• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DISERTAI LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

(LKPD) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA N I KOTO XI TARUSAN

Laxmi Permata Sari Suardi 1, R.R.P Megahati 2, Evrialiani Rosba 2

1 Mahasiswa Program studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2 Dosen Program studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat ayylis.mee@gmail.com

ABSTRACT

This research background of the lack of interest of the students in the learning process, students are less confident transform and asks also issue an opinion, the methods often used the method of discussion lecture and question and answer things have an impact on the average value of daily test students on the material the immune system, which is under Minimum criteria for completeness of 80. To overcome these problems, use cooperative learning model Think Pair Share with Worksheet Students. This study aims to determine the application of cooperative learning model Think Pair Share with Worksheet Students on learning outcomes biology class XI IPA SMAN 1 Tarusan. This research is an experimental research study design Randomized Control-Group Posstest Only Design.The sampling technique used purposive sampling so that the selected class is Class XI4 Science experiment and a control class XI5. Data analysis techniques using t-test. Cognitive instrument used was a written test in the form of objective matter. Affective rated sheet observation attitude, while psychomotor is a discussion report. The results of the data analysis at 95% confidence level (α = 0.05) obtained data on the cognitivet = 3.20 and ttable = 1,69, fort>ttable then the results of the experimental study biology grade higher than the grade control, this means that the hypothesis is accepted. The average value of cognitive experimental class is 80.31, while the average value adalah73,8 control class. The average grade is 89.53 affective experimental class with a predicate A and class B.

controls 82.26 predicate psychomotor Rate experimental class average value is 85.73 with the predicate B, and the control class is 84.72 with honors B. It can be concluded that the implementation of cooperative learning model Think Pair Share with Worksheet students can improve learning outcomes biology class XI IPA SMAN 1 Koto XI Tarusan.

Keywords: Tthink Pair Share, Student Worksheet, Student Learning Outcomes PENDAHULUAN

Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan di SMA N 1 Tarusan pada bulan

januari 2017 dengan 2 orang guru Biologi kelas XI IPA, diperoleh informasi bahwa masih kurang minat siswa dalam proses pembelajaran, siswa kurang berani dan kurang

(2)

2

percaya diri untuk bertanya juga mengeluarkan pendapat. Hal ini menyebabkan siswa kurang menguasai konsep-konsep dasar dengan baik, serta proses pembelajaran yang diberikan oleh guru di dalam kelas kurang menarik, dilihat dari metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru adalah metode ceramah, diskusi dan tanya jawab yang masih mengarah kepada Guru (Teacher center learning) kurang variasi metode pembelajaran yang digunakan guru mengakibatkan siswa kurang aktif hal ini dapat dilihat pada saat berdiskusi hanya beberapa siswa saja yang terlihat aktif, sedangkan siswa yng lain tidak peduli dengan diskusi kelompoknya.

Jika dilihat dari hasil belajar siswa masih rendah dibawah KKM KD materi sistem imun yaitu 80, pada mata pelajaran biologi. Dilihat dari rata-rata ulangan harian pada materi sistem imun pada tahun pelajaran 2015-2016 pada kelas XI IPA 1;

(64,97), kelas XI IPA 2; (62,75), kelas XI IPA 3; (65,59), kelas XI IPA 4;

(64,56), kelas XI IPA 5; (64,4), dan kelas XI IPA 6; (66,36). Dari ke 6 kelas tersebut rata-rata ketuntasan

siswa ialah 12,56% dari 223 siswa.

Pada materi sistem imun ini siswa belum memahami betul konsep dari materi sistem pertahanan tubuh, serta siswa kurang memahami mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing.

Untuk mengatasi permasalahan diatas maka diperlukanlah model pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, serta siswa dapat memahami konsep- konsep dengan baik pada materi sistem imun. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan ialah model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share adalah model pembelajaran kooperatif yang dapat memberi siswa waktu untuk berfikir sendiri, merespons serta saling bantu satu sama lain. Ada tiga ciri-ciri utama dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yaitu Tahap Think (yaitu berfikir secara individual), Tahap Pair (yaitu tahap mendiskusikan dengan berpasangan), kemudian Tahap Share (berbagi jawaban kepada pasangan lain di depan kelas). Tujuan dari

(3)

3

pembelajaran ini yaitu siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran, tidak ada siswa yang tidak ikut bekerja di dalam kelompoknya, serta siswa berani berpendapat dan menghargai pendapat teman.

Langkah-langkah Think Pair Share menurut Lufri (2007:54) yaitu 1)Thingking, guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian anak didik diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat, 2) Pairing, guru meminta anak didik berpasangan dengan temannya untuk mendiskusikan sekitar 4-5 menit apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. 3) Sharing, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi ide, informasi, pengetahuan atau pemahaman dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini dilakukan secara bergiliran pasangan demi pasangan sampai sekitar 25% pasangan mendapatkan kesempatan.

Untuk dapat memahami materi pelajaran selain dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat juga membutuhkan media pembelajaran.

Karena media pembelajaran dapat membantu siswa lebih memahami materi pelajaran, salah satu media yang digunakan adalah LKPD, lembar kerja peserta didik (LKPD) ini membantu siswa untuk memahami suatu konsep, siswa memperoleh ringkasan materi yang sedang dipelajari, serta dapat membantu siswa untuk menambah pengetahuan dan memahami materi pelajaran.

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu bahan ajar yang berbasis cetakan. LKPD digunakan untuk membantu siswa dalam mencapai kompetensi dasar.

LKPD disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Hal ini mengakibatkan LKPD harus dibuat oleh guru bidang studi yang bersangkutan agar kegiatan pembelajaran menjadi bermakna.

Selain itu, jika LKPD disusun oleh guru, format LKPD dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi pembelajaran sehingga keberadaannya membuat siswa dapat memaksimalkan

pemahaman dalam upaya

pembentukan kemampuan dasar sesuai

(4)

4

indikator pencapaian yang ditempuh.

Guru yang mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman siswa, LKPD yang disusun oleh guru dapat membuat siswa memberdayakan pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh serta membuat siswa dapat mengaitkan konsep yang satu dengan yang lain (Pusfarini, 2016: 18).

Berdasarkan masalah yang ditemukan di SMA N 1 Tarusan maka penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) disertai Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA N 1 Koto XI Tarusan”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai LKPD terhadap hasil belajar siswa kela XI IPA SMA N 1 Koto XI Tarusan pada ranah afektif, ranah kognitif, dan ranah psikomotor.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017 di SMA N 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir

Selatan Tahun pelajaran 2016-2017.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA N 1 Koto XI Tarusan yang terdiri dari 6 kelas tahun peajaran 2016/2017, Sampel dalam penelitian ini menggunakan dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menentukan kelas sampel yaitu menggunakan teknik Purposive Sampling. Untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara acak, dan terpilihlah kelas XI IPA4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA5

sebagai kelas kontrol.

Instrumen penelitian pada ranah afektif yaitu melalui observasi sikap yang dinilai pada 2 aspek penilaian yaitu 1) bertanggung jawab, 2) menghargai pendapat teman dalam proses diskusi, pada ranah kognitif yaitu pengetahuan dalam bentuk soal ojektif pilihan ganda dengan soal sebanyak 30 butir, dan ranah psikomotor berupa penilaian produk yang dinilai ada 2 aspek yaitu: 1) kerapian tulisan, 2) kelengkapan isi laporan diskusi. Teknis analisis data menggunakan uji normalitas memakai

(5)

5

uji Lillieford, uji homogenitas, dan uji hipotesis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Ranah Afektif

Hasil nilai ranah afektif perindikator pada penilaian observasi sikap dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik nilai rata-rata ranah afektif kelas sampel Berdasarkan Gambar 2 diatas rata-rata nilai ranah afektif kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol, dilihat masing-masing indikator pada kelas eksperimen, pada indikator bertanggung jawab yaitu 89,38, dan indikator menghargai pendapat teman dalam proses diskusi yaitu 84,17, sedangkan pada kelas kontrol pada indikator bertanggung

jawab yaitu 80,56, dan indikator menghargai pendapat teman dalam proses diskusi yaitu 79,40

Dari data penelitian pada ranah afektif yang diperoleh dari pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu dalam tiga kali pertemuan.

Pengamatan dilakukan oleh observer, hasil penelitian menunjukkan secara umum bahwa sikap siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) lebih tinggi daripada kelas dengan pembelajaran secara konvensional.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Gambar 2, nilai yang tertinggi yaitu terdapat pada kelas eksperimen, dilihat dari indikator pertama bertanggung jawab, dimana siswa bertanggung jawab dalam mengerjakan LKPD baik secara individu maupun kelompok, dan indikator kedua menghargai pendapat teman dalam proses diskusi pada aspek ini siswa menerima, mendengarkan dan menghargai pendapat teman dalam proses didkusi, dengan nilai rata-rata berada pada

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Rata-rata Penilaian Ranah Afektif

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 89,38 80,56 84,17 79,40

Bertanggung jawab

Menghargai pendapat teman dalam proses

(6)

6

predikat sangat baik, dan baik.

Tingginya rata-rata nilai pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai Lembar Kerja Peerta Didik (LKPD), dimana siswa dituntut aktif dalam berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru. Selain itu siswa dan guru juga saling berkomunikasi, siswa tidak takut bertanya didalam proses pembelajaran, dimana selama proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator.

Kerjasama dalam pasangan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai Lembar Kerja Peerta Didik (LKPD) dalam proses pembelajaran dilihat pada rata-rata nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini dapat terjadi karena pada kelas eksperimen siswa saling bekerjasama dengan pasangan untuk mendiskusikan jawaban yang ada pada lembar LKPD. Pada kelas eksperimen ini guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai Lembar Kerja Peerta Didik (LKPD), siswa dituntut untuk bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas individu

(Think), serta bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas kelompok (Pair), dan juga siswa menerima, mendengarkan dan menghargai pendapat teman saat proses diskusi, jika siswa tidak menerima, tidak mendengarkan dan tidak menghargai pendapat teman dalam proses diskusi, siswa akan sulit mengerti pelajaran yang diberikan oleh guru karena pada kelas eksperimen ini siswa yang berperan penuh dalam mengerjakan tugas.

Pada kelas kontrol rata-rata nilai lebih rendah karena pada kelas kontrol siswa melakukan diskusi kelompok dengan anggota 7-8 orang dan mengumpulkan laporan diskusi, pada saat diskusi kelompok berlangsung siswa tidak begitu tertarik dalam berdiskusi menjawab soal dikarenakan pembelajaran ini sudah sering dilakukan, sehingga siswa merasa bosan dan meribut, sehingga ada siswa yang mengganggu temannya dalam mengerjakan tugas pada saat pembelajaran berlangsung, menurut Surayya (2014) model TPS dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, hal ini didasakan ada tahapan

(7)

7

pembelajaran yang diliki oleh model ini.

Menurut Latisma (2011:192) ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, ranah afektif mencakup watak prilaku seperti prasaan, minat, sikap, emosi, konsep diri, nilai serta moral. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti, perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinanya dalam mengikuti proses pembelajaran, motovasi yang tinggi. Ranah afektif juga menentukan keberhasilan belajar seseorang.

Menurut Slameto (2010:188) sikap menentukan bagaimana individu bereaksi tehadap situasi serta apa yang dicari dalam kehidupn, sikap mengandung tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku.

2. Ranah Kognitif

Hasil penilaian tes akhir peserta didik kelas eksperimen dan kelas kotrol dapat dilihat pada gambar 3.

Dimana rata-rata nilai peserta didik di kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

Gambar 3. Grafik nilai rata-rata ranah kognitif

Berdasarkan Gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai Lembar Kerja Peserta Didik rata-rata nilai kognitif kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu, kelas eksperimen80,31 sedangkan kelas kontrol 73,8.

Hasil penelitian pada kedua sampel didapat hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, dengan tes yang diberikan yaitu tes objektif pilihan ganda. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan pada kelas eksperimen yang menggunakan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Rata-rata Penilaian Ranah Kognitif

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 73,81

80,31

(8)

8

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai Lembar Kerja Peerta Didik (LKPD) siswa yang tuntas sebanyak 27 siswa dari 39 orang siswa dengan ketuntasan 69,23%. Sedangkan pada kelas kontrol siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa dari 35 orang siswa dengan ketuntasan 51,42% pada kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah.

Hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai Lembar Kerja Peerta Didik (LKPD) didapat banyaknya siswa yang tidak tuntas yaitu 12 siswa dari 39 orang siswa dengan persentase 30,76%. Tes akhir yang diberikan kepada siswa berupa tes objektif dengan jumlah soal 30 soal, pada kelas eksperiman nilai tertinggi yaitu 93,33 dan nilai terendah adalah 66,67. Pada kelas kontrol nilai tertinggi 90 dan nilai yang terendah adalah56,67.

Tingginya hasil belajar di kelas eksperimen tentu saja tidak terlepas dari usaha yang dilakukan siswa dalam proses belajar.

Dilihat dari hasil penelitian bahwa banyak peningkatan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran biologi di

setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama peneliti melihat bahwa kegiatan siswa tidak banyak mengalami perubahan, diliha pada saat peneliti membagikan LKPD pada tahapan Think siswa disuruh untuk menjawab pertanyaan secara sendiri- sendiri, tetapi masih ada beberapa siswa yang mencontoh ke teman sebelah. Kemudian pada saat berpasangan, ada siswa yang tidak mendapatkan pasangan dikarenakan ada temannya yang tidak hadir.

Kemudian pada tahapan Share siswa disuruh kedepan untuk menampilkan hasil tahapan Pair ke depan kelas, awalnya siswa tidak mau mengacungkan tangan. Hal ini karena siswa masih malu dan canggung, siswa merasa takut disalahkan oleh teman dan guru. Diakhir proses pembelajaran guru melakukan evaluasi berupa kuis untuk mengetahui sampai dimana siswa memahami pelajaran yang sudah diajarkan. Pada awal melakukan kuis siswa terkejut karena pada proses pembelajaran dengan guru yang biasa mengajar tidak ada dilakukan kuis di akir pembelajaran. Kemudian guru juga memberikan penghargaan kepada

(9)

9

2 orang siswa berdasarkan nilai kuis yang tertinggi, penghargaan berupa sepasang pena untuk masing-masing siswa. Dengan diadakannya kuis dan memberikan penghargaan ini siswa lebih termotivasi untuk belajar.

Pada pertemuan selanjutnya siswa mulai menunjukkan peningkatan yang cukup bagus, karena pada tahapan Think siswamulai mengerjakannya sendiri-sendiri, dan pada saat tahapan Pair siswa mendiskusikan jawaban dengan pasangan, serta pada tahapan Share siswa mulai berani untuk mengacungkan tangan agar mendapatkan giliran tampil kedepan.

Peneliti juga melihat bahwa siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai Lembar Kerja Peerta Didik (LKPD), lebih bersemangat dan termotivasi mengikuti pembelajaran, siswa tidak lagi menunggu jawaban dari teman tetapi berusaha secara mandiri untuk menyelesaikannya, bila mendapat kesulitan dalam berdiskusi berpasangan siswa bisa saling melengkapi jawaban pada tahapan Share dan mengajarkan ke siswa lainnya sehingga meningkatkan hasil

belajar siswa, hal ini sesuai dengan pendapat Yusuf (2012:21) dalam Rezki (2012) bahwa model Think Pair Share dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain.

Peningkatan hasil belajar tersebut dikarenakan oleh proses pembelajaran mereka yang dituntut aktif baik secara individu dan juga kelompok (berpasangan), selain itu siswa juga dituntut untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kedepan kelas dan siswa lainnya menyimak apa yang disampaikan temanya. Menurut Shoimin (2014:211) kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yaitu TPS mudah diterapkan di berbagai jenjang pendidikan dan dalam tiap kesempatan, menyediakan aktu berfikir untuk meninggalkan kualitas respon siswa, siswa menjadi lebih aktif dalam berfikir mengenai konsep dalam mata pelajaran, siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi, siswa dapat belajar dari siswa lain, setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai

(10)

10

kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan idenya. Adapun siswa yang tidak tuntas pada kelas eksperimen ada 12 siswa dengan persentase 30,76%. Adapun kelemahan dari model pembelajaran TPS ini yaitu banyak siswa yang melapor dan perlu dimonitor, lebih sedikit ide yang muncul dan jika terjadi perselisihan tidak ada penengah dalam kelompok, selain itu menurut Bachtiar, 2014 dalam Didimus (2017) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran TPS memiliki beberapa kelebihan diantaranya memungkinkan untuk dibentuk kelompok siswa yang heterogen, memberikan kesempatan untuk saling mengajar, saling mendukung, serta membangun interaksi antar ras, etnik, dan gender.

Pada kelas kontrol berjumlah 35 siswa, siswa yang tuntas adalah 18 siswa dengan persentase 51,42%, sedangakan siswa yang tidak tuntas adalah 17 siswa dengan persentase 48,57%. Pelaksanaan pembelajaran dikelas kontrol dilakukan sesuai dengan metode pembelajaran yang biasa ditetapkan oleh guru SMA N 1 Tarusan. Di kelas kontrol melaksanakan pelajaran dengan

menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab, pembelajaran hanya berpusat kepada guru. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa juga kurang aktif untuk menyampaikan ide-ide mereka tentang materi pembelajaran, hal ini menyebabakan siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran.

Menurut Latisma (2011:188) ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak), ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya, kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan menevaluasi. Dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), meningkatkan hasil belajar siswa, serta terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru yang mengajar. LKPD dijadikan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah siswa dalam proses belajar mengajar serta dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam peningkatan hasil belajar. Hal

(11)

11

ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2010:107) mengatakan bahwa tingkat keberhasilan belajar mengajar dikatakan baik apabila bahan pelajaran yang diajarkan antara 60% sampai 75% dapat dikuasai oleh siswa.

3. Ranah Psikomotor

Hasil nilai ranah psikomotor perindikator pada penilaian lembaran laporan hasil diskusi dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Nilai ranah psikomotor kelas sampel

Berdasarkan Gambar 4 diatas rata-rata nilai ranah psikomotor kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol, dilihat masing-masing indikator pada kelas eksperimen, pada indikator kerapian tulisan yaitu 82,29 dan indikator kelengkapan isi laporan

diskusi yaitu 89,17, sedangkan pada kelas kontrol pada indikator kerapian tulisan yaitu 83,10, dan indikator kelengkapan isi laporan diskusi yaitu 86,34

Data penelitian pada ranah psikomotor pada kelas eksperimen adalah mengerjakan pertanyaan- pertanyaan yang ada pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), sedangkan pada kelas kontrol yaitu dengan membuat laporan hasil diskusi kelompok. Rata-rata nilai perindikator pada ranah psikomotor dapat dilihat pada Gambar 4, rata-rata nilai psikomotor eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dengan nilai 85,73 dan kelas kontrol 84,72, selisih nilai hanya sedikit.

Penilaian keterampilan siswa didapatkan melalui skor yang diperoleh dibagi skor tertinggi dan dikalikan seratus, indikator pada ranah psikomotor ini ada 2 yaitu: indikator pertama kerapian tulisan dan indikator kedua kelengkapan isi laporan diskusi.

Pada indikator kerapian tulisan yang dinilai adalah kerapian hasil laporan diskusi, dengan tulisan yang jelas (dapat dibaca) dan bersih (tidak ada

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kerapian Tulisan Kelengkakan Isi Laporan Diskusi Rata-rata Penilaian Ranah Psikomotor

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

82,29 89,17

83,10 86,34

(12)

12

coretan dan tip-x) kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen, dikarenakan penilaian pada kelas kontrol yaitu dari hasil lembaran laporan diskusi kelompok yang terdiri dari 7-8 orang, maka nilai laporan tersebut merupakan nilai untuk semua anggota kelompok, jika nilai pada aspek kerapian tulisan 4 maka semua anggota kelompok mendapatkan nilai 4, dan pada laporan diskusi kelas kontrol semua tulisan ditulis rapi jelas dan tidak ada noda tipe-x, rata-rata nilai kelas kontrol yaitu 83,10 dan kelas eksperimen 82,29 dengan selisih yang signifikan.

Pada indikator yang kedua yaitu kelengkapan isi laporan diskusi yang dinilai yaitu kelengkapan isi laporan diskusi, sesuai dengan tujuan pembelajaran dan relevan dengan teori. Rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Rata-rata nilai eksperimen adalah 89,17 dan kelas kontrol 86,34, rata- rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dikarenakan jawaban yang dibuat siswa sudah lengkap, sesuai dengan tujuan pembelajaran dan relevan dengan teori, sedangkan pada kelas kontrol laporan yang dibuat

perkelompok sudah lengkap, sesuai dengan tujuan pembelajaran, tetapi tidak relevan dengan teori, jadi menyebabkan rata-rata nilai kelas kontrol lebih rendah daripada kelas eksperimen. Menurut Latisma (2011:202) psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu, ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan memanipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan, bahwa penerapan model pembelajran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) disertai Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dapat meningkatkan hasil belajar sisw kelas XII IPA SMA N 1 Tarusan pada ranah afektif, kognitif dan psikomotor.

DAFTAR PUSTAKA

Didimus. 2017. Gabungan Model Pembelajaran Cooperative Script dan Think-Pair-Share mampu Memberdayakan Hasil

(13)

13

Belajar Kognitif Biologi Seluruh Etnis Siswa SMA di Kota Samarinda. Jurnal. Volume 10 (1)

Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2010. Srategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Latisma, Dj. 2011. Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP Press

Lufri, dkk. 2007.Strategi Pembelajaran Biologi. Padang:

Universitas Negri Padang.

Rezki, S. A. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (Tps) Dengan Media Animasi terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Reproduksi Tumbuhan Lumut (Bryophyta) dan Paku (Pteridophyta) di Kelas X SMA Negeri 2 Palembang. Jurnal. Volume 3 (2).

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inofatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Surayya. 2014. Pengaruh Model Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Keterampilan Berfikir Kritis Siswa. Jurnal. Volume 4.

Pusparini. 2016. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Yang Mengakomodasi Gender Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Siswa SMP Pada Materi Sistem Sains. Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil Pretes diperoleh nilai rata-rata dari hasil Pretest belajar siswa kelas V SD Negeri 48 Garutu Kabupaten Enrekang sebelum penerapan model pembelajaran

Contoh Lembar Jawaban Postest Kelas Eksperimen 2 Jadi, dari rata-rata hasil belajar sisiwa dapat disimpilkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran