• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN TEORITIS 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Hasil Belajar

2.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Pada proses mengajar diakhiri dengan evaluasi pembelajaran oleh guru dan pada proses belajar, hasil belajar merupakan berakhirnya proses belajar. Dalam proses belajar itu sendiri akan adanya timbal balik antara guru dan juga siswa. Guru berperan menyampaikan sebuah materi pembelajaran kepada siswa dan siswa yang berperan dalam menangkap materi yang disampaikan guru, sehingga siswa akan memperoleh pengetahuan yang belum dimiliki sebelumnya. Menurut Andiyanto (2016:15), “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan. Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada seseorang, yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti”.

Hasil belajar merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu

“hasil” dan “belajar” yang memiliki arti yang berbeda. Rusman (2017:129) menyebutkan, “hasil belajar adalah banyaknya pengalaman kognitif, emosional, dan latihan mental. Belajar bukan hanya tentang menguasai konsep teori namun subjek juga, perolehan kebiasaan, persepsi, kegembiraan, minat, bakat, adaptasi sosial, berbagai keterampilan, aspirasi, dan keinginan”. Seseorang yang telah melakukan proses pembelajaran maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam salah satu atau terlihat dari beberapa aspek tingkah laku sebagai akibar dari adanya poses belajar yang juga menghasilkan pencapaian yaitu hasil belajar.

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir kegiatan siswa berupa pencapaian dari proses pengalaman belajar yang telah dilakukan. Setelah melakukan proses pembelajaran guru dapat melakukan kegiatan penilaian untuk mengetahui hasil belajar selama proses pembelajaran berlangsung dan dengan dilakukannya penilaian oleh guru dapat dilihat apakah tujuan pembelajaran tercapai atau belum.

(2)

2.1.1.2 Ranah Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan pencapaian atau prestasi belajar yang dapat dikategorikan atas tiga bentuk yakni hasil belajar ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hasil belajar menurut Bloom dalam Rusman (2017:81) meliputi kemampuan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Domain kognitif merupakan knowlegde yang meliputi (ingatan dan pengetahuan), comprehension yang meliputi (pemahaman, menjelaskan, meringkas, dan contoh), application yang meliputi (menerapkan), analysis yang meliputi (menguraikan, dan menentukan hubungan), synthesis yang meliputi (mengorganisasikan, merencanakan, dan membentuk bangunan baru), yang terakhir evaluation (menilai). Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Ranah Kognitif, kawasan kognitif terdiri 6 tingkatan belajar yang berbeda, yaitu :

a. Tingkat pengetahuan (knowledge) adalah tingkat belajar dimana siswa dituntut memiliki kemampuan meningkatkan informasi yang telah diterima sebelumnya.

b. Tingkat pemahaman (comprehension) adalah tingkat belajar dimana siswa mampu menjelaskan pengetahuan dan informasi yang diterima dengan menggunakan bahasanya sendiri.

c. Tingkat penerapan (application) adalah tingkat belajar dimana siswa mampu untuk menerapkan informasi yang telah diterima ke dalam kondisi baru, dan memecahkan berbagai permasalahan yang ada dalam sehari-hari.

d. Tingkat analisis (analysis) adalah tingkatan belajar dimana siswa memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi, memisahkan, dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesis atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi.

e. Tingkat sintesis (synthesis) adalah tingkatan belajar siswa untuk mampu menghubungkan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

f. Tingkat evaluasi (evaluation) adalah tingkat belajar agar siswa diharapkan mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu pemikiran, metode, produk, atau benda dengan menggunakan syarat tertentu tertentu.

2. Ranah Afektif, siswa berhubungan dengan aspek moral yang dilihat melalui perasaan, nilai, motivasi dan sikap dari siswa. Ada 5 tingkatan domain afektif menurut bloom yaitu :

a. Menerima (Receiving). Kondisi saat proses pembelajaran siswa diberikan penjelasan materi mengenai fenomena atau diberi

(3)

rangsangan, maka siswa akan mau menerima keberadaan fenomena atau stimulus tersebut.

b. Partisipasi (responding). Fokus dalam kegiatan proses pembelajaran adalah pada respon individu terhadap kejadian, jadi cakupannya lebih dari sekadar memperhatikan saja.

c. Penilaian (valuting). Meliputi kemampuan memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri menggunakan penilian itu. Melalui sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Sikap seperti itulah yang dinyatakan ke tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap.

d. Organisasi (organization). Siswa yang pada tingkatan ini mulai mengorganisasikan nilai-nilai dan mencari keterkaitan antara yang satu dengan yang lain, kemudian berusaha untuk mencari nilai seperti apa yang paling dominan.

e. Internaliasi nilai (Characterization by value). Di tingkatan ini mencakup kemampuan untuk mengahyati nilai-nilai kehidupan sehingga dapat dijadikan pandangan nyata dan jelas untuk mengatur kehidupannya.

3. Ranah Psikomotor, ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Berikut adalah tingkatan domain menurut bloom :

a. Meniru, siswa mampu untuk melakukan sesuatu dengan contoh yang diamatinya.

b. Memanipulasi, siswa mampu dalam melakukan tindakan dan memilih hal-hal yang perlu dari materi yang akan diajarkan.

c. Pengelamiahan, siswa mampu melakukan mengenai apa yang pelajari dan menjadikanya sebagai contoh telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang ditampilkan lebih meyakinkan.

d. Artikulasi, siswa mampu melakukan suatu keterampilan yang lebih kompleks terutama yang berhubungan dengan gerakan interpretatif.

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai ranah hasil belajar dapat disimpulkan bahwa ranah hasil belajar dikategorikan menjadi tiga bentuk yakni hasil belajar ranah pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Dalam penelitian ini hanya menggunakan hasil belajar ranah kognitif (pengetahuan), karena hasil belajar yang diteliti hanya dilihat dari aspek pengetahuan (kognitif) siswa berupa nilai.

2.1.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa terkadang mengalami perubahan dari waktu ke waktu, beberapa siswa mengalami peningkatan, namun ada pula yang mengalami penurunan. Terjadinya hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa hal yang mempengaruhi.

(4)

Andiyanto (2016:16) menyebutkan peningkatan dan penuruanan hasil belajar siswa tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

1. Faktor internal (berasal dari dalam diri siswa) a. Faktor kesehatan fisik siswa,

b. Tingkat pemahaman siswa, c. Minat belajar,

d. Tingkat motivasi,

e. Faktor bawaan (hereditas).

2. Faktor eksternal (berasal dari luar diri siswa) a. Faktor keluarga,

b. Faktor sekolah diantaranya yaitu metode mengajar, sikap guru, fasilitas sekolah,

c. Faktor media massa dan lingkungan sekolah.

Adapun pendapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto dalam Fathurrohman (2018:120) adalah sebagai berikut :

1. Faktor Internal

a. Psikologis, yang termasuk kedalam faktor psikologis adalah tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa, sikap siswa, bakat, minat, dan motivasi.

b. Fisiologis, yang termasuk dalam fisiologis ialah melibatkan jasmaniah dan kondisi panca indra yang akan memudahkan siswa dalam proses pembelajaran

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan sosial, lingkungan sosial disini dapat diartikan sebagai lingkungan sekolah seperti para guru (metode mengajar, metode pembelajaran dan teknik penyajian bahan pelajaran), para staf, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

b. Lingkungan non sosial, yaitu gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca, waktu yang digunakan belajar siswa itu semua merupakan faktor-faktor non sosial.

Berdasarkan teori yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dalam penelitian ini dari kedua faktor tersebut faktor eksternal siswa yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya pencapaian hasil belajar siswa dalam hal ini yaitu faktor sekolah diantaranya metode mengajar, sikap guru, dan fasilitas sekolah atau teknik penyajian bahan pelajaran. Dengan perhatian ini maka akan dapat mengarahkan perilaku siswa kearah yang lebih

(5)

positif sehingga dapat menghadapi kesulitan dalam belajar dan bisa meningkatkan hasil belajar. Kemudian yang kedua yaitu faktor internal dari dalam diri siswa itu sendiri yakni pemahaman kognitif siswa, yang bisa mempengaruhi hasil belajar siswa itu sendiri, dengan pemahaman kognitif siswa yang baik maka hasil belajar siswa pun akan tinggi dan tujuan pembelajaran akan mudah tercapai.

2.1.1.4 Indikator Hasil Belajar

Untuk mengetahui nilai yang dicapai dari perubahan yang terjadi pada suatu variabel maka diperlukan indikator sebagai pengukuran perubahan tersebut.

Pengukuran dilakukan untuk mengetahui bagaimana perubahan tersebut bisa terjadi. Rusman (2017:81) mengemukakan,

“Indikator hasil belajar menurut Benjamin S.Bloom dengan Taxonomy of Education Objectives membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, yakni semua yang berhubungan dengan otak serta intelektual.

Afektif, semua yang berhubungan dengan sikap, dan sedangkan psikomotorik adalah sesuatu yang berkaitan dengan gerak atau ucapan baik verbal maupun non verbal”.

Indikator hasil belajar yang digunakan pada penelitian ini adalah ranah kognitif yang berdasarkan hierarki Taksonomi Bloom revisi oleh Anderson &

Krathwohl (2002) indikator hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam aspek yaitu dijabarkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1

Definisi taksonomi Anderson&Krathwohl ranah kognitif

Proses Kognitif Definisi

C1/Mengingat Mengambil pengetahuan yang relevan dari ingatan C2/Memahami Membangun arti dari proses pembelajaran, termasuk

komunikasi lisan, tertulis, dan gambar C3/Menerapkan atau

Mengeaplikasikan

Melakukan atau menggunakan prosedur di dalam situasi yang tidak biasa

C4/Menganalisis Memecah materi ke dalam bagian-bagiannya dan menentukan bagaimana bagian-bagian itu terhubungkan antarbagian dan ke struktur atau tujuan keseluruhan

C5/Menilai atau Mengevaluasi

Membuat pertimbangan berdasarkan kriteria atau standar

C6/Mengkreasi atau mencipta

Menempatkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk keseluruhan secara koheren atau fungsional, menyusun kembali unsur-unsur ke dalam pol atau struktur baru.

(6)

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator merupakan alat ukur yang dapat mengetahui perubahan. Kemudian untuk mengukur dan mengetahui perubahan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif, maka bisa menggunakan indikator hasil belajar revisi oleh Anderson & Krathwohl yang terdiri dari enak aspek yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai, mengkreasi.

2.1.2 Model Problem Based Learning

2.1.2.1 Pengertian Model Problem Based Learning

Proses pembelajaran agar bisa berjalan efektif diperlukan model pembelajaran, strategi dan juga media dalam penyampaian materi, dimana model pembelajaran disini memiliki peran yang sangat penting untuk mendapatkan hasil akhir dari proses pembelajaran yang diinginkan. Model pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan di dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan optimal dan mencapai tujuan pembelajaran.

Rusman (2017:244) menyebutkan, “model pembelajaran dapat dijadikan pilihan oleh guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai, efektif, efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”. Sejalan dengan indikator pembelajaran efektif menurut Yusuf (2017:20) yaitu, “(1) pengelolaan pelaksanaan pembelajaran, (2) proses komunikatif, (3) respon siswa, (4) aktifitas belajar, dan (5) hasil belajar”. Caesariani et al (2018:8) menyebutkan,

“Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model atau pendekatan pembelajaran, yang mana siswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengembangkan keterampilan berpikir lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri”.

Menurut Tan dalam Rusman, (2017: 336), “Problem Based Learning adalah penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan penghadapan langsung terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru, dan komplesitas yang ada”.

Berdasarkan pengertian yang disebutkan oleh beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem based learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah kehidupan nyata sebagai dasar

(7)

pembelajaran untuk meningkatkan dan mendapatkan hasil akhir yang lebih baik dalam proses pembelajaran.

2.1.2.2 Langkah-Langkah Model Problem Based Learning

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun di dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah model Problem Based Learning menurut Rusman (2017: 347) adalah sebagai berikut :

1. Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan barang-barang yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3. Membimbing pengalaman individual atau kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

5. Manganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah yang diterapkan pada model problem based learning terdapat lima langkah yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing pengalaman individual atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2.1.2.3 Karakteristik Model Problem Based Learning

Karakteristik model pembelajaran merupakan sebuah upaya atau tindakan yang dilakukan oleh seorang guru kepada siswa. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

(8)

Karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning menurut Tan dalam Rusman (2017: 336) adalah sebagai berikut :

1. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar

2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur

3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective) 4. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,

dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar

5. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama

6. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam problem based learning (PBL)

7. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.

8. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan

9. Keterbukaan proses dalam Problem based learning (PBL) meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.

Studi kasus model problem based learning menurut Rusman (2017: 336- 337), meliputi:

1. Penyajian masalah;

2. Menggerakkan inkuiri; dan

3. Langkah-langkah problem based learning, yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar; literasi kemandirian dan kolaborasi untuk pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi dan evaluasi.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik model problem based learning adalah didalam proses pembelajarannya menggunakan masalah yang nyata, pembelajarannya bersifat kooperatif, memiliki pengembangan keterampilan inquiry untuk memecahkan masalah.

2.1.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning

Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dilakukan dengan pertimbangan yang matang terhadap tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Selain pemilihan materi, karakteristik siswa, dan pertimbangan lainnya, pemilihan model pembelajaran yang sesuai juga disesuaikan dengan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran itu sendiri.

(9)

Adapun kelebihan dan kelemahan model Problem Based Learning menurut Warsono & Harianto (2013) antara lain:

1. Kelebihan:

a. Siswa akan terbiasa menghadapi masalah dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah, tidak hanya terkait dengan pembelajaran dalam kelas, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

b. Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman- teman sekelompok kemudian berdiskusi dengan teman-teman sekelasnya.

c. Makin mengakrabkan guru dengan siswa.

d. Membiasakan siswa dalam menerapkan metode eksperimen.

2. Kelemahan:

a. Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada pemecahan masalah.

b. Seringkali memerlukan biaya mahal dan waktu yang panjang.

c. Aktivitas siswa yang dilaksanakan di luar kelas sulit dipantau oleh guru.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa model problem based learning memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu kelebihannya adalah memiliki manfaat untuk siswa jadi lebih bisa untuk menghadapi masalah dikehidupan sehari-hari serta mempererat hubungan dengan guru maupun siswa yang lain. Sedangkan kekurangannya yaitu memerlukan waktu dan biaya yang lebih, dan guru tidak banyak yang bisa membawa siswa untuk memecahkan masalah dan pelaksanaannya sulit dipantau.

2.1.3 Teori yang Melandasi Model Problem Based Learning

Model pembelajarn problem based learning merupakan model dengan pembelajaran berbasis masalah. Dari segi pendagogik, pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori belajar konstruktivisme menurut Hendry dkk dalam Rusman (2017 : 335) dengan ciri:

1. Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan belajar.

2. Hubungan dengan masalah dan proses pemecahan masalah menciptakan disonasi kognitif yang menstimulasi belajar.

3. Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negoisasi sosial dan evaluasi terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.

Menurut Rusman (2017:347),

”selain teori belajar kontruktivisme, ada teori belajar lainnya yang melandasi pendekatan model problem based learning yaitu teori belajar Vygotsky.

Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan

(10)

pengalaman baru dan menantang, dan ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang dimiliki sebelumnya kemudian membangun pengertian baru”.

Menurut Ibrahim dkk dalam Rusman (2017: 348),

“Vygotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

Kaitan dalam model Problem Based Learning dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan dalam interaksi sosial dengan teman lain”.

Hal ini juga didasari pada premis pengetahuan Vygotsky dalam Johnson (2015:24) yang mengatakan “pengetahuan itu bersifat sosial, dan dikonstruksikan dari berbagai usaha kooperatif untuk belajar, memahami, dan menyelesaikan masalah”. Para anggota kelompok saling bertukar informasi dan pemahaman, menemukan titik kelemahan dari strategi masing-masing, saling mengkoreksi, dan menyesuaikan pemahaman mereka dengan berdasarkan pada pemahaman satu sama lain.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Tabel 2.2

Hasil Penelitian yang Relevan

No Sumber Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Zahrawati, Fauziah

(2020). Indonesian Journal of Teacher Education, Vol. 1, No.

2, pp. 71-79

Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Siswa

Terjadi peningkatan hasil belajar sosiologi siswa pada siklus I nilai rata-rata sebesar 71,43 menjadi 77,86 pada siklus II. Selain itu, model pembelajaran ini dapat meningkatkan kehadiran siswa, perhatian siswa, keaktifan siswa, dan mengurangi siswa yang melakukan

aktivitas negatif selama proses pembelajaran.

2 Wulansari, Hanik, Nugroho (2019).

Journal of Biology Learning, Vol.1, No.1, pp. 47-52.

Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) disertai Mind Mapping untuk Meningkatkan

Pada siklus III mengalami peningkatan dengan hasil belajar kognitif sebesar 77%, aspek afektif 60%

dan aspek psikomotorik 66%. Sehingga dapat

(11)

Hasil Belajar pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tawangsari

disimpulkan bahwa dengan menggunakan model PBL disertai mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar biologi.

3 Supriatna (2020).

Journal of Classroom Action Research, Vol. 2, No. 1, pp. 15-19.

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar, aktivitas guru dan siswa, kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran, dan respon siswa yang baik terhadap penerapan

model pembelajaran problem based learning (PBL) di SMA Negeri 1 Praya Lombok Tengah.

4 Mulyani (2020). Jurnal Pendidikan, Vol. 29, No.

2, pp. 143-150.

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Materi Sistem Pernapasan Melalui

Model Problem Based Learning Bagi Siswa Kelas XI MIPA 6 SMA Negeri 1

Tawangsari Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018

Terjadi peningkatan pencapaian nilai rata-rata bila dibandingkan antara prasiklus 69,74,

di akhir siklus II menjadi 80,00. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas proses

pembelajaran dan hasil belajar biologi

materi sistem pernapasan.

5 Darta (2020).

Indonesian Journal of Educational

Development, Vol. 1, No.2, pp. 229-239

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Pembeljaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Marga

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan dengan menggunakan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa SMA Negeri 1 Marga kelas XI pada materi usaha dan energi.

6 Anggraini, Purwanto, Nugroho (2020).

Indonesian Journal of Science Education, Vol.

2, No.1, pp. 55-62.

Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Biologi Melalui Problem Based

Hasil penelitian

menyatakan bahwa hasil siklus I ketuntasan hasil belajar kognitif sebesar

(12)

Learning Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bulu Sukoharjo

67% (19 siswa tuntas KKM). Hasil tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan sebesar 80%

(22 siswa tuntas KKM).

Pada siklus II mengalami peningkatan ketuntasan hasil belajar kognitif 85%

(24 siswa tuntas KKM) sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu 80%.

Sehingga dapat

disimpulkan bahwa model PBL dapat meningkatkan hasil belajar kognitif biologi.

7 Sari, Rusdi, Muchlis (2018). Jurnal Penlitian Pembelajaran

Matematika Sekolah (JP2MS), Vol.2, No.1, pp. 8-13.

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script Pada Materi Lingkaran.

Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara siswa membuat ringkasan dan mengembangkan ringkasan dengan bahasa yang lebih sederhana, membimbing dalam kegiatan eksplorasi dan mengerjakan latihan dan memberi motivasi.

8 Yuliani, Rahman (2022). Jurnal

Pendidikan dan Profesi Keguruan, Vol. 1, No.2, pp. 82-91.

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

Hal ini terlihat dari rata- rata skor keaktifan siswa setelah siklus tiga adalah 80,84 pada kategori aktif.

Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa.

Terdapat persamaan dan juga perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian relevan yang pernah dilakukan sebelumnya. Persamaan dengan beberapa penelitian relevan terdahulu adalah penelitian yang digunakan yaitu terletak pada variabel dependen atau variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian terdahulu tersebut terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan yang pertama terletak pada penggunaan model pembelajaran yang digunakan. Pada penelitian ini,

(13)

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning tetapi pada penelitian terdahulu terdapat penggunaan model Cooperative Script. Perbedaan lain terdapat pada metode yang digunakan, penelitian terdahulu menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) namun pada penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen. Perbedaan lain terletak pada subjek dan tempat penelitian dimana penelitian yang dilakukan peneliti bertempat di SMAN 7 Tasikmalaya dengan subjek penelitian yaitu kelas XI IPS 1 sampai XI IPS 4 dengan materi yang juga berbeda dengan penelitian terdahulu. Sedangkan penelitian terdahulu berbeda subjek dan juga tempat penelitian dengan subjek setara pada jenjang sekolah menengah atas.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran atau kerangka konseptual merupakan kerangka konseptual yang menghubungkan teori dengan variabel-variabel yang diteliti.

Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2017:60) mengemukakan bahwa,

“kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting.”

Belajar merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan oleh individu melalui pengalamannya. Setelah melalui proses belajar maka akan ada output nya yaitu berupa hasil belajar, hasil belajar itu sendiri dapat mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Pada penelitian ini yang digunakan adalah ranah kognitif saja. Tingkatan hasil belajar kognitif terdiri dari:

mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), mencipta (C6). Sebagaimana dijelaskan pada teori belajar Vygotsky dalam Rusman (2017:347) yaitu “dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang dimiliki sebelumnya kemudian membangun pengertian baru”. Vygotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

Teori ini menekankan adanya kaitan dalam model Problem Based Learning dalam hal didasari pada premis pengetahuan Vygotsky dalam Johnson (2015:24),

(14)

“pengetahuan itu bersifat sosial, dan dikonstruksikan dari berbagai usaha kooperatif untuk belajar, memahami, dan menyelesaikan masalah. Para anggota kelompok saling bertukar informasi dan pemahaman, menemukan titik kelemahan dari strategi masing-masing, saling mengkoreksi, dan menyesuaikan pemahaman mereka dengan berdasarkan pada pemahaman satu sama lain”.

Sehingga dalam hal ini pemahaman siswa yang diperoleh melalui proses pembelajaran akan memiliki hasil akhir yaitu hasil belajar. Namun masih terdapat keterbatasan di dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial yang disoroti dalam hal ini yaitu guru dimana dilihat dari keterbatasan metode mengajar yang terbatas. Kemudian yang kedua yaitu faktor internal dari dalam diri siswa itu sendiri yakni pemahaman kognitif siswa, yang bisa mempengaruhi hasil belajar siswa itu sendiri. Salah satu model pembelajaran yang bisa dipakai dalam yaitu model problem based learning. Model pembelajaran ini lebih berpusat pada siswa dimana akan mendorong siswa untuk menemukan masalah dan juga menyelesaikan masalah secara mandiri. Teori belajar yang melandasi model pembelajaran problem based learning yaitu teori belajar konstruktivisme yang merupakan pengembangan teori belajar Vygotsky.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti menggambarkan bahwa penerapan model problem based learning dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi khususnya pada materi Ketenagakerjaan yang diharapkan dapat membantu dan memenuhi kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran juga untuk mencapai tujuan pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu keterkaitan penerapan model Problem Based Learning dalam upaya meningkatkan hasil belajar dapat dilihat pada gambar :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Hasil Belajar Penerapan Model Problem

Based Learning

(15)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Sugiyono (2019:99), “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”, penulis merumuskan hipotesis dari penelitian ini adalah:

a. H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model problem based learning sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen.

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model problem based learning sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen.

b. H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model konvensional sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas kontrol.

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model konvensional sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas kontrol.

c. H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran problem based learning dan kelas kontrol yang menggunakan model konvensional sesudah perlakuan.

Ha : Terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran problem based learning dan kelas kontrol yang menggunakan model konvensional sesudah perlakuan.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dalam penelitian ini, membaca yang dimaksud adalah kemampuan anak dalam mengucapkan bunyi huruf, membedakan huruf, menyebutkan benda yang mempunyai suara

setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian tentang “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi

rawat inap kelas II terhadap pelayanan keperawatan di RSUD Sanjiwani Gianyar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut dari 86 responden secara umum sebagian besar

Concept Selection adalah suatu metode untuk memutuskan konsep mana yang akan terus dikembangkan hingga akhirnya menjadi produk jadi dari beberapa konsep yang telah

Concept Selection adalah suatu metode untuk memutuskan konsep mana yang akan terus dikembangkan hingga akhirnya menjadi produk jadi dari beberapa konsep yang telah

Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dilaksanakan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan

Karena U hitung = 65 > U (15,15) = 56, yang berarti tidak cukup bukti untuk menolak Ho, dengan kata lain tidak adanya perbedaan yang signifikan antara efikasi diri

5ada bayi dan anak usia dibaah  atau 6 tahun, jenis pernapasan adalah pernapasan diagragma atau pernapasan abdomen.3olume oksigen yang di ekspirasi oleh bayi dan anak 4