PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DI PT. PERTAMINA
Disusun Oleh:
Kelompok 7
1. Daniel Trisno Revo (2132610182)
PROGAM STUDI D-III ADMINISTRASI BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI MALANG 2023
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam kegiatan usaha perusahaan, sebagai pelaku bisnis perusahaan memiliki tanggung jawab untuk membangun hubungan yang harmonis terhadap masyarakat yang berada disekitar lingkungan operasi perusahaan itu. Pada teorinya, perusahaan dianggap memilik tanggung jawab moral terhadap lingkungan, masyarakat yang terlingkup dalam seluruh aktivitas bisnisnya, baik yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung.
Secara historis, tanggung jawab sosial ini telah ada sejak jaman dahulu. Dalam Kode Hammurabi terdapat 282 hukum yang berisi sanksi terhadap pengusaha yang lalai dalma melaksanakan aktivitas bisnisnya. Salah satu contoh adalah pengusaha harus menjaga kenyaman dalam menjalankan bisnis usahanya. Jika terjadi ketidaknyamanan bahkan menyebabkan kematian, pengusaha tersebut bisa dikenai sanksi hukuman mati.(→, 2020)
Penggunaan istilah Corporate Social Responsibility dimulai sejak tahun 1970an setelah John Elkington mengemukakan tiga komponen penting untuk Sustainable Development yaitu, economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas juga The World Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987). Yang selanjutnya ditegaskan kembali menjadi 3(tiga) fokus yaitu profit, people and planet. Yang selanjutnya dideskripsikan bahwa perusahan yang baik adalah perusahaan yang tidak hanya
mengejar keuntungan tapi sekaligus perusahaan yang peduli terhadap keberlangsungan lingkungan dan kemaslahatan masyarakat.
Tanggung jawab sosial ini merupakan strategi bisnis jangka panjang perusahaan untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi yang bersamaan dalam peningkatan kualitas hidup, pelestarian lingkungan dan kesejahteraan rakyat secara lebih luas. Tanggung jawab sosial merupakan proses untuk mengevaluasi stakeholder dan tuntutan lingkungan serta mengimplementasikan program sosial.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Corporate Social Responsibility
1.3 Tujuan masalah
1. Untuk mendeskripsikan Corporate Social Responsibility
BAB II PEMBAHASAN
1. Corporate Social Responsibility 1.1 Pengertian
Menurut Carroll dalam (Unang,2011) CSR, adalah bentuk kepedulian perusahan terhadap masyarakat sekitar, meliputi beberapa aspek yaitu aspek ekonomi, hukum, etika serta kontribusi pada isu social. Dari konsep Carroll dalam (Unang,1979) menunjukan bahwa setiap perusahaan dalam bentuk kegiatannya CSR,harus melihat beberapa aspek karena dari beberapa aspek yang dikemukakan oleh carroll itu bersifat memberikan kontribusi dalam kepedulian dan pengembagan terhadap beberapa aspek yang telah dijelaskan oleh Carroll.
Selain itu (Bowem, 1953) menjelaskan CSR adalah sebagai kewajiban pengusaha untuk merumuskan kebijakan, membuat keputusan, atau mengikuti garis tindakan, yang diinginkan dalam hal tujuan dan nilai-nilai masyarakat. CSR, menurut World Business Council For Sustainable Development (WBCSD) merupakan suatu komitmen berkelanjutan dari dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi pada komonitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup karyawan beserta seluruh keluarganya.Diakses dari jurnal kementrian lingkungan hidup.
Menurut Hartman dalam (Widenta,2011) CSR, merupakan tanggung jawab yang dimiliki perusahaan terhadap komunitas yang berkaitan dengan operasional bisnis sehingga perusahaan harus mengidentifikasikan kelompok-kelompok stakeholder dan menggabungkan kebutuhan serta kepentingan mereka dalam
proses pembuatan keputusan operasional dan startegis.Menurut Hartman dalam (Widenta,2011) secara umum CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Serta bagaimna memberikan pengaruh terhadap dibidang ekonomi, social dan lingkungan. Menurut Hartman dalam (Widenta,2011)melihat dari beberapa aspek tersebut dalam bidang ekonomi, CSR diharapkan dapat meningkatkan atau mempengaruhi suatu bentuk perekonomian, dalam aspek hukum perusahaan dituntut untuk mengikuti setiap peraturan yang berlaku yang menyangkut tentang CSR,dalam artian bahwa setiap perusahaan baik skala local maupun perusahaan asing harus melaukan tanggung jawab social perusahaan sesuai dengan peraturan ketentuan hukum yang berlaku, jika dilihat dari segi etika serta kontribusi pada isu socialperusahaan harus, berperan penting dalam menjaga etika dalam kegiatan perusahaan tersebut seperti dalammemperhatikan dampak yang dihasilakan, serta menjaga keadaan lingkungan.
Istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970an setelah John Elkington mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas juga The World Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987). Ditegaskan Elkington bahwa CSR dikemas dalam tiga focus yang disingkat 3P, singkatan dari profit, planet dan people. Penjabarannya, perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit).
Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).(hestanto personal website, 2020)
1.2 Sejarah
Sejarah Tanggung jawab Sosial dunia terbagi atas beberapa fase. Untuk fase pertama pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada masyarakat bermula di Amerika Serikat sekitar tahun 1900 atau lebih dikenal sebagai permulaan abad ke- 19. Pada waktu itu Amerika sedang dalam pertumbuhan yang begitu pesat, ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan raksasa yang muncul dan hidup berdampingan dengan masyarakat. Pada saat itu, banyak perusahaan besar menyalahgunakan kuasa mereka dalam hal diskriminasi harga, menahan buruh dan prilaku lainya yang menyalahi moral kemanusiaan. Dengan kata lain, banyak perusahaan yang berbuat semena-mena terhadap masyarakat. Hal itu jelas membuat emosi masyarakat.
Fase kedua evolusi munculnya CSR tercetus pada tahun 1930-an. Dimana pada waktu ini banyak protes yang muncul dari masyarakat akibat ulah perusahaan yang tidak mempedulikan masyarakat sekitarnya. Segala sesuatu hanya diketahui oleh perusahaan. Ditambah kenyataan bahwa pada saat itu telah terjadi resesi dunia secara besar-besaran yang mengakibatkan pengangguran dan banyak perusahaan yang bangkrut. Pada masa ini dunia berhadapan dengan kekurangan modal untuk input produksinya. Buruh terpaksa berhenti bekerja, pengangguran sangat meluas dan merugikan pekerjannya. Saat itu timbul ketidakpuasan terhadap sikap perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap pekerjanya karena perusahaan hanya diam dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Menurut masyarakat pada masa ini perusahaan sama sekali tidak memiliki
tanggung jawab moral. Menyadari kemarahan masyarakat muncul beberapa perusahaan yang meminta maaf kepada masyarakat dan memberi beberapa jaminan kepada para karyawannya yang dipecat.
Sejarah perkembangan Tanggung jawab Sosial dibagi enam:
1. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 1920-1959.
Gema Tanggung Jawab Sosial semakin terasa pada tahun 1950-an. Hal ini dikarenakan persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula tidak mendapat perhatian, mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Dengan diterbitkannya buku yang bertajuk “social responsibilities of the businessman” karya Howard R Bowen tahun 1953 yang merupakan litertur awal, maka menjadikan tahun tersebut sebagai tonggak sejarah modern Tanggung Jawab Sosial. Di samping itu, pada dekade ini juga diramaikan oleh buku legendaris yang berjudul “silent spring” yang ditulis oleh Rachel Carson, seorang ibu rumah tangga biasa yang mengingatkan kepada masyarakat dunia akan bahaya yang mematikan dari pestisida terhadap lingkungan dan kehidupan. Melalui buku Rachel Carson ingin menyadarkan bahwa tingkah laku perusahaan mesti dicermati sebelum berdampak pada kehancuran.
2. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 1960-1969.
Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah harga diri pengusaha itu sendiri berupa tanggung jawab atas terwujudnya nilai-nilai kemanusiaan di masyarakat. Konsep Tanggung Jawab Sosial dalam periode ini adalah Tanggung Jawab Sosial yang sebelumnya merupakan kewajiban moral yang
bersifat kedermawanan berkembang menjadi suatu tolok ukur harga diri dari pengusahanya dengan mewujudkan nilai-nilai masyarakat.
3. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 1970-1979.
Pada dasawarsa 1970-an, terbitlah “the limits to Growth” yang merupakan hasil pemikiran para cendekiawan dunia yang tergabung dalam Club of Rome.
Dalam hal ini, buku ini ingin mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa bumi yang kita pijak mempunyai keterbatasan daya dukung. Oleh karena itu, eksploitasi alam mesti dilakukan secara hati-hati supaya pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Pada dasawarsa ini, kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang dalam kemasan philantropy dan community development serta pada masa ini terjadi perpindahan penekanan dari fasilitas dan dukungan pada sektor-sektor produktif ke arah sektor-sektor sosial.
4. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 1980-1989.
Pada era 1980-an makin banyak perusahaan yang menggeser konsep philantropisnya ke arah community development. Intinya kegiatan kedermawanan yang sebelumnya kental dengan kedermawanan ala Robin Hood makin berkembang kearah pemberdayaan masyarakat, misalnya pengembangan kerja sama, memberikan keterampilan, pembukaan akses pasar, hubungan inti plasma, dan sebagainya.
Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah proses menambah value perusahaan adalah tergantung pada stakeholders operasional perusahaan.
Konsep Tanggung Jawab Sosial dalam periode ini mulai berkembangnya teori
stakeholders (para pemangku kepentingan) dalam melakukan Tanggung Jawab Sosial untuk meningkatkan nilai perusahaan.
5. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 1990-1999.
Dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang diwarnai dengan beragam pendekatan seperti integral, pendekatan stakeholder maupun pendekatan civil society. Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak awal tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun berbeda secara gramatikal, secara factual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan.
Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah peningkatan ekonomi dan komunitas dalam masyarakat secara keberlanjutan melalui harmonisasi dari lingkungan, ekonomi dan masyarakat. Konsep Tanggung Jawab Sosial dalam periode ini berkembang ke konsep keberlanjutan dalam pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial yang didasari aspek ekonomi, lingkungan, dan masyarakat.
6. Konsep Tanggung Jawab Sosial periode 2000-saat ini.
Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah perhatian terhadap nilai-nilai masyarakat secara berkelanjutan. Perkembangan berikutnya Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah pembangunan berkelanjutan dari segala aspek oleh para pemangku kepentingan. Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah strategi bisnis
untuk pembangunan berkelanjutan. Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan lingkungan dan kualitas hidup.
Konsep Tanggung Jawab Sosial memberikan wajah baru bentuk kepedulian perusahaan terhadap masyarakat dengan alasan bahwasanya kegiatan produksi langsung maupun tidak membawa dampak for better or worse bagi kondisi lingkungan dan sosial ekonomi disekitar perusahaan beroperasi. Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya shareholders (komponen yang terkait dengan internal perusahaan) yakni para pemegang saham melainkan pula stakeholders, yaitu semua pihak diluar pada pemegang saham yang terkait dan berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan.
Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat disekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, mediam assa dan pemerintah selaku regulator. Jenis dan prioritas stakeholders relatif berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain, tergantung pada core bisnis perusahaan yang bersangkutan. Sebagai contoh, PT Aneka Tambang,Tbk. dan Rio Tinto yang menempatkan masyarakat dan lingkungan sekitar sebagai stakeholders dalam skala prioritasnya.
Sementara itu, stakeholders dalam skala prioritas bagi produsen produk konsumen seperti Unilever atau Procter & Gamble adalah para customernya.
Pemberlakuan CSR notabene memperkuat posisi perusahaan di sebuah kawasan, melalui jalinan kerjasama antara stakeholder yang difasilitasi oleh perusahaan melalui penyusunan berbagai program pengembangan masyarakat sekitar, atau dalam pengertian, kemampuan perusahaan beradaptasi dengan lingkungan, komunitas dan stakeholder yang terkait dengan perusahaan, baik
lokal, nasional maupun global, karena pengembangan corporate social responsibility kedepan mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development).(Zulkifli et al., 2020)
1.3 Tujuan
Tujuan dari CSR adalah (Saputri, 2011):
a. Untuk meningkatkan citra perusahaan, biasanya secara implisit, asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik.
b. Untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat.
c. Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada investor.
Trevino dan Nelson mengkonsepkan CSR sebagai piramid yang terdiri dari empat macam tanggung jawab yang harus dipertimbangkan secara berkesinambungan, yaitu, hukum, etika dan berperikemanusian.
(Accounting,2020)
1.4 Bentuk Corporate Social Responsibility
Bentuk ataupun karakteristik CSR yang baik adalah sebagai berikut:
a. CSR seharusna adalah kegiatan yang melebihi kepatuhan terhadap undang- undang yang berlaku.
b. CSR seharunya dapat menghasilkan dampak semi permanen untuk perusahaan dan masyarakat
c. CSR harus menghitung dan menimbang kepentingan pemegang kepentingan (stakeholders) di dalam dan di luar perusahaan.
d. CSR harus berisikan sistem govermane yang sesuai, bersamaan dengan transpotasi dan tangung jawab
CSR seharusnya mengikuti tips ISO 26000.
Contoh CSR
Program CSR bisa saja menjadi suatu program yang sangat membantu masyarakat sekitar atau untuk perusahaan tersebut. Dimanapun dengan adanya program CSR ini bisa mempermudah permasalahan atau kesulitan yang dialami perusahaan dan masyarakat. Sedangkan untuk korporat, program CSR ini dapat memberikan citra perusahaan yang layak di mata konsumen dan masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa perusahaan besar yang mengerti keadaan lingkungan sekitar dan melakukan program CSR, antara lain yaitu:
PT. Pertamina
Pertamina memiliki komitme untuk menjalankan program CSR-nya dengan membantuk pemerintah Indonesia dalam peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di dalam terra firma dengan cara pelaksanaan program yang aman difasilitasi pencapaian target acara dan membangun hubungan yang sangat baik dan kontributif dengan seluruh pemegangn kepentingan (stakeholders) untuk memberikan dukungan tindakan tujuan perusahana, utamanya dalam membangun nama perusahaan.
1.5 Pengungkapan
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting
(Mathews,1995) atau corporate social responsibility (Hackston dan Milne, 1996) merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. al., 1987 dalam Sembiring 2005).
Undang Undang No. 40 Tahun 2007 pasal 66 ayat (2) tentang Perseroan Terbatas mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan aktivitas tanggung jawab sosialnya dalam laporan tahunan. Namun demikian, item-item CSR yang diungkapkan perusahaan merupakan informasi yang masih bersifat sukarela (voluntary).
Menurut Gray, Owen, dan Maunders (1988) dalam Sulistyowati (2004), tujuan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah :
a. Untuk meningkatkan image perusahaan.
b. Untuk meningkatkan akuntabilitas suatu organisasi, dengan asumsi bahwa terdapat kontrak sosial antara organisasi dengan masyarakat.
c. Untuk memberikan informasi kepada investor.
Sedangkan menurut Zadex (1998:1426) dalam Sulistyowati (2004), alasan perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial adalah :
a. Untuk memahami apakah perusahaan telah mencoba mencapai kinerja sosial terbaik sesuai yang diharapkan.
b. Untuk mengetahui apa yang dilakukan perusahaan dalam meningkatkan kinerja sosial.
c. Untuk memahami implikasi dari apa yang dilakukan perusahaan tersebut.
Darrough (1993) dalam Binsar H. Simanjuntak dan Lusy Widiastuti (2004) mengemukakan ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) adalah pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh lembaga yang berwenang (Pajak, Undang-Undang, SAK, maupun BAPEPAM). Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi secara sukarela, pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya. Sedangkan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) adalah pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan, mencangkup lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, krterlibatan masyarakat dan umum (Hackson dan Milne 1996 dalam Sembiring 2003).
Menurut Gray et.al., (1995b) dalam Sembiring (2003) ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin diperlukan sebagai suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua dengan meletakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran
informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. (AMRI, 2020)
Pengungkapan ini juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pendidikan, bahwa petinggi perusahaan dengan pendidikan yang mempunyai gelar dari pendidikan tinggi mempunyai penggungkapan yang baik. Bahkan, petinggi perusahaan yang berasal dari pendidikan tinggi terbaik 300 dunia bahkan memiliki pengungkapan yang jauh lebih baik. (Mulazid et al., 2017)
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Corporate Social Responsibility merupakan tanggung jawab moral bagi perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat yang tdiak terbatas hanya pada konsumen saja, tapi semua pihak yang terkait baik langsung ataupun tidak langsung. Perusahaan perlu memperhatikan keberlangsuangan hidup masyarakat yang terkait dan terdampak atas aktivitas usahanya.
3.2 Saran
Perusahaan perlu dan harus transparan dalam menngungkapkan kepada publik bentuk dan implementasi atas program tanggung jawab sosial yang akan dan telah mereka lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
→, L. (2020). LATAR BELAKANG CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN COMMUNITY DEVELOPMENT DI BIDANG PERTAMBANGAN. [online] Barito Raya's Blog. Available at: https://antoniuspatianom.wordpress.com/2009/07/19/latar-belakang- corporate-social-responsibility-dan-community-development-di-bidang-pertambangan/
[Accessed 3 Jan. 2020].
AMRI,, N. (2020). Pengungkapan Corporate Social Responsibility. [online] Informasi Tentang Dunia Akuntansi. Available at: https://www.e-akuntansi.com/pengungkapan- corporate-social-responsibility/ [Accessed 3 Jan. 2020].
hestanto personal website. (2020). Konsep CSR (Corporate Social Responsibility). [online]
Available at: https://www.hestanto.web.id/konsep-csr/ [Accessed 3 Jan. 2020].
Accounting. (2020). MEMAHAMI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR). [online]
Available at: https://accounting.binus.ac.id/2019/05/14/memahami-corporate-social- responsibility-csr/ [Accessed 3 Jan. 2020].
Mulazid, A., Habbe, A., Idris, I., Syofyan, E., Prabowo, M. and Iswaningtyas, A. (2017).
Board of directors and CSR disclosure in Indonesian banking industry: does education matter?. International Journal of Trade and Global Markets, 10(4), p.322.
Ganteng, S. (2020). √ Pengertian Csr, Fungsi, Manfaat, Tujuan, Bentuk, Contoh Terlengkap. [online] Onoini.com. Available at: https://www.onoini.com/pengertian-csr/#Bentuk_CSR [Accessed 3 Jan. 2020].
Zulkifli, A.(2020). Sejarah Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau History of Corporate Social Responsibility | DR. Arif Zulkifli Nasution. [online] DR. Arif Zulkifli Nasution.
Available at: https://bangazul.com/sejarah-tanggungjawab-sosial-perusahaan-atau-history-of- corporate-social-responsibility/ [Accessed 3 Jan. 2020].