati Tata Tertib Melalui Layanan Penguasaan Konten Dengan Teknik Modelling Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011” , Hasil penelitian yang diperoleh, tingkat kedisiplinan siswa sebelum mendapatkan layanan penguasaan konten tergolong dalam kategori sedang dengan persentase 66,6% Setelah mendapatkan penguasaan konten meningkat menjadi 77,6% dalam kategori tinggi. Dengan demikian mengalami peningkatan sebesar 11%.

Dari perhitungan uji t-test diperoleh terhitung = 10,67 > tabel = 2,04.

(28)

Hasil tersebut menunjukkan bahwa layanan penguasaan konten dengan teknik modelling dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik.7

Persamaan: Masalah yang dikaji oleh peneliti sebelumnya (Farikha Wahyu Lestari) dan penelitian yang sekarang sama yakni membahas tentang "Kedisiplinan".

Perbedaan: peneliti sebelumnya menggunakan pendekatan Kuantitatif dengan Teknik Modelling dengan memberikan sampel atas apa yang diteliti untuk memberikan keefektifitas dalam penlitian dan mempersingkatwaktusedangkanpeneliti yang sekarang menggunakan metode kualitatif dengan teknik atau terapi Islami yaitu muhasabah dengan menggunakan kualitatif kita bisa tahu asal usul dan sebab-musabab tejadinya masalah tersebut pada diri konsli dan dengan itu kita bisa mencoba membantu merubah konseli Kuantitatif sedangkan peneliti yang sekarang menggunakan metode kualitatif dengan teknik Self-Menagement dan terapi islami yaitu muhasabah dan Peneliti sebelumnya mengambil objek dari peserta didik kelas Negeri 11 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 sedangkan peneliti yang sekarang mengambil objek siswa di MA At-Tahzib Kekait.

5. Dewi Sarah Eva Yunita, "Efektivitas Layanan Konseling Behavior Dengan Teknik Self-Management Meningkatkan Perilaku Disiplin Peserta

7Farikha Wahyu Lestari, Upaya Dalam Menaati Tata Tertib Melalui Layanan Penguasaan Konten Dengan Teknik Modelling Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011, (Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2011).hlm. 21.

(29)

Didik Kelas XI Dalam Mematuhi Tata Tertib SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018.8

Persamaan: pendekatan yang di gunakan oleh peneliti sebelumnya (Dewi Sarah Eva Yunit) dan penelitian yang sekarang sama, yakni konseling behabior dengan teknik Self-Menagement dan masalah yang dikaji oleh peneliti sebelumnya (Dewi Sarah Eva Yunit) dengan penelitian yang sekarang sama “kedisiplinan”.

Pebedaan :peneliti yang terdahulu menggunakan cara layanan Penguasaan Konten Dengan Teknik Modelling Kuantitatif

dengan memberikan sampelatas apa yang diteliti untuk memberikan keefektifitas dalam penlitian dan mempersingkat waktu sedangkan penelitian yang sekarang menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik Islami yaitu muhasabah dengan menggunakan kualitatif kita bisa tahu asal usul dan sebab-musabab tejadinya masalah tersebut pada diri konsli dan dengan itu kita bisa mencoba membantu merubah konseli sedangkan peneliti yang sekarang menggunakan metode kualitatif dengan teknik atau terapi Islami yaitu muhasabah dan Peneliti sebelumnya mengambil

Objek dari peserta didik di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Thun Ajaran 2017/2018 sedangkan peneliti yang sekarang mengambil objek siswa di MA At-Tahzib Kekait.

8 Dewi Sarah Eva Yunita, "Efektivitas Layanan Konseling Behavior Dengan Teknik Self-Management Meningkatkan Perilaku Disiplin Peserta Didik Kelas XI Dalam Mematuhi Tata Tertib SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Thun Ajaran 2017/2018, (Skripsi, Universitas Islam Negri Raden Intan, Lampung, 2018). hlm 29.

(30)

6. Alif Puji Ningrum Isa Hamidiyah,” Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Teknik Muhasabah Untuk Menanamkan Kedisiplinan Pada Siswa Yang Sering Terlambat Di SMPN Surabaya’.9

Persamaan: metodepenelitianyang di gunakan oleh peneliti sebelumnya (Alif Puji Ningrum Isa Hamidiyah) dan penelitian yang sekarang sama, yakni sama-sama menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan metode kualitatif kita bisa tahu asal usul dan sebab- musabab tejadinya masalah tersebut pada diri konsli dan dengan itu kita bisa mencoba membantu merubah konseli dan masalah yang dikaji oleh peneliti sebelumnya (Dewi Sarah Eva Yunit) denganpeneliti yang sekarang sama-sama tentang kedisiplinan, dan sama-sama menggunakan Teknik muahasabah.

Perbedaan: peneliti sebelumnya menggunakan pendekatan Bimbingan Konseling Islami sedangkan yang sekarang menggunakan pendekatan behavior dan Peneliti sebelumnya mengambil objek dari peserta didik di SMPN 13 Surabaya sedangkan peneliti yang sekarang mengambil objek siswa di MA At-Tahzib Kekait.

9Alif Puji Ningrum Isa Hamidiyah, Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Muhasabah untuk Menanamkan Kedisiplinan pada Siswa yang Sering Terlambat Di SMPN 13 Surabaya, (Skripsi, Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya, Surabaya, 2019), hlm.5.

(31)

G. Kerangka Teori A. Pendekatan Integratif

Pandangan Behavioral, perilaku dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya yang berupa interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya yang membentuk sebuah kepribadian seseorang. Sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasikan kondisi-kondisi belajar. Kepribadian seseorang dengan yang lainnya berbeda-beda karena kenyataannya manusia memiliki pengalaman yang berbeda dalam kehidupannya. Carl Rogers menyatakan konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu konseli dengan tujuan memberikan bantuan kepadanya agar dapat mengubah sikap dan perilakunya.10 Konselor dalam pendekatan ini biasanya berfungsi sebagai guru, pengarah dan ahli yang mendiagnosa tingkahlaku yang maladaptif dan menentukan prosedur untuk mengatasi persoalan tingkah laku individu.

Menurut Winkel dalam Hartono menyatakan bahwa perubahan dalam perilaku itu harus diusahakan melalui suatu proses belajar (learning) atau belajar kembali (relearning), yang berlangsung selama proses konseling.11Dengan kata lain proses konseling pada dasarnya juga dipandang sebagai proses belajar. Proses belajar disini maksudnya belajar untuk bertingkahlaku kearah yang lebih baik dengan bantuan konselor kemudian pada akhirnya konseli dapat terbiasa dengan berperilaku yang maladaptif meskipun tanpa dibimbing konselor terus-menerus.

10 Hartono, Soedarmadji, Psikologi Konseling EdisiRevisi¸ (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). hlm. 27

11Arintoko, wawancara konseling di sekolah, (Yogyakarta: C.V Andi Offsce, 2011), hlm.

34-35

(32)

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konseling behavioral adalah suatu teknik terapi dalam konseling yang berlandaskan teori belajar yang berfokus pada tingkah laku individu untuk membantu konseli mempelajari tingkah laku baru dalam memecahkan masalahnya melalui teknik- teknik yang berorientasi tindakan.

Dalam konseling, konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladatif, memperkuat serta mempertahan kanperilaku yang diinginkan dan membentuk pola tingkahlaku dengan memberi ganjaran atau reinforcement yang menyenangkan segera setelah tingkahlaku yang diharapkan muncul.

Komalasari berpendapat bahwa asumsi tingkahlaku yang bermasalah dalam konseling behavioral adalah:

a. Tingkahlaku yang berlebihan (excessive), tingkahlaku yang berlebihan misalnya yaitu: merokok, terlalu banyak main games, dan sering memberi komentar di kelas. Tingkahlaku excessive dirawat dengan menggunakan teknik konseling untuk menghilangkan atau mengurangi tingkahlaku.

b. Tingkahlaku yang kurang (deficit), adapun tingkahlaku yang deficit adalah terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas dan bolos sekolah.

tingkahlaku deficit diterapi dengan menggunakan teknik meningkatkan tingkahlaku.12

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perilaku rendahnya perilaku disiplin beserta ciri-cirinya maka dapat dikategorikan kedalam tingkahlaku yang kurang (deficit). Oleh karena itu untuk menanamkan perilaku

12Komalasari Gantika dkk ,Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT. Indeks, 2011), hlm.

157

(33)

disiplin peserta didik dalam mematuhi tata tertib di sekolah maupun di rumah, maka peneliti dalam memberikan layanan konseling pendekatan behavioral sangatlah tepat.

Tujuan pendekatan behavioral berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli, yang diantaranya untuk:

a. Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.

b. Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif.

c. Member pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari.

d. Membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang merusak diri atau maladatif dan mempelajari respons-respons yang baru yang lebih sehat atau sesuai (adjustive).

e. Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladatif, memperkuat seta mempertahankan perilaku yang diinginkan.

f. Penetapan tujuan dan tingkahlaku seta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersamaan antara konseli dan konselor.13

1. TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA

Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teoriteori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal.

13Ibid, hlm. 156.

(34)

Salah satu asumsi paling awal mendasari teori pembelajaran sosial Bandura adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari bagaimana kecakapan bersikap maupun berperilaku. Titik pembelajaran dari semua ini adalah pengalamanpenglaman tak terduga (vicarious experiences). Meskipun manusia dapat dan sudah banyak belajar dari pengalaman langsung, namun lebih banyak yang mereka pelajari dari aktivitas mengamati perilaku orang lain.14

Asumsi awal memberi isi sudut pandang teoritis Bandura dalam teori pembelajaran sosial yaitu: (1) Pembelajaran pada hakikatnya berlangsung melalui proses peniruan (imitation) atau pemodelan (modeling). (2) Dalam imitation atau modeling individu dipahami sebagai pihak yang memainkan peran aktif dalam menentukan perilaku mana yang hendak ia tiru dan juga frekuensi serta intensitas peniruan yang hendak ia jalankan. (3) Imitation atau modeling adalah jenis pembelajaran perilaku tertentu yang dilakukan tanpa harus melalui pengalaman langsung. (4) Dalam Imitation atau modeling terjadi penguatan tidak langsung pada perilaku tertentu yang sama efektifnya dengan penguatan langsung untuk mempasilitasi dan menghasilkan peniruan. Individubdalam penguatan tidak langsung perlu menyumbangkan komponen kognitif tertentu (seperti kemampuan mengingat dan mengulang) pada pelaksanaan proses peniruan. (5) mediasi internal sangat penting dalam pembelajaran, karena saat terjadi masukan indrawi yang menjadi dasar pembelajaran dan perilaku dihasilkan, terdapat operasi interna;

yang mempengaruhi hasil akhirnya.

14 Herly Janet Lesilolo,”Penerapan Teori Belajar Sosial Albert Bandura Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah”, Jurnal, KENOSIS Vol. 4 No. 2. 2 Desember 2018, hlm.190.

(35)

Dengan demikian inti dari pembelajaran modeling adalah (1) Mencakup penambahan dan pencarian perilaku yang diamati, untuk kemudian melakukan generalisasi dari satu pengamatan ke pengamatan lain. (2) Modeling melibatkan proses-proses kognitif, jadi tidak hanya meniru. Tetapi menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain dengan representasi informasi secara simbolis dan menyimpannya untuk digunakan di masa depan. (3) Karakteristik modeling sangat penting. Manusia lebih menyukai model yang statusnya lebih tinggi dari pada sebaliknya, pribadi yang berkompeten daripada yang tidak kompeten dan pribadi yang kuat daripada yang lemah. Artinya konsekuensi dari perilaku yang dimodelkan dapat memberikan efek bagi pengamatnya.(4) Manusia bertindak berdasarkan kesadaran tertentu mengenai apa yang bisa ditiru dan apa yang tidak bisa. Tentunya manusia mengantisipasi hasil tertentu dari modeling yang secara potensial bermanfaat.15

2. Penerapan teori belajar sosial Albert Bandura dalam Proses Menanamkan kedisiplinan

Teori belajar sosial Albert Bandura memaknai bahwa peserta didik memiliki sifat:

1. Intensionalitas

Peserta didik adalah perencana yang bukan hanya sekedar ingin memprediksi masa depan, tetapi intens membangun komitmen proaktif dalam mewujudkan setiap rencana.

15 Ibid.hlm.192.

(36)

2. Mem-prediksi

Peserta didik memiliki kemampuan mengantisipasi hasil tindakan, dan memilih perilaku mana yang dapat memberi keberhasilan dan perilaku yang mana untuk menghindari kegagalan.

3. Reaksi-diri

Peserta didik lebih daripada sekedar berencana dan merenungkan perilaku kedepan karena manusia juga sanggup memberikan reaksi-diri dalam proses motivasi dan meregulasi diri terhadap setiap tindakan yang dilakukan.

4. Refleksi diri

Peserta didik adalah mahkluk yang dilengkapi dengan kemampuan merefleksidiri. Kemampuan manusia merefleksi-diri, membentuk kepercayaan-diri dari manusia, bahwa manusia sanggup melakukan tindakan- tindakan yang akan menghasilkan efek yang diinginkan.16

B. Muhasabah

a. Pengertian Muhasabah

Muhasabah secara bahasa, muhasabah adalah bentuk dasar dari kata Hasaba-Yuhasisibu yang kata dasarnya Hasaba-Yahsibu atau Yahsibu atau yshsubu yang berati menghitung.17Sedangkan dalam kamus Arab Indonesia muhasabah ialah perhitungan, atau mengevaluasi diri.18

16 Ibid.hlm. 197.

17Asad M. Al kali, Kamus Indonesia-Arab, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), hlm. 183.

18Ahmad Warson Munawir, Al- Munawir Kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Pondok Pesantren Al-Munawir, 1984), h. 283.

(37)

Dalam bahasa Arab Muhasabah berasal dari satu akar yang menyangkup konsep seperti menata, menghitung. Mengundang seseorang untuk melakukan perhitungan agarnantinya seseorang menjadi bertanggung jawab.19

Muhasabah dapat dapat dimaknai sebagai perenungan diri untuk mengingat- ingat apa yang telah kita lakukan selama ini sebelum Allah SWT menghisab kita dihari pembalasan. Buhasabah dapat juga diartikan sebagai merenung untuk mengevaluasi diri sehingga mendapatkan sebuah kesadaran untuk melakukan perbaikan dan meningkatkan amal ibadah kita untuk menjadi orang yang lebih baik lagi kedepanya. Perenungan disini bukan hanya bertujuan untuk mengingat tetapi merenung untuk mengingat segala hal yang tidak bai dimasa lau untuk dirubah dan berhenti melakukan dan melakukan yang baik secara terus menerus bukan setengah-setengah. Karena hal ini merupakan sebuah proses yang akan dilewati dan menjadikan diri kita menjadi pribadi yang unggul.20

Konsep Muhasabah diri dalam Al-Quran terdapat pada Surat (Al-Hasyr 18- 19).

o َنوُلَمْعَت اَمِب ٌٌۢريِبَخ ََّللَّٱ َّنِإ ۚ َ َّللَّٱ ۟اوُقَّتٱ َو ۖ ٍدَغِل ْتَمَّدَق اَّم ٌسْفَن ْرُظنَتْل َو َ َّللَّٱ ۟اوُقَّتٱ ۟اوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّيَأَََٰٰٓي ۟اوُنوُكَت َلَ َو َنوُقِسََٰفْلٱ ُمُه َكِئَََٰٰٓل ۟وُأ ۚ ْمُهَسُفنَأ ْمُهَٰىَسنَأَف َ َّللَّٱ ۟اوُسَن َنيِذَّلٱَك

Artinya: hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan Hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang sudah diperbuatnya untuk esok (hari kiamat) dan bertakwaalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha

19Ibid, hlm 283.

20Saifuddin Bachrun, Manajemen Muhasabah Diri, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011), hlm. 35.

(38)

mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan Mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS Al-Hasyr 19-19).21

Secara ilmu psikologis muhasabah juga dinamakan sebagai Instrspeksi yang pada dasarnya merupakan untuk mengevaluasi diri untuk menjadi lebih baik dari hari-hari sebelunya. Baik dalam bertingkah laku dan bahkan cara berpikir dan seluruh paca indra kita harus di evaluasi agar nantinya digunakan dengan hal- hal ynang baik untuk kedepanya. 22 Adapun hambatan-hambatan dalam instrospeksi diri antara lain yaitu:

1) Mengingat terhadap segala sesuatu walupun tidak bisa mengingat utk semua permasalhan yang ada.

2) Adanya unsur kecendrungan untuk melupakan ataupun nenghilangkan beberapa hal yang tidak sesuai dengan apa yang dijelaskan hanya sebagai pembelaan diri.

3) Seringkali kali membohongi diri sendiri sehingga enggan mengatakan suatu kebenaran baik itu tentang hal buru sekali pun.

4) Anggapan yanag berlebihan terhadap diri apabila mengkaji diri tidak sesuai dengan apa yang dibicarakan dengan apa yang dikerjakan.23

21 Depertemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahanya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara), hlm.919

22Abdullah Hadziq, RekonsiliasiPsikologiSufistik dan Humanistik, (Semarang: Rasail, 2005), hlm. 30.

23Ibid. hlm. 31.

(39)

b. Manajemen Muhasabah Diri

Manajemen dapat didefinisikan sebagai upaya untuk mendapatkan sesuatu melalui orang lain. Untuk mengelola, ada fungsi yang harus dijalankan, yaitu :

1. Perencanaan (Plan)

Perencanaan merupakan bagian awal dari sutu aktifitas. Bertindak tanpa rencana dapat mengakibatkan hal hal yang tidak di inginkan. Misal ketika bangun tidur siswa berpikir tentang apa yang akan dikerjakan sampai dia tertidur lagi.

2. Pelaksanaan (Do)

Betapapun bagus suatu rencana, kalau tidak dilaksanakan tidak akan terpenuhi targetnya. Siswa harus melaksanakan apa yang sudah direncanakan dari awal.

3. Pemeriksaan (Check)

Setelah merencanakan suatu kegiatan dan melakukannya, hasilnya perlu diperiksa, apakah hasilnya sesuai dengan rencana awal atau tidaknya.

Dalam organisasi pemeriksaan juga sangat penting. Pemeriksaan bias berupa audit internal maupun audit eksternal dengan harapan ada pengawasan yang melekat. Ada pula system.Setiap orang mengawasi dirinya sendiri. Yang terbaik adalah moral dan etika pribadi agar setiap diri melakukan pengawasan atas dirinya sendiri. Pengawasan dari luar dapat membantu, tapi bukan untuk memata matai atau mencari kesalahan.Ia bertugas member masukan. Bukankah hubungan yang baik adalah terjadi saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran?

(40)

4. Perbaikan (Action)

Hasil pemeriksaan dibutuhkan sebagai masukan untuk melakukan perbaikan.24

Dengan ini penulis menyimpulkan Muhasabah itu sebagai perenungan diri atau membaca diri terhadap apa yang sudah kita lakukan stiap hari, setiap minggu, setiap bula dan bakah setiap tahun yang bertuan untuk memperbaiki sifat dan sikap yang tidak baik dan bahkan kurang baik utk bisa diperbiki menjadi lebik baik kedepannya.

C. Teknik Self-Management

Salah satu teknik yang dipilih peneliti dalam konseling Behavioral adalah teknik self-management. Peneliti memilih teknik self-management dalam menanamkan perilaku disiplin peserta didik dengan alasan karena teknik ini bertujuan untuk membantu konseli dalam mengatur, memantau, dan mengevaluasi dirinya sendiri dalam mencapai perubahan tingkahlaku kearah yang lebih baik yaitu peserta didik dapat berperilaku disiplin. Peneliti berharap melalui layanan konseling behavioral dengan teknik self-management efektif untuk mengembangkan kemandirian peserta didik di luar pengawasan guru dan orang tua. Berikut adalah penjelasan teori tentang teknik self-management.

1. Konsep Dasar Self-Management

Istilah self-management mengacu pada harapan agar konseli dapat lebih aktif dalam proses terapi.25Sama halnya dengan kemampuan mengatur diri dan

24 Saifuddin Bachrun, Manajemen Muhasabah Diri, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011),

hlm. 27-30

25Ibid ,hal. 125.

(41)

mengarahkan diri. Kemampuan mengatur diri dapat mencegah individu dari keadaan yang tidak baik atau penyimpangan kepribadian. Dalam penggunaan strategi ini diharapkan konseli dapat mengatur, memantau dan mengevaluasi dirinya sendiri untuk mencapai perubahan kebiasaan tingkahlaku yang lebih baik.

Menurut Gunarsa mengemukakan bahwa pengelolaan diri (self - management) adalah prosedur dimana klien menggunakan keterampilan dan teknik mengurus diri untuk menghadapi masalahnya, yang dalam terapi tidak langsung diperoleh.26Keterampilan tersebut diperoleh pada saat proses konseling karena perubahan dalam perilaku itu harus diusahakan melalui suatu proses belajar atau belajar kembali.

Pengelolaan diri (self-management) adalah prosedur dimana individu mengatur perilakunya sendiri. Pada teknik ini individu terlibat pada beberapa atau keseluruhan komponen dasar yaitu: menentukan perilaku sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut.27 Dari teoritersebut, konselor perlu membantu konseli dalam merancang program, konselor harus bisa membantu konseli agar bisa mempersepsi bahwa dirinya yang telah memilih tujuan dan konseli harus bisa percaya diri untuk menyelesaikan tugas-tugas untuk tercapainya tujuan konseling yang diharapkan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa teknik self- management merupakan teknik terapi dalam konseling behavioral yang membantu peserta didik dapat mendorong diri sendiri untuk maju, untuk dapat mengatur,

26Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), hlm. 223.

27Ibid, hlm.180.

(42)

memantau dan mengevaluasi dirinya sendiri dalam mencapai perubahan kebiasaan tingkahlaku yang lebih baik dalam kehidupan pribadi melalui tahap menentukan perilaku sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut.

2. Tujuan Self-Management

Tujuan dari pengelolaan diri yaitu untuk mengatur perilakunya sendiri yang bermasalah pada diri sendiri maupun orang lain. Menurut Sukadji, masalah- masalahtersebut yang dapat ditangani dengan menggunakan teknik pengelolaan diri (self-management) antara lain yaitu:

a) Perilaku yang tidakberkaitandengan orang lain tetapi mengganggu orang lain dan diri sendiri.

b) Perilaku yang sering muncul tanpa diprediksi waktu kemunculannya, sehingga kontrol dari orang lain menjadi kurang efektif. Seperti menghentikan merokok dan diet.

c) Perilaku sasaran berbentuk verbal dan berkaitan dengan evaluasi diri dan kontrol diri. Misalnya terlalu mengkritik diri sendiri dan terlambat datang.

d) Tanggung jawab atas perubahan atau pemeliharaan tingkah laku adalah tanggungjawab konseli. Contohnya adalah konseli sedang menulis skripsi.28

Dalam proses konseling, koselor dan konseli bersama-sama untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai. Konselor mengarahkan konselinya dalam

28Ibid.hlm. 181.

(43)

menetukan tujuan, sebaliknya konseli pun juga harus aktif dalam proses konseling.

Setelah proses konseling self-management berakhir diharapkan peserta didik dapat mengelola perilaku, pikiran, dan perasaan yang diinginkan, dapat berperilaku sesuai dengan aturan, dapat mempertahankan perilaku tersebut sampai di luar sesi konseling, serta perubahan yang mantap dan menetap dengan arah prosedur yang tepat.

3. Manfaat Self-Management

Dalam penerapant eknik pengelolaan diri (self-management) tanggung jawab keberhasilan konseling berada di tangan konseli. Konselor berperan sebagai pencetus gagasan, fasilitator yang membantu merancang program peubahan yang akan dijalankan oleh konseli serta motivator bagi konseli.29 Dalam pelaksanaan self-management biasanya diikuti dengan pengaturan lingkungan untuk mempermudah terlaksananya self-management. Pengaturan lingkungan dimaksudkan untuk menghilangkan faktor penyebab (antecedent) dan dukungan untuk perilaku yang akan dikurangi. Pengaturan lingkungan dapat berupa:

a) Mengubah lingkungan fisik sehingga perilaku yang tidak dikehendaki sulit dan tidak mungkin dilaksanakan. Misalnya orang yang suka “ngemil”

mengatur lingkungan agar tidak tersedia makanan yang memancing keinginanu ntuk “ngemil”.

b) Mengubah lingkungan sosial sehingga lingkungan sosial ikut mengontrol tingkahlaku konseli.

29Ibid. hlm. 181.

(44)

c) Mengubah lingkungan atau kebiasaan yang tidak baik sehingga menjadi perilaku yang dikehendaki sesuai dengan tujuan utama dalam merunah tingkah laku yang kurang baik menjadi lebih baik.30

4. Langkah-langkah Teknik Self-management

Adapun tahap-tahap self-Management (Pengelolaan diri) menurut Sukadji adalah sebagai berikut :

a. Self-monitoring (monitor diri) atau observasi diri Tahap ini konseli dengan sengaja mengamati tingkahlakunya sendiri serta mencatatnya dengan teliti.

Catatan ini dapat menggunakan daftar cek atau catatan observasi. Hal-hal yang perludi perhatikan oleh konseli dalam mencatat tingkahlaku adalah frekuensi, intensitas dan durasi tingkahlaku.

b. Self-evaluation (evalusidiri) pada tahap ini konseli dibandingkan hasil catatan tingkah laku dengan target tingkahlaku yang telah dibuat oleh konseli. Perbandingan ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi program.

c. Self-reinforcement (pemberian penguatan, penghapusan atau hukuman) pada tahap ini konseli mengatur dirinya sendiri, memberikan pengeutan, mengahpus atau memberi hukuman pada diri sendiri.

d. Target Behavior Dalam asesmen behavioral, menunjuk pada tingkahlaku spesifik yang diamati, di identifikasi, dan di ukur dengan maksud selaku upaya pengubahan tingkahlaku dalam kaitannya dengan lingkungan.31

30Ibid, hlm. 183.

31Ibid. hlm. 182.

(45)

Dalam penelitian ini jika konseli telah menunjukkan adanya sikap perilaku disiplin maka konseli akan diberikan sebuah penguatan atau reward yang telah ditentukan. Namun jika konseli ternyata belum menunjukkan sikap perilaku disiplinnya maka konseli akan diberikan punishment yang telah ditentukan.

D. Kedisiplinan

a. Pengertian tentang kedisiplinan

Istilah disiplin dari bahasa latin “disciplina” yang menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Sedangkan istilah bahasa inggrisnya yaitu “discipline” yang berarti : 1) tertib, taat atau mengendalikan tingkahlaku, penguasaan diri; 2) latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral; 3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; 4) kumpulan atau sistem-sistem peraturan-peraturan bagi tingkahlaku.32

Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban.33Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taa terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang

32Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, (Jakarta:

PT. Prestasi Pusta karya, 2013), hlm. 161.

33Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi & Implementasinya Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), hlm. 136.

(46)

atau tidak dapat mentaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapka oleh suatu lembaga tertentu (organisasional-formal).

b. Fugsi Kedisiplinan

Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar.

Sofan Amri menyatakan bahwa fungsi kedisiplinan di sekolah sebagai berikut:

1) Menata Kehidupan Bersama

Manusia sebagai makhluk sosial, selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan tersebut, diperlukan norma yang merupakan nilai peraturan yang berfungsi untuk mengatur kehidupan dan kegiatannya dapat berjalan lancar dan baik. Jadi, fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia dalam berkelompok tertentu atau dalam masyarakat.

2) Membangun Kepribadian

Lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang.

3) Melatih Kepribadian

Salah satu proses untuk mem bentuk kepribadian dilakukan melalui latihan.

(47)

4) Pemaksaan

Disiplin berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu.

5) Hukuman

Ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena dapat member dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk mentaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman sanksi/hukuman, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah.

6) Menciptakan Lingkungan Kondusif

Sekolah sebagai ruanglingkup pendidikan perlu menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Kondisi yang baikbagi proses tersebut adalah kondisi aman, tenang, tertib dan teratur, saling menghargai, dan hubungan pergaulan yang baik. Apabila kondisi ini terwujud, sekolahakan menjadikan lingkungan yang nyaman dan aman dalam kegiatan dan proses pembelajaran peserta didik atau siswa. Disiplin sangat penting karena kedisiplinan mengajarkan menajemen waktu belajar yang baik dan dapat berdampak pada minat belajar siswa sehingga proses belajar dengan baik dan berdampak pada hubungan sossial yang baik apabila suasan belajar nyaman dan banyak timbal balik dari siswa.34 c. Manfaat Kedisiplinan

dalam kehidupan sehari-hari kita dituntut dalam segala bidang, seperti halnya yang paling kita dengar apalagi didunia pendidikan kita sangat di tuntut untuk datang tepat waktu. Dengan tuntutan tharus datang tepat waktu atau sebelum waktunya agar dapat bertingkah laku sesuai dengan norma atau tata tertib

34Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, (Jakarta:

PT. Prestasi Pusta karya, 2013), hlm. 163.

(48)

yang sudah ada agar nantinya terbiasa dengan dan dapat ditrima di semua sektor baik disekoah terutama maupun dunia pekerjaan. Karena sikap disiplin sangat dibutuhkan untuk perkembangan diri individu karena dengan disiplin kebutuhan yang lain akan terpenuhi.35

d. Indikator-indikator kedisiplinan

Dalam mengatur tingkat kedisiplinan siswa diperlukan indikator-indikator untuk melihat tingkat kedisiplinan pada siswa. Menurut Moenir ”ada dua jenis disiplin yang sangat dominan yakni disiplin dslsm hal waktu dan disiplin dalam gal kerja atau perbuatan”.36 Indikator-indikator yang dapat digunakan sebagai pengukurang kedisiplinan siswa berdasarkan ketentuan diisipiun waktu dan kedisiplinan perbuatan, yaitu :

a) Disiplin waktu meliputi:

1. Datang tepat waktu, mencangkup datang maupun pulang sekolah.

2. Membiasakan mematuhi aturan 3. Tidak meninggalkan kelas/membolos

4. Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan.

5. Dan sebagainya.

b) Disiplin perbuatan, meliputi:

1. Patuh dan tidak melanggar peraturan yang berlaku 2. Tidak malas dalam belajar

3. Tidsk menyuruh orang lain mengerjakan tugasnya

35 Hasan Langgulung, Azas-azas Pendidikan Islam, (Jakarta: Renita CIpta, 2002), hlm.

400

36 H.A.S. Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Cet. 10(Jakarta: Bumi Aksara, 2014), Hlm.95.

(49)

4. Tidak suka sombong

5. Tingkah laku menyenangkan, mencangkup tidak menyontek, tidak membuat keributan dan tidak mengganggu orang lain yang sedang belajar.

Adapun menurut Tulus Tu’u indikator kedisiplinan siswa ialah:

1. Mengatur waktu dirumah 2. Rajin dan teratur belajr.

3. Perhatian yang baik saat belajar di kelas 4. Ketertiban diri saat belajar di kelas.37

H. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus. Penelitian kualitatif studi kasus yaitu susatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu sistem yang terbatas pada suatu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan pencarian data atau informasi secara menyeluruh yang melibatkan banyak cabang informasi yang beragam informasi untuk penggalian data konseli. Peneliti studi kasus yang menggunakan analisis deskriptif sehingga bisa mengetahui secara mendalam dan terperinci tentang suatu permasalahan atau fenomena yang hendak di teliti.38

37 Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Belajar Siswa, (Jakarta:

Kompas Media Nusantara, 2012). Hlm.228.

38 Tohirin, metode penelitian kualitatif (dalam pendidikan dan bimbingan konseling), (Jakata: PT Raja Gafindo Perseda, 2012), hlm 20.

Gambar

Gambar 2.1  Peta Lokasi Pondok Pesantren At-Tahzib, 42.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil diagram tulang ikan dan hasil wawancara dengan pihak internal perusahaan, diketahui bahwa aktor utama yang terlibat dalam perbaikan mutu di RPA PT XYZ terdiri

Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, sebab sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai

Dari analisis sebab akibat menggunakan fishbone diagram ditemukan ada dua sebab dari empat permasalahan yang terjadi dalam proses pengelolaan persediaan material

Dari data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi langsung dilapangan yang kemudian digambarkan dalam diagram sebab akibat dapat diketahui bahwa faktor-faktor

Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis data Importance-Performance Analysis, Diagram sebab-akibat (Fish Bone Diagram), Analisis SWOT. Hasil identifikasi

Diagram ini disebut juga diagram tulang ikan (fishbone chart) dan berguna untuk memperlihatkan faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan mempunyai akibat pada

Perawatan belt no batch tidak termasuk dalam Routine Maintenance Berikut ini akan digambarkan rancangan diagram sebab akibat yang menyebabkan tingginya breakdown mesin Sig

Analisis menggunakan diagram sebab akibat atau fishbone diagram dapat diketahui faktor – faktor yang berperan dalam efektivitas penerapan Statistical Quality Control yaitu faktor