PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU SIRAH NABI MUHAMMAD KARYA AL-HAFIZH ADZ-DZAHABI
Vena Muhilda [email protected] Universitas Islam 45 Bekasi
Abstract: This study aims to determine Character Education in the book Sirah Nabi Muhammad by Al-Hafizh Adz- Dzahabi. The background of this research is the lack of good character caused by daily habits that cause negative characters for students, both from the family, the surrounding environment, playmates, and technology, the lack of education in forming character because education prioritizes and develops intellectual intelligence rather than improve character for students. As well as the many shows on social media and television that do not educate so they cannot form character. This research is a type of qualitative research using the library research approach. The data analysis method used in this research is descriptive method and library method.
Key Words: Prophet Muhammad's Sirah Book, and Character Education
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pembentukan kepribadian seseorang dan peningkatan perilaku peserta didik juga merupakan tujuan pendidikan. Hal ini tertuang dalam Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia.20, berupa: Pembangunan keterampilan dan karakter yang menghargai peradaban adalah tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan adalah membentuk kehidupan bangsa dengan membantu peserta didik menjadi berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan mengembangkan potensinya sebagai warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab1. Banyak sekali kita temukan berita tentang tawuran antar pelajar. Di media sosial juga banyak kita temukan tentang pergaulan bebas remaja yang masih duduk dibangku sekolah. Pergaulan bebas ini tentu berpengaruh kuat terhadap nilai-nilai karakter pada siswa. Akibat pergaulan bebas ini, anak yang masih duduk dibangku sekolah melakukan banyak hal negatif sejak dini, antara lain mabuk-mabukan karena minuman keras (alkohol), mengonsumsi obat-obatan atau narkoba, bullying, atau berhubungan seks bebas, pemerkosaan, penyerangan seksual, perampokan
1 “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL,” diakes 8 Maret 2021, https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/7308/UU0202003.htm.
2 Intan Umbari Prihatin, “Kemerosotan Karakter Anak
dan bahkan banyak anak berani menentang orang tuanya2. Belakangan ini negara Indonesia juga tengah menghadapi masalah krisis moral yang muncul di kalangan generasi muda negeri ini. Krisis moral ini semakin hari semakin mengkhawatirkan. Meningkatnya kejahatan di kalangan remaja yang masih duduk dibangku sekolah, seperti: menyontek, membolos atau penyalahgunaan smartphone oleh anak sekolah di tempat-tempat yang rentan terhadap pengaruh waktu. Penggunaan gadget yang berlebihan berdampak negatif terhadap perkembangan sosial dan emosional anak. Dampak negatif penggunaan gadget pada anak antara lain anak menjadi menarik diri, sulit tidur, menyendiri, perilaku kekerasan, berkurangnya kreativitas, dan meningkatnya risiko cyberbullying. Media sosial dan banyak perilaku menyimpang lainnya adalah bukti bahwa semangat generasi penerus negeri ini telah rusak parah. Jika disebutkan secara rinci, kerusakan mental yang dilakukan generasi muda tanah air bisa jadi tidak ada habisnya3.
Hal ini dapat kita rasakan efek dari krisis moral atau karakter yang sedang terjadi sekarang. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap penggunaan smartphone juga turut andil dalam melemahkan kerakter anak. Karena dapat kita ketahui bahwa didalam smartphone juga banyak film-film atau tontonan-tontonan yang sifatnya tidak mendidik hal ini menyebabkan tidak dapat membentuk karakter anak karena banyak tayangan buruk yang tidak Bangsa”. Liputan6.com, 4 Maret, 2021.
3 Bahroni, “Attarbiyah Kajian Agama Budaya Kependidikan dalam jurnal pendidikan karakter”, Salatiga: STAIN Press, 2014, h. 16.
membantu pendidikan. Oleh karena itu, para menteri atau instansi terkait kini terlibat secara mendalam dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan karakter. Pendidikan karakter ini merupakan sarana untuk meningkatkan perilaku dan semangat generasi muda Indonesia sebagai pewaris bangsa Indonesia. Namun bukan hanya pemerintah atau kelompok kepentingan yang harus bertanggung jawab atas kerusakan moral generasi muda saat ini, tetapi semua warga negara harus turut serta memperbaiki sikap dan moral generasi mudanya. Negara khususnya orang tua dan kerabat, karena mereka dididik Karakter sejak dini, berharap dapat meminimalisir dan meminimalisir permasalahan yang muncul pada generasi muda negara Indonesia saat ini4.
Alasan peneliti akan mengkaji penelitian ini adalah karena islam sendiri memiliki karakter dengan karakter yang sangat indah, beliau adalah Nabi Muhammad Saw. Al-Qur'an adalah akhlak Nabi Muhammad, dan Al-Qur'an adalah kitab Allah dan firman-Nya yang sempurna. Alhasil, Aisyah membuat perbandingan antara karakter Nabi Muhammad untuk menjadikannya teladan bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia. Materi pendidikan karakter yang terbaik dan paling sempurna adalah akhlak dan suri tauladan Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab: 21 yang berbunyi:
َ هاللَّ وُج ْرَي َناَك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌة َوْسُأ ِ هاللَّ ِلوُس َر يِف ْمُكَل َناَك ْدَقَل ا ًريِثَك َ هاللَّ َرَكَذ َو َر ِخ ْلْا َم ْوَيْلا َو Artinya : Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu benar-benar ada suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan orang- orang yang banyak mengingat Allah. Melalui buku Sirah Nabi Muhammad Saw karya Al-Hafizh Adz- Dzahabi, diharapkan materi pendidikan karakter bagi Nabi Muhammad Saw dapat disusun sebagai bagian dari kurikulum pendidikan nasional, khususnya pendidikan spiritual. Dengan demikian, kumpulan kehidupannya di dalamnya mampu mengisi ketidakseimbangan arus materi pendidikan, mulai dari ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik agar dapat diketahui mana yang layak dijadikan bukti (argumen) dan mana yang tidak.
Dan dikarenakan penulis pada buku sirah Nabi Muhammad karangan seorang Muhaddist (ahli
4 Andriani, S.E, Arifin, I, dan Nurabadi, A.
“Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Pembiasaan Dalam Peningkatan Mutu
hadist) terkenal beliau adalah Al-Hafizh Adz-Dzahabi, alasan peneliti memilih buku ini dikarenakan penyusunannya berdasarkan metode muhaddisint, dan terdapat adanya tambahan pembahasan tentang sifat fisik Nabi, keadaan rumah tangga beliau, dan hukum-hukum yang Allah khususkan bagi Nabi-Nya.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan pendidikan karakter dengan menggunakan kisah atau sejarah Nabi Muhammad Saw sebagai model yang baik untuk diikuti melalui akhlak, kepribadian, budi pekerti, dan perilakunya. Kita hanya bisa selangkah demi selangkah meniru dan mengikuti teladan moralitas dan perilakunya ketika kita telah mempelajari dan memahami sejarah dan latar belakangnya. Misalnya, bagaimana Nabi Muhammad Saw bergaul dengan orang tua? Bagaimana cara beliau menghadapi masa muda? Bagaimana beliau memimpin?
dan seterusnya, dari hal-hal kecil hingga hal-hal besar, umat Islam tidak akan bisa meniru dan mengikutinya, kecuali jika kita memahami sejarah dan sejarahnya dengan arti kata yang sebenarnya. Disini berbicara pentingnya “Nilai pendidikan karakter dalam kitab Sirah Nabi Muhammad Saw oleh Al- Hafizh Adz-Dzahabi”, yang merupakan suri tauladan Nabi Muhammad Saw yang baik bagi umat Islam yang berakhlak mulia. layak tunduk pada kehendak rakyatnya. Penulis akan mencoba memaparkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Sirah Nabi Muhammad Saw yang didasarkan pada nilai karakter yang tengah dikembangkan di Indonesia.
Alasan penulis tertarik meneliti ini karena ingin memperbaiki karakter anak bangsa yang semakin hari semakin merosot. Memperbaiki krisis moral yang sedang terjadi. Caranya dengan menelaah buku sirah Nabi Muhammad Saw Karya Al-Hafizh Adz-Dzahabi karena didalam buku tersebut terkandung Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang baik dan patut dijadikan suri tauladan untuk kehidupan sehari-hari bagi umat manusia. Yaitu dengan mengambil sifat, kepribadian, karakter, budi pekerti yang luhur, dan akhlak yang mulia baginda Nabi Muhammad Saw. Karena didalam diri beliau terdapat suri tauladan yang baik hal ini juga sudah dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 21. Dan alasan penulis tertarik untuk menelaah dan mengkaji buku Sirah Nabi Muhammad Saw karya Al-Hafizh Adz-Dzahabi karena buku ini karangan Imam sekaligus Hafizh yang terkenal, penulis dalam buku ini seorang Muhadist (ahli hadist). Sejarah atau kisah-kisah yang diambil memang benar adanya karena diambil dari hadist-hadist itu sendiri, sehingga terjamin keaslihannya.
sekolah”. JAMP: Jurnal Adminitrasi dan Manajemen Pendidikan.
Vol., No. 2, (Juni 2018).
B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
a. Kurangnya karakter yang baik ditimbulkan oleh kebiasaan sehari- sehari yang menyebabkan terjadinya karakter negatif bagi peserta didik, baik dari keluarga, lingkungan sekitar, teman bermain, dan teknologi.
b. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak tentang dunia digital menyebabkan karakter yang kurang baik untuk peserta didik.
c. Kurangnya pendidikan dalam membentuk karakter karena pendidikan
lebih mengutamakan dan
mengembangkan kecerdasan intelektual dari pada meningkatkan karakter bagi peserta didik.
d. Banyaknya tontonan di media sosial dan televisi yang tidak mendidik sehingga tidak dapat membentuk karakter.
e. Perilaku peserta didik yang tidak mencerminkan nilai-nilai karakter seperti: tidak taat dalam beribadah dan taat kepada orang tua, tidak menghormati kepada yang lebih tua, dan kurangnya akhlakul karimah terhadap orang tua dan sesama.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, dan mengingat keterbatasan waktu untuk menghindari kesalah pahaman dari pembaca dan penelitian lebih terfokus agar penelitian ini juga tidak menyimpang dari pembahasan pokok, maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah, adapun terdapat objek dalam penelitian ini adalah Pendidikan Karakter Dalam Buku Sirah Nabi Muhammad Saw Karya Al-Hafizh Adz-Dzahabi.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah Pendidikan Karakter dalam buku sirah Nabi Muhammad Saw karya Al-Hafizh Adz- Dzahabi?
5 ka Zed, “Metode Penelitian Kepustakaan”,
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti paparkan, tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Ingin mengetahui bagaimanakah pendidikan karakter didalam buku sirah Nabi Muhammad Saw karya Al-Hafizh Adz-Dzahabi.
b. Ingin meningkatkan karakter peserta didik yang semakin hari semakin merosot melalui buku sirah Nabi Muhammad Saw karya Al-Hafizh Adz- Dzahabi.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat secra teoritis dan praktis.
1. Secara teoritis,
hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pendidikan membentuk karakter, sikap dan perilaku sosial siswa serta memberikan wawasan tentang dunia pendidikan.
2. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan kontribusi praktis.
a. Sekolah tentunya dapat dijadikan sebagai tempat kompetensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dengan tujuan untuk meningkatkan karakter peserta didik.
b. Guru dapat menemukan cara untuk meningkatkan pengembangan karakter dengan membentuk sikap dan perilaku sosial siswa.
c. Siswa dapat meneladani karakter Nabi Muhammad Saw sebagai contoh yang baik.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar, perilaku) tidak digunakan dalam bentuk angka atau tabel, tetapi tetap dalam bentuk kualitatif, dianalisis dan memberikan paparan situasi yang dipelajari dalam bentuk deskripsi dan naratif5. Dengan menggunakan pendekatan kepustakaan atau library research, yaitu pengumpulan, pemeriksaan, dan tampilan data atau tulisan ilmiah dengan tujuan menjadi subjek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat perpustakaan.
Pendekatan penelitian kepustakaan adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai literatur. Literatur yang diteliti tidak terbatas pada buku, tetapi juga dapat berupa bahan
(Jakarta: Buku Obor, 2008). h. 5.
dokumenter, majalah dan surat kabar6. Penelitian ini dicirikan oleh fakta bahwa ia berhubungan langsung dengan teks, datanya siap digunakan, data perpustakaan biasanya merupakan sumber sekunder, dan keadaan data perpustakaan tidak terbatas dalam ruang dan waktu.
Penelitian ini membahas tentang pendidikan karakter didalam buku sirah nabi Muhammad karya Al-Hafizh Adz-Dzahabi. Selain itu, terdapat bahan-bahan tulisan lain yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter sebagai sumber pelengkap seperti mengumpulkan beberapa buku, jurnal, skripsi dan tesis yang ada relevansinya dengan judul yang dikaji.
ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Penelitian
1. Biografi Al-Hafizh Adz-Dzahabi dan Karya- Karyanya
a. Biografi Imam Adz-Dzahabi
Nama Asli dari Imam Al-Hafizh Adz- Dzahabi adalah Al-Muarrikh Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi beliau atau yang lebih dikenal sebagai Al-Imam Adz-Dzahabi. Adz- Dzahabi berasal dari kata adz-dzahab yang berarti emas. Nama ini beliau dapatkan dikarenakan ayahnya adalah seorang pengrajin emas, dan beliau pun pernah berprofesi sebagai pengrajin emas.
Yang pada akhirnya nama inilah yang lebih dikenal hingga sekarang daripada nama asli beliau, dan beliau memang pantas untuk digelari sebagai
“emas” karena ilmu dan jasa beliau selama hidupnya7.
Beliau dilahirkan pada Rabiul Akhir 673 H/1274 M di sebuah desa bernama Kafarbatna di dataran padang hijau Damaskus, di tengah sebuah keluarga yang berasal dari Turkmenistan, yang ikut secara kewalian kepada kabilah Bani Tamim, dan mereka menetap di kota Mayyafarqin dari daerah Bani Bakar yang paling terkenal. Adz- Dzahabi tumbuh di tengah keluarga yang cinta ilmu dan agama. Ayah beliau bernama Ahmad bin
‘Ustman. Dia adalah orang yang baik, bertakwa,
6 Sugiyono, “Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm 2
7 Imam AL-Hafizh Adz-Dzahabi, “Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung Muhammad dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir”, (Jakarta: Darul Haq, 2001), hal. 113
8 Husamuddin Al-Qudsy, “Sirah Nabi Muhammad”,
dan cinta ilmu. Ayahnya pernah mempelajari kitab Shahih Bukhari pada tahun 666 H dari seorang guru, Miqdad bin Hibbatilla Al-Qoysi. Keluarganya memberikan perhatian yang besar kepada beliau dengan mengirimnya kepada para syaikh (guru besar) yang terkenal di kota Damaskus. Adz- Dzahabi telah berhasil mendapat ijazah (rekomendasi) dari mereka semenjak masih kecil, ketika beliau belum genap delapan belas tahun. Perhatiannya terhadap ilmu sangat tinggi. Perhatiannya bermula dari ilmu qiraah dan hadis8. Hal ini ditunjang dengan kepiawaian dan kecerdasaannya dalam berdiskusi dan memahami ilmu, serta kemampuannya yang luar biasa untuk mengingat dan menghafal, dan cita-citanya yang tinggi untuk bertemu para ulama dan berpetualang dalam menuntut ilmu. Adz- Dzahabi telah mencurahkan kesungguhan dalam menekuni kedua disiplin ilmu itu secara langsung dari guru besar negeri Syam yang paling masyhur pada masa itu. Beliau juga berpetualang ke Mesir, Mekah, Madinah, dan beberapa kota lain untuk tujuan yang mulia ini, hingga ilmunya menjadi rujukan (referensi) kaum muslimin. Nama beliau pun mulai bergaung di dunia Islam, dan para penuntut ilmu berdatangan dari segala penjuru. Beliau pun menjadi seorang imam dalam ilmu qiraah, penghafal hadis yang ulung, salah seorang ulama yang unggul dalam kritik hadis, dan ternama di dalam al-Jarh wa at-Ta’dil9.
b. Guru-Guru Yang Berpengaruh
Dia menuntut ilmu sejak usia dini dan ketika berusia 18 tahun menekankan perhatian pada dua bidang ilmu: Ilmu- ilmu al-Qur’an dan Hadits Nabawi. Dia menempuh perjalanan yang jauh dalam mencari ilmu ke Syam, Mesir, dan Hijaz (Mekkah dan Madinah). Dia mengambil ilmu dari para ulama di negeri-negeri tersebut. Di antarapara ulama yang menjadi guru-guru dia adalah:
1. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Yang dia letakkan namannya paling awal di deretan guru- guru yang memberikan ijazah pada dia dalam kitabnya, Mu’jam asy-Syuyukh. Dia begitu mengagumi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan mengatakan, “Dia lebih agung jika aku yang menyifatinya. Seandainya aku bersumpah di antara rukun dan maqam maka sungguh aku akan bersumpah bahwa mataku belum pernah melihat yang semisalnya. Tidak Demi Allah bahkan dia sendiri belum pernah melihat yang semisalnya dalam hal keilmuan.” (Raddul Wafir, hal. 35).
(Semarang : PT.Pustaka Nuun),1999, hal. 30
9 Imam AL-Hafizh Adz-Dzahabi, “Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung Muhammad dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir”, (Jakarta: Darul Haq, 2001), hal. 114
2. Al-Hafizh Jamaluddin Yusuf bin Abdurman al-Mizzi
Yang dikatakan oleh dia, “Dia adalah sandaran kami jika kami menemui masalah- masalah yang musykil.”(ad-Durar al- Kaminah,V:235)
3. Al-Hafizh Alamuddin Abdul Qasim bin Muhammad al-Birzali
Yang menyemangati dia dalam belajar ilmu hadits, dia mengatakan tentangnya: “Dialah yang menjadikanku mencintai ilmu hadits.”
(ad Durar al-Kaminah, III:323)
Ketiga ulama di atas adalah yang banyak memberikan pengaruh terhadap kepribadian dia.
Adapun guru-guru dia yang lainnya adalah Umar bin Qawwas, Ahmad bin Hibatullah bin Asakir, Yusuf bin Ahmad al-Ghasuli, Abdul Khaliq bin Ulwan, Zainab bintu Umar bin Kindi, al-Abuqi, Isa bin Abdul Mun’im bin Syihab, Ibnu Daqiqil
‘Id, Abu Muhammad ad-Dimyathi, Abul abbas azh-Zhahiri, ali bin Ahmad al-Gharrafi, Yahya bin ahmad ash-Shawwaf, at-Tauzari, masih banyak lagi yang lainnya. Al-Imam adz-Dzahabi memiliki Mu’jam asy-Syuyukh (Daftar Guru- Guru) dia yang jumlahnya mencapai 3000-an orang (adz-Dzahabi wa Manhajuhu fi Kitabihi, Tarikhil Islam)
c. Karya-Karya Imam Adz-Dzahabi Adz-Dzahabi sempat menduduki sejumlah jabatan keilmuan di kota Damaskus, di antaranya:
pemberi khutbah, pengajar, menjadi syaikh agung di sejumlah perguruan hadis, seperti Dar al-Hadis di Turbah Umm ash-Shalih, Dar al-Hadis azh- Zhahiriyah, Dar al-Hadis wa al-Qur’an at- Tankiziyah, dan Dar al-Hadis al-aFadhiliyah. Dan semua kesibukan ini tidaklah menghalanginya untuk melakukan penelitian akademis dan penulisan karya tulis. Bahkan beliau telah meninggalkan kekayaan ilmiah yang besar dan penuh berkah, di mana kitab- kitab dan karya tulis beliau mencapai 215 buah yang mencakup disiplin: qiraat, hadis, mushthalah hadis, sejarah, biografi, akidah, ushul fiqh, dan raqa’iq (ilmu etika berbicara)10. Di antara karya tulis tersebut adalah:
1. Tarikhul Islam Wa Thabaqatil Masyahiri wal A’lam, setebal 36 jilid, dan telah dicetak
10https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Ijtimaia/
article/download/3100 diakses pada hari rabu 11 November 2020 pada pukul 12.02
11Imam AL-Hafizh Adz-Dzahabi, “Perjalanan
sebanyak 5 jilid darinya di Kairo, Mesir. Yaitu buku ini jilid ke-dua.Siyar A’lam an-Nubala, setebal lebih dari 20 jilid, dan telah dicetak di Beirut 13 jilid.
2. Mizan al-I’tidal, setebal 4 jilid.
3. Al-Ibar fi Khabar man Ghabar, telah diterbitkan di Kuwait dalam 5 jilid.
4. Al-Mughni fi adh-Dhu’afa, terbit 2 jilid.
5. Al-Kasyif, terbit 3 jilid.
6. Tadzkirah al-Huffazh, terbit bersama Dzail Tadzkirah al- Huffazh, dalam 3 jilid.
7. Al-‘Uluww lil ‘Aliyyil Ghaffar.
8. Siyar A’laamin Nubalaa.
9. Mukhtashar Tahdziibil Kamaal.
10. Miizaanul I’tidaal Fii Naqdir Rijaal.
11. Thabaqatul Huffazh.
12. Al-Kaasyif Fii Man Lahu Riwaayah Fil Kutubis Sittah.
13. Mukhtashar Sunan al-Baihaqi.
14. Halaqatul Badr Fii ‘Adadi Ahli Badr.
15. Thabaqatul Qurra.
16. Naba’u Dajjal.
17. Tahdzibut Tahdzib.
18. Tanqiih Ahaadiitsit Ta’liiq.
19. Muqtana Fii al-Kuno.
20. Al-Mughni Fii adh-Dhu’afaa.
21. Al-‘Ibar Fii Khabari Man Ghabar.
22. Talkhish al-Mustadrak.
23. Ikhtishar Taarikhil Kathib.
24. Al-Kabaair.
25. Tahriimul Adbar.
26. Tauqif Ahli Taufiq Fi Manaaqibi ash-Shiddiq.
27. Ni’mas Smar Fi Manaaqib ‘Umar.
28. At-Tibyaan Fi Manaaqib ‘Utsman.
29. Fathul Mathalib Fii Akhbaar Ali bin Abi Thalib.
30. Ma Ba’dal Maut.
31. Ikhtishar Kitaabil Qadar Lil Baihaqi.
32. Nafdhul Ja’bah Fi Akhbaari Syu’bah.
33. Ikhtishar Kitab al-Jihad, ‘Asakir.
34. Mukhtashar athraafil Mizzi.
35. At-Tajriid Fii Asmaa’ ish Shahaabah.
36. Mukhtashar Tariikh Naisabuur, al-Hakim.
37. Mukthashar al-Muhalla dan Tartiil Maudhuu’at, Ibn al- Jauzi11.
d. Sistematika Penulisan Buku
Sistematika penulisan dalam buku Sirah Nabi Muhammad karya Al-Hafizh Adz-Dzahabi sama seperti sistematika buku terjemahan pada umumnya. Halaman pertama adalah judul buku, kemudian halaman selanjutnya
Hidup Rasul Yang Agung Muhammad dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir”, (Jakarta: Darul Haq, 2001), hal. 310
muqadimah. Halaman berikutnya adalah pengantar penerbit. Berbeda dengan buku terjemahan pada umumnya, sistematika penulisan buku ini juga melampirkan selayang pandang mengenai penulis dan kitab, yang menunjukan bahwa buku terjemahan ini merupakan buku dengan kualitasnya kandungan isi yang terbaik.
Bagian ini berisi alasan-alasan Daar Ghiras memilih buku Tarikhul Islam wa Thabaqatil Masyahiri wal A’lam sebagai juara pertama dan beliau juga ikut serta mendistribusikan buku ini ke berbagai negara, dengan menterjemahkan kedalam bahasa negara lainya. Dengan alasan- alasan sebagai berikut:
a. Penulisnya seorang muhaddist (ahli hadist) terkenal.
b. Penyusunan kitabnya berdasarkan metode muhadditsin.
c. Hadist-hadistnya telah di tahqiq, di- takhrij, dan diperjelas maknanya.
d. Adanya tambahan pembahasan mengenai sifat fisik Nabi, keadaan rumah tangga Beliau, dan hukum- hukum yang Allah khususkan bagi Nabi-Nya.
Halaman berikutnya adalah pengantar penulis, bagian ini memaparkan latar belakang dituliskanya buku ini, halaman berikutnya adalah daftar isi, dan halaman berikutnya adalah pembahasan yang terdiri atas 54 bab. Dari ke 54 bab tersebut penulis simpulkan menjadi 5 bab besar, serta halaman berikutnya adalah daftar pustaka. Lebih singkatnya sistematika penulisan buku Sirah Nabi Muhammad ini adalah sebagai berikut:
1. Judul buku.
2. Muqadimah.
3. Pengantar Penerbit.
4. Pengantar Penulis.
5. Daftar Isi.
6. Pembahasan.
7. Sumber Rujukan.
8. Daftar Pustaka.
e. Sinopsis Buku
Sirah Nabawiyyah adalah rekaman nyata tentang perjalanan hidup sayyidul basyar (penghulu manusia), Rasul Rabbul 'ibaad (utusan Allah), yaitu Muhammad yang telah dipilih Allah sebagai pengemban risalah ilahiah terakhir, yang
kekal untuk selama-lamanya. Tujuannya tidak lain untuk memberikan kunci-kunci kebahagiaan kepada ummat manusia dan menempatkan mereka pada derajat yang tinggi.
Pada hakikatnya Sirah Nabi Muhammad merupakan gambaran risalah (misi) yang dibawa oleh Nabi Muhammad kepada umat manusia, untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, dari ibadah kepada hamba menuju ibadah kepada Allah. Gambaran Risalah yang amat menawan dan sempurna ini tidak mungkin dapat dihadirkan kecuali setelah melakukan komparasi antara latar belakang risalah ini (Risalah Nabawiyah) dan Implikasi-implikasinya.
Berangkat dari sinilah merasa perlu mengemukakan suatu pasal yang berbicara seputar kaum-kaum arab dan perkembangannya sebelum Islam, serta tentang situasi dan kondisi saat Nabi Muhammad di utus.
2. Pendidikan Karakter Di dalam Buku Sirah Nabi Muhammad Karya AlHafizh Adz- Dzahabi
Karena pendidikan karakter bukan hanya tentang belajar benar dan salah, tetapi memiliki makna yang lebih besar dari pendidikan moral. Selain itu, pendidikan karakter menciptakan kebiasaan benar dan salah untuk merasakan dan mengamalkan nilai-nilai yang baik. Oleh karena itu, pendidikan karakter erat kaitannya dengan kebiasaan- kebiasaan yang terus menerus diobservasi. Dalam buku Sirah Nabi Muhammad karya Imam Adz-Dzahabi, nilai pendidikan karakter disajikan dalam bentuk penjelasan, cerita, dialog antar tokoh dan reaksi tokoh dalam melakukan sesuatu. Buku ini memiliki dialog langsung dan deskripsi naratif. Bahkan dialog dan deskripsi antar tokoh diungkapkan dalam argumentasi, hadits dan pendapat para sahabat, sehingga buku ini memiliki sumber kebenaran.
Pendidikan karakter dalam buku ini adalah sebagai berikut.
1. Jujur/Siddiq
Menurut Albert Hendra Vijay, jika didefinisikan secara baku, kejujuran adalah perilaku seseorang untuk membedakan, berbicara dan memberikan informasi sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Kamus Besar Bahasa Indonesia halaman 440 kata jujur berarti: tidak bohong, lurus hati, dapat dipercaya kata-katanya, tidak khianat.
Jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal dengan apa adanya, maka orang tersebut dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan ayat Al-Qur‟an surah Al-Maidah ayat 8 yang berbunyi:
م ْوَق ُنٰاَنَش ْمُكهنَم ِرْجَي َلَ َو ِِۖطْسِقْلاِب َءۤاَدَهُش ِ ه ِلِلّ َنْيِما هوَق ا ْوُن ْوُك ا ْوُنَمٰا َنْيِذهلا اَهُّيَآٰٰي ْعَت هلََا ىٰٰٓلَع َن ْوُلَمْعَت اَمِب ٌٌۢرْيِبَخ َ هاللَّ هنِاۗ َ هاللَّ اوُقهتا َو ِۖى ٰوْقهتلِل ُب َرْقَا َوُه ۗا ْوُلِدْعِاۗ ا ْوُلِد
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai jujur adalah sebagai berikut:
Setelah Abu Lahab dan kaum Quraisy berkumpul. Kemudian beliau Rasulullah berbicara, “bagaimana menurut pendapat kalian kalau aku beritahukan bahwa ada segerombolan pasukan kuda dilembah sana yang ingin menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayaiku? Mereka menjawab, “ya, kami tidak pernah tahu darimu selain kejujuran12. Beliau merupakan orang yang paling utama dari sisi muru‟ah (penjagaan kesucian dan kehormatan diri), paling baik akhlaknya, paling agung dalam beretatngga, paling agung sifat bijaknya, paling jujur bicaranya, paling l lembut wataknya, paling suci jiwanya, paling dermawan dalam kebajikan, paling baik dalam beramal, paling menepati janji serta paling amanah sehingga beliau dijuluki oleh mereka sebagai Al- Amin13. Kutipan di atas juga menggambarkan sifat jujur beliau ketika sudah berjanji akan menukar Zainab dengan tawanan perang beliau yang juga menantunya Abul-Ash. Allah berfirman dalam surah Al-Anfal: 58 sebagai berikut:
ِم هنَفاَخَت اهمِا َو َلَ َ هاللَّ هنِا ۗ ءۤا َوَس ىٰلَع ْمِهْيَلِا ْذِبٌْۢناَف ًةَناَي ِخ م ْوَق ْن
َنْيِنِٕىۤاَخْلا ُّب ِحُي Artinya: Jika engkau (Nabi Muhammad) benar-benar khawatir (akan terjadi) pengkhianatan dari suatu kaum, kembalikanlah (perjanjian itu) kepada mereka dengan cara seimbang (adil dan jujur). Sesungguhnya Allah tidak menyukai para pengkhianat. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpukan bahwa kejujuran akan tercermin dalam prilaku berbicara sesuai dengan kenyataan, berbuat sesuai bukti dan kebenaran. Dengan demikian kejujuran merupakan salah satu unsur kekuatan spiritual, akhlak mulia, serta kepribadian.
2. Tanggung jawab / Al-masuuliyyatu
12 Ulul Amri Syafri, “Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an”, (Jakarta: Pers. 2012), hal: xi
13 Imam AL-Hafizh Adz-Dzahabi, “Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung Muhammad dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir”, (Jakarta: Darul Haq, 2001), hal. 180
Pengertian tanggung jawab dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan di mana seseorang harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu, jadi seseorang wajib memikul tanggung jawabmemikul segala sesuatu atau memberi tanggung jawab dan menanggung akibatnya. Pengertian tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang di sengaja maupun yang tidak disengaja Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab bersifat kodrati, yang artinya tanggung jawab itu sudah menjadi bagian kehidupan manusia bahwa setiap manusia dan yang pasti masing- masing orang akan memikul suatu tanggung jawabnya sendiri-sendiri. Manusia yang bertanggung jawab adalah mereka yang melakukan tugas dengan penuh sepenuh hati, berusaha keras untuk mencapai sesuatu tujuan yang diinginkan dan yakin terhadap pilihan dan keputusan yang diambil. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter bertanggung jawab adalah sebagai berikut:
Lalu beliau menawarkan diri untuk di Qishah, seraya bersabda, “Barang siapa yang punggunya pernah kupukul, maka inilah punggungku, silahkan membalasnya. Siapa yang kehormatanya pernah kulecehkan maka inilah kehormatakanku, silahkan membalasnya”. Lalu beliau turun dari mimbar untuk melaksakan shalat duhur. Selepas selesai shalat beliau kembali ke mimbar dan duduk diatasnya. Beliau mengulang lagi sabdabya seperti di atas dan juga menyampaikan yang lain. Pada saat itu ada orang yang berkata, “Sesungguhnya engkau mempunyai tanggungan tiga dirham kepadaku.” Maka beliau bersabda,
“Berikan kepadanya wahai Fadhl.”14
Kutipan cerita di atas menggambarkan, bentuk tanggung jawab Rasulullah terhadap Allah dan umatnya.
Dengan Allah beliau tidak ingin meninggalkan dunia dengan membawa tanggungan yang belum beliau lunasi, sebab akan ada balasan di akhirat kelak, meski kita tahu Rasulullah adalah manusia yang dijauhkan dari dosa.
Tanggung jawab beliau juga terlihat bahwa beliau adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas tugasnya sebagai Nabi juga pemimpin yang memikirkan kondisi umatnya setelah beliau wafat, dan itu merupakan pendidikan karakter tentang bertanggung jawab. Sebagaimna Allah berfirman dalam Al Mudasir ayat 38 sebagai berikut:
ٌةَنْيِه َر ْتَبَسَك اَمِب ٌۢ سْفَن ُّلُك
14 Imam AL-Hafizh Adz-Dzahabi, “Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung Muhammad dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir”, (Jakarta: Darul Haq, 2001), hal. 108.
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, (QS. Al Muddassir ayat 38)
3. Disiplin/An-nidoomu
Disiplin adalah tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaanya. Disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter disiplin adalah sebagai berikut:Tatkala Rasulullah sedang meluruskan barisan, saat itu Sawad bin Ghaziyyah sedang bergeser dari barisanya. Maka beliau memukulnya dengan anak panah agar meluruskan barisan, sambil bersabda, “Luruskanlah barisanmu wahai Saawd!. Seusai beliau meluruskan barisan beliau mengeluarkan perintah agar pasukan tidak memulai pertempuran sebelum mendapat perintah yang terakhir dari Rasulullah. Rasulullah juga menyampaikan beberapa petunjuk khusus tentang peperangan dengan bersabda, “jika kalian merasa jumlah musuh terlalu besar, maka lepaskanlah anak panah kepada mereka.
Dahuluilah mereka dalam melepaskan anak panah. Kalian tidak perlu terburu-buru menghunuskan pedang kalian kecuali setelah mereka dekat dengan kalian.15”
Kutipan cerita di atas menggambarkan sikap disiplin yang ditanamkan Rasulullah terhadap para tentaranya dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan tanpa keraguan, itu merupakan sikap pendidikan karakter yang perlu dicontoh karena sikap disiplin merupkan bentuk karakter yang dapat memudahkan seseorang dalam mencapai tujuanya. Sikap disiplin harus ditanamkan sejak dini untuk membentuk karakter yang baik, yang nantinya akan berguna baik untuk diri sendiri maupun orang lain16. Seperti kegiatan sekolah diantaranya disiplin masuk sekolah, disiplin mengerjakan tugas, dan disiplin mentaati peraturan sekolah. Dengan memulai dari kebiasaan kecil ini diharapkan akan tumbuh pembiasaan sikap disiplin dalam bentuk apapun.
15http://journal2.um.ac.id/index.php/JSPsi/article/vi ewFile/487/567 diakses pada tanggal 17 November 2020 pukul 11.38
16 Imam AL-Hafizh Adz-Dzahabi, “Perjalanan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa disiplin yaitu suatu rasa taat pada nilai yang dipercaya sebagai pertanggung jawaban individu. Tentu sikap ini patuh pada pengendalian dan pengawasan.
Menurut Ellen G White, tujuan disiplin di antaranya sebagai berikut:
1. Pemerintah atas diri.
2. Menaklukan kuasa kemauan.
3. Perbaiki kebiasaan-kebiasaan.
4. Hancurkan benteng setan.
5. Menghormati kedua orang tua dan Ilahi.
6. Penurutan atas dasar prinsip, bukan paksaan.
Sedangkan sikap disiplin yang diterapkan pada setiap siswa dalam proses belajar agar setiap siswa dapat bersikap baik, positif, dan bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
4. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan usaha yang sungguh- sungguh untuk mengatasi berbagai pembelajaran dan hambatan tugas serta melakukan tugas dengan kemampuan terbaiknya. Kerja keras adalah usaha yang terus menerus dan konsisten untuk suatu tugas yang menjadi tanggung jawab setiap orang. Kerja keras juga dapat disesuaikan dengan bentuk karya sastra berupa novel. Di antara berbagai faktor tersebut, kerja keras memiliki alasan, yaitu: faktor ekonomi, faktor pembangunan nasional dan faktor pribadi yang memerlukan kerja keras. Karakter bersaing untuk memulai bisnis mereka sendiri dengan melakukan bisnis dan bertani. Kerja keras juga mempengaruhi hubungan sosial karakter. Hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan atau kolaborasi baru antar tokoh.
Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Kutipan dari cerita yang menggambarkan kerja keras adalah sebagai berikut:
Maka bangkitlah Rasulullah untuk menyampaikan dakwah an terus melakukannya setelah datangnya perintah itu selama lebih dari dua puluh tahun, tanpa sempat beristirahat maupun menikmati hidup untuk kepentingan dirinya maupun keluarganya. Bangkit dan tetap bangkit menegakkan dakwah kepada Allah.
Mengembankan dipundaknya beban yang amat berat dan sarat, namun beliau tidak merasa berat dan terbebani, beban amanah yang sangat besar dimuka bumi ini, beban umat manusia keseluruhan, beban akidah yang amat
Hidup Rasul Yang Agung Muhammad dari Kelahiran Hingga Detik- Detik Terakhir”, (Jakarta: Darul Haq, 2001), hal. 898.
besar secara keseluruhan, dan beban perjuangan dan jihad di medan-medan yang berbeda17.
“Melihat perkembangan yang cukup rawan dan tidak terduga-duga ini, maka Rasulullah mengadakan majelis permusyawarah militer.
Dalam majelis ini beliau mengisyaratkan posisi mereka yang dipertaruhkan secara mati-matian dan membuka kesempatan kepada setiap anggota pasukan dan para komandanya untuk mengemukakan pendapatnya, karena pada saat itu beberapa pasukan telah kendor semangatnya. Kemudia Al-Miqdad berdiri seraya berkata: “Wahai Rasulullah majulah terus seperti diperlihatkan Allah kepada engkau.
Kami akan bersama Engkau. Demi Allah kami tidak akan berkata kepada Engkau sebagaimana Bani Israel yang berkata kepada Musa” pergi sendiri Engkau bersama Rab mu, tetapi pergilah Engkau bersama Rab-Mu lalu berpeganglah kalian berdua, dan sesungguhnya kami akan berperang bersama kalian berdua”18.
Kutipan cerita di atas menggambarkan bahwa Rasulullah senantiasa bekerja keras dalam mengemban amanatnya sebagai Rasul Allah. Beliau tidak pernah pantang menyerah dalam menyebarkan dakwah Allah ke jazirah Arab. Beliau juga bekerja keras dalam menyusun strategi peperangan, selalu memusyawarahkan segala strateginya bersama kaumnya. Dalam kutipan di atas juga menggambarkan bagaimana Rasulullah bersama kaumnya bekerja keras dalam melawan orang-orang Quraisy meski kehidupan mereka di ambang kematian. Kerja keras merupakan suatu yang dapat merubah keadaan seseorang, bahkan di saat tersulit sekalipun. Allah swt berfirman dalam qur’an surah Az-zumar: 39 yang berbunyi sebagai berikut:
َن ْوُمَلْعَت َف ْوَسَفۚ ٌلِماَع ْيِ نِا ْمُكِتَناَكَم ىٰلَع ا ْوُلَمْعا ِم ْوَقٰي ْلُق Artinya: Katakanlah “Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja pula, maka kelak kamu akan mengetahui.” (Az-Zumar : 39)
5. Kreatif/Ibkaariyyu
17 Ainur Rasyid, “Hadits-Hadits Tarbawi”, (Yogyakarta: Diva Press), 2017, hal. 13
18 Zuhairini. Drs, dkk, “Filsafat Pendidikan Islam”, (Jakarta:Bumi Aksara), 1995. cet. I. hlm. 121
19 Heri Gunawan, “Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi”, (Bandun:Alfabeta) ,2012
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Secara umum bisa juga dikatakan suatu kemampuan yang ada pada individu atau kelompok yang memungkinkan mereka untuk melakukan terobosan atau pendekatan-pendekatan tertentu dalam memecahkan masalah dengan cara yang berbeda19. Juga dapat didefenisiskan sebagai suatu kemampuan dalam menciptakan hal-hal baru atau cara- cara baru yang berbeda dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Nilai kreatif ini mengandung arti pengungkapan ide-ide seseorang terhadap suatu cara atau suatu pekerjaan yang menghasilkan inovasi baru yang lebih menarik dan baik. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter kreatif adalah sebagai berikut:
Disana Rasulullah membagi tugas pasukanya dan membariskan mereka sebagai persiapan untuk menghadapi pertempuran. Beliau menunjuk satu detasemen yang terdiri dari pemanah ulung. Komandan detasemen ini diserahkan kepada Abdullah bin Jubair bin An-Nu‟man al Anshari Al Ausi. Lalu beliau bersabda kepada pemimpin mereka: “Lindungilah kami dengan anak panah, agar musuh tidak menyerang kami dari arah belakang, tetaplah di tempatmu, entah kita di atas angin ataupun terdesak, agar kita tidak diserang dari arahmu.
Dengan penempatan data di atas bukit disertai perintah militer yang keras, maka beliau sudah menyumbat satu celah yang memungkinkan bagi kavalery Quraisy untuk menyusup ke barisan orang-orang muslim dari arah belakang dan mengacaunya.” Pasukan Muslim di sayap kanan dikomandani AlMundzir bin Amr, di sayap kiri dikomandani Az-Zubair binAl-Awwam, dan masih didukung oleh satuan pasukan khusus yang dikomandani oleh Al-Miqdad bin Al-Aswad. Az-Zubair bertugas menghadang laju kavaleri (pasukan penunggang kuda) Quraisy yang dipimpin Khalid bin Al-Walid. Di barisan terdepan ada sejumlah orang yang pemberani, tokoh-tokoh yang dikenal gagah perkasa dan hebat sepak terjangnya, yang kemampuanya dapat disamakan dengan beribu-rubu orang, pengaturan ini merupakan strategi yang sangat bijaksana dan sekaligus amat detail, yang menggambarkan kecerdikan Rasulullah sebagai komandan perang”20. Kreatif merupkan cara perfikir dan cara melakukan suatu ide dengan memanfaatkan peluang sehingga mampu
20Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani,
“Falsafah At-Tarbiyah Al-
Islamiyah”, ter. Dr. Hasan Lunggalung, (Jakarta:Bulan Bintang), Cet., ke-1 1979., hal 399.
menciptakan hasil yang maksimal. Allah berfirman dalam surah Ar-Rad: 11 berikut ini:
َلَ َ هاللَّ هنِاۗ ِ هاللَّ ِرْمَا ْنِم ٗهَن ْوُظَفْحَي ٖهِفْلَخ ْنِم َو ِهْيَدَي ِنْيَب ٌْۢنِ م ٌتٰبِ قَعُم ٗه ُ هاللَّ َدا َرَا ٰٓاَذِا َو ْۗمِهِسُفْنَاِب اَم ا ْو ُرِ يَغُي ىهتَح م ْوَقِب اَم ُرِ يَغُي َلََف اًء ْۤوُس م ْوَقِب
لا هو ْنِم ٖهِن ْوُد ْنِ م ْمُهَل اَم َوۚ ٗهَل هد َرَم Artinya: Baginya (manusia) ada (malaikat- malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.
Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan atau daya cipta , kreativitas juga dapat bermakna sebagai kreasi terbaru dan orisinil yang tercipta, sebab kreativitas suatu proses mental yang unik untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda dan orisinil.
6. Mandiri/Mustaqillun Binafsihi
Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung dengan orang lain dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya sendiri. Dalam kamus bahasa Indonesia terbesar, mandiri juga dapat diartikan dalam kaitannya dengan hal-hal atau situasi manusia. Singkatnya, kemandirian adalah kemampuan untuk mengatur segalanya, mengatur waktu, beradaptasi dan berpikir secara mandiri, mengambil risiko dan memecahkan masalah.
Orang yang mandiri tidak memerlukan instruksi terperinci dan berkelanjutan tentang cara mencapai produk akhir, ia dapat mengandalkan dirinya sendiri. Kebebasan dalam tugas dan keterampilan, bagaimana melakukan sesuatu dan bagaimana mengelolanya untuk mencapai sesuatu.
Kutipan cerita yang menggambarkan tentang karakter mandiri adalah sebagai berikut21:
Tatkala awal masa remaja, Rasulullah tidak mempunyai pekerjaan tetap. Hanya saja beberapa menyatakan bahwa beliau biasa menggembala kambing di kalangan Bani Sa’ad dan juga di Makkah dengan imbalan uang beberapa dinar22.”
21 Abinya Nailah, “Sirah Nabawiyah Ringkasan Sejarah Nabi Saw”, /diakses tgl 17 Februari 2020 pukul 2017.
22 Al Mubarak furi, “Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul yang Agung dari
Kutipan cerita di atas menggambarkan bahwa kemandirian Rasulullah membuktikan meskipun ia tinggal bersama pamannya tidak menghalanginya untuk mencari rezeki sendiri dengan cara berdagang. Kemudian Rasulullah membuktikan ditengah suasana peperangan beliau mandiri mengemban amanahnya sebagai seorang nabi, mengambil komando dan maju untuk ikut berperang.
7. Rasa ingin tahu/Al-Fudlu
Sesuatu yang tumbuh dalam diri manusia yang merupakan sikap dan tindakan yang berupaya untuk selalu mengetahui tentang suatu hal lebih mendalam. Keingin tahuan akan sesuatu menyebabkan seseorang mendekati, mengamati, ataupun mempelajari suatu benda ataupun suatu hal lainya. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter rasa ingin tahu adalah sebagai berikut:
Ditempat tersebut, beliau melakukan sendiri patroli pemantauan bersama Abu Bakar. Tatkala keduanya sedang berjalan-jalan diseputar kamp militer Makkah, tiba-tiba mereka bertemu dengan orang tua dari bangsa Arab, lalu beliau bertanya kepadanya tentang Quraisy, Rasulullah dan para sahabatnya sengaja menanyakan tentang kedua tentara untuk lebih menghindari kecurigaan23.
Kutipan cerita di atas menggambarkan rasa keingintahuan Rasullah terhadap gerak-gerik musuh, hingga beliau melakukan penyamaran hal ini dilakukan beliau untuk mencari informasi lebih mendalam tentang perjalanan musuh, sehingga Rasulullah beserta kaumnya dapat mengetahui titik kelemahan lawan. Sebagaimana Firman Allah dalam Surah Al-Imron : 190 tentang perilaku rasa ingin tahu:
ىِلوُ ِ لَ تٰيٰ َلَ ِراَههنلا َو ِلْيهلا ِف َلَِتْخا َو ِض ْرَ ْلَا َو ِت ٰو ٰمهسلا ِقْلَخ ْيِف هنِا ِباَبْلَ ْلَا Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda- tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, Dari ayat di atas bisa kita simpulkan bahwa rasa ingin tahu memiliki kaitan erat dengan akal.
8. Gemar membaca/Iqro
Suka atau senang sekali akan membaca, sehingga menyediakan waktu khusus untuk melakukan aktifitas bembca tersebut, dia akan membaca berbagai bacaan bagi dirinya. Belajar merupakan suatu media belajar yang sangat efektif di dalam pendidikan. Dengan banyak membaca maka wawasan seseorang semakin luas.
Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir”, Terjemahan dari kitab Ar Rahiq Al Makhtum, (Jakarta : Darul Haq), 2001
23 Marzuki, “Pendidikan Karakter Islam”, (Jakarta: Amzah), 2017.
Membaca tidak harus dengan buku atau suatu yang bertulis. Membaca dapat pula dilakukan dengan membaca Kitab dan media masa. Pada dasarnya membaca adalah sikap untuk menambah, menggali dan mengembangkan suatu informasi. Membaca juga merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, seperti halnya saat membaca kitab Al Qur’an.
Kutipan cerita yang menggambarkan pendidikan karakter gemar membaca adalah sebagai berikut:
Beliau melaksanakan semua tugas ini dengan semangat yang tidak pernah mengendor dan penuh kesabaran. Pada malam harinya beliau bangun untuk beribadah kepada Allah SWT, membaca AlQur’an dan tunduk kepada Allah seperti yang di perintahkan-Nya.
Kutipan cerita di atas menggambarkan karakter Rasulullah yang gemar membaca Al- Qur’an sebagai kitab yang diturunkan kepada beliau. Beliau membaca Al-Qur’an setiap hari dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman beliau. Karakter Rasulullah ini merupakan salah satu karakter yang baik untuk menambah ketaqwaan individu terhadap Allah juga untuk menggali pengetahuan yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Alaq ayat 1-5
9. Menghargai Prestasi/Nuqdir al-iinjaz Menurut Narwanti, menghargai prestasi adalah perilaku dan karakter yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuai yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Oleh karena itu untuk dapat menghargai prestasi orang lain dengan cara memberikan tepuk tangan ketika pemenang itu di umumkan di depan orang banyak. Dengan cara itu maka akan terbentuk sikap individu yang mampu menyempurnakan dirinya agar menjadi pribadi yang baik dan berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kurniawati dan irsyadillah, nilai menghargai prestasi dapat dilihat dari bentuk pemberian seseorang terhadap seseorang lainnya yang memiliki prestasi. Dalam menghargai prestasi orang lain, seseorang dapat melakukan suatu tindakan berupa pujian dan dorongan
24 Sutarjo Adisusito, “Pembeljaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembeljaran Afektif”, (Jakarta: Rajawali Pers), 2014.
25 Imam Al-Hafizh Adz-Dzahabi, “Sirah
supaya prestasi yang diperoleh tersebut dapat dipertahankan24. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter menghargai prestasi adalah sebagai berikut:
Dia menjawab, “Demi Allah tidak wahai Rasulullah!
Aku tidak sedikitpun ragu perihal ayahku dan kematiannya, akan tetapi aku tahu benar bahwa ayahku adalah seorang yang mempunyai pendapat (positif), lembut dan terhormat. Aku sebenarnya berharap itu semua akan membuatnya menapatkan hidayah untuk masuk islam. Tatkala aku telah melihat apa yang menimpanya dan mengingat kematiannya yang dalam kekufuran setelah sebelumnya aku berharap lain, maka itulah yang membuatku bersedih.” Maka Rasulullah pun mendoakan kebaikan dan berkata yang baik-baik pula untuknya.
Seketika itu pula beliau mempersiapkan pasukan yang terdiri dari seratus prajurit berkendara, yang dipimpin Zaid bin Haritsah. Zaid mempercepat perjalananya agar dapat memapasi kafilah secara tiba-tiba. Zaid beserta pasukanya menetap di Qardah dan dapat menguasai kafilah dagang Quraisy. Shawan sama sekali tidak mampu mempertahankan kafilah dagangnya. Tidak ada pilihan lain baginya dan rombonganya kecuali melarikan diri.
Orang-orang muslim bisa membawa harta rampasan perang yang jumlahnya sangat banyak, terdiri dari pundi- pundi emas dan perak, yang nilainya mencapai seratus ribu. Rasulullah membagi harta rampasan tersebut kepada semua pasukan, setelah mengambil seperlimanya.25
Kutipan cerita di atas menggambarkan perilaku Rasulullah yang menghargai perjuangan sang anak yang menyayangkan ayahnya mati dalam kekufuran, kemudian Rasulullah menghargai kecerdikan pasukanya dalam mengalahkan lawannya dengam memberikan seluruh pasukanya harta rampasan yang di dapat mereka. Itulah karakter Rasulullah yang senantiasa dapat dijadikan teladan kehidupan manusia.
10. Peduli Sosial/Al-ri‟ayat al-tima‟ya
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Dari sinilah kepedulian sosial menuntut kepada setiap individu agar mampu memperhatikan lingkungan tempat tinggalnya atau masyarakat26. Peduli sosial merupakan sikap yang timbul dari dalam hati untuk memberikan bantuan dengan ikhlas kepada orang lain. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter peduli sosial adalah sebagai berikut:
NabiMuhammad” , (Jakarta: Darul Haq), 2001.
26 Imam Al-Hafizh Adz-Dzahabi, “Sirah NabiMuhammad” , (Jakarta: Darul Haq), 2001.
Ibnu Sa‟ad bin Mu‟adz datang kepada Rasulullah dengan berlari, sedang Sa’ad memegang tali kendali Rasulullah, Sa‟ad berkata,
“Wahai Rasulullah, Ibuku,” Rasulullah berkata,
“Selamat datang untuknya,” dan beliaupun berhenti untuk menghormatinya, ketika ia telah mendekat, beliau mengucapkan belasungkawa untuknya atas kematian anaknya, Amr bin Mua’adz, dia malah berkata, “ketahuilah ketika aku melihatmu selamat, maka aku menganggap enteng semua musibah.” Kemudian Rasulullah mendo’ankan kebaikan untuk keluarga para sahabat yang gugur diperang uhud, lalu berkata,
“Wahai Ummu Sa’ad bergembiralah dan berilah kabar gembira kepada keluarga mereka, bahwa anggota keluarga mereka yang gugur saling berdampingan disurga dan(diidzinkan) memberi syafaat untuk keluarga mereka semuanya27.”
Kutipan cerita di atas menggambarkan bahwa Rasulullah memiliki karakter peduli sosial terhadap keluarga dari para sahabat yang merenggang nyawa ketika syahid di medan peperangan.
11. Demokratis/Dimuqratii
Demokrasi merupakan sistem tananan suatu Negara yang memberikan kebebasan atas hak- hak rakyatnya dengan adil, dan meberikan kebebasan rakyat untuk berpendapat serta menerima, dan menjalankan pendapat rakyatnya.
Demokratispun bisa diartikan cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain28. Kutipan cerita yang menggambarkan karakter demokratis adalah sebagai berikut:
Dia berkata, “Wahai Rasulullah, jika demikian, ini bukanlah posisi yang tepat.
Karenanya, bangkitlah bersama orang-orang hingga kita mendatangi sumber air yang paling dekat dari posisi pasukan Quraisy, lalu kita menempatinya dan merusak sumur-sumur yang ada di belakangnya, kemudian kita membuat telaga dan mengisinya dengan air, kemudia memerangi mereka. Dengan begitu, kita bisa minum sementara mereka tidak bisa melakukannya.” Rasulullah bersabda, “Engkau telah memberikan pendapat (yang tepat).” Maka Rasulullah berangkat bersama pasukannya
27 Zuhairini, dkk, “Sejarah Pendidikan Islam”, (Jakarta: Bumi Aksara), 2008
28 Qiqi Yuliati Zakiyah & Rusdiana,
“Pendidikan Nilai Kajian Teori dan Praktik di
hingga tiba di sumber air paling dengan posisi musuh.
Beliau mengambil posisi disana pada pertengahan malam, kemudian membuat telaga-telaga dan merusak sumur- sumur yang lainnya29.
Kutipan cerita di atas menggambarkan bahwa Rasulullah memiliki karakter demokratis. Beliau selalu memusyawarahkan segala keputusan yang berhubungan dengan keamanan dan ketentraman umatnya.
Kepemimpan Beliau berpaham demokrasi, yaitu keputusan di serahkan kepada rakyatnya, dan digunakan oleh rakyatnya serta digunakan untuk kepentingan rakyatnya. Karakter ini merupkan karakter yang mendidik seseorang untuk dapat menerima orang lain, berfikir terbuka dan juga untuk mengendalikam ego seseorang.
Sebagaimana firman Allah dalam surah asy-syuara ayat 38 berikut:
اهمِم َو ِْۖمُهَنْيَب ى ٰر ْوُش ْمُه ُرْمَا َو َِۖةوٰلهصلا اوُماَقَا َو ْمِهِ ب َرِل ا ْوُباَجَتْسا َنْيِذهلا َو َۚن ْوُقِفْنُي ْمُهٰنْق َز َر Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. Asy- Syura ayat 38)
12. Bersahabat/Komunikatif/Atisholi’un
Kehidupan manusia berjalan tanpa sekat masa dan ruang, setiap individu melewati kehidupan dengan diamika berbeda pada setiap pergantian waktu dan tempat.
Masa yang terlewati penuh dengan berbagai peristiwa, demikian pula ruang yang telah menjadi bagian dari peristiwa tersebut. Salah satu peristiwa yang mewarnai kehidupan adalah proses interaksi, baik interaksi antar individu maupun interaksi antar masyarakat sosial.
Komunikasi adalah seluruh rangkaian interaksi antar manusia, interaksi tersebut tidak mungkin terjadi tanpa komunikasi, baik secara individu maupun secara kolektif.
Salah satu lingkungan interaksiadalah lingkungan perguruan tinggi dan menjadi bagian parsial dari peristiwa interaksi sosial akademik. Kegiatan interaksi membutuhkan kemampuan komunikasi ideal, kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh penutur. Namun, setiap individu harus dapat menjaga kesesuaian antara kebutuhan interaksi dan kemampuan komunikatif. Apabila hal tersebut tidak menjadi pertimbangan bagi setiap individu maka proses interaksi dapat mengalami hambatan dalam berkomunikasi secara efektif. Realitas menunjukkan bahwa apabila terjadi proses interaksi antar individu yang
Sekolah”, (Bandung : Pustaka Setia), 2014
29 Muhaimin dkk, “Ilmu Pendidikan Islam”, (Surabaya : karya abditama),2017.
berbeda latar belakang budaya dan agama maka standarisasi pola interaksi seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan interaksi30. Tindakan yang memperlihatkan senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. Bersahabat merupkan salah bentuk tolong menolong yang dianjurkan dalam Islam. Kutipan cerita yang menggambarkan nilai pendidikan karakter bersahabat adalah sebgai berikut:
Disamping membangun masjid sebagai perkumpulan dan persatuan, Rasulullah juga melakukan langkah lain yang merupakan sesuatu yang paling indah yang pernah ditorehkan oleh sejarah, yaitu mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Ibnul Qayyim berkata, “kemudian Rasulullah mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar dirumah Anas bin Malik. Mereka brjumlah 90 orang, separuhnya berasal dari kalangan Muhajirin dan separuhnya lagi berasal dari kalangan Anshar. Beliau mempersaudarakan diantara mereka untuk saling memiliki dan saling mewarisi setelah mati tanpa memberikannya kepada kerabat31.
Kutipan cerita di atas menggambarkan karakter Rasulullah yang suka menjalin hubungan persahabatan dengan orang lain. Beliau suka sekali mempersaudaran hubungan yang sebelumnya tidak baik. Ini merupakan cara beliau untuk menguatkan agama Islam. Dengan meneladani karakter Rasulullah ini, selain dapat mendapatkan kemudahan ketika seseorang memiliki masalah dan memerlukan bantuan, dengan bersahabt ini pula generasi Islam akan semakin kuat.
13. Peduli Lingkungan/Al-inayat bilbiyah Sikap dan tindakan yang selalu ingin berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam disekitar yang sudah terjadi32. Kutipan cerita yang menggambarkan nilai pendidikan karakter peduli lingkungan adalah sebagai berikut:
Rasulullah kemudian bangkit. Kaum Muhajirin dan kaum Anshar berjalan di depan,
30 Imam Al-Hafizh Adz-Dzahabi, “Sirah NabiMuhammad” , (Jakarta: Darul Haq), 2001.
31 Imam Al-Hafizh Adz-Dzahabi, “Sirah NabiMuhammad” , (Jakarta: Darul Haq), 2001.
32 Imam Al-Hafizh Adz-Dzahabi, “Sirah NabiMuhammad” , (Jakarta: Darul Haq), 2001.
belang dan samping beliau hingga masuk masjid. Beliau kemudian menuju Hajar Aswad dan mengusapnya.
Kemudian melakukan Tawaf mengelilingi Ka’bah sambil memegang busur panah. Disekeliling Ka‟bah dan di atasnya terdapat 360 buah behala, beliau memberangkusnya dengan busur seraya membaca Q.S Al- Isra‟ ayat 81 dan surah Saba ayat 49. Lalu berhala-berhala tersebut berguguran dengan berserakan33.
Kutipan cerita di atas menggambarkan karakter Rasulullah yang peduli lingkungan. Rasulullah menjaga lingkungan dengan merobohkan segala bentuk berhala yang ada di sekitar Makkah dan Madinah. Selain bertujuan untuk menghapus segala bentuk Ta‟lit, ini juga merupkan bentuk Rasulullah menjaga keindahan lingkungan di sekitar Makkah dan Madinah. Menjaga lingkungan merupakan sebuah kewajiban bagi manusia di bumi, dengan menjaga lingkungan hidup akan terbina kehidupan yang seimbang antara manusia dan lingkunganya.
14. Toleransi/Tasamuh
Toleransi berarti menerima keyakinan orang lain, tanpa mengkritisi mereka, kendati tidak disetujui akan keyakinan tersebut. Adapun makna kedua memberikan kesempatan bagi seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, kendati tidak disukai atau tidak disetujui, dengan tidak menampilkan kemarahan34. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, penapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya35.
Dengan Setelah menancapkan pilar-pilar masyarakat baru yang Islami dengan cara membangun kesatuan Akidah, Politik dan peraturan di antara kaum Muslimin, beliau mulai mengatur hubungan dengan non Muslim.
Tujuan beliau dibalik itu adalah memberikan rasa aman, damai, kebahagiaan dan kebaikan bagi seluruh umat manusia, disertai dengan pengaturan kawasan tersebut dalam satu kesepakatan. Untuk itu beliau menyusun peraturan-peraturan berkaitan dengan toleransi dan saling pengertian yang belum pernah dikenal oleh dunia yang dipenuhi oleh fanatisme, ambisi-ambisi peribadi dan etnis.
Tetangga non Muslim paling dekat yang tinggal di Madinah adalah kaun Yahudi, mereka ini, sekalipun menyimpan permusuhan terhaap kaum Muslimin, akan tetapi mereka belum menampakkan perlawanan atau perseteruan apapun. Karenanya Rasulullah menandatangani perjanjian mereka. Didalamnya beliau
33 Imam Al-Hafizh Adz-Dzahabi, “Sirah NabiMuhammad” , (Jakarta: Darul Haq), 2001.
34 Imam Al-Hafizh Adz-Dzahabi, “Sirah NabiMuhammad” , (Jakarta: Darul Haq), 2001.
35 Imam Al-Hafizh Adz-Dzahabi, “Sirah NabiMuhammad” , (Jakarta: Darul Haq), 2001.
memberikan mereka keleluasaan untuk menyumbangkan Nasihat, atau berbuat kebaikan, membiarkan mereka meraih kemerdekaan penuh didalam menjalankan urusan agama dan harta.
Beliau belum mengarah kepada kebijaksanaan mengekstradisi atau melakukan penyitaan dan perseteruan36.
Kutipan cerita diatas menggambarkan karakter Rasulullah tentang toleransi yang tinggi kepada non Muslim, agar tidak terjadi kejadian yang tidak di inginkan kedepannya, serta guna untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan hiup saling menghormati.
15. Semangat Kebangsaan/Ruh al-jinsia Semakin berkembangnya radikalisme beragama di tengah masyarakat menjadi ancaman bagi kesatuan bangsa Indonesia. Salah satu upaya strategis menangkal radikalisme beragama di Indonesia adalah melalui program pendidikan karakter semangat kebangsaan dan cinta tanah air di sekolah berlatar belakang islam37. Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan diri sendiri38. Kutipan yang tepat dalam Siraha Nabi Muhammad tentang semangat kebangsaan adalah sebagai berikut:
Hamzah bin Abdul-Muttalib bertempur bagaikan singa yang sedang mengamuk. Dia menyusup ke tengah barisan pasukan musyrikin tanpa mengenal rasa takut, tanpa ada tandinganya. Sehingga orang-orang yang gagah berani dari pihak musuhpun dibuatnya seperti daun-daun kering yang berterbangan dihembuskan angin. Terlebih lagi andilnya yang nyata dalam menghabisi para pembawa bendera musuh. Dia terus menerjang dan mengejar tokoh- tokoh musuh, hingga akhirnya dia terbunuh di barisan paling depan39.
Beliau telah merubah visi dan misi perang yang dulu merupakan pemicu meluasnya api perang dalam zaman jahiliyah. Dimasa jahiliyah perang tak lain hanyalah merupakan perampasan, perampokan, pembunuhan, penindasan, kezaliman, kekejaman,permusuhan, balas
36 Imam Al-Hafizh Adz-Dzahabi, “Sirah NabiMuhammad” , (Jakarta: Darul Haq), 2001.
37http://journal2.um.ac.id/index.php/JSPsi/article/vi ewFile/487/567 diakses pada tanggal 17 November 2020 pukul 11.38
38 ile:///C:/Users/NTcom/Downloads/2570-6365-1- SM.pdf di akses pada tanggal 17 November 2020 pukul
dendam, kemenangan, penghinaan, dan penindasan terhadap yang lemah, perusakan bangunan, pelecehan terhadap kehormatan wanita, dan kekejaman terhadap yang lemah, tua renta dan anak-anak kecil, perusakan ladang tanaman dan keturunan serta perbuatan sia-sia dan kerusakan dimuka bumi. Maka didalam Islam perang ini berubah menjadi jihad didalam merealisasikan tujuan yang mulia, agung dan terpuji, yang dibanggakan oleh semua umat manusia isetiap zaman an tempat40.
Kutipan cerita di atas menggambarkan karakter Rasulullah dan Hamzah bin Abdul-Muttalib yang memiliki semangat kebangsaan tinggi. Hamzah selalu memiliki semangat yang tinggi ketika dia perang untuk menumbangkan orang-orang kafir. Dia tidak takut mati dalam menghadapi setiap perlawanan yang datang.
Semangat kebangsaan merupakan salah satu sifat seseorang yang harus dipertaruhkan dalam mencintai suatu negara.
16. Cinta tanah air/Habu al-watan
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan bangsa41. Cinta tanah air (hubb al wathan) merupakan perasaan bangga dan ikut memiliki sebuah wilayah tertentu. Perasaan ini diwujudkan dalam sikap rela berkorban untuk melindungi wilayahnya dari berbagai ganggungan dan ancaman. Pentingnya rasa cinta tanah air ini menjadikannya sebuah tabiat alamiah manusia yang dimiliki sejak lahir.
Namun, yang menjadi problematika saat ini adalah spesialisasi makna cinta tanah air dalam kehidupan sehari- hari. Dikotomi penolakan gerakan Islam Ashobiyah terhadap paham negara bangsa (nation state) menjadi salah satu bukti penyempitan makna cinta tanah air di masyarakat. Kajian terhadap pokok bahasan ini mengungkapkan konsep atau gagasan terkait cinta tanah air yang ditinjau dari segi agama dan bangsa. Rasulullah berbelok kearah kanan sambil berseru, “Kemarilah wahai semua orang. Aku adalah Rasul Allah. Aku adalah Muhammad bin Abdullah”. Namum mereka tidak peduli lagi, yang ada di benak mereka hanyalah keinginan untuk lari dan menyelamatkan diri. Sehingga yang menyisa di tempat beliau hanya beberapa orang dari Muhajirin dan sanak keluarga beliau. Pada saat itulah tampak betapa 11.52
39 Ulul Amri Syafri, “Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an”, (Jakarta: Pers). 2012. hal: 1
40 Zuhairini. Drs, dkk, “Filsafat Pendidikan Islam”, (Jakarta:Bumi Aksara), 1995. cet. I. hlm. 121
41 Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani,
“Falsafah At-Tarbiyah Al-Islamiyah”, ter. Dr. Hasan Lunggalung, (Jakarta:Bulan Bintang), Cet., ke-1 1979., hal 399