LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA Penentuan Kelarutan Elektrolit Secara Konduktometri
Oleh:
Kelompok VIII
Utami Pratiwi Indra NIM: 2107112373
Asisten:
Ryo Malvin
Dosen Pengampu:
Dra. Silvia Reni Yenti, M. Si.
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya dan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW laporan yang berujudul “Laporan Praktikum Kimia Kecepatan Disolusi” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Pembuantan tugas yang berjudul “Laporan Praktikum Kimia Fisika Kecepatan Disolusi” ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Fisika. Penulis dalam pembuatan tugas ini mendapat beberapa hambatan yang disebabkan oleh masih kurangnya ilmu pengetahuan. Oleh karena itu penulis berterima kasih kepada bapak Prof. Dr.
Syaiful Bahri, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Kimia Fisika yang telah memberikan ilmunya dalam membimbing penyusunan tugas ini.
Penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam tugas ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan serta memperbaiki laporan ini agar lebih baik di masa yang akan iating. Harapan penulis laporan ini dapat diterima sebagai tugas yang baik dan dapat memenuhi kriteria laporan yang baik serta bermanfaat bagi pembacanya.
Pekanbaru, 17 November 2022
Utami Pratiwi Indra 2107112373
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2.Tujuan Praktikum ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Larutan ... 3
2.2 Kelarutan ... 6
2.3 Konduktometri ... 8
2.4 Sel Elektrokimia ... 9
2.4.1Sel Volta... 9
2.4.2Sel Elektrolisis ... 10
2.5 Titrasi Konduktometri ... 11
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Daya Hantar ... 12
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM ... 14
3.1 Alat dan Bahan ... 14
3.1.1 Alat-alat ... 14
3.2 Prosedur Praktikum ... 15
3.2.1Persiapan Larutan... 15
3.2.2Menentukan Kelarutan AgCl Secara Konduktometri ... 15
3.3 Pengamatan... 16
3.4 Rangkaian Alat ... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 18
4.1 Hasil Percobaan ... 18
4.2 Pembahasan ... 19
4.2.1 Menentukan Kelarutan AgCl Secara Konduktometri ... 22
4.2.2 Titrasi Asam Basa secara Konduktometri ... 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 24
5.1 Kesimpulan ... 24
5.2Saran ... 24
DAFTAR PUSTAKA ... 25 LAMPIRAN A LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN B PERHITUNGAN
LAMPIRAN C PERTANYAAN DAN TUGAS LAMPIRAN D DOKUMENTASI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Larutan elektolit kuat dan lemah, non eletrolit ... 5
Gambar 2.2 Kurva hubungan antara kelarutan garam dengan temperature ... 7
Gambar 2.3 Skema prinsip pengukuran konduktivitas larutan ... 8
Gambar 2.4 Mekanisme difusi... 9
Gambar 2.5 Proses elektrolisis secara sederhana ... 10
Gambar 3.1 Rangkaian alat ... 15
Gambar 4.1 Grafik Tahanan Larutan Pada Penambahan Volume NaOH ... 19
Gambar 4.2 Grafik Tahanan Larutan Terhadap Jenis Larutan... 21
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelarutan suatu zat ... 6
Tabel 2.2 Perbedaan sel volta dan sel elektrolisis ... 10
Tabel 3.1 Hasil pengamatan pengukuran konsentrasi asam basa ... 14
Tabel 3.2 Hasil pengamatan penentuan kelarutan AgCl ... 14
Tabel 4.1 Hasil pengukuran konsentrasi asam basa ... 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat dengan komposisi yang berbeda (Putri et al, 2017). Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut daya hantar ekuivalen. Larutan yang dapat menghantarkan listrik disebut larutan elektrolit.. Kuat lemahnya daya hantar listrik dalam suatu larutan bergantung pada pergerakan ion dalam larutan tersebut, jika ion pada larutan bergerak dengan mudah menandakan larutan tersebut mempunyai daya hantar listrik yang kuat (Mulyasuryani dan Zainuri, 2016)
Berdasarkan dengan kuat-lemahnya daya hantar listrik pada suatu larutan, larutan elektrolit dapat dibagi menjadi dua bagian larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Larutan elektrolit kuat adalah larutan zat terlarut benar-benar berdisosiasi membentuk ion positif dan negatif yang dapat menghasilkan listrik (Prandia, 2021). Daya hantar listrik suatu larutan dapat diukur dengan metode yang disebut konduktometri. Metode konduktometri merupakan metode pengukuran daya hantar listrik suatu elektrolit antar kedua elektroda (Haraphap, 2016).
Metode konduktometri mampu mengukur daya hantar listrik pada larutan dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Pada metode konduktometri dibutuhkan alat pengukur tahanan sel yang disebut konduktometer Salah satu pengaplikasian pengukuran konduktivitas suatu larutan adalah titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri dilakukan untuk mengukur muatan permukaan larutan (Pratama dkk, 2019). Selain itu titrasi dengan menggunakan konduktometri bertujuan untuk menentukan titik ekuivalen berdasarkan data kurva antara konduktivitas terhadap volume titran. Oleh karena itu, latar belakang percobaan penentuan kelarutan elektrolit secara konduktometri ini dilakukan adalah untuk menentukan konsentrasi asam basa secara konduktometri, menentukan sel konduktasi dan menentukan kelarutan AgCl secara konduktometri serta memenuhi tugas kimia fisika.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan percobaan penentuan kelarutan elektrolit secara konduktometri sebagai berikut:
1 Menentukan konsentrasi asam basa secara konduktometri 2 Menentukan sel konduktasi
3 Menentukan kelarutan AgCl secara konduktometri.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Larutan
Larutan adalah suatu campuran yang terdiri dari dua atau lebi zat dengan komposisi yang bervariasi. Jumlah zat yang lebih sedikit dalam suatu larutan disebut zat terlarut sedangkan jumlah zat yang lebih banyak disebut pelarut (Putri dkk, 2017). Larutan disebut sebagai campuran karena susunan campuran yang dapat berubah-ubah. Sifat suatu larutan dipengaruhi oleh susunan komposisinya.
Istilah konsentrasi digunakan untuk menggambarkan rasio jumlah zat terlarut terhadap pelarut (Khikmah, 2015).
Jumlah zat terlarut yang berbeda dalam setiap larutan membutuhkan energi panas yang berbeda, yang mempengaruhi titik didih larutan. Titik didih larutan adalah suhu larutan di mana tekanan uap jenuh larutan sama dengan tekanan atmosfer udara di sekitarnya (memberikan tekanan pada permukaan cairan). Suhu dan energi panas adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Suhu adalah besaran yang menunjukkan sebagai ukuran seberapa panas atau dingin suatu benda Energi panas adalah sesuatu yang mengalir dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah, dan sesuatu yang menyebabkan benda yang suhunya lebih rendah naik atau benda yang suhunya tetap tetapi berubah (Putri dkk, 2017). Menurut Yusuf (2019) klasifikasi larutan sebagai berikut:
a) Larutan berrdasarkan tingkat kejenuhannya
Terbagi atas larutan jenuh, tak jenuh dan lewat jenuh 1. Larutan Jenuh
Larutan jenuh adalah larutan yang didalamnya terdapat zat terlarut yang habis bereaksi, larutan ini merupakan larutan yang setimbang. Larutan ini tidak dapat terjadi bila hasil kali konsentrasi lebih kecil dari Ksp. Sebagai contoh untuk membuat larutan NaCl jenuh, kita dapat menambahkan NaCl pada air hingga NaCl terlarut sempurna (Homogen) (Yusuf, 2019).
2. Larutan tak jenuh
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Dapat dikatakan juga, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut). Dengan kata lain, larutan yang tepat bereaksi dengan reaktan (zat dengan konsentrasi maksimum). Suatu larutan jenuh terjadi bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti bahwa larutan tersebut tepat jenuh. Dalam larutan tak jenuh, kesetimbangan belum tercapai antara zat terlarut dan zat yang tidak larut. Ketika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, larutan mendekati jenuh (Yusuf, 2019).
3. Larutan lewat jenuh
Larutan jenuh membutuhkan larutan yang mengandung lebih banyak zat terlarut atau, dengan kata lain, larutan yang tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut sehingga terbentuk endapan. Larutan yang sangat jenuh terjadi bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan tersebut lewat jenuh (diendapkan). Misalnya, natrium asetat CH3COONa dapat dengan mudah membentuk larutan lewat jenuh dalam air. Pada 20 °C, kelarutan natrium asetat mencapai kejenuhan pada konsentrasi 6,5 gram per 100 gram air. Pada 60°C, garam natrium asetat mencapai kejenuhan 80 gram dalam 100 gram air.
Jika larutan jenuh natrium asetat pada 60°C didinginkan hingga 20°C tanpa pengocokan atau pengadukan, kelebihan natrium asetat masih ada dalam larutan.
Keadaan lewat jenuh ini dapat dipertahankan selama tidak ada "inti" untuk memicu rekristalisasi. Jika sejumlah kecil kristal natrium asetat ditambahkan, rekristalisasi akan segera terjadi hingga jenuh. Serpihan kristal natrium asetat yang ditambahkan menjadi inti dari peristiwa rekristalisasi (Yusuf, 2019).
b) Larutan berdasarkan daya hantar listrik 1. Larutan elektrolit
Larutan elektolit merupakan larutkan yang mampu menghantarkan listrik, hal ini di karenakan elektrolit-elektorlit yang terkandung dalam larutan ini terurai menjadi ion- ion yang memiliki pengaruh listrik. larutan elektrolit memiliki gaya tarik menarik yang kuat antar molekulnya dan air.
Kemudian ikatan antar partikrl-partikel zat akan terputur dan membentuk ion ion sehingga larutan ini disebut larutan elektrolit. Larutan ini terbagi menjadi dua bagian (Yusuf, 2019). Larutan elektrolit kuat adalah larutan dengan daya hantar listrik tinggi karena larutan tersebut larut dalam pelarut (biasanya air), diubah seluruhnya menjadi ion (α = 1) Larutan elektrolit lemah adalah elektrolit yang terdisosiasi hanya sebagian, membentuk ion dalam air, larutan dengan konduktivitas listrik yang buruk, yang derajat ionisasinya adalah: 0 <α<1 (Yusuf, 2019).
2. Larutan Non elektrolit
Suatu larutan yang tidak menghantarkan listrik disebut larutan non elektrolit. Larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan listrik karena larutan tidak dapat membentuk ion dalam pelarut. Dalam larutan non- elektrolit, molekul tidak terionisasi dalam larutan, sehingga tidak memiliki ion bermuatan yang dapat menghantarkan listrik. Dalam non-elektrolit, gaya tarik menarik antara molekul - molekul air yang mengandung partikel - tidak cukup kuat untuk memutuskan ikatan antara partikel, sehingga partikel tidak dapat dipisahkan sebagai ion bebas Jika larutan tidak dapat menghantarkan listrik, maka larutan disebut larutan non elektrolit. Zat seperti etanol dan glukosa yang membentuk molekul dalam larutan berair disebut nonelektrolit dan larutan yang dihasilkan disebut nonelektrolit (Yusuf, 2019). Adapun daya hantar listrik larutan elektrolit dan nonelektrolit dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.1 Larutan elektolit kuat dan lemah, non eletrolit (Yusuf, 2019) 2.2 Kelarutan
Kelarutan adalah salah satu sifat fisik dan kimia zat terlarut dalam pelarutnya (Apsari, 2020) Kelarutan juga didefinisikan secara kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada suhu tertentu. Kelarutan senyawa tergantung pada sifat fisik-kimia pelarut dan pelarut, suhu, pH larutan tekanan sedikit tergantung pada distribusi zat terlarut Jika pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas kelarutan larutan tersebut disebut larutan jenuh (Ulfah dkk, 2022).
Kelarutan adalah sifat dimana zat padat, cair atau gas dapat larut dalam suatu pelarut dan membentuk larutan yang homogen. Derajat kelarutan ditentukan oleh seberapa banyak zat terlarut telah larut ke keadaan jenuh. Kesetimbangan suatu larutan terjadi ketika larutan tersebut jenuh karena laju reaksinya konstan. Satuan kelarutan dapat berupa konsentrasi, molaritas, fraksi mol, rasio mol dan satuan lainnya (Apriani, 2020). Kriteria kelarutan dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut Tabel 2.1 Kelarutan suatu zat
Deskripsi Banyak solvent yang dibutuhkan perbagian solute
Sangat larut Mudah larut Larut
Agak sukar larut Sukar larut Sangat sukar larut Praktis tidak larut
Kurang dari 1 1 sampai 10 10 sampai30 30 sampai 100 100 sampai 1000 1000 sampai 10000
Lebih dari 10000 (Sumber: Apriani, 2020)
Menurut Roni dan Herawati (2020) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain:
a. Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan
Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya yaitu alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely immiscible).
b. Pengaruh Temperatur pada Kelarutan
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi.
Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang.
Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi.
Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Kurva hubungan antara kelarutan garam dengan temperatur (Roni dan Herawati, 2020)
c. Pengaruh Tekanan pada Kelarutan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat.
Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu. Massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial) yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya yaitu kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan parsialnya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air
2.3 Konduktometri
Konduktometri merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis sepseis ionic dan memantau reaksi kimia dengan mengkaji konduktivitas elektrolit dari spesies yang bereaksi atau produknya (Sandra dkk, 2022). Konduktivitas elektrolit suatu larutan adalah ukuran kapasitas larutan untuk mengangkut arus listrik dalam sel elektrokimia (Mulyasuryani, 2016). Konduktivitas listrik adalah ukuran kemampuan suatu larutan menghantarkan arus listrik. Arus listrik dalam larutan dibawa oleh ion-ion yang dikandungnya (Putra dkk, 2021).
Gambar 2.3 Skema prinsip pengukuran konduktivitas larutan (Putra dkk, 2021)
Penghantaran listrik terjadi ketika ion berpindah di bawah pengaruh medan listrik. dengan GGL (Gaya Gerak Listrik) tertentu pada harga tetap tetapi lebih tinggi dari tegangan. Pemecahan elektrolit, arus (i) mengalir di antara dua elektroda yang direndam dalam larutan elektrolit, berbanding terbalik dengan resistansi
larutan elektrolit. Konduksi dinyatakan sebagai Ohm-1/S (Mulyasuryani, 2016).
Pengukuran konduktovitas dapat dilakukan langsung menggunakan konduktivitas meter atau titrasi konduktometrik (Sandra dkk, 2022).
2.4 Sel Elektrokimia
Elektrokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang perpindahan elektron yang terjadi pada sebuah media pengantar listrik (elektroda). Elektroda terdiri dari elektroda positif dan elektroda negatif. Hal ini disebabkan karena elektroda tersebut akan dialiri oleh arus listrik sebagai sumber energi dalam pertukaran elektron. Konsep elektrokimia didasari oleh reaksi reduksi-oksidasi (redoks) dan larutan elektrolit (Haraphap, 2016). Reaksi reduksi oksidasi (redoks) adalah salah satu reaksi disetarakan, artinya sukar untuk mencari koefisien reaksi yang cocok (Fauziah. 2021). Sel elektrokimia terdiri dari sel volta dan sel elektrolisis.
2.4.1 Sel Volta
Sel volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan listrik dari reaksi kimia spontan. Sel volta sama dengan sel galvanik berasal dari kombinasi ilmuwan terkenal Alexander Volta dan Luigi Galvani pada tahun 1786. Dimulai dengan penemuan baterai yang berasal dari cairan garam. Pada sel volta, anoda adalah katoda negatif dan katoda positif. Anoda dan katoda direndam dalam larutan elektrolit yang dihubungkan oleh jembatan garam. Suasana netral diberikan oleh jembatan garam dari dua larutan yang menghasilkan listrik (Hraphap, 2016). Sel volta dapat dilihat pada Gambar 2.4
Gambar 2.4 Mekanisme difusi (Suharrsono, 2017)
Sel Volta dibedakan menjadi tiga jenis yaitu sel Volta primer merupakan sel Volta yang tidak dapat diperbarui (sekali pakai) dan bersifat tidak dapat balik (irreversible) contohnya baterai kering. Sel Volta sekunder merupakan sel Volta yang dapat diperbarui (sekali pakai) dan bersifat dapat balik (reversible) ke keadaan semula contohnya baterai aki. Sel Volta bahan bakar (full cell) adalah sel Volta yang tidak dapat diperbarui tetapi tidak habis contohnya sel campuran bahan bakar pesawat luar angkasa ( Suharsono, 2017)
2.4.2 Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang menggunakan sumber energi listrik untuk mengubah reaksi kimia yang terjadi. Pada sel elektrolisis katoda memiliki muatan negatif sedangkan anoda memiliki muatan positif. Sesuai dengan prinsip kerja arus listrik. Terdiri dari zat yang dapat mengalami proses ionisasi, elektrode dan sumber listrik (baterai). Listrik dialirkan dari kutub negatif dari baterai ke katoda yang bermuatan negatif. Larutan akan mengalami ionisasi menjadi kation dan anion. Kation di katoda akan mengalami reduksi sedangkan di anoda akan mengalami oksidasi (Hraphap, 2016). Proses elektrolisis secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.5
Gambar 2.5 Proses elektrolisis secara sederhana
Menurut Rahimah (2020) beberapa perbedaan sel volta dan sel elektrolisis sebagai berikut:
Tabel 2.2 Perbedaan sel elektrolisis dan sel volta
Sel Elektrolisis Sel Volta/ Sel Galvani Energi listrik menjadi energi
kimia
Katoda pada kutub negatif Anoda pada kutub positif Reaksi pada katoda : reduksi Reaksi pada anoda : oksidasi Contoh : penyepuhan dan pengolahan logam
Energi kimia berubah menjadi energi listrik
Katoda pada kutub positif Anoda pada kutub negatif Reaksi pada katoda : reduksi Reaksi pada anoda : oksidasi Contoh : Baterai , Aki
2.5 Titrasi Konduktometri
Salah satu pengaplikasian pengukuran konduktivitas suatu larutan adalah titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri dilakukan untuk mengukur muatan permukaan larutan (Pratama dkk, 2019). Selain itu titrasi dengan menggunakan konduktometri bertujuan untuk menentukan titik ekuivalen berdasarkan data kurva antara konduktivitas terhadap volume titran. Analisis menggunakan metode titrasi konduktometri ini didasarkan kepada analisis dengan memanfaatkan daya hantar listrik di dalam suatu larutan. Daya hantar listrik dipengaruhi oleh jenis ion, suhu, kekuatan tarik menarik ion dan jarak elektroda yang digunakan, dan jumlah partikel bermuatan. Dengan pergerakan ion yang semakin cepat, akan menyebabkan daya hantar yang ditimbulkan akan semakin besar (Zulfaturrohmaniah, 2017)
Menurut Susiani (2014), adapun kelebihan dari titrasi konduktometer sebagai berikut:
1. Titrasi tidak menggunakan indikator, karena pada titik ekuivalen sudah dapat ditentukan dengan daya hantar dari larutan tersebut.
2. Dapat digunakan untuk titrasi yang dapat menimbulkan pengendapan.
3. Lebih cepat atau waktu yang diperlukan lebih sedikit.
4. Untuk persen kesalahannya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi volumetri.
5. Lebih praktis.
6. Dapat digunakan untuk titrasi yang berwarna.
Selain itu, menurut Susiani (2014) kekurangan dari titrasi konduktometer sebagai berikut:
1. Hanya dapat diterapkan pada larutan elektrolit saja.
2. Sangat dipengaruhi temperatur.
3. Peralatan cukup mahal.
4. Jika tidak hati – hati maka akan cepat rusak.
5. Meleleh pada larutan yang sangat asam atau basa.
Titrasi konduktometri ini sangat berhubungan dengan adanya ion-ion dalam larutan yang berperan untuk menghantarkan arus listrik dalam larutan. Hal ini dikarenakan arus listrik ini tidak akan bisa melewati larutan yang tidak terdapat ion, sehingga larutan non elektrolit tidak bisa menghantarkan arus listrik, selain itu titrasi konduktometri juga sangat berhubungan dengan konsentrasi dan temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantarnya. Oleh karena itu, temperatur larutan harus dijaga agar berada dalam keadaan konstan, sehingga kita dapat memebedakan perbedaan dari daya hantar larutan hanya berdasarkan perbedaan konsentrasi saja
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Daya Hantar
Faktor tertentu konduktivitas listrik tiddak konstan di alam dan bervariasi dalam konduktor yang berbeda karena faktor instrinsik dan ekstrinsik. Menurut Susiani, 2014 ada beberapa faktor yang mempengaruhi konduktivitas konduktor, yaitu:
1. Temperatur
Panas bisa dapat mengalami perubahan konduktivitasnya dengan suhu yang bervariasi dari material yang dihantarkan diakibatkan oleh energi termal dari atom- atom di dalam bahan yang melakukan konduksi yang berbanding lurus dengan meningkatnya suhu. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan suhu konduktor listrik dapat mengganggu konduktivitas.
2. Kotoran
Kotoran mengacu pada adanya isolasi partikel elemen yang tidak menghantarkan listrik dalam konduktor listrik sehingga dapat mengurangi konduktivitas dari bahan-bahan. Zat-zat osilasi bersumber dari kontaminasi alam atau karena cacat produksi. Kotoran dapat menghambat aliran arus dalam konduktor yang akan mengurangi tingkat konduktivitas.
3. Medan Elektromagnetik
Medan elektromagnetik sering menyebabkan perubahan dalam tingkat normal aliran arus dalam konduktor listrik. Efek tersebut dikenal dengan magnetoresistance, karena dapat memberikan pengaruh dalam berbagai hambatan dalam konduktor listrik melalui medan magnet yang kuat disekitarnya.
4. Frekuensi
Frekuensi merupakan jumlah siklus osilasi yang selesai dalam satu detik dan diukur dalam hertz (Hz). Bila frekuensi meningkat di atas batas yang lebih tinggi, maka akan menyebabkan arus listrik mengalir disekitar konduktor. Efek tersebut hanya dapat diamati dalam usaha yang dilakukan pada kondisi AC (alternating current) karena kondisi DC (arus searah) memiliki frekuensi mutlak 0 Hz yang tidak berisolasi ketika mengalir
14
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Adapun bahan dan alat yang digunakan pada percobaan ini sebagai berikut:
3.1.1 Alat-alat
Adapun rangkaian alat yang digunakan dalam percobaan penentuan kelarutan elektrolit secara konduktometri sebagai berikut:
1. Konduktometer + elektroda
2. Gelas Kimia 500 mL & 250 mL
3. Pipet tetes 2 buah
4. Gelas Ukur 100 mL
5. Buret 100 mL
6. Erlemenyer 100 mL
7. Statip dan klem 8. Neraca analitik
9. Labu ukur 100 mL
10. Corong kaca 3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan penentuan kelarutan elektrolit secara konduktometri sebagai berikut :
1. AgNO3 0,1 & 0,01N
2. Akuades
3. NaOH 0,1 N
4. KCl 0,01 N
5. HCl 0,1 N
6. KNO3 0,01 N
7. Alumunium foil 8. Kertas pH Universal
9.
Kertas Saring3.2 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur dalam percobaan penentuan kelarutan elektrolit secara konduktometri sebagai berikut
3.2.1 Persiapan Larutan
Larutan AgNO3 0,01 N, KCl 0,01 N dan KNO3 0,01 N 100 mL di siapkan, kemudian diencerkan
3.2.2 Titrasi Asam Basa Secara Konduktometri
1. 10 mL HCl 0,1 dimasukkan ke dalam gelas piala 250 mL, kemudian diencerkan dengan 100 mL akuades.
2. Selanjutnya HCl di ukur tahanannya dengan mencelupkan elektroda konduktometri. Sebanyak 20 mL larutan diambil dari gelas kimia dan digantikan dengan 20 mL akuades.
3. Larutan dititrasi menggunakan NaOH 0,1 N, dimana pada penambahan 5 mL pertama diukur tahanannya setiap penambahan 1 mL, selanjutnya pada penambahan 0,5 mL diukur tahanannya sampai 15 mL dan pada penambahan NaOH berikutnya diukur tahanan setiap 1 mL penambahan sampai 20 mL.
4. Tabelkan hasil yang diperoleh.
3.2.2 Menentukan Kelarutan AgCl Secara Konduktometri
1. Larutan AgCl jenuh dibuat dari pencampuran larutan AgNO3 0,1 N
sebanyak 10 mL dan larutan HCl 0,1 N sebanyak 10 mL dalam gelas piala 100 mL.
2. Kemudian endapan yang terbentuk disaring dan dicuci sampai bebas asam 3. Endapan yang telah dicuci, dilarutkan dalam akuades sampai jenuh
4. Selanjutnya tahanan dari KCL 0,01 N, KNO3 0,01 N, AgNO3 0,01 N, AgCl jenuh dan akuades diukur tahanannya menggunakan konduktometer.
5. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali atau percobaan triplo.
3.3 Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Pengukuran Konsentrasi Asam Basa
No Volume NaOH (mL) Daya Hantar Listrik (µs/cm) 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
0 1 2 3 4 5 5,5
6 6,5
7 7,5
8 8,5
9 9,5
10 10,5
11 11,5
12 12,5
13 13,5
14 14,5
15 16 17 18 19 20
3069 2834 2460 1969 1642 1280 1061 920 893 1009 1151 1320 1445 1551 1678 1778 1885 2022 2162 2341 2434 2574 2643 2799 2896 3029 3155 3330 3471 3575 3712
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Penentuan Kelarutan AgCl secara Konduktometri Larutan Daya Hantar Listrik (μS/cm)
Akuades 166 164 162
KCl 0,01 N 1768 1770 1768
KNO3 0,01 N 2213 2223 2239
AgNO3 0,01 N 1469 1479 1477
AgCl jenuh 180 174 174
3.4 Rangkaian Alat
Adapun rangkaian alat yang digunakan dalam praktikum penentuan kelarutan elektrolit secara konduktometri sebagai berikut:
10 0 mL
HOLD/TEMP
M ODEL/CAL TDS /EC/pH/SALINITY
Gambar 3.1 Rangkaian alat
Keterangan:
1. Larutan A & C 2. Erlenmeyer 3. Keran 4. Klem 5. Buret 6. Statif
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Adapun hasil dari percobaan praktikum penentuan kelarutan elektrolit secara konduktometri terdapat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data hasil pengukuran konsentrasi asam basa
No Volume NaOH (mL) Daya Hantar Listrik (µs/cm) 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
0 1 2 3 4 5 5,5
6 6,5
7 7,5
8 8,5
9 9,5
10 10,5
11 11,5
12 12,5
13 13,5
14 14,5
15 16 17 18 19 20
3069 2834 2460 1969 1642 1280 1061 920 893 1009 1151 1320 1445 1551 1678 1778 1885 2022 2162 2341 2434 2574 2643 2799 2896 3029 3155 3330 3471 3575 3712
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran kelarutan AgCl
Larutan Daya Hantar Listrik (μS/cm)
Akuades 166 164 162
KCl 0,01 N 1768 1770 1768
KNO3 0,01 N 2213 2223 2239
AgNO3 0,01 N 1469 1479 1477
AgCl jenuh 180 174 174
4.2 Pembahasan
Pada percobaan penentuan kelarutan elektrolit secara konduktometri dilakukan percobaan dengan tujuan menentukan konsentrasi asam basa secara konduktometri, menentukan sel konduktasi dan menentukan kelarutan AgCl secara konduktometri.
4.1.1 Persiapan Larutan
Pada percobaan penentuan kelarutan elektrolit secara konduktometri, larutan disiapkan dengan cara pengenceran. Pengenceran larutan dilakukan dengan mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dan menambahkan pelarut seperti akuades agar diperoleh volume akhir yang lebih besar dengan konsentrasi yang lebih rendah (Parahita, 2018). Pada percobaan ini, dilakukan pembuatan larutan AgNO3 0,1 N, KCl 0,1 N, KNO3 0,1 N, NaOH 0,1 N dan HCl. Massa zat diperlukan untuk membuat larutan dari zat padat. Setelah perhitungan, diperoleh massa AgNO3
sebanyak 1,7 gram, massa KCl sebanyak 0,745 gram, massa KNO3 sebanyak 1,01 gram, dan NaOH sebanyak 0,4 gram. Kemudian, masing-masing senyawa tersebut dituangkan ke dalam gelas piala, dan dilarutkan dengan akuades hingga larutan homogen. Larutan homogen terjadi jika zat pelarut setimbang dengan zat terlarutnya sehingga dapat tercampur dengan sempurna (Yusuf, 2019).
4.2.2 Titrasi Asam Basa secara Konduktometri
Titrasi konduktometri didasarkan pada metode analisa kuantitatif yang memanfaatkan daya hantar listrik suatu larutan (Pratama dkk, 2019). Besarnya daya hantar yang diperoleh bergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah jumlah partikel-partikel bermuatan dalam larutan tersebut, jenis ion, mobilitas ion media/pelarutnya, suhu, gaya tarik menarik ion dan jarak elektroda. Daya hantar
listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan, Larutan yang memiliki ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar (Mulyasuryani, 2016). Hal ini dikarenakan pergerakan ion yang semakin cepat, menyebabkan daya hantar yang ditimbulkan akan semakin besar. Daya hantar berbanding lurus dengan konsentrasi larutan pada temperatur tetap, namun adanya pengenceran dapat membuat hal ini tidak berpengaruh lagi (Yusuf, 2019).
Pada percobaan ini, 10 mL HCl diencerkan dengan menggunakan 100 mL akuades didalam labu ukur. Sehingga didapatkan larutan HCl dengan konsentrasi 0,1 N. Pengenceran merupakan penambahan sejumlah pelarut ke dalam larutan tertentu. Pengenceran akan menyebabkan volume larutan berubah akan tetapi jumlah molaritas dalam larutan tetap (Azahri, 2021). Selanjutnya, HCl 0,1 diukur ketahanannya dengan mencelupkan konduktometer ke dalamnya. Sehingga didapatkan ketahanan dari HCl 0,1 sebesar 3069 μs/cm.
Pada titrasi ini tidak menggunakan indikator karena hanya mengukur daya hantar larutan. Tujuan dilakukan penentuan konsentrasi asam basa secara konduktometri untuk mengetahui konsentrasi asam basa dengan titrasi berdasarkan daya hantar listrik (Susiani, 2014). Prinsip kerja dari konduktometer adalah sel hantaran dicelupkan ke dalam larutan ion positif atau negatif yang terdapat di dalam larutan menuju ke sel hantaran menghasilkan sinyal listrik berupa hambatan listrik larutan. Semakin banyak konsentrasi suatu larutan yang menyentuh konduktor, akan semakin tinggi suhu larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya (Pratama dkk, 2019).
Kemudian larutan tersebut dititrasi menggunakan NaOH 0,1 N. Titrasi konduktometri dilakukan untuk mengukur muatan permukaan pada selulosa termodifikasi (Mulyasuryani, 2016). Pada titrasi pertama, dilakukan penambahan 1 mL bertahap-tahap hingga mencapai volume penambahan 5 mL NaOH. Kemudian dilakukan penambahan 0,5 mL NaOH secara bertahap hingga mencapai volume penambahan mencapai 15 mL NaOH, dan selanjutnya ditambahkan 1 mL secara bertahap hingga mencapai volume penambahan NaOH mencapai 20 mL. Hubungan antara tahanan larutan dan volume NaOH yang terpakai dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.1 Grafik Tahanan Larutan Pada Penambahan Volume NaOH
Berdasarkan gambar 4.1, dapat disimpulkan bahwa dengan dilakukan penambahan NaOH, maka akan mempengaruhi konduktivitas larutan HCl, tahanan larutan HCl menurun pada penambahan volume NaOH 1 mL. Konduktivitas suatu larutan elektrolit bergantung pada ion-ion yang ada dalam konsentrasinya. Ketika titran ditambahkan jumlah ion yang ada dalam titrat semakin berkurang karena dinetralkan oleh senyawa titrannya, dan ketika volume titratnya terlewati jumlah ion yang ada dalam larutan meningkat kembali (Yusuf, 2019). Perubahan daya hantar listrik yang terjadi berhubungan dengan reaksi yang terjadi pada saat titrasi.
Reaksi yang terjadi adalah:
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)………(4.1) Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya angka pada konduktometer setelah penambahan 7 volume NaOH. Penyebab dari turunnya tahanan dari larutan tersebut adalah karena pada saat penambahan NaOH, ion H+ pada HCl akan bereaksi dengan ion OH- dari NaOH dan membentuk air dengan reaksi netralisasi. Pada praktikum, perbedaan nilai daya hantar listrik terdapat pada penambahan NaOH sebanyak 6,5 mL dan nilai daya hantar listrik sebesar 893 μs/cm lalu pada saat penambahan 7 mL nilai daya hantar listriknya sebesar 1009 μs/cm. Berdasarkan percobaan ini titik ekuivalen terjadi pada saat penambahan 7 mL NaOH.
4.2.3 Menentukan Kelarutan AgCl Secara Konduktometri
Pada prosedur ini dicampurkan 5 mL AgNO3 dengan 10 mL HCl di dalam erlenmeyer. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan padatan berupa AgCl.
Pencampuran kedua bahan ini akan menimbulkan reaksi pengendapan.
Dikarenakan adanya endapan itu mengendap di dasar wadah reaksi, akan dapat dipisahkan melalui teknik pemisahan sederhana yaitu penyaringan (Parahita,2018).
Hasil dari pencampuran kedua bahan ini setelah padatan AgCl diperoleh, maka dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan kertas saring untuk membuang air dan mengambil padatannya. Reaksi antara kedua bahan ini dicampur yaitu dengan reaksi:
AgNO3 + HCl → AgCl + HNO3……….(4.2) Selanjutnya AgCl tersebut dicuci dengan caramenyiram dan membilasnya berkali-kali dengan akuades di atas kertas saring. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan sisa kadar asam pada bahan tersebut dan ion-ion yang ada pada AgCl tidak terpengaruhi oleh asam. Kemudian, setelah dicuci AgCl tersebut dilarutkan dengan menggunakan akuades untuk membentuk larutan jenuh. Larutan jenuh tersebut merupakan larutan yang dimana zat terlarutnya berada dalam kesetimbangan dengan fase padat, dan zat terlarut tersebut telah maksimum larut pada suhu tertentu (Yusuf, 2019).
Hal ini dikarenakan ketika AgCl tersebut telah menjadi larutan jenuh, maka larutan AgCl dapat diukur tahanannya dengan menggunakan konduktometer.
Larutan jenuh AgCl berwarna putih keruh dan timbul endapan AgCl yang jauh lebih kecil dibandingkan sebelumnya sehingga membentuk serbuk keabuan. Hal ini dikarenakan AgCl sukar larut dalam air (Ilyas, 2018). Selanjutnya dilakukan pengukur tahanan larutan dari bahan-bahan yang lain, yaitu KCl 0,01 N; KNO3 0,01 N; AgNO3 0,01 N; AgCl jenuh; & akuades dengan konduktometer.
Pengukuran tahanan ini dilakukan secara triplo (pengukuran 3 kali) bertujuan mendapatkan data yang akurat. Dari kelima bahan tersebut didapatkan rata-rata tahanannya berturut-turut sebesar (1768,67; 2225; 1475; 176; & 164) μs/cm. Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh kelarutan AgCl sebesar
546.733 x 10-8 grek/L. Adapun grafik tahanan larutan terhadap jenis larutan dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik Tahanan Larutan Terhadap Jenis Larutan
Berdasarkan Gambar 4.2, tahanan yang diperoleh berbeda-beda hal ini disebabkan konsentrasi larutan yang juga berbeda-beda. suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda mengandung jumlah ion yang berbeda pula, maka daya hantar jenis yang dimiliki akan berbeda. Dapat disimpulkan semakin besar konsentrasi larutan, maka daya hantar listrik juga akan semakin besar, begitu juga sebaliknya. Maka dari itu untuk KNO3, KCl dan AgNO3 nilai tahanannya berdekatan, dikarenakan konsentrasi mereka sama yaitu 0,01 N. Pembedanya disini adalah pada jenis larutan elektrolit yang berbeda, sehingga pergerakan antar masing-masing ion juga berbeda-beda (Bahtiar, 2016). Daya hantar listrik suatu larutan bergantung pada pergerakan ion dalam larutan tersebut, jika ion pada larutan bergerak dengan mudah menandakan larutan dengan mudah mempunyai daya hantar listrik (Mulyasuryani dan Zainuri, 2016)
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan percobaan penentuan kelarutan elektrolit secara
konduktometri sebagai berikut:
1. Menentukan konsentrasi asam basa secara konduktometri dilakukan dengan mengukur Ls larutan di peroleh titik akhir titrasi diperoleh pada 7 mL penambahan volume NaOH.
2. Menentukan konstanta sel konduktivitas dapat ditentukan dengan adanya daya hantar listrik dari hasil perhitungan pada setiap larutan diperoleh K dengan nilai 1
3. Menentukan kelarutan AgCl secara konduktometri menggunakan prinsip konduktometri dan didapatkan hasil sebesar 546.733 x 10-8 grek/L
5.2 Saran
Adapun saran pada percobaan penentuan kelarutan elektrolit secara konduktometri sebagai berikut:
1. Sebaiknya konduktometer dibersihkan dan dikeringkan dengan tisu setiap kali setelah mencelupkan kedalam larutan agar tidak terkontaminasi oleh ion-ion pada volume larutan sebelumnya, sehingga hasil yang didapatkan akurat
2. Penambahan NaOH pada proses titrasi harus dilakukan dengan hati hati agar mendapat hasil tirasi yang sesuai.
25
DAFTAR PUSTAKA
Azahri. (2021). Pembelajaran Pemisahan Dan Pemurnian Kimia Dasar Menggunakan Augmented Reality (Ar) (Studi Kasus: Praktikum Kimia Dasar Prodi Teknik Geologi Universitas Islam Riau). Skripsi. Pekanbaru:
Universitas Islam Riau.
Bahtiar. (2016). Pengaruh Variasi Komposisi Terhadap Densitas dan Kekerasan pada Manufaktur Keramik Lantai. Skripsi. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Fuziah. (2021). Studi Perbandingan Pengajaran Reaksi Reduksi Oksidasi Antara Cara Perubahan Bilangan Oksidasi dengan Cara Setengah Reaksi terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPA 1 dan XII IPA 2. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol. 21 No.1
Haraphap. (2016). Sel Elektrokimia: Karakteristik dan Aplikasi. Jurnal Circuit Vol 2 No 1.
Ilyas. (2018). Sintesis Pac (Poly Aluminium Chlorida) Dari Limbah Aluminium Foil Untuk Menurunkan Kekeruhan Air Sungai Je’neberang. Skripsi.
Makkasar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Mulyasuryani, A dan Zainuri, A. (2016). Pengembangan instrumen berbasis konduktivitas untuk mendeteksi cemaran pangan dalam produk pertanian.
J.Oto.Ktrl.Inst Vol. 8 No 2.
Parahita. (2018). Pengaruh Waktu Pengadukan Dan Pengambilan Sampel Larutan CaCo3 4% Terhadap Jumlah Endapan Pada Alat Filter Press. Jurnal Inovasi Proses, Vol 3. No. 1
Prandia, A, B., Sumarni, W., Izzania, R, A. (2021). Pengembangan Alat Peraga Uji Daya Hantar Listrik Berbasis Stem dan Pengaruhnya Terhadap Literasi Kimia Peserta Didik. Journal of Chemistry In Education Vol. 10 No.1 Pratama, A, W., Piluharto, B., Indarti, D., Haryati, T., Addy, H, S. (2019). Pengaruh
Konsentrasi Asam Terhadap Sifat Fisik dan Muatan Permukaan Selulosa Termodifikasi. Jurnal Penelitian Kimia Vol. 15 No.2
Putri, L, M, A., Prihandono, T, Supriadi, B. (2017). Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan. Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 2.
Sandra, L., Rantesalu, A., Sunartaty, R., Asrori, M, H., Toepak, E, P., Samsuar, Sernita., Amin, I, I., Susanti, L., Setiawan, J. (2021). Kimia Dasar. Padang:
PT Global Eksekutif Teknologi
Susiani, E., (2014). Titrasi Konduktometri. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN B PERHITUNGAN
B.1 Perhitungan Bahan
1. KNO3 padatan menjadi 0,1 N N= gr
Mrx1000
ml
0,1 = gr
101 x1000
100
gr = 1,01 gram
2. KCl padatan menjadi 0,1 N N= gr
Mrx1000
ml
0,1 = gr
74,5 x1000
100
gr = 0,745 gram
3. AgNO3 padatan menjadi 0,1 N N= gr
Mrx1000
ml
0,1 = gr
170 x1000
100
gr = 1,7 gram
4. NaOH padatan menjadi 1 N N= gr
Mrx1000
ml
0,1 = gr
40 x1000
100
gr = 4 gram
5. HCl 37% menjadi 1 N N=10 x % x ρMr
N =10 x 37% x 1,18 36,5 N = 12 N
V1x N1 = V2xN2 100 x 1 = V2 x 100
V2 = 8,33 ml
B.2 Perhitungan 1. Hambatan (R)
R = 1 L R = 1
L= 1
3069 = 0,0003258 R = 1 L= 1
2834 = 0,0003528 R = 1
L= 1
2460 = 0,0004065 R = 1 L= 1
1969 = 0,0005078 R = 1
L= 1
1642 = 0,0006090 R = 1 L= 1
1280 = 0,0007812 R = 1
L= 1
1061 = 0,0009425 R = 1 L= 1
920 = 0,0001086 R = 1
L= 1
893 = 0,0011198 R = 1 L= 1
1009 = 0,0009910 R = 1
L= 1
1151 = 0,0008688 R = 1 L= 1
1320 = 0,0007575 R = 1
L= 1
1445 = 0,0006920 R = 1 L= 1
1551 = 0,0006447 R = 1
L= 1
1678 = 0,0005959 R = 1 L= 1
1778 = 0,0005624 R = 1
L= 1
1885 = 0,0005305 R = 1 L= 1
2022 = 0,0004945 R = 1
L= 1
2162 = 0,0004625 R = 1 L= 1
2341 = 0,0004271 R = 1
L= 1
2434 = 0,0004108 R = 1 L= 1
2574 = 0,0003885 R = 1
L= 1
2643 = 0,0003783 R = 1 L= 1
2799 = 0,0003572 R = 1
L= 1
2896 = 0,0003453 R = 1 L= 1
3029 = 0,0003069 R = 1
L= 1
3155 = 0,0003169 R = 1 L= 1
3330 = 0,0003003 R = 1
L= 1
3471 = 0,00032881 R = 1 L= 1
3575 = 0,0002797 R = 1
L= 1
3712 = 0,0002693
2. Vkor
Vkor = V0 + V V0 Vkor = V0+V
V0 =1+0
1 = 1 ml
Vkor = V0+V
V0 =2+1
2 = 1,5 ml Vkor = V0+V
V0 =3+2
3 = 1,67 ml
Vkor = V0+V
V0 =4+3
3 = 1,75 ml Vkor = V0+V
V0 =5+4
5 = 1 ml
Vkor = V0+V
V0 =5,5+4,5
5,5 = 1,81 ml Vkor = V0+V
V0 =6+5
6 = 1,83 ml
Vkor = V0+V
V0 =6,5+5,5
6,5 = 1,84 ml Vkor = V0+V
V0 =7+6
7 = 1,85 ml
Vkor = V0+V
V0 =7,5+6,5
7,5 = 1,86 ml Vkor = V0+V
V0 =8+7
8 = 1,87 ml
Vkor = V0+V
V0 =8,5+7,5
8,5 = 1,882 ml Vkor = V0+V
V0 =9+8
9 = 1,888 ml
Vkor = V0+V
V0 =9,5+8,5
9,5 = 1,89 ml Vkor = V0+V
V0 =10+9
10 = 1,9 ml
Vkor = V0+V
V0 =10,5+9,5
10,5 = 1,904 ml Vkor = V0+V
V0 =11+10
11 = 1,909 ml
Vkor = V0+V
V0 =11,5+10,5
11,5 = 1,913 ml Vkor = V0+V
V0 =12+11
12 = 1,916 ml
Vkor = V0+V
V0 =12,5+11,5
12,5 = 1,92 ml Vkor = V0+V
V0 =13+12
13 = 1,923 ml
Vkor = V0+V
V0 =13,5+12,5
13,5 = 1,925 ml Vkor = V0+V
V0 =14+13
14 = 1,928 ml
Vkor = V0+V
V0 =14,5+13,5
14,5 = 1,93 ml Vkor = V0+V
V0 Vkor = V0+V
V0
=15+14
15 = 1,933 ml =16+15
16 = 1,937 ml Vkor = V0+V
V0 =17+16
17 = 1,941 ml
Vkor = V0+V
V0 =18+17
18 = 1,944 ml Vkor = V0+V
V0 =19+18
19 = 1,947 ml
Vkor = V0+V
V0 =20+19
20 = 1,95 ml
3. Lkor
Lkor = 1
R𝑥𝑉𝑘𝑜𝑟 Lkor= 1
0,0003258 𝑥 1= 3069,3877 Lkor= 1
0,0003528 𝑥 1= 2834,4671 Lkor= 1
0,0004065 𝑥 1= 2460,0246 Lkor= 1
0,0005078 𝑥 1= 1969,2792 Lkor= 1
0,0006090 𝑥 1= 1641,4970 Lkor= 1
0,0007812 𝑥 1= 1280,0819 Lkor= 1
0,0009425 𝑥 1= 1061,0079 Lkor= 1
0,0001086 𝑥 1= 9208,1031 Lkor= 1
0,0011198 𝑥 1= 834,7245 Lkor= 1
0,0009910 𝑥 1= 1009,0817 Lkor= 1
0,0006920 𝑥 1= 1445,0867 Lkor= 1
0,0006447 𝑥 1= 1551,1090 Lkor= 1
0,0005959 𝑥 1= 1678,1339 Lkor= 1
0,0005624 𝑥 1= 1778,0938 Lkor= 1
0,0005305 𝑥 1= 1885,0141 Lkor= 1
0,0004945 𝑥 1= 2022,2446 Lkor= 1
0,0004625 𝑥 1= 2162,1621 Lkor= 1
0,0004271 𝑥 1= 2341,3720 Lkor= 1
0,0004108 𝑥 1= 2434,2745 Lkor= 1
0,0003885 𝑥 1= 2574,0025 Lkor= 1
0,0003783 𝑥 1= 2343,4047 Lkor= 1
0,0003572 𝑥 1= 2799,5520 Lkor= 1
0,0003453 𝑥 1= 2896,0324 Lkor= 1
0,0003069 𝑥 1= 3059,0394 Lkor= 1
0,0003169 𝑥 1= 3155,5695 Lkor= 1
0,0003003 𝑥 1= 3330,0033 Lkor= 1
0,00032881𝑥1= 3041,2700 Lkor= 1
0,0002797 𝑥 1= 3575,3592 Lkor= 1
0,0002693 𝑥 1= 3713,3308
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN
C.1 Tugas
Tabel C.1 Data Hasil Pengamatan ml
NaOH
R (μ Ω)
L (μ℧)
Vkor
(mL)
Lkor (μ℧) 0
1 1 1 1 1 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 1 1 1 1 1
0,0003258 0,0003528 0,0004065 0,0005078 0,0006090 0,0007812 0,0009425 0,0001086 0,0011198 0,0009910 0,0008688 0,0007575 0,0006920 0,0006447 0,0005959 0,0005624 0,0005305 0,0004945 0,0004625 0,0004271 0,0004108 0,0003885 0,0003783 0,0003572 0,0003453 0,0003069 0,0003169 0,0003003 0,0003288 0,0002797 0,0002693
3069 2834 2460 1969 1642 1280 1061 920 893 1009 1151 1320 1445 1551 1678 1778 1885 2022 2162 2341 2434 2574 2643 2799 2896 3029 3155 3330 3471 3575 3712
1 1,5 1,67 1,75 1,8 1,81 1,83 1,84 1,85 1,86 1,87 1,882 1,888 1,89
1,9 1,904 1,909 1,913 1,916 1,92 1,923 1,925 1,928 1,93 1,933 1,937 1,941 1,944 1,947 1,95
3069,3877 2834,4671 2460,0246 1969,2792 1641,4970 1280,0819 1061,0079 9208,1031 834,7245 1009,0817 1445,0867 1551,1090 1678,1339 1778,0938 1885,0141 2022,2446 2162,1621 2341,3720 2434,2745 2574,0025 2343,4047 2799,5520 2896,0324 3059,0394 3155,5695 3330,0033 3041,2700 3575,3592 3713,3308
C.2 Pertanyaan
Hitunglah (untuk percobaan c) :
1. Konstanta sel (K) dengan menggunakan data hantaran KCl 0,1 N 2. Hitung Ls larutan dan akuades :
LsK
R atau Ls = L x K a) Akuades
L = 162 µΩ L = 1
R = 162 = R = 0,006173 µΩ K = 1
Ls = K
R = 1
,006173 = 161,996 µΩ b) KCl 0,01 N
L = 1768 µΩ L = 1
R= 1768 = R = 0, 0005656 µΩ Ls = k
R= 1
0,0005656= 1768,03 µΩ c) KNO3 0,01 N
L = 2239 µΩ
L = 1
R= 2239 = R = 0,00045 µΩ Ls =KR=0,000451 = 2222,2
d) AgNO3 0,01 N L = 1447 µΩ L = 1
R= 1477 = R = 0,000677
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
1 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 19
Tahanan (μs/cm)
Volume NaOH (mL)
Tahanan Larutan vs Volume NaOH
Ls = k
R = 1
0,0057 = 175,44 e) AgNO3 0,01 N
L = 174 µΩ L = 1
R = 174 = R = 0,0057 Ls =k
R= 1
0,0057= 175,44 3. Hitung Lion masing-masing larutan Jawab:
Lion= Ls- Lair
Lion KCl 0,01 N = 1768,03 – 161,996 = 1606,034 µΩ = 1,606034 x 10-3Ω Lion KNO3 0,01 N = 2222,2 – 161,996 = 2060,204 µΩ = 2,060204 x 10-3Ω Lion AgNO3 0,01 N = 1477,1 – 161,996 = 1315,104 µΩ = 1,315104 x 10-3Ω Lion AgCl Jenuh = 175,44 – 161,996 = 13,444 µΩ = 0,13444 x 10-3Ω
4. Hitung ɅAgNO3 , ɅKNO3, AKCl
Ʌ = 1000c x Ls cm2 / ohm cc
ɅAgNO3 = 10000,01 x 1477,1 x 10-3 = 147.710 cm2 / ohm cc ɅKNO3 = 10000,01 x 2222,2 x 10-3 = 22.220 cm2 / ohm cc AKCl = 10000,01 x 1768,03 x 10-3 = 176.803 cm2 / ohm cc 5. Hitung ɅAgCl
ɅAgCl = ɅAgNO3 + ɅKNO3 + ɅKCl = 147.710 + 222.220 + 176.803 = 546.733 cm2 / ohm cc
6. Hitung kelarutan AgCl Jawab:
[AgCl] =
(1000 𝑥 13,44) ɅAgCl
= (1000 x 0,01344x 10−3) 546.733
= 2,45824 x 10-8 grek/L
LAMPIRAN D DOKUMENTASI
Gambar D.1 Tahanan larutan HCl
Gambar D.2 Titrasi dengan NaOH
Gambar D.3 Tahanan larutan hasil titrasi
Gambar D.4 Pencucian endapan AgCl agar bebas asam