• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan model pembelajaran discovery learning disertai

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "penerapan model pembelajaran discovery learning disertai"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS

VIII SMPNEGERI33 PADANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Windi Mulia¹, Diana Susanti², Lince Meriko²

¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

²Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Windisygku89@gmail.com

ABSTRACT

Learning sains in SMP Negeri 33 Padang have the students that less active in the class and it also teacher center, so it makes students achievement in learning sains is low. Learning model that used by teacher is not variety. Purpose of this research is to know the application of learning Discovery Learningmodel with picture to the students biology learning outcomes VIII. This research that use Randomized Control-Group Postest Only Design. Technique sampling of this research is Purposive Random Sampling. Data of this research is students achivement that include affective, cognitive and psikomotor domain. Affective result of 85.13 experimental class, and control class 81,58. The cognitive result of the experiment class is 76.57, the control class is 69.93.

The results of the experiment class psychomotor 89.91 and the control class 92.08.Analysis the data use normalitas test, homogenitas and hypotesis. The result of the study is the apply of Discovery Learning with picture can increase students achivement in learning biology at VIII of SMP Negeri 33 Padang in academic year 2016/2017.

Keywords : Discovery Learning, Picture, Photosynthesis.

PENDAHULUAN

Biologi adalah ilmu yang memerlukan pemahaman, oleh karena itu dalam proses pembelajaran di kelas guru dituntut untuk menggunakan model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk dapat memahami konsep dari materi yang dipelajari serta dapat merangsang siswa untuk aktif.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan guru biologi di SMP Negeri 33 Padang pada tanggal 9 Januari 2017 didapatkan bahwa dalam

proses pembelajaran IPA di SMP Negeri 33 Padang siswa kurang aktif dan pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga pembelajaran cenderung satu arah yaitu dari guru ke siswa. Lalu saat guru menjelaskan materi pembelajaran, tidak semua siswa yang memperhatikan.

Pada saat tanya jawab, tidak semua siswa yang aktif menjawab pertanyaan dari guru. Kurangnya minat dan motivasi siswa dalam belajar membuat pembelajaran bersifat pasif. Model dan metode yang digunakan guru saat

(2)

mengajar juga kurang bervariasi. Guru cenderung menggunakan model pembelajaran langsung dan metode ceramah. Hal ini menyebabkan hasil belajar biologi siswa masih rendah dan berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 80 terutama pada materi fotosintesis dan gerak pada tumbuhan. Materi fotosintesis ini termasuk materi yang sulit oleh siswa. Materi ini dikatakan sulit karena pada materi ini siswa dituntut untuk mampu memahami bagaimana proses fotosintesis dan mampu membuktikan hasil fotosintesis dari percobaan yang dilakukan oleh beberapa ilmuan. Pada materi gerak pada tumbuhan siswa mengalami kesulitan saat memahami berbagai macam gerak serta contoh gerak pada tumbuhan. Karena gerak pada tumbuhan ini cukup banyak pembagiannya sehingga siswa sulit membedakan antara gerak yang satu dengan gerak yang lainnya.Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan peningkatan proses pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satunya adalah dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning. untuk menunjang model pembelajaran ini

memerlukan media pembelajaran, media yang sesuai dengan model pembelajaran Discovery Learning salah satunya adalah media gambar.

Model pembelajaran Discovery Learning adalah model pembelajaran yang lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Masalah yang diberikan kepada siswa sebuah permasalahan yang direkayasa oleh guru.

Selain itu penggunaan Discovery Learning ingin mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif, mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented, mengubah modus expository siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery siswamenemukan informasi sendiri(Kemendikbud, 2014:

42). Selain itu, dengan disertai media gambar dapat mengarahkan siswa untuk lebih memahami dengan mudah materi fotosintesis dan gerak pada tumbuhan karena mereka dapat mengamatinya langsung melalui gambar-gambar.

Media gambar merupakan media yang umum dipakai untuk berbagai macam kegiatan pembelajaran. Gambar yang baik bukan hanya dapat menyampaikan saja tetapi dapat digunakan untuk melatih keterampilan

(3)

berfikir serta dapat mengembangkan kemampuan imajinasi siswa. Misalkan diberikan kepada siswa sebuah gambar, Kemudian mereka disuruh untuk menceritakan kejadian yang nampak pada gambar sesuai dengan persepsinya (Sanjaya 2012: 166). Salah satu keuntungan dari penggunaan media gambar ini adalah gambar dapat mengatasi ruang dan waktu karena tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke dalam kelas dan tidak selalu bisa anak- anak di bawa ke objek atau peristiwa, gambar atau foto dapat mengatasi hal tersebut (Sadirman 2012:

29-31). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Discovery Learning disertai media gambar terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 33 PADANG.

Berdasarkan uraian di atas penulis telah melakukan penelitian yang berjudul

“penerapan model pembelajaran Discovery Learning disertai media gambar terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 33 PADANG tahin pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Negeri 33 Padang di kelas VIII

semester 2 pada bulan Februari 2017 Tahun Pelajaran 2016/2017. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian Randomized Control-Group Posttest Only Design dan pengambilan sampel menggunakan teknikpurposive random sampling(Lufri 2007:69). Prosedur penelitian terdiri dari tiga bagian yaitu tahap persiapan, pelaksanaan,dan tahap akhir.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 33 Padang semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 6 kelas. Setelah melakukan pengundian menggunakan teknikpurposive random sampling yang terambil pertama adalah kelas VIII1 yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan yang terambil kedua adalah kelas VIII2 yang dijadikan sebagai kelas kontrol.

Instrumen tes yang digunakan pada ranah kognitif berupa soal pilihan ganda dengan empat options berjumlah 31 butir. Instrumen tes berupa soal pilihan ganda di uji cobakan pada kelas yang berbeda. Agar instrumen tes tersebut menjadi alat ukur yang baik, maka perlu dilakukan analisis soal melalui validitas tes, reliabilitas soal (Arikunto, 2015: 85- 117), indeks kesukaran soal dan daya beda (sudijono, 2010: 372-390).

(4)

Ranah afektif melalui penilaian diri dan ranah psikomotor dari penilaian produk (laporan hasil pengamatan gambar dan resume). Untuk mengetahui hipotesisnya diterima maka dilakukan uji- t. Sebelum uji hipotesis dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variens kedua kelas sampel (sudjana 2005:466).

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Ranah Afektif

Data hasil penilaian afektif siswa dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Penilaian Diri Per Indikator Ranah Afektif Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol, 1. Kesungguhan, 2.

Kemauan, 3. Saling Menghargai, 4. Rasa Peduli, 5. Karakter

Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa, nilai rata-rata ranah afektif kelas eksperimen pada setiap indikator lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Penilaian ranah afektif pada kedua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol terdiri dari 5 indikator.

Setiap indikator mempunyai 2 pernyataan positif yang dinilai berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan uji t yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hipotesis ditolak, artinya model pembelajaran Discovery Learning disertai media gambar tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah afektif.

Prestasi belajar afektif ditentukan oleh sikap atau perilaku siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran seperti jujur, cermat, disiplin, berani menyampaikan gagasan, bekerjasama, kritis dan lain-lain (Azizi, Suciati &

Maridi, 2014: 15).

Pada penilaian ranah afektif yaitu aspek kesungguhan dalam belajar biologi, pada kelas eksperimen siswa telah menunjukkan kesungguhannya dalam belajar, terlihat sudah banyak siswa yang memperhatikan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh dan mau mengikuti langkah-langkah model pembelajaran yang diterapkan guru. Menurut Fitiani (2014: 3) menyatakan model Discovery Learning juga berpengaruh pada ranah afektif atau sikap siswa terutama pada tahap data collection.

95,1

87,6 83,8 89,7

70,4 89,65

84,84 83,9

79,88 71,26

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 2 3 4 5

Nilai Rata-Rata

Kelas Eksperi men Kelas Kontrol

(5)

Pada kelas kontrol, terlihat kesungguhan siswa masih kurang. Siswa sudah mau mengikuti proses pembelajaran biologi sampai akhir pembelajaran tetapi siswa tidak memperhatikan secara sungguh-sungguh ketika guru menjelaskan materi didepan kelas, ada sebagian siswa yang meribut dan berbicara dengan teman sebangkunya, ada juga beberapa siswa yang berjalan- jalan didalam kelas sehingga menggangu konsentrasi siswa yang lain. Sehingga konsentrasi dan minat siswa dalam belajar menjadi kurang. Jika guru berhasil merangsang keingintahuan di antara siswa, mereka akan juga menemukan kesediaan di antara siswa untuk belajar dan berperilaku baik (Febriyanti &

Seruni, 2014 : 247).

Pada indikator kedua yaitu aspek kemauan dalam belajar biologi, pada kelas eksperimen siswa telah memperlihatkan kemauannya dalam belajar biologi terlihat dari siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik. Sehingga sudah terlihatnya kemauan siswa dalam pembelajaran yang diterapkan guru. Pada kelas kontrol kemauan dalam belajarnya masih kurang.

Metode ceramah yang digunakan guru mengakibatkan siswa cepat merasa bosan pada saat pembelajaran berlangsung, ada

sebagian siswa yang sibuk dengan kegiatannya sendiri, pada saat guru bertanya ada yang tidak mendengarkan.

Indikator keempat yaitu aspek rasa peduli pada kelas eksperimen juga baik, Siswa dan temannya sudah saling memberikan informasi atau saling bertukar informasi tentang materi yang sedang dibahas, terlihat disini sudah adanya rasa kepedulian disaat proses pembelajaran.

Pada indikator kelima yaitu karakter dalam belajar biologi pada kedua kelas sampel masih kurang, terlihat pada saat mengerjakan kuis yang diberikan guru banyak siswa yang mencontek, artinya mereka tidak mengerjakan secara mandiri atau secara individu. Terlihat siswa belum disiplin dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga mereka tidak suka dalam mempelajarinya (Wulandari dkk, 2014 : 26).

2. Ranah Kognitif

Berdasarkan hasil analisis jawaban siswa pada tes akhir, maka diperoleh rata-

(6)

rata hasil belajar siswa seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Nilai Rata-Rata TesAkhir Ranah Kognitif Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

BerdasarkanGambar2 terlihat bahwa hasil belajar biologi siswa pada materi fotosintesis dan gerak pada tumbuhan kelas eksperimen memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen pada materi fotosintesis dan gerak pada tumbuhan dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning disertai media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Rata- rata nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada hasil belajar siswa pada kelas kontrol yang menggunakan metode

ceramah dan tanya jawab. Hal ini dapat terlihat dari nilai rata-rata tes akhir kelas eksperimen yaitu 76,57 dan pada kelas kontrol 69,93. Model Discovery Learning membuat siswa lebih aktif dalam belajar, karena dengan model ini maka pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh oleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari hasil menemukan sendiri ( Kadri & Meika Rahmawati, 2015:32).

Penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dalam proses pembelajaran membuat siswa lebih mudah memahami tentang materi fotosintesis dan gerak pada tumbuhan, karena pada model pembelajaran Discovery Learning ini siswa mengidentifikasi sendiri masalah-masalah yang mereka temukan. Pada model pembelajaran Discovery Learning ini siswa melakukan kegiatan diskusi di dalam kelompok, sehingga pada saat proses pembelajaran siswa dapat bekerja sama dan saling berbagi informasi. Hal ini dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam belajar dan meningkatkan cara berfikir siswa sehingga terjadi peningkatan dalam pembelajaran.

Penentuan peningkatan prestasi belajar kognitif siswa adalah pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari melalui

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Kelas VIII.1 Kelas VIII.2 76,57

69,93

Nilai Rata-Rata

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

(7)

kegiatan penyelidikan atau praktikum (Azizi, Suciati & Maridi, 2014: 15).

Selain itu peranan media pembelajaran pada penelitian ini juga sangat membantu siswa dalam belajar.

Media gambar yang digunakan pada kelas eksperimen adalah salah satu hal yang meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan media gambar pada saat pembelajaran ternyata dapat menarik perhatian siswa sehingga memicu minat siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik, karena pada materi fotosintesis dan gerak pada tumbuhan ini media gambar sangat berperan penting untuk membahas proses fotosintesis dan gambar tentang berbagai macam gerak yang terjadi pada tumbuhan yang tidak semua gerak dapat diamati siswa secara langsung. Hasil belajar yang meningkat dipengaruhi oleh cara guru dalam menyampaikan materi pada saat proses belajar mengajar berlangsung (Sukardi, 2015: 7).

Pada kelas kontrol dengan penerapan metode ceramah dan tanya jawab siswa hanya cenderung mendengarkan guru menjelaskan pembelajaran didepan kelas saja dan hanya sebagian siswa yang melakukan tanya jawab pada saat pembelajaran berlangsung. Pada kelas kontrol ini

kebanyakan siswa tidak berani bertanya meskipun ada materi yang tidak mereka pahami. Kelemahan pembelajaran pada kelas kontrol ini adalah kurangnya keinginan serta minat siswa untuk belajar aktif dan mandiri, hanya beberapa siswa yang mau bertanya kepada guru sehingga pembelajaran kurang terlaksana dengan baik.

Melalui ceramah sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan.

Terlihat dari nilai rata-rata kelas kontrol lebih rendah dari kelas eksperimen. Pada proses pembelajaran berlangsung siswa kurang aktif hanya menunggu dan menerima dari guru saja, tidak ada umpan balik sehingga proses pembelajaran kurang terlaksana dengan baik.

Pengajaran yang memuaskan keingintahuan anak jauh lebih memotivasi dengan efektif daripada memaksa mereka untuk mengerjakan tugas-tugas yang mereka anggap tidak relevan dan membosankan. Oleh karena itu cara guru berinteraksi dengan anak dan cara mengajarnya itu penting dalam mencegah perilaku tak pantas (Febriyanti & Seruni, 2014 : 247).

(8)

3. Ranah Psikomotor

Berdasarkan hasil psikomotor siswa pada maka diperoleh data seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Penilaian Ranah Psikomotor Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

Dari Gambar 3 diketahui bahwa nilai rata-rata psikomotor pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata psikomotor kelas kontrol.

Hasil belajar pada ranah psikomotor pada kelas eksperimen dinilai dari laporan hasil pengamatan gambar dan pada kelas kontrol dinilai dari hasil resume yang dibuat. Hasil penilaian psikomotor kelas eksperimen lebih rendah dari kelas kontrol yaitu memiliki rata-rata 89,91, sedangkan pada kelas kontrol memiliki rata-rata 92,08. Kemampuan psikomotorik dipengaruhi oleh kemampuan afektif siswa. Hal ini membuktikan bawa kemampuan afektif memiliki keterkaitan dan mempengaruhi

kedua ranah yang lainnya ( Octavia, 2015:

2).

Ranah psikomotor dinilai dari 2 aspek yaitu Kelengkapan isi laporan dilihat dari komponen identitas dan isi laporan yang sistemastis sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil penilaian terlihat bahwa masih ada beberapa laporan yang dibuat siswa kurang lengkap dan tidak relevan dengan tujuan pembelajaran. Siswa mengalami kesulitan dalam membuat pertanyaan dan merumuskan hipotesis, karena siswa belum terbiasa dengan langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning yang diterapkan oleh guru. Penilaian pada aspek penulisan dinilai dari isi laporan ditulis dengan rapi, jelas dan bersih.

Berdasarkan hasil laporan sudah dibuat secara jelas sehingga tidak sulit untuk dibaca, tetapi ada beberapa laporan yang kerapiannya masih kurang, terlihat dari masih banyak coretan-coretan pada laporan sehingga laporan kurang bersih.

Berdasarkan hasil penilaian pada kelas kontrol terlihat pada resume yang dibuat siswa sudah lengkap dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. siswa tidak begitu kesulitan dalam membut resume, karena sebelumnya guru sudah terlebih dahulu menjelaskan materi didepan kelas dan siswa juga bisa membaca buku

80,91 71,5 80,83

69,72

0 20 40 60 80 100

Nilai Rata-Rata

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

(9)

sumber sebagai panduan dalam membuat resume sehingga lebih mudah dalam mengerjakannya. Resume dibuat lebih rapi, jelas dan lebih bersih sehingga resume yang dibuat siswa lebih mudah untuk dibaca. Peran dan tugas belajar dari seorang pelajar ini haruslah muncul dalam diri setiap pelajar ( Sartono, 2014:1).

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Discovery Learning disertai media gambar dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 33 Padang tahun pelajaran 2016/2017.

DAFTAR PUSTAKA

Azizi, Suciati dan Maridi. 2014.

Pembelajaran Biologi Dengan Model Pbl Dengan Metode Eksperimen Disertai Teknik “Vee Diagram” Dan “Fishbone Diagram” Ditinjau Dari Aktivitas Dan Kreativitas Belajar Siswa.

Jurnal Inkuiri, vol 3, No.1, 8-18.

Febriyanti & Seruni. 2014. Peran Minat Dan Interaksi Siswa Dengan Guru Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. Jurnal Formatif, 4(3), 245-254.

Kadri & Meika Rahmawati. 2015.

Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Suhu Dan Kalor. Jurnal

Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan, Vol. 1 No.1, 29- 33.

Kemendikbud. 2014. Model

Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning).

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Jakarta.

Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP Press.

.

Octavia, F. 2015. Analisis Kemampuan Siswa Kelas X. Jurnal Fisika Dan Pendidikan Fisika: Vol 1, No.2.

Sadirman. 2012. Media pendidikan.

Jakarta: Pustekkom Dikbud Dan rajagrafindo Prsada.

Sanjaya, Wina. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana. 2005. Metoda Statistik.

Bandung: Tarsito Bandung.

Sudijono. (2012). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sartono, Y. 2014. Peningkatan Tanggung Jawab Belajar Melalui Layanan Penguasaan Konten Dengan Teknik Role Playing. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas: Vol 16, No.2

Sukardi, I. 2015. Pengaruh Metode Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Kelas Vii Di Mts Putra Mandiri. Jurnal Bioilmi, Vol 1. No. 1.

Wulandari, Sutrisno Dan Pudjo Suharso.

2014. Analisis Kesulitan Belajar

(10)

Akuntansi Pada Materi Jurnal Penyesuaian (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS Di SMA Negeri 1 Pakusari Tahun Ajaran 2013-2014). Jurnal Edukasi

UNEJ, 1(2), 23-2

Referensi

Dokumen terkait

4.4.3 Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning dan Pada Kelas Kontrol