• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan konseling analisis transaksional pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "penerapan konseling analisis transaksional pada"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL PADA PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS IX SMPN 3 JANAPRIA

Oleh :

Nurul Filayatul Fahmi NIM : 180303126

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSLING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022

(2)

PENERAPAN KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL PADA PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS IX SMPN 3 JANAPRIA

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Nurul Filayatul Fahmi NIM : 180303126

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSLING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022

(3)
(4)
(5)

MOTTO

(6)

MOTTO

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.

(Qs. Al-Baqarah:45)

Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.

(Qs. Ad-Duha: 7)

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk kedua orangtuaku tersayang bapakku Suhurudin Marzukki dan ibuku Itra, keluargaku, untuk almamaterku, untuk dosen-dosenku, untuk teman-teman, sahabat dan semua pihak yang pernah berperan serta membantu dalam perjuanganku di masa perkuliahan ini hingga aku mampu menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu”

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua sehingga kita dapat melaksanakan aktivitas dengan baik, shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi yang berjudul

“Penerapan Konseling Analisis Transaksional pada Perilaku Agresif Siswa Kelas IX SMPN 3 Janapria” ini bisa selesai dengan baik.Adapun penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Starta Satu (S1) pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam UIN Mataram.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak, yang telah memberikan arahan, dorongan, serta bantuan selama penulis menjalani masa studi dan penulisan skripsi. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu, antara lain sebagai berikut :

1. Dr. H. M. Fakhri, M.Pd. sebagai Pembimbing I dan Syamsul Hadi, M.

Pd. sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi secara mendetail ditengah kesibukannya, sehingga skripsi ini lebih matang dan cepat selesai. Saya bersyukur menjadi salah satu bimbinganmu, sekali lagi saya ucapkan terima kasih untuk semua kritikan dan bimbingan yang telah kau berikan.

2. Lalu Abdurrachman Wahid, M.A. dan Zaenudin Amrulloh, M.A.

sebagai penguji yang telah memberikan saran konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini.

3. Dr. Mira Mareta, M. A. selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam.

4. Dr. Muhammad Saleh, M. A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan IlmuKomunikasi.

5. Prof. Dr. H. Masnun, M. Ag. SelakuRektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi

(9)

bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.

6. Terimakasih kepada kedua orang tuaku tersayang, bapakku SuhurudinMarzukki dan ibuku Itra yang telah berjuang dan selalu mendukung setiap langkahku serta saudara-saudaraku dan keluargaku yang telah memberi semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

7. Terimakasih kepada Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

8. Terimakasih kepada teman-teman dan sahabat dari Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam khususnya kelas D 2018.

9. Terimakasih kepada semua sahabat, teman dan setiap orang yang pernah hadir dalam tiap detik perjalanan hidupku, yang tidak tertulis disini karena keterbatasan tempat, namun akan tetap tertulis, dalam ruang ingatanku. Terima kasih telah membuat hidupku berwarna dan semakin mengerti arti hidup yang sebenarnya dan selalu bersyukur atas kehadiran kalian semua.

Penulis menyadari akan kelemahan dan kekurangan dari skripsi ini karena skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya.Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipatganda dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak orang dan pengembang khazanah ilmu pengetahuan Aamiin.

Mataram, Penulis

NurulFilayatul Fahmi

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN NOTA DINAS ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Ruang Lingkup ... 8

E. Telaah Pustaka ... 8

F. Kerangka Teori ... 10

G. Metode Penelitian ... 26

H. Sistematika Pembahasan ... 32

BAB IIPAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 34

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 34

B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Agresif Siswa Kelas IX SMPN 3 Janapria ... 36

C. Penerapan Konseling Analisis Transaksional pada Perilaku Agresif Siswa Kelas IX SMPN 3 Janapria ... 42

BAB III PEMBAHASAN ... 52

A. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Agresif Siswa Kelas IX SMPN 3 Janapria ... 52

B. Penerapan Konseling Analisis Transaksional pada Perilaku Agresif Siswa Kelas IX SMPN 3 Janapria ... 55

(11)

BAB IV PENUTUP ... 66 A. Kesimpulan ... 66 B. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nama Siswa yang Berperilaku Agresif Tabel 2.2 Format Konseling Kelompok

Tabel 2.3 Catatan Kasus

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi dan Pedoman Wawancara Lampiran 2 Dokumentasi

(14)

ABSTRAK

PENERAPAN KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL PADA PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS IX SMPN 3 JANAPRIA

Oleh : Nurul Filayatul Fahmi 180303126

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya perilaku agresif yang terjadi di kalangan remaja yang disebabkan oleh berbagai faktor. Perilaku agresif yang terjadi pada remaja sangat berpengaruh pada proses belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif siswa dan mengetahui penerapan konseling analisis transaksional pada perilaku agresif siswa.Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini adalah penerapan konseling analisis transaksional pada perilaku agresif siswa dapat disimpulkan bahwa;

Konseling analisis transaksioanl efektif untuk menangani perilaku agresif siswa. Dalam menerapkan konseling analisis transaksional, guru BK menggunakan layanan konseling kelompok dengan beberapa pendekatan dalam konseling analisis transaksional yaitu metode bermain peran untuk pelaksanaan konseling dan mengembangkan pelaksanaanya dengan 4 tipe analisis: analisis struktur, analisis transaksi, analisis naskah hidup, dan analisis games. Guru BK menngunakan 6 Tahapan dalam pelaksanaan konseling analisis transaksional yaitu; tahap eksplorasi masalah, tahap perumusan masalah, tahap identifikasi alternatif, tahap perencanaan, tahap tindakan dan komitmen, dan tahap penilaian dan umpan balik.

Kata kunci : Perilaku Agresif, Konseling Analisis Transaksional.

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sekolah merupakan lembaga sosial dimana siswa hidup dan berkembang, dengan adanya lembaga peralihan yang mempersiapkan remaja dengan berbagai sosial dan nilai moral.Sekolah bukan lagi hanya sebagai lapangan tempat memperluas intelektual saja, melainkan memiliki peranan yang jauh lebih luas karena didalamnya berlangsung beberapa bentuk-bentuk dasar dari kelangsungan pendidikan. Bimbingan yang baik dalam bidang pendidikan dan bidang pekerjaan guna menjadikan mereka dapat menerima diri sendiri dan sanggup menyesuaikan diri baik pada masa kini maupun masa yang akan datang merupakan bagian dari fungsi sekolah terhadap remaja. Dalam kehidupan sosial dikenal bentuk tata aturan yang disebut norma. Jika tingkah laku yang diperlihatkan sesuai dengan norma yang berlaku, maka tingkah laku tersebut dinilai baik dan diterima. Sebaliknya jika tingkah laku tersebut tidak sesuai dengan norma yang berlaku, maka tingkah laku dimaksud dinilai buruk dan ditolak.1

Keadaan remaja di indonesia saat ini sangat memprihatinkan.

Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi remaja saat ini yang cenderung bebas dan jarang memperhatikan nilai moral yang terkandung setiap perbuatan yang mereka lakukan.Remaja mempunyai sifat yang cenderung lebih agresif, emosi tidak stabil, dan tidak bisa menahan dorongan nafsu.Pada masa pubertas atau menjelang dewasa, remaja mengalami banyak pengaruh-pengaruh dari luar yang menyebabkan remaja terbawa pengaruh oleh lingkungan tersebut. Hal tersebut mengakibatkan remaja yang tidak bisa menyesuaikan atau beradaptasi

1Zain irwanto, “Perilaku agresif dan penanganannya melalui konseling islami”, Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, Vol.3, No.1, 2017, Fakultas Agama Islam Universitas Muslim Indonesia, hlm. 26

(16)

dengan lingkungan yang selalu berubah-ubah akan melakukan perilaku agresif yang dapat merugikan orang lain dan juga diri sendiri.2

Perilaku agresif merupakan suatu bentuk ekspresi emosi individu yang disebabkan oleh suatu ketidakberhasilan yang dirasakan individu. Perilaku ini kadang dapat diwujudkan individu dalam bentuk tindakan berupa merusak benda atau melakukan penyerangan kepada orang lain baik secara verbal maupun non verbal yang dilakukan dengan unsur kesengajaan. Perilaku agresif yaitu suatu masalah yang sedang maraknya terjadi pada remaja.Dampak dari perilaku agresif tersebut dapat menyebabkan kerugian baik pada individu yang melakukan perilaku agresif ataupun pada individu yang menerima perlakuan perilaku agresif.Sehingga perkembangan emosi pada remaja adalah masa kritis yang terjadi pada perkembangan individu.Jadi, perkembangan emosi pada remaja dapat menyebabkan seseorang memiliki keinginan yang tinggi untuk mencapai sesuatu hal yang berada dilingkungan menjadi minat mereka.Hal ini menyebabkan remaja kadang sulit membedakan hal yang bersifat positif ataupun negatif.Oleh karena itu, remaja bisa menjadi orang yang memberontak ataupun melakukan perilaku agresif.3

Perilaku Agresif jika dikaitkan dengan tinjauan perspektif islam, maka sudah sangatlah jelas bahwa agama islam sangat melarang hal-hal yang dapat membahayakan orang lain, dan dapat membahayakan diri sendiri, firman Allah surah An-Nisa : 111 :

2Junia Trisnawati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif Remaja di SMK Negeri 2 Pekanbaru”, JOM PSIK, Vol.1, No.1, 2014, Program Studi Keperawatan Universitas Riau, hlm. 1

3Endang Mei Yunalia, “Analisis Perilaku Agresif pada Remaja Sekolah Menengah Pertama”, Journal Helath of a Studies, Vol.4, No.1, 2020, Kediri : Prodi Ilmu Keperawatan Universitas Kediri Indonesia, hlm. 38

(17)

Artinya :

“Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakan untuk (kemudharatan) dirinya sendiri.dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”4

Gambaran seperti yang telah dikemukakan diatas jelas menunjukkan bahwa hukumnya melibatkan diri dengan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku agresif adalah hal yang dilarang, terlebih apabila dikaitkan dengan akibat-akibatnya.Perilaku agresif merupakan salah satu bentuk tindakan-tindakan diskriminatif, yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku pada masyarakat bisa disebut sebagai perilaku negatif atau anti sosial, yang perlu penanganan khusus agar perilaku negatif tersebut menjadi perilaku yang positif.

Maka dari itu, siswa sebagai remaja yang berperilaku agresif ini perlu dilakukan proses konseling agar dalam berperilaku sesuai dengan nilai-nilai islam, sehingga dalam kehidupan berperilaku selanjutnya menjadi lebih terarah, dan menjadi manusia yang mampu mengarahkan dan beradaptasi diri dengan baik di lingkungan sekitarnya.5

Pemicu terjadinya perilaku agresif yang dilakukan oleh siswa sangat beragam, tetapi secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyebab internal dan eksternal seperti, amarah, frustasi, lingkungan, proses belajar model kekerasan, dan proses pendisiplinan yang keliru. Dari kedua faktor tersebut menyebabkan terhambatnya perkembangan aspek emosi dan sosial siswa yang bersangkutan.Oleh karena itu, terhambatnya diantara kedua perkembangan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku agresif oleh remaja yang bersangkutan.Selain itu, perilaku agresif berdampak pula pada perkembangan emosi dan perilaku siswa di

4Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan : Yogyakarta, 2020.hlm.

96

5Zain irwanto, “Perilaku agresif dan penanganannya melalui konseling islami”, Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, Vol.3, No.1, 2017, Fakultas Agama Islam Universitas Muslim Indonesia, hlm. 27

(18)

sekolah.Perilaku agresif juga dapat mempengaruhi prestasi akademis, interaksi sosial mereka dengan teman sebaya dan guru.6

Berdasarkan penjabaran diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pendekatan konseling pada remaja yang melakukan perilaku agresif. Pendekatan konseling yang diteliti dalam penelitian ini yaitu Pendekatan Konseling Analisis Transaksional oleh guru BK pada siswa yang melakukan perilaku agresif. Pendekatan analisis transaksional merupakan pendekatan yang dapat digunakan pada layanan konseling individu maupun konseling kelompok, pendekatan ini melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh konseli yang jelas menyebutkan tujuan dan arah dari proses konseling. Selain itu, juga memfokuskan pada pengambilan keputusan diawal yang dibuat oleh konseli dan menekankan kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru. Analisis Transaksional menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian. Disamping itu, pendekatan ini berorientasi pada peningkatan kesadaran sehingga konseli dapat membuat keputusan baru mengganti arah hidupnya.7

Pendekatan Analisis Transaksional terdiri dari dua kata, yakni analisis yang berarti pengujian sesuatu secara detail agar lebih mudah memahami atau agar menarik kesimpulan dari pengujian tersebut.

Sedangkan transaksional atau transaksi adalah unit pokok dari sebuah hubungan sosial. Dengan demikian, analisis transaksional adalah metode yang digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbal balik yang merupakan gambaran kepribadian seseorang.Filosofi analisis transaksional beranggapan bahwa keadaan individu saat ini ditentukan oleh pengalaman masa kecil dan keputusan yang telah dibuatnya pada masa lalu.Manusia dianggap sebagai individu yang dapat memahami berbagai keputusan yang diambil pada masa lalu dan mampu membuat keputusan ulang.

Pendekatan ini menekankan pada interaksi antara individu sebagai

6Salmiati, “Perilaku Agresif dan Penanganannya (Studi Kasus pada Siswa SMP Negeri 8 Makassar)”, Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, Vol.1, No.1, 2015, Bimbingan dan Konseling STKIP, hlm. 67.

7Gst. Putu Sugiartawan, “Evektivitas Konseling Analisis Transaksional dengan Teknik Kursi Kosong untuk Meningkatkan Kemandirian dalam Mengambil Keputusan Siswa”, Jurnal Bimbingan Konseling, Vol.2, No.1,2014, Jurusan Bimbngan Konseling Islam, FIP, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. hlm.3

(19)

suatu penyebab masalah psikologis dan pemahaman yang diperoleh oleh individu tentang kesalahan interaksi dengan orang lain.8

Dalam pelaksanaannya, analisis transaksional menekankan pentingnya kesepakatan. Dalam proses konseling harus ada kesepakatan antara kedua belah pihak, yaitu dari pihak konselor dan klien yang menunjukkan kesamaan hak dan kewajiba antara keduanya dalam melaksanakan proses konseling untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang dicapai dalam konseling analisis transaksional adalah penerimaan posisi di kedua belah pihak. Posisi tersebut merupakan posisi terbaik bagi kehidupan yang produktif, seseorang akan merasa aman dalam kehidupannya baik dalam kehidupan sebagai manusia maupun keberadaan orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan peran orang lain dalam hidupnya baik anak-anak, remaja atau dewasa. Misalnya, bermain dalam suatu kegiatan yang penting pada masa kanak-kanak, karena dalam masa itulah anak akan mulai menemukan pelajaran- pelajaran hidup yang akan dibutuhkan di kehidupan selanjutnya didalam pergaulannya secara individu maupun kelompok.9

Analisis transaksional dapat membantu siswa/klien dalam mengenali ketiga kondisi ego orangtua, dewasa, dan anak-anak tempat mereka berfungsi.Klien juga belajar bagaimana perilaku mereka saat ini dipengaruhi oleh peraturan-peraturan yang mereka terima dan bagaimana mereka dapat mengidentifikasikan naskah kehidupan yang mereka putuskan, yang menentukan perilaku mereka. Pada akhirnya mereka akan menyadari bahwa mereka dapat melakukan keputusan baru dalam hidup, mengubah apa yang tidak bekerja dan mempertahankan apa yang bermanfaat bagi mereka. Untuk mengubah perilaku mereka menjadi kenyataan, dalam konseling analisis transaksional mereka dituntut untuk secara aktif mengubah perilaku

8Gst. Putu Sugiartawan, “Evektivitas Konseling Analisis Transaksional dengan Teknik Kursi Kosong untuk Meningkatkan Kemandirian dalam Mengambil Keputusan Siswa”, Jurnal Bimbingan Konseling, Vol.2, No.1, 2014, Jurusan Bimbngan Konseling Islam, FIP, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia,hlm. 3

9Indra Sudrajat, “Teknik Konseling Analisis Transaksional pada Perilaku Anak Nakal”, Jurnal Primagaha, Vol.1, No.1, 2020, Universitas Pendidikan Indoesia, hlm.

17.

(20)

agresif yang dilakukan dengan mengikuti terpis dalam konseling analisis transaksional.10

Dalam konseling analisis transaksional, terdapat beberapa pendekatan yang efektif untuk mengatasi perilaku agresif siswa salah satunya yaitu teknik bermain peran (role playing).Teknik bermain peran dapat dilakukan dengan bimbingan kelompok yang dapat membantu individu menerima dirinya sendiri, mengarahkan diri, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Siswa yang melakukan perilaku agresif diberikan tindakan dengan cara memainkan peran tertentu sehingga siswa dapat menjalin hubungan sosial dengan baik, menyelesaikan masalahnya dengan menyelesaikan konflik, mengendalikan emosinya, mengembangkan empatinya, menjadi individu yang bertanggung jawab, dapat bersikap sopan santun dan menjaga tingkah lakunya. Selain itu, teknik bermain peran membantu siswa menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya dan belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapi dengan bantuan bimbingan kelompok.11

Konseling analisis transaksional efektif meminimalkan kecenderungan perilaku agresif, karena konseling analisis transaksional membuktikan secara empiris bahwa mengubah perilaku seseorang dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yang terdapat pada konseling analisis transaksional, yaitu pada pendekatan bermain peran (role playing) Individu dapat merefleksi perilakunya dengan mendapatkan tantangan ketika melakukan transaksi/interaksi dengan teman bermain, sehingga menimbulkan niat untuk melakukan perubahan.12

10Yuda syahputra, “Analisis Transaksional dalam Setting Kelompok”, Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Ar-Rahman, Universitas Negeri Padang, Indonesia,Vol.5, No. 2, 2019, hlm. 124

11Taufik Hidayah Suhada Putra, “Efektivitas Teknik Role Playing dalam Membantu Mengurangi Perilaku Agresif”, Jurnal Konseling Indonesia, Vol. 6, No.1, 2020, Prodi Bimbingan konseling islam, Fakultas ilmu pendidikan, Universitas PGRI Kanjuruhun Malang, hlm. 15

12I Ketut Gading, “Keefektifan Konseling Behavioral Teknik Modeling dan Konseling Analisis Transaksional Teknik Role Playing untuk Meminimalkan Kecenderungan Perilaku Agresif Siswa Sekolah Menengah Atas”, Jurnal Kajian Bimbingan Konseling, Vol. 2, No. 4, 2017, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha, hlm. 162

(21)

Perilaku Agresif merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja pada individu lain sehingga menyebabkan sakit fisik atau psikis pada individu lain yang biasanya dapat disebabkan oleh kurang diperhatikan, tertekan, pergaulan buruk.13 Sehingga dalam Konseling analsisis transaksional, siswa dapat belajar cara berpikir untuk memercayai dirinya sendiri dalam membuat suatu keputusan untuk kehidupan dirinya sendiri yang lebih baik. Oleh karena itu, untuk menangani perilaku agresif menggunakan pendekatan konseling analisis transaksional, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Analisis Transaksional pada Perilaku Agresif Siswa Kelas IX SMPN 3 JANAPRIA”.

B. Rumusan Masalah

Merujuk dari latar belakang yang telah dibahas, maka dapat penulis rumuskan masalah seputar penerapan analisis transaksional pada perilaku agresif siswa, yaitu:

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif pada siswa kelas IX SMPN 3 Janapria?

2. Bagaimana proses penerapan konseling analisis transaksional pada perilaku agresif siswa kelas IX SMPN 3 Janapria?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas dan agar sasaran dalam penelitian ini lebih terarah. Maka tujuanyang akan dicapai pada penelitian ini sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif pada siswa kelas IX SMPN 3 Janapria.

b. Untuk mengetahui proses penerapan konseling analisis transaksional pada perilaku agresif siswa kelas IX SMPN 3 Janapria.

2. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu khususnya pada bidang psikologi dan konseling siswa.

13Yoshi Restu, “Studi Kasus Perilaku Agresif Siswa di Sekolah”, Jurnal Ilmiah Konseling, Vol. 2, No. 1, 2013, hlm. 234

(22)

b. Secara Praktis 1) Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan yang bisa dilakukan untuk melakukan konseling analisis transaksional, khususnya pada perilaku agresif remaja.

2) Bagi Penulis

Bagi penulis hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dan referensi untuk terus meningkatkan kapasitas diri dalam melakukan teknik konseling analisis transaksional, juga agar dapat berbagi pengalaman dan ilmu kepada orang lain terkait penerapan konseling analisis transaksional pada perilaku agresif remaja.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi konseptual dalam pengembangan penelitian mengenai permasalahan pada perilaku agresif remaja dengan pemberian layanan konseling analisis transaksional.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam hal ini disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Dimana peneliti akan mengkaji tentang

“Penerapan Konseling Analisis Transaksional pada Perilaku Agresif Siswa Kelas IX SMPN 3 Janapria.

E. Telaah Pustaka

Berdasarkan pada “Penerapan Konseling Analisis Transaksional pada Perilaku Agresif Siswa Kels IX SMPN 3 Janapria”

yang merupakan tema pada penelitian ini, terdapat beberapa penelitian yang memiliki tema yang hampir serupa dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Skripsi Hanifa, dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Teori Konseling Analisis Transaksional dalam Pembentukan Kepribadian Remaja di Desa Hutabaringin Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailingnatal. Dalam penelitian ini, jenis penelitian dilakukan yaitu penelitian kualitatif dengan metode tindakan

(23)

(action reseach), penelitian ini memberikan perlakuan yang berupa timdakam terencana untuk memecahkan permasalaha serta meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti. Hasil penerapan teori konseling analsiis transaksional dalam penelitian ini diketahui ada perubahan yang cukup signifikan.

Dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan memilliki beberapa perbedaan dan persamaan. Perbedaannya dengan Penelitian ini terletak pada lokasi penelitian yang berlokasi di Desa Hutabaringin Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal, dan subjek penelitian yang bersubjek kepada remaja di desa tersebut.Dan memiliki persamaan berfokus pada persamaan dalam tema dan teknik penelitian yang di gunakan dalam melakukan penelitian, yakni tema mengenai konseling analisis transaksional dan menggunakan teknik penelitian kualitatif.

2. Skripsi Nia Voniati, dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas Layanan Konseling Kelompok dengan Teknik Analisis Transaksional dalam Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Peserta Didik Tahun Ajaran 2016/2017. Dalam penelitian ini, jenis penelitian ini merupakan penelitian one group pretest design.

Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan). Data dalam penelitian ini diperoleh dengan membagikan angket keterampilan kemampuan interaksi sosial, dan dianalsis menggunakan progran SPSS 16.0 for windows.

Dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan memilliki beberapa perbedaan dan persamaan. Perbedaannya terldapat pada lokasi penelitian yang berada di SMP Negeri 18 Bandar Lampung, subjek penelitian yaitu peserta didik kelas VIII, dan jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif.

Dan memiliki persamaan yang berfokus pada persamaan tema, yakni tema yang sama-sama membahas mengenai konseling analisis transaksional.

3. Skripsi Muhammad Zainul Wathoni “Pengaruh Konseling Analisis Transaksional dalam Mengentaskan Masalah Siswa yang Terisolir Karena Egois di Kelas XI MA Nurul Iman Montong Baik Tahun

(24)

Pelajaran 2017/2018”. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen subyek tunggal. Subjek penelitian ini adalah seorang siswa kelas XII IPA. Teknik pengumpulan data menggunakan angket siswa terisolir karena egois. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa data kondisi awal siswa sebelum dierikan konseling individual yang diperoleh menggunakan angket terisolir karena egois dengan total skor 55 yang termasuk pada kategori terisolir, karena berada pada rentang antara 50 s/d < 65. Sehingga dalam penelitian ini, terbukti bahwa konseling individual dengan konseling analsis transaksaksional efektif untuk mengatasi masalah siswa yang terisolir karena egois di kelas XI IPA MA Nurul Iman Montong Baik.

Dibandingkan dengan penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dan persamaan.Perbedaannya terdapat pada lokasi penelitian yang berada di MA Nurul Iman Montong Baik, subjek penelitian yaitu siswa kelas XI MA, dan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.Dan memiliki persamaan yang berfokus pada tema, yakni tema sama-sama membahas mengenai konseling analisis transaksional.

F. Kerangka Teori

1. Konseling Analisis Transaksional a. Pengertian Konseling

Konseling secara etimologi, berasal dari bahasa latin, yaitu consiliun (dengan atau bersama), yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Dalam bahasa Anglo Saxon, istilah konseling berasal dari sellan, yang berarti menyerahkan atau menyampaikan. Berikut ini beberapa definisi konseling yang disusun oleh mereka yang ahli dibidang tersebut :14

1) Konseling menurut Burks dan Stefflre adalah hubungan profesional antara konselor terlatih. Menurut Shertzer dan Stone, konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dengan konseli agar konseli mampu memahami diri dan

14John Mc. Leod, Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus, (Jakarta :Kencana, 2008), hlm.5

(25)

lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.

2) ASCA (American School Counselor Assosiation) mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu klien mengatasi masalah-masalahnya.

3) Carl Rogers, seorang psikolog humanistik terkemuka, berpandangan bahwa konseling merupakan hubungan terapis dan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien. Hubungan ini biasanya bersifat individu ke individu, walaupun terkadang melibatkan lebih dari satu orang.

b. Analisis Transaksional

1) Definisi Analisis Transaksional

Analisis transaksional adalah salah satu pendekatan yang memandang manusia memiliki kemampuan memilih bahwa apa yang sebelumnya ditetapkan bisa ditetapkan ulang. Meskipun manusia bisa menjadi korban dari putusan-putusan dini dan scenario kehidupan, aspek-aspek yang mengalihkan diri bisa diubah dengan kesadaran.15

Sifat kontraktual proses terapeutik AT cenderung mempersamakan kekuasaan terapis dan klien adalah menjadi tanggung jawab klien untuk menentukan apa yang akan di ubahnya. Agar perubahan menjadi kenyataan, klien mengubah tingkah lakunya secara aktif.Selama pertemuan terapi, klien melakukan evaluasi terhadap arah hidupnya, berusaha memahami putusan-putusan awal yang telah dibuatnya, serta menginsafi bahwa sekarang dia menetapkan ulang dan memulai suatu arah baru dalam hidupnya.Pada dasarnya, AT berasumsi bahwa orang-orang

15Faizah Noer Laela, Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya: UIN SA Press, 2014), hlm. 107

(26)

bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berfikir dan memutuskan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan-perasaannya.16

AT pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Eric Berne pada tahun 1956. Awalnya Eric bertugas sebagai konsultan pada Surgeon General diminta untuk membuka program terapi kelompok di Ford Ord, bagi para serdadu yang baru usai perang Dunia kedua. Akibat doronngan itu, Eric menciptakan suatu teknik untuk menganalisa transaksi- transaksi antar pribadi dalam berkomunikasi.Eric berne mengembangkan suatu prinsip yaitu upaya untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan- tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar, dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.

Secara historis AT berasal dari psikoanalisa yang dipergunakan dalam konseling/terapi kelompok, tetapi kini telah dipergunakan pula secara meluas dalam konseling/terapi individual.17

2) Konsep Dasar Analisis Transaksional

Pendekatan analisis transaksional memiliki asumsi dasar bahwa perilaku komunikasi seseorang dipengaruhi oleh ego state yang dipilihnya, setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai transaksi yang didalamnya turut melibatkan ego state serta sebagai hasil pengalaman dari masa kecil, semua orang cenderung memilih salah satu dari empat kemungkinan posisi hidup. Pendekatan ini dapat digunakan pada setting individu maupun kelompok yang melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh konseli yang dengan jelas menyebutkan tujuan dan arah proses terapi.

Selanjutnya, pendekatan ini memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh klien

16Gerald Corey, Teori dan praktek konseling dan psikoterapi, (Bandung : PT Refika Aditama, 2013), hal 160

17Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, (Jakarta: Graha Indonesia, 1984), hal. 206

(27)

dan menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian, dan berorientasi pada peningkatan kesadaran sehingga konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya.18

Beberapa konsep penting dalam pendekatan analisis transaksional yaitu :injuction dan keputusan awal (early desiction), strokes, naskah hidup, ego state, posisi hidup, games, membuat keputusan ulang (redecision).19

a) Injungsi dan pengambilan keputusan awal

Salah satu konsep kunci analisis transaksional adalah Injunction atau don’ts.Injunction adalah pesan yang disampaikan kepada anak oleh parent internal child out dari dari kondisi kesakitan orangtua seperti kecemasan, kemarahan, frustasi, dan ketidakbahagiaan.

Pesan ini menyuruh atau meminta anak untuk melakukan apa yang harus mereka lakukan secara verbal dan tingkah laku, namun seringkali pesan ini terbentuk melalui tingkah laku orang tua.

b) Strokes

Strokes dalam konseling analisis transaksionaladalah bentuk dari pengakuan. Individu menggunakan strokesuntuk berkomunikasi dengan orang lain. Strokesdapat berupa sentuhan fisik atau berbentuk simbolik seperti pandangan mata, kata-kata, bahasa tubuh, dan verbalitas.

c) Naskah Hidup (life scrift)

Naskah hidup dalam konseling analisis transaksional merupakan berbagai cara yang mirip dengan drama dengan plot.Naskah hidup dibentuk sejak awal kehidupan ketika individu belajar bahwa untuk bertahan hidup secara psikologis atau fisiologis dimana individu harus menjadi individu tertentu.

18Gantina Komalasari, “Teori dan Teknik Konseling”, Jakarta : PT Indeks, 2011, hlm. 93

19Ibid, hlm 107-109

(28)

d) Ego State

Terdapat tiga jenis ego statesecara inheren eksis dalam diri setiap individu. Ego statetersebut yaitu : (1) Ego StateOrang tua (Parent)

Pada ego state orang tua, individu merasakan kembali pengalaman (experience) yang individu imajinasikan bagaimana orang tua kita merasa pada situasi tersebut dan bagaimana orang tua kita bertindak. Ego state orang tua cenderung memiliki ciri-ciri antara lain : menasehati, kritik, berperilaku sesuai aturan atau ketentuan institusi yang berperanan penting selama masa pendidikan seseorang.

(2) Ego stateorang dewasa (Adult)

Pada jenis ego state ini terdapat pemroses data (the prosessor of data ) yaitu ditandai dengan kesadaran bahwa data itu penting dalam berkomunikasi. Ego stateorang dewasa adalah bagian objektif dari individu dimana dia menyimpan, menerima, memproses, dan mengirim informasi kembali berdasarkan fakta bukan opini atau perasaan. Ciri-ciri ego stateini adalah berpikir logis berdasarkan fakta-fakta obyektif dalam mengambil keputusan, nalar, diplomatis, jelas dan tidak tergesa-gesa, ekspresi wajah tenang dan nada suara datar.

(3) Ego State Anak-anak (Child)

Ego stateanak terdiri dari perasaan, impuls- impuls, dan spontanitas. Biasanya ditandai dengan ciri-ciri spontan, memiliki kebutuhan, perasaan dan keinginan untuk bereksplorasi atas peristiwa- peristiwa internal yang direspon dengan melihat, mendengar, memahami sesuatu, manipulasi lingkungan seperti menunjukkan sikap manja, menangis, dan merajuk

(29)

e) Posisi Hidup (Life Position)

Menurut Berne, anak-anak sebelum menyusun naskah hidupnya sudah mempunyai beberapa keyakinan tentang dirinya dan orang sekitarnya yang dipertahankan seumur hidupnya. Posisi hidup ini berhubungan dengan eksistensi hidup individu karena merupakan penilaian dasar terhadap diri dan orang lain.

Posisi ini merupakan titik pangkal dari setiap kegiatan individu, setiap penggunaan waktu, game, perbuatan rencana dan reaksi terhadap perencanaan dijiwai oleh posisi dasar keyakinan-keyakinan ini dinamakan posisi hidup.

f) Games

Kebanyakan manusia mengikuti naskah hidup mereka dan belajar menggunakan transaksi terselubung.

Dengan kata lain manusia memainkan games.

Gamesadalah seri berkelanjutan dari transaksi ulterior yang saling melengkapi yang mengarah pada tujuan yang dapat diprediksi individu. Berne percaya bahwa keuntungan gamesadalah fungsi stabilisasi (homeostatic). Homeostaticadalah kecendrungan individu untuk mempertahankan keseimbangan psikologis untuk mengatur proses intrapcychis.

Gamesberfungsi untuk mempertahankan keseimbangan biologis, eksestensial, psikologis, area sosial internal dan eksternal.Gamesmerupakan bagian yang penting dalam interaksi individu dengan orang lain dan individu harus memahami gamesyang dimainkannya untuk hidup lebih otentik.

g) Membuat Keputusan Ulang (Redecisions)

The Gouldings dalam Gantina Komalasari dkk, menekankan bahwa keputusan awal telah dibuat, keputusan tersebut tidak dapat diubah.Menurut mereka individu terlibat dalam membuat keputusan awal tentang arah hidup, sehingga individu dapat keputusan

(30)

baru yang lebih sesuai dan memungkinkan individu untuk mengalami kehidupan yang baru. Dalam proses membuat keputusan ulang (redecisions), konseli diajak kembali ke masa kecil disaat mereka membuat keputusan, kemudian membentuk ego state anak-anak dan memfasilitasi konseli untuk membuat keputusan baru. Dengan kegiatan ini konseli di ajak untuk merasakan kembali situasi masa kecil secara emosional dan membuat keputusan baru secara emosional dan intelektual.

3) Tipe-tipe Analisis

Terdapat tipe-tipe analisis dalam konseling analsis transaksional antara lain sebagai berikut :20

a) Analisis Struktur (Structural Analysis)

Analisis Struktural adalah alat yang digunakan individu untuk membantu individu sadar atas isi dan fungsi ego statenya(orang tua, dewasa dan anak).

Analisis struktur membantu konseli mengatasi bentuk ego stateyang membuatnya terhambat dan membantu menemukan ego state yang mendasari tingkah laku sehingga konseli dapat menentukan pilihan-pilihan hidupnya. Dua masalah dalam kepribadian yang dapat dipertimbangkan dalam analisis struktur, yaitu : kontaminasi atau perencanaan (contamination) dan ekslusi (exclusion).

Kontaminasi terjadi ketika isi dari ego statebercampur dengan ego statelainnya. Kontaminasi terjadi bila ego stateanak (child) dan ego stateorang tua (parent) memasuki batasan ego statedewasa (adult) sehingga menggangu kejernihan pikiran dan fungsi ego statedewasa. Sedangkan ekslusi terjadi bila satu ego statememblokade ego stateyang lain dan tidak

20Gantina Komalasari, “Teori dan Teknik Konseling”, Jakarta : PT Indeks, 2011, hlm. 117

(31)

memperbolehkan perpindahan antara ego statedengan ego state lainnya.

b) Analisis Transaksi (Transactional Analysis)

Analisis transaksi adalah jantung dari pendekatan analisis transaksional.Transaksi didefinisikan sebagai sebuah unit dalam sebuah komunikasi manusia atau sebagai hubungan stimulus- respon antara dua orang ego state.Pada dasarnya, analisis transaksi adalah deskripsi dari apa yang dilakukan dan dikatakan oleh dirinya dan orang lain.

Analisis transaksional dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu transaksi komplementer (complementary), transaksi bersilang (crossed transaction), dan transaksi ulterior atau terselubung (ulterior transaction).

(1) Transaksi Komplementer

Berne mendeskripsikan Transaksi Komplementer sebagai bentuk nyata hubungan manusia yang sehat, ketika stimulus dan respon datang dari ego stateyang diinginkan. Transaksi ini terjadi ketika pesan disampaikan dari satu ego state dan mendapat respons dari ego statespesifik seperti yang diharapkan orang lain.

(2) Transaksi Bersilang

Transaksi terjadi ketika pesan disampaikan dari satu ego statedan mendapatkan respons dari ego stateyang tidak diharapkan.

(3) Transaksi Terselubung

Transaksi yang kompleks yang dilibatkan dua atau lebih ego statedan pesan yang disampaikan tidak jelas.

c) Analisis Naskah Hidup (Scripts Analysis)

Naskah psikologis adalah program yang terjadi pada individu yang berkelanjutan seperti drama kehidupan dan hal ini mendikte perjalanan hidup individu.Manusia secara sadar dan tidak sadar

(32)

bertingkah laku kompulsif tergantung program tersebut.Menurut Berne kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Claude Steiner dalam Gantina Komalasari dkk, naskah hidup adalah rencana hidup yang dipilih oleh anak pada masa kehidupannya berdasarkan pesan yang diterima oleh anak dari orang tuanya. Berne percaya bahwa naskah hidup mempunyai lima komponen, yaitu (1) arahan dari orangtua, (2) perkembangan kepribadian yang berhubungan dengan individu, (3) keputusan masa anak-anak yang disesuaikan dengan diri, (4) ketertarikan pada kesuksesan atau kegagalan, dan (5) bentuk tingkah laku.

d) Analisis Game (Game Analysis)

Terdapat tiga peran dalam analisis games, yaitu persecutor,permainan tidak ada pemenang, semua pemain kalah. Analisis transaksional berpandangan bahwa games adalah pertukaran strokes yang mengganti perasaan yang tidak menyenangkan dan meningkatkan naskah hidup. Gamesdapat memberikan bentuk intimasi, tetapi individu yang terlibat dalam transaksi games menciptakan jarak di antara mereka.

4) Tujuan Analisis Transaksional

Tujuan Analisis Transaksional ialah untuk memberikan kepada ego seseorang agar dewasa dalam mengambil keputusan yang melebihi kemampuan pada ego anak dan orang tua. Tujuan lain dari Analisis Transaksional menurut Eric Berne dalam bukunya yang berjudul: “Principles of Group Treatment” mengemukakan empat tujuan yang ingin dicapai dalam Konseling AT, di antaranya:21

a) Konselor dapat membantu klien yang mengalami kontaminasi (pencemaran) status ego yang berlebihan.

b) Konselor berusaha membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan semua status

21 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, hal. 224

(33)

egonya yang cocok. Ini menyangkut pula dalam memperoleh kebebasan dan kemampuan yang dapat ditembus di antara status egonya.

c) Konselor berusaha membantu klien dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya.

Pengembangan ini hakekatnya adalah menetapkan pikiran dan penalaran individu. Untuk itu dibutuhkan suatu kemampuan serta kapasitas yang optimal dalam mengatur hidupnya sendiri.

d) Membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru atau naskah hidup (life script) yang lebih produktif.

5) Teknik-teknik Konseling Analisis Transaksional

James dan Jongeward mengkombinasikan konsep dan proses analisis transaksional dengan eksperimentasi Gestald dan kombinasi ini memberikan hasil yang menjanjikan pada self-awareness dan autonomy.22Teknik- teknik Konseling Analisis Transaksional antara lain sebagai berikut :

a) Metode Dedaktik

Karena analisis menekankan pada domain kognitif, prosedur mengajar dan belajar merupakan dasar dari pendekatan ini.

b) Kursi Kosong

Teknik ini merupakan adopsi dari pendekatan Gestalt.Teknik ini biasanya digunakan untuk structural analisis. McNeel mendeskripsikan bahwa teknik yang menggunakan dua kursi ini merupakan cara yang efektif untuk membantu klien mengatasi konflik masa lalu dengan orang tua atau orang lain. Tujuan teknik ini adalah untuk menyelesaikan unfinised business masa lalu.

22Gantina Komalasari, “Teori dan Teknik Konseling”, Jakarta : PT Indeks, 2011, hlm. 129

(34)

c) Bermain Peran

Bermain peran biasanya digunakan dalam konseling kelompok dimana melibatkan orang lain. Anggota kelompok lain dapat sebagai ego state yang bermasalah dengan klien. Dalam kegiatan ini klien berlatih dengan anggota kelompok untuk bertingkah laku sesuai dengan apa yang akan diuji coba di dunia nyata. Variasi lain dapat dilakukan dengan melebih-lebihkan karakteristik ego state tertentu untuk melihat reaksi tingkah laku saat ini terhadap ego state tertentu.

d) Penokohan Keluarga

Penokohan keluarga adalah pendekatan untuk melakukan structural analysis, yang pada umumnya berguna untuk menghadapi constant parent, constant adult, atau constant child.Konseli diminta untuk membayangkan episode yang berisi orang-orang yang penting baginya dimasa lalu.Konseli bertindak sebagai sutradara, produser, dan aktor.Konseli mendefinisikan situasi yang menggunakan anggota kelompok sebagai penggannti anggota keluarganya. Konseli menempatkan mereka sehingga ia mengingat situasinya. Berdasarkan hasil drama konseli dan konselor mendiskusikan, bertindak dan mengevaluasi sehingga dapat meningkatkan kesadaran tentang situasi yang spesifik dan makna personal yang masih teguh oleh konseli.

e) Analisis ritual dan waktu luang

Analisis transaksi termasuk di dalamnya adalah identifikasi ritual dan mengisi waktu luang yang digunakan dalam structuring of time.Time structur adalah materi penting untuk diskusi dan penilaian karena merefleksikan keputusan tentang naskah hidup tentang bagaimana bertransaksi dengan orang lain dan bagaimana mendapatkan pengakuan. Individu yang memenuhi sebagian besar waktunya dengan ritual dan pastimes kemungkinan mengalami kekurangan pengakuan dan kurang intimasi dalam bertransaksi

(35)

dengan orang lain. Karena transaksi ritual dan pastime memiliki nilai strokes yang rendah, orang yang bertransaksi mungkin akan mengeluh merasa kehampaan, bosan, tidak memiliki kesenangan, merasa tidak dicintai dan merasa tidak berarti.

Dari beberapa teknik diatas yang digunakan untuk mengatasi kasus perilaku agresif siswa adalah teknik bermain peran yang dimana teknik bermain peran ini bisa digunakan pada konseling kelompok. Sehingga ego stateindividu dapat diposisikan sesuai apa yang akan diuji coba pada dunia nyata.

6) Tahapan Konseling Analisis Transaksional

Dalam melakukan konseling analisis transaksionl terdapat beberapa tahapan yang dilakukan antara lain :23 a) Tahap eksplorasi masalah. Pada tahap ini yang

terpenting adalah konselor menciptakan hubungan baik dengan klien, membangun saling kepercayaan, menggali pengalaman klien pada perilaku yang lebih dalam, mendengarkan apa yang menjadi perhatian klien, menggali pengalaman-pengalaman klien dan merespon isi, perasaan dan arti dari apa yang dibicarakan klien.

b) Tahap perumusan masalah. Pada tahap ini, Masalah- masalah klien baik afeksi, kognisi maupun tingkah laku diperhatikan oleh konselor. Setelah itu keduanya, konselor dan klien, merumuskan dan membuat kesepakatan masalah apa yang sedang dihadapi.

Masalah sebaiknya dirumuskan dalam terminologi yang jelas. Jika rumusan masalahnya tidak disepakati perlu kembali ketahap pertama.

23Destri Luh Sita Dewi “Pelatihan Analisis Transaksional Untuk Peningkatan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Perawat Poli Eksekutif Di Pavilion Nusa Indah Rsud Dr Adhytma Mph Provinsi Jawa Tengah”, Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol.18, No. 2,( Yogyakarta: fakultas psikologi universitas mercu buana yogyakarta, Agustus 2016), hlm 17.

(36)

c) Tahap identifikasi alternatif. Pada tahap ini, Konselor bersama klien mengidentifikasi alternatif-alternatif pemecahan dari rumusan masalah yang telah disepakati.

Alternatif yang diidentifikasi adalah yang sangat mungkin dilakukan, yaitu yang tepat dan realistik.

Konselor dapat membantu klien menyusun daftar alternatif-altenatif, dan klien memiliki kebebasan untuk memilih alternatif yang ada. Dalam hal ini konselor tidak boleh menentukan alternatif yang harus dilakukan klien.

d) Tahap perencanaan. Jika klien telah menetapkan pilihan dari sejumlah alternatif, selanjutnya menyusun rencana tindakan. Rencana tindakan ini menyangkut apa saja yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, kapan dilakukan, dan sebagainya. Rencana yang baik jika realistik, bertahap, tujuan setiap tahap juga jelas dan dapat dipahami oleh klien. Dengan kata lain, rencana yang dibuat bersifat tentatif sekaligus pragmatis.

e) Tahap tindakan atau komitmen. Tindakan berarti oprasionalisasi rencana yang disusun. Konselor perlu mendorong klien untuk berkemauan melaksanakan rencana-rencana itu. Usaha klien untuk melaksanakan rencana sangat penting bagi keberhasilan konseling, karena tanpa ada tindakan nyata proses konseling tidak ada artinya.

f) Tahap penilaian dan umpan balik. Konselor dan klien perlu mendapatkan umpan balik dan penilaian tentang keberhasilannya. Jika ternyata ada kegagalan maka perlu dicari apa yang menyebabkan dan klien harus bekerja mulai dari tahap yang mana lagi. Mungkin diperlukan rencana-rencana baru yang lebih sesuai dengan keadaan klien dan perubahan-perubahan yang dihadapi klien. Jika ini yang diperlukan maka konselor dan klien secara fleksibel menyusun alternatif atau rencana yang lebih tepat. Sesuai dengan apa yang diharapkan dari konselor dan klien, konseling yang

(37)

diadakan membuahkan hasil yang memang tidak bisa dikatakan instan. Hasil yang dihasilkan oleh konseling yang tentunya juga dibantu dengan adanya tindakan yang membantu klien mengatur dirinya sendiri melalui keputusan yang diambilnya.

2. Perilaku Agresif

a. Pengertian Perilaku Agresif

Perilaku agresif secara etimologisberasal dari kata agresi yang berarti perasaan marah atau tindakan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan di dalam mencapai pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan pada orang atau benda. Sehingga bisa dimaknai lebih pada nafsu untuk menyerang kepada sesuatu yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat.24

Perilaku agresif menurut John pearce berasal dari bahasa latin “aggredi” yang berarti menyerang. Kata ini dapat diartikan orang siap memaksakan kehendak mereka atas orang lain atau objek lain walaupun itu berarti bahwa kerusakan fisik atau psikologis mungkin ditimbulkan sebagai akibatnya.

Perilaku agresif ditujukan untuk melukai, mencelakakan, mengancam, mengejek, dan mengintimidasi orang lain, yang dilakukan oleh yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah baik secara fisik maupun psikologi. Agresif tidak hanya berbentuk penyerangan yang ditujukan kepada orang lain, namun bisa juga ditujukan pada diri sendiri.25

Berdasarkan uraian pengertian perilaku agresif diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa perilaku agresif merupakan salah satu bentuk perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk melukai seseorang atau melakukan kekerasan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun psikologi atas dasar iri atau tidak senang dengan suatu pencapaian orang lain.

24Imam Subqi, “Perilaku Agresif Remaja dalam Tinjauan Pola Asuh Keagamaan Orang Tua di Desa Balaedi pati” Indonesian Journal of Islamic Psychology, Vol.1, No.2, 2019, IAIN Salatiga Indonesia, hlm. 191

25Ibid, hlm. 191

(38)

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif

Menurut Andi Mapiere,26 faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku agresif meliputi :

1) Kondisi pribadi remaja yaitu kelainan yang dibawa sejak lahir baik fisik maupun psikis (biologis), lemahnya kontrol diri terhadap pengaruh lingkungan, kurang mampu menyesuaikan diri terhadap pengaruh lingkungan, kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kurangnya dasar keagamaan.

2) Lingkungan rumah dan keluarga yang kurang memberikan kasih sayang dan perhatian orang tua sehingga remaja mencarinya dalam kelompok sebayanya, kurangnya komunikasi sesama anggota keluarga, status ekonomi keluarga yang rendah, ada penolakan dari ayah maupun ibu, serta keluarga yang kurang harmonis.

3) Lingkungan masyarakat yang kurang sehat, seperti kurangnya fasilitas pendidikan pada masyarakat, kurangnya pengawasan terhadap remaja serta pengaruh norma-norma baru yang ada diluar.

4) Lingkungan sekolah, seperti kurangnya fasilitas pendidikan sebagai tempat penyaluran bakat dan minat remaja, kurangnya perhatian guru, tata cara disiplin yang terlalu kaku atau norma-norma pendidikan yang kurang diterapkan.

Davidmenyatakan agresif tidak timbul dengan sendirinya,27 ada faktor – faktor yang mempengaruhi antara lain :

26Alifia Fernanda Putri “Konsep Perilaku Agresif Siswa”, Indonesian Journal of School Counseling, Vol. 4, No.1, 2019, Universitas Negeri Padang, hlm. 31

27Imam Subqi, “Perilaku Agresif Remaja dalam Tinjauan Pola Asuh Keagamaan Orang Tua di Desa Balaedi pati” Indonesian Journal of Islamic Psychology, Vol.1, No.2, 2019, IAIN Salatiga Indonesia, hlm 194-195.

(39)

1) Frustasi, terjadi apabila seseorang terhalang oleh sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu, kebutuhan, keinginan, pengharapan, dan tindakan tertentu.

2) Sakit fisik, suhu panas yang cukup kuat, pukulan pada tubuh dan sumber sakit lainnya dapat mengundang perilaku menyerang pada hewan.

3) Ejekan, hinaan dan ancaman. Ketiga hal ini seringkali merupakan pancingan yang jika terhadap amarah yang akan mengarah pada agresif.

4) Faktor biologis, artinya gen berpengaruh dalam pembentukan kepekaan sistem neural yang mengatur agresif. Misalnya orang yang sedang marah ditambah situasi bising dan udara yang panas dan bahkan kimia darah (khusus kadar hormon seks yang sebagian ditentukan oleh faktor keturunan).

c. Jenis – jenis Perilaku Agresif

Menurut Buss dan Perry,28 menjelaskan jenis perilaku agresif dalam empat jenis, yaitu :

1) Agresif fisik, merupakan komponen perilaku motorik seperti melukai dan menyakiti secara fisik. Contohnya;

menyerang, memukul, menendang, atau mendorong

2) Agresif verbal, merupakan komponen motorik seperti melukai dan menyakiti orang lain secara verbal.

Contohnya; berdebat, menunjukkan ketidaksukaan dan ketidaksetujuan pada orang lain, kadang kala menyebar gosip, membentak, menghina, dan lain sebagainya.

3) Agresif marah, merupakan emosi atau afeksi seperti munculnya kesiapan psikologis untuk beperilaku agresif.

Contohnya; kesal, hilang kesabaran, dan tidak mampu mengontrol amarah.

28Adlina Rahmawati “Fenomena Perilaku Agresif pada Remaja dan Penanganan secara Psikologis”, Jurnal Ilmiah Konseling, Vol.2, No.1, 2013, Magister Psikologi UMS, hlm 3-4

(40)

4) Sikap permusuhan, meliputi komponen kognitif seperti benci dan curiga pada orang lain, iri hati dan merasa tidak adil dalam kehidupan.

Kemudian berdasarkan hasil observasi terhadap Guru BK SMPN 3 Janapria.29Terdapat kriteria jenis perilaku agresif pada siswa-siswa khususnya anak-anak kelas IX yang berjenis kelamin laki-laki memiliki sikap agresif. Maka peneliti dalam hal ini membuat kriteria subjek sebagai berikut :

a) Siswa yang melakukan agresif fisik seperti; memukul, menendang, mendorong, dan menyerang orang lain.

b) Siswa yang melakukan agresif verbal seperti;

mengejek-ejek/menghina, membentak, mengumpat, berkata-kata kasar kepada teman, dan mengancam teman.

c) Siswa yang melakukan agresif marah seperti; kesulitan mengatur emosi, kesal.

d) Siswa yang melakukan agresif permusuhan seperti; iri terhadap keberhasilan orang lain.

d. Dampak Perilaku Agresif

Perilaku agresif akan memberikan dampak tersendiri terhadap diri sendiri sebagai pelaku, maupun dampak terhadap orang lain atau diluar dirinya sendiri sebagai korban perilaku agresif. Dampak bagi pelaku agresif yaitu akan dijauhi, dibenci, dan ditakuti oleh teman-teman sebayanya. Sementara, dampak bagi korban agresif yaitu dapat menimbulkan luka secara fisik maupun psikis dan perasaan rendah diri. Melihat dampak-dampak dari perilaku agresif terhadap remaja tersebut, dalam jangka kedepan akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan remaja itu sendiri, baik sebagai individu maupun lingkungan sosialnya.30

G. Metode Penelitian

29Ibu Eni Setiyawati Guru BK, Wawancara, 25 Januari 2022

30Putri Febriana, “Mengapa remaja Agresif?”, Jurnal Psikologi Terapan dan Pendidikan, Vol.1, No.1,2019, Magister Psikologi, Program Pascasarjana, Universitas Ahmad Dahlan, hlm 18-19

(41)

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Yang mana penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang atau jasa.

Hal terpenting dari suatu barang atau jasa berupa kejadian atau fenomena atau gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori.31

Menurut Denzin dan Lincoln, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Kemudian Creswell mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses inquiry tentang pemahaman berdasar pada tradisi-tradisi metodologis terpisah; jelas pemeriksaan bahwa menjelajah suatu masalah sosial atau manusia.32

2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah SMPN 3 Janapria yang terletak di desa langko kecamatan janapria. Adapun alasan kenapa peneliti memilih lokasi tersebut sebagai berikut :

a) Memudahkan peneliti dalam mendapatkan data lapangan karena sebelumnya peneliti pernah melakukan observasi untuk memenuhi tugas kuliah.

b) Mengetahui cara yang digunakan guru BK dalam menyelesaikan setiap permasalahan pada siswa khususnya perilaku agresif pada siswa.

3. Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah dari mana data diperoleh yaitu data manusia yang sering disebut dengan istilah subyek.33Dalam melakukan penelitian kualitatif, sumber data yang dibutuhkan ada

31Djam’an Satori Dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 22.

32Ibid, hlm. 23-24.

33Lexy J Meleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung:Remaja Rosdakatya, 2001), hlm.112

(42)

dua macam yaitu data primer dan data sekunder atau bisa disebut dengan data lapangan dan dokumen.34

a. Data primer. Merupakan teknik pengumpulan sumber data yang mengambil data atau informasi dari sumber pertama, biasanya disebut dengan responden. Data atau informasi bisa diperoleh melalui wawancara dan observasi. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Guru BK, kepala sekolah dan siswa/klien kelas IX.

b. Data sekunder. Merupakan teknik pengumpulan sumber data menggunakan bahan yang bukan dari sumber pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk menjawab masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi data sekunder atau data pendukung adalah dokumentasinya.35 Adapun sumber data sekunder meliputi, data-data tentang perilaku agresif, dan data- data tentang SMPN 3 JANAPRIA.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap penelitian ini agar diperoleh data yang valid dan bisa di pertanggung jawabkan, maka data diperoleh melalui : a. Observasi

Observasi merupakan proses pengamatan sistematis dari aktivitas manusia dan pengaturan fisik di mana kegiatan tersebut berlangsung secara terus menerus dari lokasi aktivitas

bersifat alami untuk menghasilkan

fakta.36Observasi/pengamatan yaitu sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, peristiwa dan lain- lain.37

Jenis metode observasi yang peneliti gunakan adalah observasi non partisipatif, yaitu proses pengamatan dimana

34Saebani, Metodelogi Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm.93

35Djam’an Satori, Aan Komariah, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: CV Alfabeta, 2014), hlm. 105

36Hasyim Hasanah , “Teknik-Teknik Observasi”, Jurnal at-Taqaddum, Vol. 8, No. 1, Juli 2016, Semarang: UIN Semarang, hlm. 26

37Djama’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:

Alfabeta,2009), hlm. 129

(43)

observer tidak ambil bagian dalamkehidupan observee.

Observasi non partisipan melibatkan kegiatan pengamatan terhadap partisipan tanpa berpartisipasi secara aktif.38

Dengan seperti itu, peneliti melakukan observasi mengenai bagaimana prosesi konseling yang akan dilakukan kepada siswa/klien di SMPN 3 Janapria. Hal ini bertujuan agar mengetahui apakah cara yang dilakukan itu efektif atau tidak.

b. Wawancara

Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara penelitian lebih dari sekedar percakapan dan berkisar dari informal ke formal. Walaupun semua percakapan memiliki aturan peralihan tertentu atau kendali oleh satu atau partisipan lainnya, aturan pada wawancara penelitian lebih ketat.39 Wawancara sebagai upaya mendekatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung. Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancaraterstruktur.

Wawancaratersrtruktur digunakan sebagai teknk pengumpulan data, jika peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.40 Maka dari itu peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur yang dimana pewawancara terstruktur menanyakan apa saja tapi juga harus mengingat akan data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini yang akan diwawancarai adalah Guru BK SMPN

38Hasyim Hasanah , “Teknik-Teknik Observasi”, Jurnal at-Taqaddum, Vol. 8, No. 1, Juli 2016, FDK UIN Semarang, hlm. 36

39Imami Nur Rachmawati , “Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif:

Wawancara”, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 11, No.1, Maret 2007, Jakarta:

Universitas Indonesia, hlm 36

40Prof. Dr. Sugiyono, ”Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif”, (Bandung:Alfabeta,2019), hlm. 195

(44)

3 Janapria dan siswa yang bersangkutan. Hal demikian itu dilakukan agar memperoleh data secara luas dan menyeluruh sesuai dengan kondisi saat ini.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari bahasa latin yaitu docere yang berarti mengajar. Dalam bahasa inggris disebut document yaitu

something written or printed, to be used as a record or evidence” atau sesuatu tertulis atau dicetak untuk digunakan sebagai suatu catatan atau bukti. Menurut McMillan dan Schumacher, dokumen merupakan rekaman rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa catatan anekdotal, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen.41

Dokumentasi ialah catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.42

Metode Dok

Gambar

Tabel 2.1   Nama Siswa yang Berperilaku Agresif   Tabel 2.2  Format Konseling Kelompok
Tabel 2.3  CATATAN KASUS   No

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini merupakan informasi yang bermanfaat yang dapat digunakan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan guna memecahkan masalah dan merumuskan rencana

Hasil penelitian ini merupakan informasi yang bermanfaat yang dapat digunakan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan guna memecahkan masalah dan merumuskan rencana

Tujuan Penelitian: 1) Mengetahui konseling analisis transaksional dalam membantu mengubah perilaku siswa yang susah diatur dan suka mengganggu teman di kelas; 2)

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh perusahaan yaitu dengan merancang sebuah aplikasi yang menggunakan pendekatan

Tujuan penelitian ialah menganalisis sistem yang sedang berjalan untuk menemukan permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan dan mengusulkan alternatif pemecahan

Pembuatan sistem informasi bimbingan konseling (BK) diharapkan dapat membantu dan mempermudah guru BK dalam pencatatan data pribadi siswa, tindakan bimbingan

Kendala yang dihadapi oleh mahasiwa ABA Bumigora Mataram dalam penerapan metode belajar mengajar dengan menggunakan media audio visual yaitu kendala dalam menemukan makna

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh perusahaan yaitu dengan merancang sebuah aplikasi yang menggunakan pendekatan