• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengabdian pada Masyarakat - STKIP-PGRI Lubuklinggau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengabdian pada Masyarakat - STKIP-PGRI Lubuklinggau"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Printed ISSN : 2654-4741 Online ISSN : 2655-7894

EDITORIAL TEAM

Editor of Chief : Viktor Pandra, STKIP PGRI Lubuklinggau, Indonesia

Editors

1. Sulistiyono, STKIP PGRI Lubuklinggau, Indonesia 2. Fitria Lestari, STKIP PGRI Lubuklinggau, Indonesia 3. Harmoko, STKIP PGRI Lubuklinggau, Indonesia 4. Husna, Universitas Jabal Ghafur, Indonesia

5. Jatmiko, Universitas Nusantara PGRI Kediri, Indonesia 6. Laila Nursafitri, STAI Darussalam Lampung, Indonesia

Reviewers

1. Supardi US, Universitas Indraprasta PGRI, Indonesia 2. Noermanzah, STKIP PGRI Lubuklinggau, Indonesia 3. Hasbullah, Universitas Indraprasta PGRI, Indonesia 4. Satinem, STKIP PGRI Lubuklinggau, Indonesia

5. Ari Setiawan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Indonesia

Administration : Popalri, STKIP PGRI Lubuklinggau, Indonesia

EDITORIAL OFFICE

LP4MK STKIP PGRI Lubuklinggau, Mayor Toha Street, Lubuklinggau City, South Sumatera, Indonesia, zip Code: 31628, Phone: (0733) 451432, HP.: 081227298813 (Viktor Pandra), Email:

[email protected]

LICENCE

JURNAL CEMERLANG : Pengabdian pada Masyarakat by https://ojs.stkippgri- lubuklinggau.ac.id/index.php/JPM is licensed under a Creative Commons Attribution- NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

(3)

HALAMAN SAMPUL ... i TIM REDAKSI ... ii DAFTAR ISI ... iii

ELECTRICITY RECOGNITION THROUGH SIMPLE EXPERIENCE IN PLAYGRUP A in TK MUSLIMAT NU XXX NAWA KARTIKA DESA BADERAN KEC GENENG KAB. NGAWI, JAWA TIMUR

Irna Tri Yuniahastuti, Yussi Anggraini, Yudha D.A.P ... 1-11

PENDAMPINGAN KAMPUNG SAWUNGGALING, MENUJU KAMPUNG PENDIDIKAN –KAMPUNGE AREK SURABAYA (KP-KAS)

Nur Laily, Ihsan Budi Raharjo, David Efendi ... 12-25

PENYULUHAN DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA DAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAGI MASYARAKAT DESA PAMEKARAN, SUMEDANG, JAWA BARAT

Merita Bernik, Yeni Andriyani Setiawan ... 26-38

PELATIHAN PENULISAN AKSARA ULU SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN BUDAYA DAERAH PADA KELOMPOK MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) SEJARAH KOTA LUBUKLINGGAU

Yeni Asmara, Nur Nisai Muslihah, Isbandiyah I. ... 39-50

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN PENDIDIKAN SEBAGAI PENENTU MASA DEPAN BANGSA DI DESA KERTA DEWA KECAMATAN RAWAS ULU KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA

Sarkowi S., Agus Susilo, Yadri Irwansyah ... 51-64

(4)

PENGENALAN LISTRIK MELALUI PERCOBAAN SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK A TK MUSLIMAT NU XXX NAWA KARTIKA Irna Tri Yuniahastuti, Yussi Anggraini, Yudha D.A.P Universitas PGRI Madiun, Indonesia

KEYWORDS ARTICLE HISTORY Listrik Statis, Anak Usia Dini, Media

Pembelajaran, Percobaan Sederhana

Received 22 November 2018 Revised 11 Juni 2019 Accepted 18 Juni 2019

CORRESPONDENCE Irna Tri Yuniahastuti @ [email protected]

ABSTRAK Usia dini merupakan usia dimana anak mengalami masa keemasan, selain itu merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter, kepribadian dan penyerapan informasi yang maksimal bagi seorang anak.

Namun tidak semua anak memperoleh pengetahuan serta pendidikan yang layak bagi sebagian anak. Oleh sebab itu, pada penelitan ini mengambil topik tentang listrik sederhana yang aman bagi anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan listrik sejak dini kepada anak serta mengukur kemampuan anak setelah dilakukan pendampingan. Metode penelitian ini dilakukan dengan melakukan percobaan sederhana mengenai listrik statis.

Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan oleh guru kelas serta pengisian angket oleh peserta didik. Data dianalisis dengan melakukan uji-t untuk mengukur kemampuan peserta didik setelah dilakukan pendampingan. Hasil data didapatkan bahwa hampir seluruh peserta didik mengalami peningkatan pengetahuan setelah dilakukan pendampingan.

Peningkatan tersebut antara lain, peningkatan pemahaman mengenai listrik statis, kesadaran anak tentang listrik serta menumbuhkan sifat berpikir kreatif pada anak. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif media pembelajaran mengenalkan listrik statis pada anak TK.

(5)

PENDAHULUAN

Usia dini adalah masa dimana anak mengalami masa keemasan atau golden ages. Banyak penelitian menunjukkan bahwa usia dini merupakan masa keemasan bagi angan kecerdasan anak Hasanah (2016). Penelitian yang relevan oleh Lestariningrum (2014) menyatakan bahwa anak usia dini memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasai motorik halus dan kasar), daya pikir, daya cipta, bahasa, dan komunikasi. Ini menunjukkan pentingnya memberikan perangsangan pada anak usia dini. Pada usia dini anak berada pada rentang usian 0-6 tahun, pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang menjalani masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Selain itu usia dini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter, kepribadian dan penyerapan informasi yang maksimal bagi seorang anak Putra (2015)

Penelitian Keengwe dan Onchwari, (2009), dalam Journal Technology And Early Childhood Education, “A technology interaction profesional development model for practicing teachers”, menyatakan bahwa teknologi akan terus menjadi bagian integral dari ruangan kelas dan kehidupan sehari-hari. Menggunakan teknologi membantu anak usia dini untuk berkomunikasi, praktek ketrampilan hidup dan lebih memahami konsep.

Dalam Lovandri, anak usia dini belajar melalui bermain, anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus menikmatinya dimanapun mereka memiliki kesemparran. Kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan isapa anak hidup serta lingkungan tempat dimana anak hidup. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Ada beberapa prinsip pembelajaran usia dini, diantaranya adalah 1) anak sebagai pembelajar aktif, 2) anak belajar melalui sensori dan panca indra, 3) anak membangun pengetahuan sendiri, 4) anak berpikir melalui benda konkret (Novitawati, 2013).

(6)

Listrik statis (listrik tidak mengalir) adalah listrik uang tidak mengalir dan perpindahan arusnya terbatas. Dari pelajaran listrik statis, kita dapat mengetahui bahwa elektron adalah muatan listrik negatif yang mudah berpindah melalui bahan konduktor dan sulit berpindah melalui bahan isolator (Wasis, 2008).

Listrik merupakan benda konkret yang tidak dapat dilihat oleh mata.

Pembelajaran mengenai listrik merupakan hal yang sulit pada anak. Oleh sebab itu seharusnya anak diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang nyata agar tidak menerawang atau bingung. Anak dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran dengan menggunakan media nyata. Anak lebih mengingat suatu benda-benda yang dapat dilihat, dipegang lebih membekas dan dapat diterima oleh otak dalam memori.

Mengenalkan kelistrikan pada anak-anak bukanlah hal mudah. Kesulitan pertama adalah proses listrik tidak dapat dilihat langsung. Hanya dapat dilihat dari gejala dan akibatnya. Dan kesulitan kedua adalah imajinasi anak-anak yang sangat kreatif dan terkadang orang dewasa tidak dapat menerkanya. Melalui percobaan sederhana diharapkan anak-anak mampu mengenal listrik serta menambah pengetahuan anak tentang kelistrikan.

Pengabdian ini dilaksanakan di TK Muslimat NU Nawa Kartika, dimana jumlah peserta didik sejumlah 30 anak yang terbagi menjadi kelas A dan B.

Peserta didik di TK Muslimat NU Ngawi berasal dari penduduk sekitar sekolah tersebut. Meskipun lokasi tempat penelitian ini jauh dari kota Ngawi, tetapi diharapkan melalui Penelitian ini diharapkan anak-anak mendapatkan ilmu yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Salah satu metode pembelajaran adalah demonstrasi, guru menggunakan alat peraga untuk menjelaskan kepada siswa.

Beberapa mata pelajaran dapat dijelaskan melalui alat peraga, serta beberapa tidak dapat dilakukan melalui metode itu. Ilmu yang berkaitan dengan listrik/ teknologi sangat minim didapat oleh siswa, hal itu menjadi salah satu masalah yang ditemui di lokasi penelitian ini. PKM yang dilakukan dengan tujuan mengenalkan teknologi terutama yang berkaitan dengan listrik

(7)

Lokasi penelitian ini berada sekitar 10 km dari pusat kota, akses ke lokasi mudah ditempuh karena tepat dipinggir jalan raya. Peserta didik berasal dari warga sekitar sekolah yang mayoritas mata pencaharian utamanya adalah petani.

Metode pembelajaran yang digunakan di sekolah adalah metode ceramah, demontrasi serta belajar dalam bermain di dalam dan di luar kelas. Pemahaman peserta didik mengenai teknologi khususnya listrik masih sangat minim, hal ini dikarenakan listrik tidak dapat di lihat dan tidak dapat diperagakan hanya dapat dilihat efeknya. Oleh sebab itu, pada pengabdian ini dilakukan percobaan sederhana mengenalkan listrik kepada anak sejak dini. Pembelajaran dilakukan dengan bermain sambil belajar. Dengan media belajar ini dapat menarik minat belajar anak dalam mengenal listrik dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan analisis situasi diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan mitra sebagai berikut (1) Minimnya informasi dampak teknologi yang positif pada anak usia dini; (2) Kesulitan mengenalkan listrik dan bahaya listrik pada anak-anak; (3) Kurangnya inovasi pembelajaran pada anak usia dini.

METODE

Pelaksanaan pengabdian ini terdiri dari dua kegiatan percobaan (praktikum) dengan langkah-langkah sebagai berikut: pra-survey, survey dan inti (pengabdian masyarakat). Uraian kegiatan tersebut sebagai berikut:

a. Pra-survey. Pada kegiatan pertama, dilakukan diskusi informal secara indivudi dengan guru dan kepala sekolah Taman Kanak-kanak. Hasil diskusi yang diperoleh digunakan sebagai acuan pada pelaksanaan pengabdian masyarakat

b. Survey. Dilakukan diskusi/ tanya jawab dengan anak anak melalui pendekatan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

c. Pengabdian masyarakat. Kegiatan ini adalah inti dari kegiatan pengabdian. Rancangan kegiatan pengabdian ditunjukkan pada tabel 1.

(8)

Adapun jadwal kegiatan dilaksanakan pada:

Tanggal : 18 November 2017

Tempat : TK Muslimat NU XXX Nawa Kartika dan TK Dharma Wanita

Jumlah peserta : TK A dan TK B

Peran Mitra yang terlibat pada program ini adalah TK Muslimat NU XXX Nawa Kartika Baderan dan TK Dharma Wanita Baderan. Mitra sekolah pertama dan kedua berperan sebagai koordinator anak-anak sebagai peserta pendampingan dan juga memberikan tempat terselenggaranya agenda program kemitraan masyarakat ini.

Lokasi kegiatan adalah di desa Baderan, Kecamatan Geneng Kab. Geneng, Ngawi, Jawa Timur. Jarak lokasi mitra dengan dengan PT adalah sekitar 26 KM.

Waktu pelaksanaan kegiatan adalah September sampai Desember 2017 (kurun waktu 4 bulan). Adapun durasi kegiatan pengabdian selama 4 bulan yang terbagi dalam beberapa tahap, yaitu (1) penyusunan proposal, (2) survey lokasi, (3) koordinasi pelaksanaan pengabdian masyarakat, (4) pelaksanaan pengabdian masyarakat, (5) evaluasi pelaksanaan, (6) analisis dan pembuatan laporan, (7) penyusunan Jurnal. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan angket kemudian dianalisis menggunakan uji-t. Nilai sebelum dilaksanakan pendampingan akan dibandingkan dengan nilai setelah dilakukan pendampingan.

Evaluasi dari program pengabdian ini akan dilaksanakan dengan dua kegiatan sebagai berikut:

a. Evaluasi keberhasilan pengabdian ini dilakukan dengan uji pengetahuan peserta didik. Soal yang berkaitan dengan benda di sekitar yang menggunakan listrik akan diujikan kepada peserta didik. Dilakukan perhitungan menggunakan Uji t. Uji ini digunakan untuk melihat perbedaan sebelum dilaksanakan pendampingan dan setelah dilaksanakan pendampingan.

b. Evaluasi pendampingan dilkukan dengan uji ketrampilan. Uji ketrampilan yaitu uji-t dilakukan untuk menganalisis signifikansi perubahan

(9)

pengetahuan dan ketrampilan. Ketrampilan berikut diuji dengan tanya jawab dan serta tes tulis dengan ceklis. Peserta didik dinyatakan lulus jika mendapat nilai minimal 75.

HASIL

Hasil evaluasi ditunjukkan pada Tabel 2. Selama kegiatan berlangsung partisipasi peserta didik sangat tinggi hal itu dibuktikan dari 25 siswa di kelas, 20 anak antusias sangat antusias melakukan percobaan sederhana. Didapat pula nilai SD semakin kecil setelah dilakukan pendampingan hal itu berarti semakin kecil jarak dari titik data ke nilai rata-ratanya

Tabel 2. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Pendampingan TK A

Pengetahuan N Mean SD t-test P

Sebelum 25 12,5 4,52 25,2 0,000

Sesudah 25 33,2 1,87

Kegiatan 1: Percobaan Sederhana Muatan Listrik Alat dan Bahan:

 Kertas tisue

 Plastik transparansi

 Penggaris/ mistar

 Gunting

 Kertas HVS Cara kerja:

1. Buatlah potongan-potongan kecil dari kertas tisue

2. Gosokkan plastik transparansi atau plastik sampul buku dengan kain (misalnya pada kain celana/ rokmu)

3. Gosokkan plastik transparansi pada potongan kertas-kertas itu. Gejala apakah yang kamu amati?

4. Ganti potongan kertas tisue tersebut dengan benda-benda kecil lainnya, kemudian ulangi kegiatan di atas.

5. Ulangi lagi kegiatan diatas dengan benda-benda lain yang digosok sebagai pengganti plastik. Kemudian amatilah!

(10)

Tabel 3. Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah Pendampingan TK B

Pengetahuan N Mean SD t-test P

Sebelum 30 11,6 4,38 26,1 0,000

Sesudah 30 32,9 2,07

Tabel 3 menunjukkan hasil kegiatan pengabdian di TK Dharma Wanita Baderan. Dari Tabel 3, menunjukkan setelah dilakukan pengabdian didapatkan pengetahuan siswa meningkat. Hal ini terlihat dari nilai Simpangna Deviasi (SD) semakin kecil, hal itu berarti jarak titik ke nilai rata-rata semakin dekat. Selama kegiatan pengabdian, siswa sangat antusias melakukan percobaan sederhana hal ini terlihat dari ekspresi serta tingkah laku mereka selama proses belajar-mengajar ini berlangsung

PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian masyarakat ini diikuti oleh peserta didik kelas A dan B yang digabung menjadi satu kelas dengan total siswa adalah 25 anak. Kegiatan ini didampingi oleh 2 orang guru kelas sebagai pendamping dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan teori, masa tumbuh kembang terbaik anak adalah saat usia 0-6 tahun, anak menyerap semua informasi dengan sangat pesat. Pada penelitian didapatkan pula bahwa peserta didik menangkap informasi dan menyerap pengetahuan dengan cepat di 2 lokasi sekolah tersbut yaitu TK Muslimat NU Nawa Kartika Baderan dan TK Dharma Wanita Baderan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil pengetahuan siswa meningkat setelah siswa melakukan eksperimen melalui percobaan sederhana mengenai listrik statis, hal ini ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Pada Tabel 2 dan , nilai rata-rata siswa meningkat, ini merupakan indikator keberhasilan pengabdian.

Penjelasan secara rinci kegiatan tersebut sebagai berikut. Kegiatan pertama kali adalah olahraga bersama di lapangan halaman sekolah. Kemudian para siswa berbaris dan memasuki kelas dengan tertib. Diawali dengan berdoa dilanjutkan dengan absensi yang dilakukan oleh guru kelas. Setelah itu pembelajaran

(11)

diserahkan ke peneliti.

Pendampingan pembelajaran mengenai listrik statis ke siswa dilakukan dengan memotivasi siswa dengan menanyakan alat-alat elektronik di sekitar mereka yang mereka ketahui. Siswa sangat atraktif dalam memberikan jawaban menurut versi masing–masing. Setelah itu peneliti menjelaskan asal muasal listrik statis menggunakan gambar sebagai penjelasan. Dilanjutkan dengan melakukan percobaan sederhana mengenai listrik statis. Siswa mendapat alat dan bahan untuk melakukan percobaan sederhana, antara lain kertas HVS, tissue, plastik transparan, mistar dan gunting.

Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa siswa sangat antusias selama kegiatan pengabdian. Hal ini berarti bahwa kegiatan percobaan sederhana ini menarik bagi siswa.

Gambar 1. Siswi TK Muslimat NU Nawa Kartika Ngawi

Gambar 3. Ilustrasi Pendampingan Pengajaran di TK Gambar 2. Memberi contoh

listrik statis ke anak

Gambar 5. Foto bersama guru kelas dan peserta didik

Gambar 4. Menjelaskan mengenai listrik statis ke anak

(12)

Pada lokasi yang kedua dilaksanakan kegiatan yang sama dengan lokasi yang pertama. Dari pengamatan didapatkan bahwa siswa sangat antusias dalam melaksanakan percobaan sederhana. Jumlah TK A dan TK B sebanyak 30 siswa, seluruh siswa hadir selama kegiatan pengabdian ini berlangsung

Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung dan penghambat keterlaksanaan kegiatan. Faktor yang mendukung keterlaksanaan kegiatan ini adalah semangat anak-anak dalam mengikuti pendampingan pembelajaran di kelas. Terlepas dari faktor pendukung tersebut, terdapat faktor penghambat yang dapat dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat di periode yang akan datang yaitu keriuhan peserta didik yang berada di kelas serta bahan-bahan yang digunaka untuk percobaan mengotori seisi kelas. Kendala ini dapat diatasi dengan penggunaan media pendidikan dalam menjelaskan materi.

Setelah kegiatan pengabdian ini dilakukan dilakukan penjelasan dengan pihak sekolah mengenai kegiatan pengabdian selanjutnya. Serta dilakukan kerjasama dengan pihak sekolah dalam hal kemajuan teknologi. Kegiatan ini sama-sama menguntungkan kedua belah pihak. Pihak sekolah mendapatkan informasi mengenai cara mengenalkan teknologi pada anak usia dini, untuk guru kelas berfungsi menambah pemahaman tentang kelistrikan secara sederhana.

Sedangkan pihak peneliti dapat menyebarkan ilmu dan menebar manfaat ke sesama. Selain itu melaksanakan Tridharma perguruan tinggi.

Gambar 6. Lokasi kedua Gambar 7. Kegiatan pembelajaran

(13)

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik berhasil 100% dalam melakukan percobaan sederhana tentang listrik statis serta mampu mengerjakan ceklis yang diberikan. Selain itu, selama kegiatan partisipati peserta didik sangat tinggi hal itu dibuktikan dari 25 siswa kelas, 20 anak antusias sangat antusias melakukan percobaan sederhana.

SIMPULAN

Dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1) Pengabdian ini berhasil, hal ini terlihat dari pengetahuan siswa mengenai listrik statis berhasil 100%, serta meningkat pengetahuannya setelah melakukan percobaan sederhana listrik statis

2) Pembelajaran melalui percobaan sederhana sangat menarik minat siswa, hal ini dilihat dari antusias siswa selama kegiatan berlangsung

3) Pendekatan kepada peserta didik melalui pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan sehari-hari lebih mudah dicerna peserta didik, sehingga membangkitkan minat belajar oleh siswa

Saran dari kegiatan tersebut adalah

1) Mengingat manfaat yang diperoleh, maka kegiatan ini dapat dilakukan berkelanjutan

2) Perlu dilakukan pendampingan pembelajaran pada materi yang lain

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, U. (2016, Juni). Pengembangan Kemampuan Fisik Motorik melalui Permainan Tradisional bagi Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 1-5.

Jared Kengwe, G. O. (2009). A Technology Interaction Profesional Development Model for Practicing Teacher. Jounal technology and early childhood education, 37, 209-218.

Lestariningrum, A. (2014). Pengaruh Penggunaan Media VCD terhadapa Nilai- nilai Agama dan Moral Anak. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 2(No 2), 201- 212.

Novitawati. (2013). Kesiapan Sekolah Anak Taman Kanak-kanak berbasis Model Pembelajaran Sentra. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 109-132 Ed. 1.

Putra, I. L. (2015). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Mengenak Angka dan Huruf untuk Anak Usia Dini. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, 169-178.

Putra, I. L. (2015). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Mengenal Angka dan Huruf untuk Anak Usia Dini. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, 2(No 2), 169-178.

Sudibyo, E., W, W., & Suhartanti, D. (2008). Mari Belajar IPA 3. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

(15)

PENDAMPINGAN KAMPUNG SAWUNGGALING, MENUJU KAMPUNG PENDIDIKAN –KAMPUNGE AREK SURABAYA (KP-KAS)

Nur Laily, Ihsan Budi Raharjo, David Efendi

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya, Indonesia

KEYWORDS ARTICLE HISTORY KP-KAS, Sawunggaling, Portofolio,

Kampung Madya Received 25 November 2018 Revised 4 Februari 2019 Accepted 11 Juni 2019

CORRESPONDENCE Nur Laily @ [email protected]

ABSTRAK Program pemerintah kota Surabaya adalah terciptanya kondisi daerah tinggal (kampung) yang nyaman, aman dan ramah bagi proses tumbuh kembang anak dalam dukungan masyarakat yang menjamin pemenuhan hak anak dan mengupayakan perlindungan anak secara optimal. Pemerintah Kota Surabaya meyakini bahwa untuk menjadikan Surabaya sebagai Kota layak Anak Yaitu Kampung Pendidikan Kampung arek Surabaya (KP KAS) yang memiliki 7 (Tujuh ) karakteristik: (1) Kampung Kreatif; (2) Kampung Belajar ; (3) Kampung Asuh; (4) Kampung Aman; (5) Kampung Sehat; (6) Kampung Literasi dan (7) Pemuda Penggerak Literasi. Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo , Kota Surabaya masuk dalam kategori kampung Madya. Permasalahan yang dihadapi adalah Bagaimana menyusun Portofolio Lomba KP-KAS yang baik dan benar, sesuai dengan kriteria lomba KP-KAS Tahun 2018. Tujuan Pendampingan yaitu Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo mampu menghasilkan Portofolio Lomba KP-KAS yang tersusun sesuai dengan ketentuan Pemerintah Kota Surabaya mampu meng-eksplorasi potensi dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki, serta mengungkap-kannya dalam Portofolio Lomba KP-KAS secara optimal serta mampu menyelesaikan penyusunan Portofolio Lomba KP-KAS tepat waktu. Hasil dari pendampingan tersusunya Portofolio Lomba KP KAS Kategori Kampung Madya, Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo , Kota Surabaya tepat pada waktunya

(16)

PENDAHULUAN

Lingkungan mempunyai peran penting dalam masa timbuh kembang anak baik lingkungan rumah dan lingkungan diluar rumah. Lingkungan yang sesuai dengan perkembangan anak adalah lingkungan lingkungan ramah anak.

Lingkungan ramah anak adalah konsep multidimensional yang kondusif untuk belajar, dan menyediakan sarana yang sesuai dengan kebutuhan karakter anak (UNICEF,2009). Anak-anak tidak terlepas dari kompleksitas permasalahan sosial, salah satunya kurang atau tidak terpenuhinya hak asasi mereka. Padahal anak adalah penduduk usia muda yang memiliki potensi yang harus dikembangkan dan dipenuhi kebutuhan serta hak-haknya seperti layaknya penduduk dewasa (Jazariah, 2016). Dalam undang–undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak, dijelaskan bahwa hak adalah bagian dari hak asasi manuasia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara

Surabaya sebagai kota metropolitan dan kota pahlawan dalam kehidupan sehari-hari masih memiliki sifat-sifat gotong-royong. Namun dengan berkembangnya teknologi dan globalisasi yang begitu pesat membuat sifat tersebut sedikit tergerus dan dikhawatirkan lingkungan kota metropolitan akan berdampak pada tumbuh kembang anak. . Salah satu cara untuk mengimbangi kehidupan masyarakat kota Surabaya saat ini diperlukan edukasi agar masyarakat lebih sadar memberikan hak-hak anak tanpa perlu diminta dan peduli terhadap tumbuh kembang anak. Dalam mewujudkan suasana tersebut, Pemerintah Kota Surabaya mencanangkan Program Kampung Pendidikan Kampunge Arek Suroboyo disingkat KP-KAS. Program Kampung Pendidikan ( KP KAS) merupakan kampung dengan masyarakat yang memiliki kesadaran dan kepedulian untuk menjamin tumbuh kembang anak secara komprehensif baik aspek spiritual, intelektual, sosial-emosional, dan jasmani melalui iklim lingkungan kampung yang edukatif, aman, nyaman, ramah, sehat, kreatif, dan literasi. Menurut Martadi (2017), substansi pertimbangan hukum diadakannya program ini merupakan Konvensi Hak Anak dalam UU No. 35/2014 serta Perda No. 6/2011 yang dengan

(17)

tegas mengamanatkan "masyarakat berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap perlindungan anak melalui kegiatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak." Oleh karena itu, Pemerintah Kota Surabaya berupaya menumbuhkan kesadaran Masyarakat Kampung untuk menjadikan kampung mereka sebagai Kampung Pendidikan.

Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya bahwa untuk menjadikan Surabaya sebagai Kota Layak Anak (KlA) yaitu Kampung Pendidikan kampunge Arek Surabaya (KP kAS) maka setiap kampung di Kota Surabaya harus memiliki 7 (Tujuh ) karakteristik: (1) Kampung Kreatif (2) Kampung Belajar (3) Kampung Asuh (4) Kampung Aman (5) Kampung Sehat (6) Kampung Literasi dan (7) Pemuda Penggerak Literasi. Tujuh karakteristik tersebut, harus dimulai dari lingkungan (entitas) yang lebih kecil, yaitu Kelurahan (dalam hal ini disebut sebagai Kampung). Kampung Pendidikan-Kampunge Arek Surabaya, terbentuk atas kolaborasi dan sinergi lintas sektoral antara perguruan tinggi, lembaga Swadaya Masyarakat, dunia usaha-industri, yang bergabung melakukan pembinaan terhadap kampung-kampung yang ditunjuk menjadi Kampung Pendidikan ,Kampunge Arek Surabaya KP KAS. Untuk menumbuhkan kesadaran kampung layak anak menuju Kota layak anak adalah dengan menyelenggarakan Lomba “Kampung Pendidikan – Kampunge Arek Suroboyo”

(KP-KAS). Lomba ini ada dua kategori yaitu kategori Pratama dan Madya. Proses dan mekanisme keikutsertaan dalam lomba Kampung Pendidikan diawali usulan dari sebuah kampung dalam bentuk dokumen portofolio yang diserahkan kepada DP5A selaku pelaksana. Selanjutnya dokumen portofolio diseleksi. Kampong yang lolos seleksi akan dilakukan kunjungan (visitasi) tim penilai dan tim pendamping. Dalam penyusunan Portofolio Lomba KP-KAS, peran perguruan tinggi sebagai pendamping sangat diperlukan.

Kelurahan Sawunggaling,Kecamatan Wonokromo,Kota Surabaya adalah salah satu kelurahan pada Tahun 2018 masuk dalam kategori kampung Madya (Martadi,2018). Kelurahan Sawunggaling merasa perlu pendampingan dari

(18)

akademisi agar pengelolaan kampong dan penyusunan portofolio sesuai dengan kriteria Kampung Pendidikan kampunge Arek Surabaya Tahun 2018.

Tujuan Pendampingan yaitu :Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo mampu menghasilkan Portofolio Lomba KP-KAS yang tersusun sesuai dengan ketentuan Pemerintah Kota Surabaya.

1. Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo mampu mengeksplorasi potensi dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki sebagai kampung layak anak, serta mengungkapkannya dalam Portofolio Lomba KP-KAS secara optimal.

2. Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo mampu menyelesaikan penyusunan Portofolio Lomba KP-KAS tepat waktu.

3. Sebagai perwujudan salah satu Tridharma Perguruan Tinggi bagi dosen, yaitu Pengabdian Kepada Masyarakat (Abdimas).

METODE

Pendampingan dilaksanakan dengan cara memberikan

1. Bimbingan Teknis penyusunan Portofolio KP-KAS Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo , yang mencakup:

a) Kepatuhan pada aturan dan sistematika portofolio KP-KAS.

b) Eksplorasi potensi dan keunggulan yang dimiliki RT/RW/Kelurahan.

c) Penyajian data, informasi, Tabel, Gambar dan Foto dokumentasi.

d) Penyediaan bukti-bukti pendukung setiap pernyataan dan kegiatan kampung.

e) Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar f) Tata tulis dan layout portofolio.

2. Pendampingan dilakukan secara bertahap dan koordinatif dengan kelompok kampung Belajar, Asuh, Sehat, Aman, Literasi dan Pemuda Penggerak Literasi untuk menghasilkan Portofolio KP-KAS Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo secara komprehensif

(19)

3. Lokasi pendampan di RW 01. Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo. Kota Surabaya pada bulan Mei sd Agustus Tahun 2018.

HASIL dan PEMBAHASAN

Kelurahan Sawunggaling,RW 01, Kecamatan Wonokromo memiliki luas 2300 m2 dengan penduduk sekitar 890 KK, telah melaksanakan beberapa program kegiatan kampung layak anak yang membuat anak-anak dan masyarakat di lingkungan kampungnya merasa aman, sehat, beredukasi dan bebas berekpresi.

Dalam mewujudkan suasana tersebut RW 01 telah berkomitmen menerapkan sistem manajemen kampung, artinya semangat atau spirit kebersamaan dan gotong royong merupakan motor penggerak warga untuk mewujudkan kampung pendidikan – kampong layak anak

Kegiatan Pendampingan Penyusunan Portofilio Lomba KP-KAS Tahun 2018 telah tersusun Portofolio sesuai kriteria Kmpung Kategori Madya, diantaranya sebagai berikut:

A. Program Kampung Belajar

Jam belajar masyarakat (jam 18.00 – 20.00 WIB):

a. Menetapkan jam yang relevan untuk waktu belajar anak b. Mendampingi anak belajar pada

saat jam belajar

Jam pembatasan menonton TV bagi anak ( maksimal pukul 18.00 WIB):

 Menetapkan jam bagi anak untuk beristirahat dengan tetap

mempertimbangan tayangan TV yang mendidik

 Mendampingi anak pada saat menggunakan komputer untuk mengerjakan soal.

(20)

Pendidikan anak usia dini (PAUD)

 Tersedia sistem pendidikan usia dini yang didukung oleh pengajar yang kompeten dengan fasilitas yang memadai

 Jumlah anak yang ikut paud ±50 anak

 Jumlah pengajar paud 7 orang Pendampingan dan Pengawasan penggunaan gadget dan akses internet

 Orang tua turut serta mengawasi saat anak sedang menggunakan gadget pada saat jam belajar

 Pembatasan waktu pemakaian internet

Kampung Belajar merupakan kesepakatan seluruh warga untuk berkomitmen menjadikan kampung Sawunggaling sebagai kampung yang peduli dengan pendidikan anak-anak yaitu pada jam 18.00-20,00 WIB anak-anak wajib belajar dengan didampingi orangtua atau pendamping guru. Pada jam tersebut seluruh warga tidak diperkenankan untuk menyalakan televise yang akan menggangu belajar anak. Penggunana internet dan gadget harus didampingi orantua atau pendamping yang lebih senior.

B. Program Kampung Asuh TPA (Tempat Penitipan Anak) (Pengasuhan di wilayah kampung asuh)

(21)

Bebas dari Kekerasan

Menjamin keamanan dan keselamatan anak dari berbagai jenis kekerasan, penelantaran, eksploitasi yang tercermin dari keceriaan anak-anak RW 01

Pengawasan Anak di Warung kopi (Batas maksimal anak-anak di warung kopi sampai pukul 17.00 WIB)

Kampung Asuh dimaksudkan sebagai perwujudan kepedulian warga terhadap anak anak, diantaranya memberikan ruang kebebasan anak untuk berekspresi dirauang terbuka dengan menyediakan fasilitas diantara tempat bermain, permainan tradisional. Pengawasan anak-anak diwarung kopi dan Tempat Penitipan Anak ketika bunda ayah bekerja, ketika pulang sekolah anak- anak tidak sendirian dirumah.

C. Program Kampung Sehat Bebas Asap Rokok, Bebas Miras Warga berkomitmen untuk menciptakan lingkungan dengan udara bersih yang bebas asap rokok dan miras

(22)

Bebas Narkoba

Mengadakan penyuluhan bahaya tentang narkoba yang bekerja sama dengan sekolah sekolah dan

polrestabes dan masyarakat RW 01 Pembelajaran Lingkungan Hijau yang Sehat

a. Membentuk lingkungan yang bebas polusi dan lingkungan yang asri dengan penanaman pohon (bunga))

b. Setiap rumah diimbau untuk menanam tanaman

Kampung Sehat merupakan kampung sesuai kesepatan warga yang bebas dari asap rokok, bebas minuman keras, bebas narkoba, lingkungan sehat dan hijau, memperhatikan gizi anak dan kesehatan melalui bumantik dan budaya gemar cuci tangan.

D. Program Kampung Aman Bebas dari Kecelakaan

Kendaraan tidak boleh parkir di sembarang tempat untuk

memberikan ruang bagi pengguna jalan

(23)

Penyediaan Rute Aman Anak (Pemberian rambu-rambu agar anak- anak aman terhindar dari

kecelakaan)

Kampung Aman merupakan perwujudan seluruh warga bahwa kampung Sawungggaling merupakan kampung yang aman dari kecelakan lalu lintas, menyediakan rute aman bagi anak, bebas tindak kriminal, tanggap bencana dan bebas tindak kekerasan dalam rumah tangga dan lingkungan kampung.

E. PROGRAM KAMPUNG KREATIF Ruang Ekspresi

Warga menyediakan tempat dan fasilitas untuk meningkatkan bakat dan minat anak

Ruang Aspirasi Anak a. Balai RW 1 Karangan

melalui rapat karang taruna b. Lomba Patrol anak

c. Memfasilitasi anak untuk bermain permainan tradisional

Kampung Kreatif merupakan kampung yang memfasilitasi anak dan remaja untuk menyalukan bakatnya. Kegiatan yang diadakan yaitu menyediakan ruang bermain anak dan remaja, lomba patrol, kegiatan kesenian dan kewirausahaan.

(24)

F. Program Kampung Literasi Memiliki TBM dan sarana pendukung Literasi

 RW 01 menyediakan tempat bacaan agar masyarakat memiliki wawasan lebih terhadap bidang apapun.

 Terdapat berbagai jenis buku mulai dari buku dongeng, novel maupun buku literatur yang dapat digunakan sebagai sarana penunjang program literasi)

Budaya Literasi di Lingkungan a. Membiasakan anak untuk

gemar membaca

b. Memfasilitasi bahan bacaan untuk anak gratis di TBM c. Membuat kreatifitas

Kampung Literasi merupakan kampung yang peduli dengan pendidikan dan pengetahuan anak, tersedianya Taman Bacaan Masyarakat (TBM) atau perpustakaan di kampung akan mendorong anak-anak gemar membaca dan berkreatifitas

G. Pemuda Penggerak Literasi

Kelurahan Sawunggaling RW 01,memiliki Karang Taruna sebagai Pemuda Penggerak Literasi yang bermula dari berdirinya perpustakaan lalu lintas yang berada di RW0 I Kelurahan Sawunggaling. Pemuda Penggerak Literasi, berupaya untuk meningkatkan minat baca anak anak , remaja dan warga RW 0I . Keterlibatan pemuda penggerak literasi di RW 01 Sawunggaling adalah sebagai

(25)

pelaksana program kegiatan yang dilaksanakan di kampung. Pada dasarnya semua program yang dilaksanakan adalah untuk kepentingan masyarakat dan membangun lingkungan untuk mencapai kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Adapun bentuk kegiatan yang telah dilakukan oleh pemuda penggerak literasi di adalah: 1) literasi baca tulis; 2) literasi sain; 3) literasi budaya dan kewarganegaraan.

Gambar 1. Pemuda Penggerak Literasi

Gambar 2. Portofolio KP KAS Kelurahan Sawunggaling

(26)

Penyusunan Portofolio selesai tepat pada waktunya dan diserahkan ke (DP5A) Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak) Kota Suarabya

Dilaksanakannya program KP-KAS ini, warga RW.01 Kelurahan Sawunggaling disambut dengan sangat antusias Hal ini tercermin ketika Tim Juri melakukan Visitasi ke kampong Sawunggaling. Semangat yang dimiliki warga setempat, didukung oleh elemen-elemen pendukung seperti Rukun Warga (RW), Kelurahan dan Kecamatan menunjukkan bahwa warga RW 01 sangat peduli dengan Surabaya sebagai Kota Ramah Anak. Keharmonisan kehidupan warga kelurahan Sawunggaling yang memiliki Kampung Asuh, Kampung Aman, Kampung Belajar, Kampung Sehat, Kampung Kreatif &Inovatif, Kampung Literasi dan Pemuda Penggerak Literasi yang membuat anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang aman dan tepat.. Kegiatan pendampingan dari unsur akademisi membuahkan hasil Kampung Sawunggaling mendapatkan penghargaan pertama sebagai kampong Kreatif Inovatif dan penghargaan ketiga sebagai kampong Pemuda Penggerak Literasi.

SIMPULAN

Secara konseptual, kampung pendidikan adalah kampung yang warganya memiliki kesadaran dan kepedulian untuk menjamin bertumbuh kembangnya potensi anak secara cerdas komprehensif baik secara spriritual, emosional, sosial, intelektual dan jasmani. Kampung Belajar merupakan merupakan kampung yang memiliki kepedulian dan komitmen untuk menjalin terlaksananya lingkungan yang mendukung pendidikan dan belajar anak. Kampung Asuh merupakan kampung yang memeliki kesadaran terhadap pengasuhan anak sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak. Kampung Sehat merupakan kampung yang memberikan suatu kondisi fisik, mental, dan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan tetapi kehidupan yang nyaman dan harmonis. Kampung Aman merupakan kampung yang menjamin keamanan dan keselamatan anak atau warga dari segala bentuk, jenis kekerasan,

(27)

penelantaran, eksploitasi serta risiko kecelakaan dan kebencanaan. Kamapung kreatif dan Inovatif merupakan kampung yang menyediakan ruang waktu, tempat untuk berekspresi, berkreasi dan inovasi bagi anak. Kampung Literasi merupakan kampung yang peduli dengan pendidikan dan pengetahuan anak, tersedianya Taman Bacaan Masyarakat (TBM) atau perpustakaan di kampung akan mendorong anak-anak gemar membaca dan berkreatifitas. Banyak manfaat yang bisa langsung diperoleh dalam program Kampung Pendidikan, oleh karena itu menang atau kalah tidak terlalu penting lagi, yang perlu diperhatikan adalah motivasi warga untuk mewujudkan kampung yang kondusif bagi tumbuh kembang anak.

DAFTAR PUSTAKA

Diyanti, Amiuza, Mustikawati (2014) Lingkungan Ramah Anak pada Sekolah Taman Kanak-Kanak . Jurnal RUAS, Vol. 12 No 2, pp 54-68, ISSN 1693- 3702

Hamudy, Ilham,Moh.(2015). Upaya Mewujudkan Kota Layak Anak Di Surakarta Dan Makasar . Jurnal Bina Praja . Volume 7 Nomor 2 pp.149 - 160

Hidatullah,Ahmad. F (2018). Desain Kota Ramah Anak Perspektif Pendidikan Lingkungan. Al-Hayat: Journal of Biology and Applied Biology, Vol 1, No 1.pp. 34-49, DOI. 10.21580/ah.v1i1.2685

Jazariyah (2016). Kampung Ramah Anak Gendeng Sebagai Alternatif Pemenuhan Hak Berkembang Pada Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. Golden Age.Vol. 1. No 1. e-ISSN: 2502-3519

Kencana,Mitha; Ayuningtyas,Fitria. (2018). Strategi Humas Pemerintah Kota Depok Dalam Mensosialisasikan Program Kota Layak Anak.

MetaCommunication; Journal Of Communication Studies .Vol 3. No 1 .pp 42-53. P-ISSN.2356-4490

Martadi (2017).Kampung Pendidikan.Kampunge Arek Surabaya. Membangun Kota Dengan Spirit Kampung: Bapemas.KB. Kota Surabaya.

Martadi (2018) Kampung Pendidikan. Kampunge Arek Surabaya. DP5A.Kota Surabaya.

(28)

Patilima,Hamid. (2017). Kabupaaten Kota Layak Anak. Jurnal Kriminologi Indonesia. Vol.13. No 1. Pp 39-55

Roza, Darmini; Arliman,Laurenzius.(2018). Peran Pemerintah Daerah Untuk Mewujudkan Kota Layak Anak Di Indonesia. Jurnal Hukum. Ius Quia Iustum.Vol 25. No. 1. pp 198 – 215. ISSN 0854-8498.

UNICEF. (2004). Building Child Friendly Cities: A Framework for Action.

Florence: Innocenti Research Centre.

UNICEF.( 2009). Childs Friendly Schools Manual. New York: UNICEF’s Division of Communication

Putra, I. L. (2015). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Mengenal Angka dan Huruf untuk Anak Usia Dini. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, 2(No 2), 169-178.

Sudibyo, E., W, W., & Suhartanti, D. (2008). Mari Belajar IPA 3. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

(29)

PENYULUHAN DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA DAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAGI MASYARAKAT DESA PAMEKARAN, SUMEDANG, JAWA BARAT Yeni Andriyani Setiawan, Merita Bernik Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia

KEYWORDS ARTICLE HISTORY Petani, Pestisida, Lingkungan, Pengendalian

Kualitas Received 25 November 2018 Revised 20 June 2019 Accepted 30 June 2019

CORRESPONDENCE Merita Bernik @ [email protected]

ABSTRACT The abundance of farmland in Pamekaran Village affects the many peoples who become farmers. In cultivating agricultural land and entering the time of harvest, the farmers of course try to keep the result of the harvest has a good quality one of them is by using pesticides. However, the use of pesticides among farmers has not been all done with the correct procedures that can have a major impact on health and the environment. Therefore it is necessary to counsel so that farmers can know and understand about the impact of pesticides and product quality control so that the harvested yield will have the best quality and can also minimize environmental damage.

ABSTRAK Banyaknya lahan pertanian di Desa Pamekaran mempengaruhi banyaknya masyarakat yang menjadi seorang petani. Dalam mengolah lahan pertanian dan memasuki waktu panen, para petani tentu saja berusaha menjaga agar hasil panen yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik salah satunya yaitu dengan menggunakan pestisida. Namun, penggunaan pestisida dikalangan petani belum semuanya dilakukan dengan prosedur yang benar sehingga dapat berakibat besar terhadap kesehatan dan lingkungan. Maka dari itu diperlukan penyuluhan agar para petani dapat mengetahui dan memahami tentang dampak pestisida dan pengendalian kualitas produk sehingga hasil panen yang diperoleh akan memiliki kualitas yang terbaik dan dapat pula meminimalisir kerusakan lingkungan.

(30)

PENDAHULUAN

Desa Pamekaran merupakan sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan Rancakalong. Lokasinya berada di bagian selatan wilayah Kecamatan Rancakalong dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Sumedang Utara dan Kecamatan Sumedang Selatan. Jarak dengan pusat kecamatan sekitar 3,5 kilometer.

Berdasarkan data Kecamatan Rancakalong dalam angka tahun 2014, Desa Pamekaran memiliki status sebagai pedesaan dengan klasifikasi sebagai desa swasembada madya. Secara topografis, Desa Pamekaran memiliki bentuk bentang permukaan tanah berupa lereng perbukitan. Ketinggian wilayah dimana kantor desa berada sekitar 870 meter di atas permukaan laut. Secara geografis, Desa Pamekaran dikelilingi oleh wilayah-wilayah sebagai berikut: Desa Nagarawangi dan Desa Sukahayu di sebelah utara, Desa Sukahayu dan Desa Sirnamulya Kecamatan Sumedang Utara di sebelah timur, Desa Ciherang Kecamatan Sumedang Selatan dan Desa Pasirbiru di sebelah selatan serta Desa Rancakalong dan Desa Cibunar di sebelah baratnya. Secara administratif, Desa Pamekaran terbagi ke dalam tiga dusun yaitu Dusun Cikondang, Dusun Cimacan, dan Dusun Cikeusik. Sementara jumlah Rukun Warga dan Rukun Tetangganya masing- masing sejumlah 6 RW dan 21 RT.

Pada tahun 2013 Desa Pamekaran memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.338 orang. Dengan komposisi sebanyak 1.691 orang berjenis kelamin laki-laki ditambah 1.647 orang berjenis kelamin perempuan. Jumlah kepala keluarganya sebanyak 1.148 KK. Kepadatan penduduk Desa Pamekaran sebesar 306 jiwa untuk tiap kilometer persegi luas wilayahnya. Sementara berkaitan dengan mata pencahariannya, sebagian besar penduduk Desa Pamekaran bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani maupun buruh tani. Sebagian kecil lainnya bekerja di sektor perdagangan, konstruksi, industri, transportasi dan jasa.

Di Desa Pamekaran tersebut terdapat Kelompok Tani di Desa Pamekaran yang bekerja sebagai petani dan tidak terlepas dengan penggunaan pestisida.

Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai

(31)

sasaran. Para petani cenderung menyemprotkan pestisida pada saat menjelang panen, hal tersebut menunjukan kurangnya pemahaman petani akan bahayanga penggunaan pestisida bagi manusia dan juga lingkungannya (Supriadi, 2012).

Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian.

Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) dan sebagainya. Penggunaan pestisida ini akan sangat berbahaya dan juga mengurangi kualitas produk tani yang dihasilkan oleh Kelompok Tani di Desa Pamekaran. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan petani akan bahayanya penggunaan perstisida yang tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya (Yuantari, Widiarnako, Sunoko, 2013). Penggunaan pestisida perlu didampingi dengan pengarahan dan penggunaan yang lebih tepat seperti dosis, waktu penggunaan, cara kerjanya, sehingga akan mengurangi dampak negatif baik bagi pengguna ataupun bagi lingkungan sekitarnya agar tidak tercemar (Arif, 2015).

Pengeloaan hasil panen dari para petani tersebut masih sangat sederhana, mereka belum dapat mengembangkan bagaimana caranya melakukan pengontrolan kualitas secara bertahap mulai dari input, proses hingga output yang sebaiknya dilakukan sehingga dapat memperoleh hasil panen yang berkualitas (Bernik , 2017; Sari , 2019) Sejauh ini yang dilakukan oleh para petani adalah dengan melakukan pemupukan, maka akan memberikan hasil panen yang sesuai dengan yang diharapkan, tidak dilakukan pengelolaan dan pengontrolan yang baik. Kurangnya kesadaran akan pentingnya kualitas produk dan bagaimana menentukan standar produk yang sesuai dengan apa yang diinginkan dan diharapkan oleh konsumen sehingga dengan produk yang berkualitas akan meningkatkan kepuasan konsumen (Weckenman, Akasoglu & Werner, 2015), menjadi salah satu hal yang masih kurang dipahami oleh para petani di desa Pamekaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka diperlukan suatu program kegiatan dalam bentuk penyuluhan dampak penggunaan pestisida dan pengendalian

(32)

kualitas produk bagi masyarakat Desa Pamekaran, Sumedang, Jawa Barat untuk memberikan pengetahuan tentang dampak penggunaan pestisida dan pengendalian kualitas produk.

METODE

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan dengan melalui 3 tahap. Tahap pertama yaitu tahap persiapan yang terdiri dari sosialisasi dan pembekalan tema kegiatan PPM, kunjungan dan sosialisasi ke warga Desa Pamekaran terkait potensi Desa, pengajuan izin kegiatan ke kantor Balai Desa Pamekaran, dan penyebaran surat undangan kepada ketua kelompok tani yang ada di Desa Pamekaran.

Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan yang terdiri dari penyampaian materi tentang dampak penggunaan pestisida dan pengendalian kualitas produk kepada kelompok tani, tanya jawab dan sharing dengan kelompok tani.

Tahap ketiga yaitu tahap pendampingan untuk melaksanakan penggunaan pestisida dan pengendalian kualitas produk kepada kelompok tani.

HASIL dan PEMBAHASAN

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan cara pendekatan dan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini berlangsung dari bulan Desember 2017 hingga Januari 2018. Sebelum memberikan penyuluhan dan pendampingan mengenai pestisidan dan pengendalian kualitas dilakukan kunjungan terlebih dahulu ke desa untuk lebih memahami karakteristik desa dan juga warganya.

(33)

Gambar 1. Kunjungan ke Desa Pamekaran

Gambar 2. Anggota kelompok KKNM-PPM

Pada kunjungan yang pertama kami mendatangi Bapak Sutarlin di Balai Desa Pamekaran untuk memberikan surat pengantar kegiatan dan membicarakan tentang kegiatan KKNM yang akan kelompok kami lakukan. Setelah mendapatkan izin kegiatan, minggu selanjutnya kami mendatangi Desa

(34)

Pamekaran untuk survey dan mewawancari masyarakat sekitar mengenai potensi desa dan terkait usaha mandiri kecil menengah yang ada di desa tersebut, hal tersebut kami lakukan untuk dapat mengukur sejauh mana pamahaman para petani tersebut dalam pengelolaan lahan pertanian mulai dari penanaman, pemupukan, pemanenan, pengolahan hasil panen hingga proses penjualan ke tangan konsumen.

Dari hasil tersebut dapat kami dapat mengetahui bahwa dari bidang pekerjaan di Desa Pamekaran sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani dan juga pegawai pabrik. Dalam bidang perekonomian, kondisi dari desa tersebut dapat dikatakan cenderung menengah kebawah, dapat dilihat dari pendapatan mereka sebagai petani, dimana rata-rata pendapatan pera petani tersebut sebesar Rp 1.750.000 per bulan. Keadaan ini juga dapat disebabkan karena latar belakang pendidikan dari sebagian besar masyarakat Desa Pamekaran tidak sampai jenjang yang tinggi, banyak yang menempuh pendidikan hanya sampai tingkat SLTA, sehingga para warga tersebut tidak banyak yang mau mengembangkan kemampuannya untuk memperoleh matapencarian.

Gambar 3. Melakukan Pertemuan dengan Bapak Sutarlin di Aula Bale Desa Pamekaran

(35)

Kami melakukan kunjungan kedua ke Desa Pamekaran untuk memperoleh data-data yang kami butuhkan. Kunjungan kali ini kami mengunjungi karang taruna desa dan bertemu dengan Pak Koko selaku ketua karang taruna. Kegiatan karang taruna di Desa Pamekaran ini cukup aktif, banyak kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh karang taruna untuk mengisi waktu luang contohnya yaitu adanya latihan badminton tiap minggunya di GOR Balai Desa, kerja bakti, dan terkadang ada juga penyuluhan-penyuluhan yang diadakan oleh suatu instansi.

Akan tetapi walaupun karang taruna di desa ini cukup aktif, tetapi belum adanya suatu kegiatan yang mendorong karang taruna tersebut mengembangkan potensi desanya dalam bidang petanian, selain itu belum adanya instansi ataupun lembaga yang memberikan informasi ataupun penyuluhan mengenai pengelolaan lahan pertanian ataupun cara mengelola hasil pertanian agar lebih berkualitas.

Gambar 4. Bertemu dengan karang taruna Desa Pamekaran

Jika dilihat dari wilayah desa, lahan-lahan pertanian yang ada memang cukup luas sehingga sebagian besar pekerjaan masyarakat yaitu sebagai petani.

(36)

Bidang pertanian telah menjadi sumber pokok kehidupan masyarakat Desa Pamekaran. Hasil produk utama yang dihasilkan yaitu padi sehingga sebagian besar petani merupakan petani padi. Selain padi, lahan pertanian di Desa Pamekaran juga menghasilkan produk lain seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sayur-sayuran. Ubi yang dihasilkan oleh Desa Pamekaran ini merupakan ubi terbaik yang ada dipasaran dari segi rasa dan ukuran, akan tetepi para petani ubi tersebut tidak dapat melakukan penjualan secara langsung, mereka harus menjual kepada tengkulak, kemudian dari tengkulak tersebut akan dijual kepada penjual besar, sehingga penghasilan dari petani ubi tersebut dengan rantai pasok yang panjang, tidak sebesar yang seharusnya mereka peroleh dari hasil penjualan ubi kepada konsumen, hal tersebut yang menyebabkan penghasilan para petani tersebut dapat diketegorikan menengah ke bawah.

Dalam bidang pertanian pasti dilakukan berbagai cara agar diperoleh hasil panen yang terbaik yaitu salah satunya dengan menggunakan pestisida. Pestisida memiliki dampak positif dan dampak negatif dalam penggunaannya. Dampak positif yang diperoleh yaitu terbebasnya hama yang mengganggu tanaman sedangkan dampak negatifnya antara lain pestisida yang disemprotkan tidak seluruhnya mengenai tanaman akan tetapi 80% pestisida yang disemprotkan akan jatuh ke tanah. Menurut Wismaningsing dan Oktaviasari (2016) terdapat berbagai macam jenis persitida yang dipergunakan oleh petani, dan dalam pelaksanaan penyemprotan pestisida tersebut para petani tidak menggunakan sarung tangan, dan ini akan berdampak pada kesehatan dari para petani tersebut.

Dalam bidang farmasi, ada yang disebut sebagai toksikologi lingkungan yaitu ilmu yang mempelajari tentang efek dari bahan polutan terhadap kehidupan dan ekosistem. Toksik atau racun daru suatu zat kimia dapat berbahaya dan dapat mempengaruhi fisiologi dan biokimia terhadap makhluk hidup. Penggunaan pestisida yang tidak rasional dapat menimbulkan masalah terhadap ekosistem.

Salah satau jenis pestisida seperti DDT sudah persisten di alam, sehingga dikhawatirkan akan muncul hama sudah tidak lagi sensitif dengan DDT dan memiliki daya tahan alami yang lebih tinggi. Banyak jenis pestisida yang tahan

(37)

terhadap degradasi lingkungan, hal ini dapat memberikan pengaruh jangka panjang dalam ekosistem alami.

Pestisida yang banyak digunakan biasanya merupakan bahan kimia toksikan yang unik, karena dalam penggunaannya, pestisida ditambahkan atau dimasukkan secara sengaja ke dalam lingkungan dengan tujuan untuk membunuh beberapa bentuk kehidupan. Idealnya pestisida hanya bekerja secara spesifik pada organisme sasaran yang dikehendaki saja dan tidak pada organisme lain yang bukan sasaran. Tetapi kenyataanya, kebanyakan bahan kimia yang digunakan sebagai pestisida tidak selektif dan malah merupakan toksikan umum pada berbagai organisme, termasuk manusia dan organisme lain yang diperlukan oleh lingkungan (Keman, 2001).

Berdasarkan sasaran yang dibunuh, pestisida digolongkan menjadi insektisida, fungisida, herbisida, dan nematisida yang secara berturut-turut digunakan untuk mengendalikan serangga, cendawan, gulma, dan cacing nematoda. Dari semua golongan tersebut, insektisida yang mempunyai dampak ekonomi dan ekologi yang paling tinggi (McLauglin, 1999).

Kelompok tani yang hadir di Balai Desa memperhatikan dengan baik, selain penyuluhan tentang dampak pestisida acara kegiatan disi dengan Merita yang memberikan materi tentang pengendalian kualitas produk agar para petani dapat mengetahui bagaimana cara meningkatkan kualitas produk agar diperoleh harga jual yang tinggi (Bernik, 2017). Selanjutnya diadakan tanya jawab dan sharing dengan kelompok tani dan dilanjutkan penutupan secara simbolis dengan memberikan plakat ke Bapak Sutarlin selaku kepala desa dan foto bersama.

(38)

Gambar 5. Pemberian Materi tentang dampak pestisida

Gambar 6. Pemberian materi tentang pengendalian kualitas produk

(39)

Gambar 7. Pemberian plakat ke Bapak Sutarlin selaku Kepala Desa

Dari hasil penyuluhan ini ada beberapa rencana yang dapat dilanjutkan dan dikembangkan selanjutnya seperti membuat buku panduan yang dapat diberikan ke masing-masing kelompok tani tentang bagaimana cara menggunakan pestisida yang baik dan bijak dan juga dampak yang berbahaya dari penggunaan pestisida yang tidak rasional. Dapat pula dibuat dalam bentuk poster informatif yang mudah dipahami oleh para petani agar petani dapat menggunakan pestisida dengan cara yang benar sehingga dapat meminimalisir efek toksik yang dapat timbul pada tubuh dan lingkungan.

SIMPULAN

Dari hasil kegiatan KKNM-PPM tentang “Penyuluhan Dampak Penggunaan Pestisida dan Pengendalian Kualitas Produk Bagi Masyarakat Desa Pamekaran, Sumedang, Jawa Barat” yang telah dilakukan peserta KKNM Universitas Padjadjaran dari bulan desember hingga januari disimpulkan bahwa, perlunya diadakan penyuluhan karena penggunaan pestisida oleh petani di Desa Pamekaran belum dilakukan dengan prosedur yang baik padahal terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan agar penggunaan pestisida dapat digunakan dengan cara

(40)

bijak dan tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Selain itu akan lebih baik apabila dengan menggunakan teknologi PHT (Pengendalian Hama Terpadu) untuk dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia (Marioyono, Irham, 2001).

Kegiatan “Penyuluhan Dampak Penggunaan Pestisida dan Pengendalian Kualitas Produk Bagi Masyarakat Desa Pamekaran, Sumedang, Jawa Barat”

diikuti dengan baik oleh kelompok tani Desa Pamekaran. Diharapkan agar kelompok tani dapat mengerti dan memahami dengan baik dampak dari penggunaan pestisida dan cara pengendalian kualitas produk serta lebih memahami arti pentingnya kualitas untuk dapat meningkatkan hasil tani yang sesuai dengan harapan dan keinginan konsumennya.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Adiba. (2015). Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Penggunaan Pestisida Lingkungan. Jurnal Farmasi, Vol 3, No. 4, 134-143

Bernik, Merita. (2017). Metode Pengendalian Kualitas untuk UMKM. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol 4 No. 1.

Keman S. (2001). Bahan Ajar Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Mariyono, Joko, Irham. (2001). Usaha Menurunkan Penggunaan Pestisida Kimia dengan Program Pengendalian Hama Terpadu. Manusia dan Lingkungan, Vol 8, No. 1, 30-36

McLaughlin, S. P. (1999). Sustainability Issues in Modern Agriculture.

http://ag.arizona.edu/OALS/oals/alrsgp/faculty/mclaughlin/issues.html.

Sari, I Gusti Ayu A H, Gede Martha Sudiarta. (2019). Pengendalian Kualitas Proses Produksi Kopi Arabika pada UD. Cipta Lestari di Desa Pujungan. E- Journal Manajemen Unud, Vol 8, No. 4, 2495-2523

Supriadi. (2012). Optimasi Pemanfatan Beragam Jenis Pestisida untuk Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol 32, No. 1, 1-9

(41)

Weckenmann, Albert, Goekhan Akasoglu & Teresa Werner. (2015). Quality Management - History and Trends. The TQM Journal, Vol 27, Iss 3, 281- 293

Wismaningsih, Endah Retnani & Dianti Ias Oktaviasari. (2016). Identifikasi jenis Pestisida dan Penggunaan APD pada Petani Penyemprot di Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulung Agung. Jurnal Wiyata, Vol 1 No. 1.

Yuantari, MG Catur, Wiadiarnako, Budi & henna Rya Sunoko. (2013). Tingkat Pengetahuan Petani dalam Menggunakan Pestisida. Prosiding Seminar nasional Pengabdian Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

https://pamekaran.wordpress.com/2016/03/27/profil-desa/.

(42)

PELATIHAN PENULISAN AKSARA ULU SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN BUDAYA DAERAH PADA KELOMPOK MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) SEJARAH KOTA LUBUKLINGGAU Yeni Asmara, Nur Nisai Muslihah, Isbandiyah STKIP PGRI Lubuklinggau, Indonesia

KEYWORDS ARTICLE HISTORY Aksara Ulu, Pelestarian Budaya, MGMP Received 22 February 2018 Revised 10 June 2019 Accepted 20 June 2019

CORRESPONDENCE Yeni Asmara @ [email protected]

ABSTRAK Aksara Ulu belum banyak diketahui oleh masyarakat di kota Lubuklinggau sehingga kegiatan pelatihan ini perlu dilakukan sebagai upaya untuk memperkenalkan aksara tersebut pada masyarakat terutama generasi muda melalui jalur pendidikan seperti sekolah yang merupakan sarana efektif dalam melestarikan budaya dan nilai-nilai kearifan local suatu masyarakat dengan melibatkan para guru yang terlibat dalam kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah Lubuklinggau untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang merupakan agen dalam menyebarluaskan warisan budaya termasuk Aksara Ulu. Hasil PkM ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah-sekolah untuk mengintegrasikan Aksara Ulu ke dalam muatan lokal seperti yang telah dilaksanakan di beberapa dearah seperti Bengkulu dan Bandar Lampung. Metode dalam pelaksanaan kegiatan PKM ini agar dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan maka untuk penyampaian materi dalam kegiatan pelatihan ini adalah dengan menggunakan metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode demonstrasi dan latihan. Dari hasil evaluasi diketahui Dari jumlah peserta sebanyak 28 orang, diketahui peserta yang belum bisa membaca aksara ulu ada 11 orang atau 39,28% Peserta yang bisa menulis aksara ulu ada 22 orang atau 78,57% Peserta yang bisa membaca dan menulis ada 10 orang atau 35,71% .

(43)

PENDAHULUAN

Pengabdian mengenai “pelatihan penulisan Aksara Ulu sebagai upaya pelestarian budaya daerah yang akan diberikan pada kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah Lubuklinggau” didasarkan dengan melihat kondisi saat ini yaitu di era globalisasi budaya daerah semakin kehilangan eksistensinya dalam kehidupan masyarakat terutama generasi muda disamping itu Aksara Ulu belum mendapat perhatian terutama dalam bidang pendidikan seperti Aksara ulu belum diintegrasikan ke dalam kurikulum misalnya Muatan Lokal (Mulok) di sekolah-sekolah sebagai upaya konkrit masyarakat akademisi dalam melestarikan salah satu peninggalan sejarah yang termasuk dalam budaya bangsa.

Kurikulum muatan lokal merupakan salah satu bagian dari kurikulum yang ber- laku saat ini, istilah muatan lokal dalam dunia pendidikan di Indonesia secara resmi mulai tahun 1987, melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987, tentang muatan lokal. Kurikulum atau mata pelajaran muatan lokal pada awalnya bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan materi pelajaran lokal yang dimasukkan ke dalam berbagai bidang studi yang relevan (Utama, 2013:157).

Dengan kondisi seperti itu maka tidaklah heran Aksara Ulu di kalangan masyarakat termasuk dalam hal ini adalah pelajar kurang mengenal Aksara Ulu yang merupakan identitas dari daerah Lubuklinggau. Pentingnya pelatihan aksara ulu ini diberikan kepada kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah Lubuklinggau dikarenakan guru memegang peranan yang penting dalam memperkenalkan budaya daerah pada siswa dalam hal ini aksara ulu yang merupakan bukti sejarah bahwa masyarakat nusantara terutama di Lubuklinggau telah memiliki peradaban dan hal tersebut harus diketahui oleh generasi muda dalam hal ini pelajar agar dapat mempertahankan identitas bangsa di tengah era globalisasi saat ini.

Aksara Ulu banyak ditemukan pada bahan-bahan yang terbuat dari bambu dan kulit kayu atau disebut dengan kakhas, ada juga sebagian aksara tersebut ditulis pada rotan, lontar, kulit hewan, dan tanduk Igama (2014:3). Berdasarkan

(44)

hasil penelitian Titik Pudjiastuti (2018:94) bahwa Umumnya naskah ulu Palembang menggunakan bahan naskah dari kulit pohon halim atau gelumpai.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya aksara ulu merupakan tulisan yang digunakan oleh masyarakat pada zaman lampau yaitu diperkirakan telah muncul abad ke-9 dan mengalami perkembangan abad ke-13 di wilayah Sumatera Selatan.

Aksara tersebut digunakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah bagian hulu Sungai Musi dan aliran Sungai Musi (anak Sungai) misalnya Sungai Komering, Lematang, Rawas, Rupit, Lakitan, Kelingi dan Beliti termasuk wilayah Lubuklinggau yang pada waktu lampau dikenal dengan daerah Musi Rawas.

Menurut Hasan (2004:1) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mats pelajaran yang berada di suatu sanggar/kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk Baling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kineda guru sebagai prak-tisi/peritaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas. Oleh karena itu kegiatan pengabdian ini dapat menjadi sarana bagi guru yang mengikuti pelatihan penulisan Aksara Ulu dapat memberikan saran dengan kepala sekolah tempat mereka bertugas untuk dapat mengintegrasikan aksara ulu tersebut ke dalam kurikulum seperti muatan local sehingga pembelajaran yang diberikan kepada siswa memiliki kebermaknaan atau setidaknya guru sejarah dapat membudayakan Aksara Ulu di lingkungan sekolah bahkan dalam kehidupan masyarakat seperti dengan mengaplikasikanAksara Ulu untuk nama-nama jalan, nama perkantoran, nama sekolah, nama ruangan yang ada di sekolah souvenir atau cinderamata.

Muatan lokal yang dijadikan sebagai bagian dari kurikulum memiliki tujuan diantaranya adalah menjadikan sumber belajar yang ada di daerah dapat memberikan kontribusi positif bagi kepentingan pendidikan, dapat dimanfaatkan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan sebagai upaya memecahkan masalah dengan memanfaatkan potensi daerah yang ada. Disamping itu muatan lokal yang merupakan hasil pengintegrasian nilai-nilai kearifan lokal dalam lingkungan sekolah dapat mempersiapkan murid agar mereka memiliki

(45)

wawasan yang mantap tentang lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam ,kualitas sosial, dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan setempat Basari (2014:18-26).

Kegiatan pengabdian tentang “Pelatihan Penulisan Aksara Ulu Pada Guru Sejarah yang tergabung dalam kelompok MGMP” di Lubuklinggau belum pernah diadakan sebelumnya, oleh sebab itu kegiatan ini dapat menjadi moment penting untuk memfamiliarkan Aksara Ulu melalui jalur pendidikan dengan guru sebagai media utama dalam membudayakan aksara tersebut. Adapun tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan melalui jalur pendidikan, dapat secara efektifmembantu melestarikan budaya dan nilai-nilai kearifan local masyarakat Lubuklinggau dengan melibatkan para guru yang terlibat dalam kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah Lubuklinggau untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam pelatihan penulisanAksara Ulu sehingga dapat difamiliarkan pada siswa di lingkungan sekolah.Disamping itu tujuan PPM ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah-sekolah untuk mengintegrasikan aksara ulu ke dalam muatan lokal seperti yang telah dilaksanakan di beberapa dearah seperti Bengkulu dan Bandar Lampung.

MASALAH

Kurang familiarnya Aksara Ulu di kalangan masyarakat terutama generasi muda sebagai salah satu warisan budaya yang ada di Lubuklinggau, menyebabkan adanya persepsi yang menggambarkan seolah-olah generasi muda dalam hal ini pelajar tidak mengetahui identitasnya daerahnya sebagai perwujudan dari peradaban yang ada di Lubuklinggau.Seharusnya warisan budaya atau peninggalan sejarah seperti Aksara Ulu harus ada upaya pelestarian dari segala pihak terutama oleh akademisi yang bekerjasama dengan pemerintah sebagai pengambil kebijakan.Di beberapa daerah yang ada di Sumatera selatan seperti Pagaralam Aksara Ulu dibudayakan oleh masyarakat setempat seperti penggunaan Aksara Ulu untuk nama-nama jalan, untuk nama-nama perkantoran.Sementara itu

(46)

untuk di Lubuklinggau belum ada kegiatan pelestarian Aksara Ulu seperti itu dikarenakan kurang pahamnya masyarakat tentang aksara tersebut, sehingga perlu adanya langkah awal untuk memfamiliarkan aksara ulu tersebut sehingga dapat membudaya didalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Langkah tersebut diawali dengan memberikan pelatihan pada guru sejarah untuk mempelajari Aksara Ulu yang selanjutnya dapat diperkenalkan di lingkungan sekolah, bahkan adanya suatu langkah lebih lanjut untuk melestarikan Aksara Ulu yakni dengan mengintegrasikan aksara tersebut ke dalam kurikulum di sekolah misalnya muatan lokal.

METODE

Terkait dengan permasalahan belum familiarnya Aksara Ulu pada masyarakat Lubuklinggau maka untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan pengenalan tentang aksara tersebut terutama melalui jalur pendidikan dengan guru sebagai alat utamanya dengan cara memberikan pelatihan penulisan Aksara Ulu sebagai salah satu upaya untuk memperkenalkan aksara ulu baik pada siswa maupun masyarakat di lingkungan masing-masing. Kegiatan pelatihan tersebut menggunakan metode penyampaian materi seperticeramah yang dikombinasikan dengan metode demonstrasi dan latihan. Selanjutnya di akhir kegiatan akan diberikan evaluasi kepada guru sejarah yang mengikuti kegiatan tersebut dengan indicator keberhasilan kemampuan guru dalam menuliskan dan membaca Aksara Ulu.

Penggunaan metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode demonstrasi dan latihan pada kegiatan pelatihan penulisan Aksara Ulu sebagai upaya pelestarian daerah dapat berjalan dengan efektif dan tercapai apa yang menjadi tujuan dari pengabdian ini. Hal ini sesuaikan dengan hasil penelitian yang dilakukan Ikhsanuddin (2013) bahwa metode tersebut sangat efektif terutama ketika materi yang disampaikan adalah materi yang masih baru atau belum diketahui.

Metode demostrasi dilaksanakan ketika akan menerapkan aksara ulu pada

Gambar

Tabel 2. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Pendampingan TK A
Tabel 3. Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah Pendampingan TK B
Gambar 1. Siswi TK Muslimat  NU Nawa Kartika Ngawi
Gambar 6. Lokasi kedua   Gambar 7. Kegiatan pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program Pengabdian pada Masyarakat ISBI Bandung meliputi ranah kegiatan: Penguatan seni-budaya tradisi-urban; Aplikasi dan pengembangan kompetensi/keilmuan seni;

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan mulai tanggal 4 Agustus hingga 30 Oktober 2021 dengan Tema Pengelolaan Manajemen Keuangan Keluarga berbasis Kearifan

1. Meningkatkan budaya mengadakan pengabdian masyarakat melalui jumlah pengabdian kepada masyarakat berbasis riset di lingkup internal maupun eksternal PT. Meningkatkan

Adapun angaran biaya pada kegiatan tersebut adalah sebagai Berikut disampaikan dengan jelas rincian biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan program pengabdian kepada

Hasil dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ketapang adalah terlaksananya kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang bekerja sama

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk membangun sebuah website pelaporan berbasis komputer untuk mengelola data penelitian dan pengabdian kepada masyarakat pada LPPM

Metode kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pemanfaatan Pisang sebagai Produk Olahan Untuk Meningkatkan Pendapatan di

Melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat ini peneliti memiliki tujuan untuk: 1 mengetahui persepsi peserta pelatihan tentang plastik yang ramah lingkungan, dan 2 mengetahui