9 MITRA ABDIMAS: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
https://doi.org/10.57251/mabdimas.v3i1.xxx
© 2023 The Author(s). Mitra Abdimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat. ISSN: 2828-1594. Published by Medan Resource Center This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Common Attribution License (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/), which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
Vol. 3, No. 1, 2023 | 9-12
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran Matematika di UPT SDN 067952
Wulan Purnama Sari Simatupang*, Universitas Sumatera Utara, Indonesia [email protected]
Fajar Utama Ritonga, Universitas Sumatera Utara, Indonesia [email protected]
PENDAHULUAN
Pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran (Santoso, 2018). PBL adalah “model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan”. Sedangkan menurut Shoimin menyatakan bahwa model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi (Shoimin, 2017).
Pendapat lain disampaikan oleh Finkle dan Torp menyatakan bahwa “Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengerjakan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasardasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempat-kan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik”. Sehubungan dengan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan PBL merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada masalah dunia nyata yang disajikan guru dalam proses pembelajaran. Kemudian siswa diminta untuk mencari alternatif solusi dari permasalahan tersebut secara berkelompok (Sopiah, 2019).
Model pembelajaran problem based learning merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar. Pembelajaran problem based learning mengharuskan siswa bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata. Problem based learning merupakan model pembelajaran yang diawali dengan masalah untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Fathurrohman, 2015). Dalam usaha memecahkan masalah tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan atas masalah tersebut. Sehingga pembelajaran menggunakan model problem based learning akan menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa. Problem based learning membuat siswa belajar memecahkan suatu masalah sehingga siswa akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan baru yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. Problem based learning dapat juga menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
ABSTRACT ARTICLE HISTORY
This article aims to discuss the application of the problem based learning (PBL) model in mathematics learning at UPT SDN 067952. Mathematics learning is a mental exercise that involves understanding concepts, connections, and symbols before applying them to actual situations. Understanding ideas, using them to solve problems, and developing a mindset that appreciates the value of mathematics in everyday life are the goals of this mathematics education. In fact, there are still many who are relieved that learning mathematics is a student subject that is relatively the most challenging to learn and less interesting for students when they are in elementary school. This is because learning mathematics can be boring because of the use of models, techniques, and teaching materials. Therefore, the application of learning models is important, and one of these learning models is the Problem Based Learning (PBL) paradigm.
Received Revised Accepted Published
11/06/2023 18/06/2023 25/06/2023 30/06/2023 KEYWORDS
Application of Problem Based Learning (PBL) Models; Mathematics Learning; SDN 067952
*CORRESPONDENCE AUTHOR
10 | Wulan Purnama Sari Simatupang & Fajar Utama Ritonga
Di salah satu sekolah, penulis menemukan beberapa permasalahan yang sering dialami siswa pada mata pelajaran matematika. Banyak sekali siswa yang beranggapan bahwa matematika sebagai salah satu bidang studi yang memfasilitasi pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada kenyataannya matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan tidak menarik oleh siswa. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran matematika yang relatif monoton baik dari penggunaan model, metode maupun media belajar. Kegiatan belajar mengajar yang menarik dan menantang dapat memberikan motivasi bagi siswa. Perlunya kegiatan belajar yang menantang dimaksudkan agar siswa memahami konsep-konsep pembelajaran yang kemudian dapat diterapkan dalam pemecahan masalah di kehidupan nyata. Kegiatan pembelajaran yang menarik dan menantang diwujudkan melalui model pembelajaran inovatif. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis bermaksud melakukan satu penelitian dengan judul Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran Matematika di UPT SDN 067952.
METODE
Penulisan ini merupakan penulisan lapangan atau field research yakni penulisan yang dilaksanakan secara sistematis untuk mengambil data di lapangan (Suharsimi, 2006). Dengan pendekatan menggunakan penulisan kualitatif, menurut Anggito yaitu penulisan kualitatif adalah penulisan yang dilaksanakan dalam menemukan dan mendeskripsikan suatu kegiatan yang dilakukan (Anggito and Johan Setiawan, 2018). Untuk metode penulisan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif merupakan suatu metode yang melukiskan, mendeskripsikan, serta memaparkan apa adanya kejadian objek yang diteliti berdasarkan situasi dan kondisi ketika penulisan itu dilakukan (Sugiyono, 2016). Siswa SDN 067952 menjadi subjek dalam penulisan ini. Dengan instrumen pengumpulan datanya dengan observasi yaitu penulis melihat langsung ke lokasi SDN 067952 di Jl Karya Bersama, Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan Provinsi Sumatera Utara tersebut dan melihat bagaimana proses pembelajaran di kelas. Selanjutnya adalah wawancara, dalam tahap ini penulis mewawancarai Guru Wali kelas SDN 067952 sebagai narasumber dalam penulisan ini untuk mengetahui tentang bagaimana cara belajar, dan karakteristik peserta didik nya, kesulitan yang dihadapi, dan lain sebagainya. Penulis tentunya juga mewawancarai subjek yang menjadi objek penulisan itu sendiri yaitu murid SDN 067952 untuk mengetahui proses mengajar guru, hal apa saja yang peserta didik sukai maupun tidak sukai dalam pembelajaran serta alasannya, kesulitan apa saja saat menerima pelajaran, dan dari berbagai kejadian yang ada di sekolah, serta dokumentasi untuk menampilkan foto-foto atau bukti hal-hal yang sudah dilakukan. Instrumen analisis data dilakukan dengan cara reduksi data disini penulis memilih dan memilah data mana yang dibutuhkan di dalam penulisan, selanjutnya penyajian data setelah data dipilih dan hasil observasi dan wawancara dideskripsikan dan hasil tersebut disusun menjadi sebuah kalimat yang terorganisir, langkah yang terakhir adalah verifikasi yaitu penulis bisa membuat hasil temuan dari hasil analisis yang sudah diperoleh tersebut.
PEMBAHASAN
Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)
Menurut Min Liu (dalam Shoimin, 2017:130) mengemukakan bahwa karakteristik PBL adalah sebagai berikut:
1) Learning is student center. Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitik beratkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
2) Authentic problem form the organizing focus for learning. Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dengan mudah menerapkan nya dalam kehidupan profesional nya nanti.
3) New information is acquired though self-directed learning. Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami suatu pengetahuan persyaratan sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
4) Learning occurs in small groups. Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.
Mitra Abdimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat | 11 5) Teacher act as facilitators. Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun bagi guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai (Shoimin, 2017).
Adapun karakteristik PBL menurut Ibrahim dan Nur (dalam Haryanti, 2017: 59) yaitu:
1) Pengajuan masalah atau pernyataan secara social penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa karena sesuai dengan kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi tersebut;
2) Berfokus pada keterkaitan antara berbagai disiplin ilmu;
3) Penyelidikan autentik dimana siswa menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan; dan
4) Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menerapkan PBL atau Problem Based Learning sebagai metode yang dapat membentuk siswa menjadi pribadi yang dapat menyelesaikan persoalan ataupun permasalahan secara berkelompok. Sebelum pembelajaran dan persoalan diberikan, penulis terlebih dahulu membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Dalam praktiknya penulis melihat bahwa siswa dapat memecahkan masalah dengan mencari sumber permasalahan secara berkelompok melalui sumber buku dan sumber informasi lainnya. Selain itu penulis juga melihat keaktifan dari siswa untuk menyelesaikan persoalan yang ada (Haryanti, 2017).
Gambar 1. Setelah dibentuk kelompok, siswa diarahkan untuk mengerjakan soal dan permasalahan yang harus diselesaikan
Tahapan-tahapan Model PBL Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL) Tahapan-tahapan model PBL pembelajaran berbasis masalah (PBM) atau problem based learning (PBL) memiliki beberapa tahapan. Menurut Trianto (dalam Isrok’atun dan Rosmala, 2018: 46) tahapan-tahapan PBL yaitu:
1) Orientasi siswa pada masalah.
2) Mengorganisasi siswa untuk belajar.
3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Adapun tahapan problem based learning (PBL) menurut Huda (dalam Shoimin, 2017: 47) yaitu:
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan, topik tugas, jadwal dll).
3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data hipotesis dan pemecahan masalah.
4) Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Dengan demikian penerapan model problem base learning dalam proses pembelajaran dimulai dengan penyajian masalah oleh guru, kemudian secara berkelompok siswa diminta untuk berdiskusi mengkaji masalah yang diberikan guru. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah yaitu membimbing siswa
12 | Wulan Purnama Sari Simatupang & Fajar Utama Ritonga
dalam mengkaji permasalahan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap selanjutnya perwakilan kelompok siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL) Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL) Menurut Amir (dalam Isrok’atun dan Rosmala, 2018: 49) yaitu:
1) Fokus kebermaknaan.
2) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif.
3) Mengembangkan keterampilan dan pengetahuan.
4) Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok.
5) Pengembangan sikap self-motivated.
6) Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator.
7) Jenjang penyampaian pembelajaran dapat ditingkatkan.
Adapun kelebihan PBL menurut Shoimin 1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata. 2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar. 3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi. 4) Terjadi aktivitas ilmiah melalui kerja kelompok. 5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi. 6) Siswa memiliki kemampuan (Shoimin, 2017).
SIMPULAN
Pemilihan model pembelajaran yang tepat adalah salah satu cara untuk mengoptimalkan proses dan hasil belajar peserta didik. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model problem based learning. Pembelajaran dengan model problem based learning diawali dengan pemunculan masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik.
Masalahmasalah yang diajukan berkaitan dengan kehidupan peserta didik (kontekstual). Dengan masalah yang kontekstual, akan membuat peserta didik lebih mudah menerima dan memahami materi yang diberikan. Peserta didik memecahkan masalah tersebut dengan mencari dari berbagai sumber. Peserta didik membangun sendiri pengetahuannya sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Guru sebaiknya dapat menerapkan model Problem based learning sebagai alternatif dalam mengajarkan pelajaran matematika sehingga pembelajaran tidak monoton.
REFERENSI
Anggito, A., and Johan Setiawan. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. BandungCV. Jejak.
Fathurrohman, M. (2015). Model- Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Arruzz Media.
Haryanti, Y. D. (2017). Model Problem Based Learning Membangun Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Cakrawala Pendas, 3(2). https://doi.org/10.31949/jcp.v3i2.596
Santoso, E. (2018). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa. Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics), 2(2).
Shoimin, A. (2017). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sopiah, A. O. S. (2019). Implementasi Model Problem Based Learning (PBL) sebagai Sarana Mengembangkan Pembelajaran Matematika SD. “Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal Pada Era Revolusi Industri 4.0. Jawa Barat: FKIP UNMA.
Sugiyono. (2016). Teknik Pengumpulan Data Kualitatif. Bandung: Alfabet.
Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Wulan Purnama Sari Simatupang & Fajar Utama Ritonga, 2023