• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Problem Based ... - Jurnal FKIP UNTAD

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Penerapan Model Problem Based ... - Jurnal FKIP UNTAD"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

53

Penerapan Model Problem Based Learning dalam Mata Pelajaran

Teknik Las SMAW untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Application of Problem Based Learning Model in the Subject of SMAW Welding Techniques to Improve Student Learning Outcomes

Yacob Rombe

SMK Negeri 3 Palu, Palu, Indonesia Abstrak

Kata Kunci

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model Problem Based Learning pada mata pelajaran teknik las SMAW pada siswa kelas XI pengelasan SMKN 3 Palu. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 32 siswa kelas XI Las SMKN 3 Palu tahun pelajaran 2018/2019. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes. Hasil penelitian siklus I, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 20 orang dengan rata-rata hasil belajar 72,06 dan persentase klasikal 62,50. Terjadi peningkatan pada siklus II dengan siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 27 siswa, rata-rata hasil belajar 85 dan persentase klasikal 84,37%.

Terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas XI Las dengan persentase peningkatan sebesar 21,87% dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar ini terjadi akibat penerapan model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran teknik pengelasan SMAW pada siswa kelas XI pengelasan di SMKN 3 Palu.

Pembelajaran berbasis masalah, teknik pengelasan SMAW, Sekolah kejuruan

Abstract The purpose of this study was to determine the increase in student learning outcomes by applying the Problem Based Learning model to the subjects of the shield metal arc-welding technique in class XI welding SMKN 3 Palu. This classroom action research (CAR) consists of 2 cycles, each of which goes through the stages of planning, implementing, observing and reflecting. The subjects of this study were 32 students of class XI Las SMKN 3 Palu in the 2018/2019 academic year. The research instrument used was a test. The results of the research in the first cycle, the number of students who completed as many as 20 people with an average learning outcome of 72.06 and a classical percentage of 62.50. There is an increase in cycle II with students who complete learning has increased to 27 students, the average learning outcome is 85 and the classical percentage is 84.37%. There was an increase in the learning outcomes of class XI Las students with an increase in the percentage of 21.87% from cycle I to cycle II. The increase in learning outcomes occurred due to the application of the problem based learning model in the subject of SMAW welding techniques in class XI welding at SMKN 3 Palu.

Keywords Problem based learning, SMAW welding technique, Vocational schools

Corresponding Author*

E-mail: yacobbro@gmail.com

Received 07 January 2020; Revised 01 February 2020; Accepted 03 March 2021; available Online 18 March 2021 doi:

1. Pendahuluan

Membangun suatu bangsa diperlukan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam menciptakan SDM yang berkualitas. Pendidikan abad 21 merupakan konsep pendidikan yang banyak dikembangkan oleh berbagai instansi pendidikan di seluruh dunia, demikian pula di Indonesia. Pendidikan abad 21 memngusung konsep bahwa siswa tidak hanya dibekali kemampuan kognitif saja karena melihat perkembangan persaingan dunia kerja. Sekolah

(2)

54 sebagai pelaksanan pendidikan harus membenahi sistem pendidikannya yang akan mampu memenuhi tantangan dunia kerja abad 21.

Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pendidikan kejuruan, dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berperan dalam menyiapkan sumber daya manusia khususnya tenaga kerja tingkat menengah. Untuk mewujudkan hal tersebut maka perlu adanya peningkatan kualitas belajar mengajar. Hasil belajar merupakan salah satu indicator adanya peningkatan kualitas belajar mengajar. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain factor dari luar (eksternal) dan factor dari dalam (internal). Salah satu factor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah model pembelajaran.

Model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan peserta didik berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri peserta didik (Sobandi, 2008). Maka guru harus mampu memilih model pembelajaran yang cocok dengan karakteristik materi yang akan disampaikan. Model pembelajaran akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran, termasuk dalam mata pelajaran Teknik Las SMAW.

Standar kompetensi teknik pengelasan SMAW yang diterapkan untuk tingkat siswa SMK jurusan Teknik Pengelasan yaitu didasarkan pada silabus Las Busur Manual yang mengacu pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Teknik Pengelasan Busur Manual. Pada kurikulum Teknik Pengelasan Busur Manual terdapat 4 Kompetensi Inti yang dibagi menjadi 11 Kompetensi Dasar. Salah satu Kompetensi Dasar Las Busur Manual (SMAW) pada poin 4.1 adalah melakukan pengelasan pelat dengan pelat pada sambungan sudut dan tumpul posisi di bawah tangan, posisi mendatar dan posisi vertikal dengan las busur manual (SMAW).Kompetensi tersebut merupakan kompetensi dasar untuk menjadi seorang pengelas yang berkompetensi dengan tingkat siswa SMK. Sehingga kompetensi tersebut sangat penting untuk dikuasai bagi seorang welder dengan tingkat siswa SMK. Namun kenyataannya siswa belum memiliki kemampuan dalam kompetensi teknik pengelasan SMAW yang berdampak pada hasil belajar yang belum optimal.

Observasi yang dilakukan di pada siswa kelas XI Las SMKN 3 Palu, pada proses pembelajaran teknik Las SMAW guru masih menerapkan model pembelajarn ceramah (konvensional) dan bersifat teacher centered dalam hal ini guru sebagai satu-satunya sumber informasi belajar dan aktif menyampaikan informasi kepada siswa. Pembelajaran cenderung monoton, siswa terlihat pasif dan pembelajarn menjadi kurang menarik.

Akibatnya kemampuan siswa memahami materi sangat rendah dan siswa tidak menguasai mata pelajaran teknik Las SMAW yang diikutinya. Kondisi pembelajaran yang monoton membuat siswa akan menjadi jenuh dan bosan serta tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga berdampak pada hasil belajar yang ditunjukan yaitu 80% siswa mendapatkan nilai dibawah kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.

Pentingnya mata pelajaran teknik Las SMAW maka diperlukan suatu upaya perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran tersebut. Perbaikan yang akan membuat siswa mampu memahami materi yang diberikan serta menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran Teknik las SMAW. Dengan demikian guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam mendesain pembelajaran agar peserta didik termotivasi dan merasa senang selama pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, harus ada upaya-upaya dari guru tentang bagaimana mengembangkan pembelajaran agar pembelajaran menjadi menarik,

(3)

55 menyenangkan, memotivasi siswa untuk belajar mandiri. Salah satunya adalah dengan menggunakan model Problem based learning. Problem Based Learning merupakan salah satu motode pembelajaran yang layak dikembangkan seiring dengan tuntutan pembelajaran dalam penerepan kurikulum 2013 (Sofyan & Komariah, 2016)

Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan salah satu jenis ciri dari pendekatan kontekstual, yang mana konsep belajarnya adalah mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu, dengan menerapkan Problem Based Learning, masalah yang digunakan dapat membantu siswa untuk belajar berpikir kritis dan terampil dalam pemecahan masalah, sehingga mereka memperoleh pengetahuan dan konsep-konsep esensial dari materi pembelajaran (Abidin, 2009).

Penerapan Problem Based Learning memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan perhatiannya, sehingga dalam proses pembelajarannya siswa akan terlibat intensif dan aktif, yang pada akhirnya bisa membuat siswa untuk terus belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar.

Penerapan Problem Based Learning pada mata pelajaran Teknik Las SMAW merupakan salah satu upaya agar siswa mudah memahami dan menguasai materi yang diajarkan, dimana guru dalam proses pembelajaran memberikan materi berdasarkan permasalahan yang konkret/nyata yang dikaitkan dengan kompetensi keahliannya. Siswa dimungkinkan belajar secara bermakna yang dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui pemecahan masalah dan timbulnya kemampuan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar. Model pembelajara Problem Based Learning dapat memberikan pelatihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mardiah et al. (2016) menyatakan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa yang lebih baik pada kelas yang menerapkan model Problem Based Learning. Siswa lebih bersemangat dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar. Dalam model Problem Based Learning terjadi proses pembelajaran dimana siswa dijadikan subjek utama. Manfaat yang diperoleh dalam model pembelajaran Problem Based Learning dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik, menumbuhkan minat dan tidak membuat bosan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sofyan dan Komariah (2016) menyatakan bahwa model Problem Based Learning layak diterapkan di setiap mata pelajaran dalam implementasi kurikulum 2013, selain itu Problem Based Learning mampu meningkatkan kompetensi siswa dalam aspek kemampuan maupun sikap.

Berdasarkan uaraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan hasil belajar siswa kelas XI Las pada mata pelajaran Teknik Las SMAW melalui penerapan model Problem Based Learning.

2. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reseach). Menurut Arikunto (2014) penelitian tindakan kelas adalah

“suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki dasar pemikiran dan

(4)

56 kepantasan dari praktikpraktik belajar-mengajar, memperbaiki pemahaman dari praktik belajar-mengajar, serta memperbaiki situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilakukan”. PTK bertujuan untuk melihat aktivitas belajar siswa yang telah dilakukan dikelas.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Las SMKN 3 Palu yang berjumlah 32 siswa. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan dan pemahaman siswa pada mata pelajaran teknik Las SMAW.

Instrumen yang digunakan adalah lembar tes dengan bentuk pilihan ganda.

Penelitian ini menggunakan model rancangan dari Kemmis dan Mc.Taggart yang terdiri dari dua siklus dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun prosedur penelitian ini pada tahap perencanaan: menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisikan langkah-langkah proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning, menyusun LKPD, menyusun soal tes yang akan diberikan pada akhir siklus. Tahap tindakan dan observasi: dilakukan secara bersamaan.

Guru melakukan tindakan dengan menyampaikan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah disusun yaitu memberikan memberikan perlakuan dengan menerapkan pembelajaran problem based learning. Pada tahap refleksi dilakukan analisis data, kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan dengan melihat apa yang masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan

Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis hasil belajar siswa kelas XI Las SMKN 3 Palu. Hasil belajar siswa memenuhi kriteria apabila sesuai dengan KKM yang telah ditentukan yaitu ≥ 75 dikategorikan tuntas belajar. Secara klasikal diharapkan siswa memahami materri yang dipelajari dengan pencapaian 75% siswa dapat tuntas pada kompetensi dasar yang diberikan (Gumrowi, 2016).

3. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Tabel 1. Hasil Belajar siswa

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai tertinggi 80 95

Nilai terendah 45 70

Jumlah Siswa 32 32

Jumlah siswa Tuntas 20 27

Rata-rata hasil belajar 72,06 85

Persentase Klasikal 62,50% 84,37%

Peningkatan - 21,87%

Berdasarkan tabel diatas terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai tertinggi siswa adalah 80 dan nila terendah 45, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 20 orang dengan rata-rata hasil belajar 72,06 dan persentase klasikal sebesar 62,50. Dari hasil analisis pada persentase klasikal yang diperoleh pada siklus I maka proses pembelajaran dengan menerapkan model PBL belum mencapai kriteria ketuntasan yaitu ≥ 75%. Hasil refleksi pada siklus I, guru masih kurang maksimal

(5)

57 dalam menjelaskan model pembelajaran Problem Based learning pada siswa dan pada tahap mengorganisasikan siswa dalam belajar atau dalam pembagian kelompok. Dalam tahap ini siswa mencari temannya sendiri untuk berada dalam satu kelompok. Dari hasil evaluasi tersebut maka dilakukan perbaikan yang akan diterapkan pada siklus II yaitu menjelaskan dengan baik kepada siswa sintak-sintak PBL dan guru membagi kelompok siswa beradasarkan tingkat kemampuan yang heterogen.

Hasil refleksi dan perbaikan diatas digunakan untuk siklus II maka peningkatan terjadi pada siklus II dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 70, siswa yang tuntas belajar mengalami kenaikan menjadi 27 orang siswa, rata-rata hasil belajar 85 dan persentase klasikal 84,37%. Persentase klasikal yang diperoleh menunjukan sudah berada diatas kriteria ketuntasan yang diterapkan. Sedangkan Peningkatan hasil belajar siswa kelas XI Las dengan peningkatan persentase sebesar 21,87% dari siklus I ke siklus II.

Peningkatan ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Peningkatan ketuntasan belajar siswa

Grafik diatas menjelaskan bahwa terjadi kenaikan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 62,5% dan naik pada siklus II menjadi 84,37%. Terjadi kenaikan ketuntasan belajar siswa sebesar 21,87%. Peningkatan ini disebabkan karena penerapan model Problem based learning dalam mata pelajaran teknik Las SMAW pada siswa kelas XI Las SMKN 3 Palu

Pembahasan

Penerapan model problem based learning pada mata pelajaran teknik las SMAW meningkatkan hasil belajar siswa. Ditunjukan dengan adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar dari siklus I sebesar 62,5% ke siklus II sebesar 84,37%. Terjadi peningkatan sebesar 21,87% dari siklus I ke siklus II. Ketuntasan belajar yang mengalami kenaikan menunjukan bahwa penguasaan dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan semakin meningkat karena menggunakan model problem based learning.

Materi pembelajaran yang mudah dipahami akan membuat siswa menjadi termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran, dengan penguasaan materi yang optimal, maka hasil belajar yang diinginkan akan tercapai (Trianto, 2007). Hasil penelitian ini didukung oleh peneltian yang juga dilakukan oleh Boboy dan Wiyono (2016), yang menyatakan bahwa penerapan model problem based learning meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Gambar Konstruksi bangunan. Hal tersebut mendukung bahwa Model

Siklus I Siklus 2

Persentase

klasikal(%) 62.5 84.37

0 20 40 60 80 100

(6)

58 Problem Based Learning sangat cocok diterapkan pada mata pelajaran kejuruan di SMK demikian pula pada mata pelajaran teknik las SMAW.

Pada siklus I ketuntasan yang diperoleh hanya sebesar 62,5%, nilai ini masih dibawah kriteria ketuntasan yang diharapkan yaitu ≥ 75%. Refleksi yang dilakukan pada siklus I, guru kurang maskimal dalam menjelaskan model problem based learning sehingga siswa masih terlihat bingung dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu pada sintak mengorganisasikan siswa untuk belajar yaitu dalam pembagian kelompok, guru memberi kesempatan pada siswa untuk memilih kelompoknya sehingga siswa cenderung memilih kelompok yang menurutnya setara dengan kemampuannya, artinya siswa yang punya kemampuan tinggi memilih siswa yang berkemampuan tinggi. Sehingga pada refleksi ini dilakukan perbaikan pada scenario pembelajaran pada siklus II yaitu guru akan menjelaskan lebih detail tentang sintak-sintak dalam model problem based learning.

Sedangkan untuk pengorganisasian siswa atau pembagian kelompok dilakukan oleh guru deengan membagi kelompok diskusi secara heterogen yaitu dimasukan dalam satu kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal yang dilakukan ini juga didukung oleh penelitian dari Wibowo (2015) yang menyatakan bahwa siswa berkemampuan tinggi tidak akan menurun jika harus bekerja sama dengan siswa yang berkemampuan rendah, demikian pula siswa yang berkemampuan sedang dapat bekerja sama dengan maksimal asalkan mereka berada dalam satu kelompok dengan kemampuan yang berbeda.

Siklus II yang dilaksanakan berdasarkan perbaikan-perbaikan dari siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. Ditunjukan dengan persentase klasikal yang diperoleh 84,37% dan nilai ini telah memenuhi ketuntasan klasikal yang diharapkan. Ketuntasan klasikal tersebut mengalami kenaikan sebesar 21,87% dari siklus I ke siklus II. Kegiatan diskusi siswa lebih terlihat aktif dibandingkan siklus I karena pembagian kelompok yang dilakukan oleh guru berdasarkan kemampuan heterogen. Melalui kerja kelompok tersebut siswa dapat mengatasi kesulitan belajarnya.

Lewat pengalaman nyata yang dialami siswa dalam pemecahan masalah melalui diskusi kelompok maka konsep yang dipelajari lebih tertanam dalam ingatan siswa. Hal ini didukung oleh peneltian yang dilakukan Novita et al. (2015) yang menyatakan bahwa model Problem Based Learning memiliki kelebihan yaitu lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar, meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, mendorong untuk berpikir, membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial, membangun kecakapan belajar, memotivasi pembelajar, realistik dengan kehidupan siswa.

Penelitian yang dilakukan ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Samsiah (2017) yang menemukan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning (pbl) untuk meningkatkan prestasi belajar dengan ketuntasan mencapai 63,56%

pada siklus I dan 88,20% pada siklus II.

Pendapat Sofyan dan Komariah (2016) menyatakan bahwa Problem based Learning sangat potensial diterapkan dalam kurikulum 2013 di SMK. Penerapan model problem based learning di kelas XI Las SMKN 3 Palu memberikan manfaat diantaranya membuat proses pembelajaran menjadi menarik, menumbuhkan minat belajar dan tidak membuat siswa bosan. Penerapan model problem based learning membuat siswa terlibat

(7)

59 aktif pada proses pembelajaran, sehingga siswa semangat untuk mengikuti pembelajaran dan pada akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Las SMKN 3 Palu pada mata pelajaran teknik las SMAW. Hasil penelitian pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 20 orang dengan rata-rata hasil belajar 72,06 dan persentase klasikal sebesar 62,50. Ada peningkatan pada siklus II dengan siswa yang tuntas belajar mengalami kenaikan menjadi 27 orang siswa, rata-rata hasil belajar 85 dan persentase klasikal 84,37%. Terjadi Peningkatan hasil belajar siswa kelas XI Las dengan peningkatan persentase sebesar 21,87% dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar terjadi karena penerapan model problem based learning dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberi saran agar dapat menerapkan model problem based learning sebagai alternative pilihan model pembelajaran dalam mengajarkan mata pelajaran kejuruan di SMK. Selain itu dalam penerapan perlu diperhatikan cara mengelola waktu dengan baik dan maksimal. Pengelolaan waktu yang baik dapat membantu siswa dalam menyelesaikan tiap-tiap pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2009). Guru dan Pembelajaran Bermutu. Bandung, Indonesia: Rizqi Press Arikunto, S. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta, Indonesia: Bumi Aksara.

Boboy, Y.P., & Wiyono, A. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Mata Pelajaran Menggambar Konstruksi Bangunan Kelas XI TGB di SMK Negeri 1 Mojokerto. Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan, 2(2), 94 – 106 .

Gumrowi. A. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar Listrik Dinamik Menggunakan Strategi Pembelajaran Team Assisted Individualization Melalui Simulasi Crocodile Physics. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 5(1), 105-111.

Mardiah, E., Hamdani, A., & Komaro, M. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Leraning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK. Journal of Mechanical Engineering Education, 3(1), 52 – 58.

Murni., Atma., Yusra, N., & Solfitri, T. (2010). Penerapan Metode Belajar Aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X IPS1MAN 2 Model Pekanbaru. Jurnal Penelitian Pendidikan, 11(2), 1-10.

Novitasari, D., Wahyuni, D., & Prihatin J. (2015). Pembelajaran Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dilengkapi Teknik Mind Mapping Terhadap Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMAN 1 Pakusari Jember Pokok Bahasan Jamur Kelas X Semester Gasal Tahun Ajaran 2013/2014, Jurnal Pancaran, 4(2), 35-47.

Samsiah. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi Pada Materi Mengelola Kartu Piutang Siswa Kelas XI Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Meulaboh Tahun Ajaran 2014/2015.

Jurnal Variasi, 9(4), 23 – 29.

(8)

60 Sobandi, B. (2008). Model Pembelajaran Kritik dan Apresiasi Seni Rupa. Solo,

Indonesia: Maulana Offset.

Sofyan, H., & Komariah, H. (2016) Pembelajaran Problem Based Leraning Dalam Impementasi Kurikulum 2013 di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 6(3), 260–271.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta, Indonesia: Prestasi Pustaka.

Wibowo, D. H. (2015). Penerapan Pengelompokan Siswa Berdasarkan Prestasi di Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Psikologi Undip, 14(2), 148-159.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran matematika dapat menciptakan suasana belajar yang